• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Ibu Dalam Menangani Anak Tersedak Pada Usia Toddler Di. Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengalaman Ibu Dalam Menangani Anak Tersedak Pada Usia Toddler Di. Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengalaman Ibu Dalam Menangani Anak Tersedak Pada Usia

Toddler

Di

Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu

Vivi Kris Rohmawati

1)

, Wahyuningsih Safitri

2)

, Anisa Cindy Nurul Afni

3) 1

Mahasiswa Program Studi S1-Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

2

Program Studi S1-Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

3

Program Studi D3-Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Tersedak merupakan sumbatan atau hambatan respirasi oleh benda asing yang

menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. penyebab

utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Faktor predisposisi yang dapat

menyebabkan terjadinya tersedak terutama pada usia 1 – 4 tahun anak sering memasukkan

segala sesuatu ke dalam mulutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu

dalam menangani anak tersedak pada usia toddler.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.

Data ini diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 3 partisipan di Posyandu Dusun

Kalongan Papahan Tasikmadu. Data dianalisa menggunakan Colaizzi. Kemudian data

dianalisa dan didapatkan kata kunci, makna – makna dan tema – tema. Hasil penelitian

didapatkan beberapa tema yaitu (1) pengetahuan : (a) kegawatan respirasi; (b) penyebab

tersedak. (2) pengalaman : (a) faktor resiko terjadinya tersedak; (b) penanganan tersedak; (c)

lokasi kejadian tersedak. (3) pencegahan : (a) pencegahan tersedak. (4) respon : (a) reaksi

psikologis orangtua; (b) respon anak saat terjadi tersedak.

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para ibu yang mempunyai

anak toddler. Ibu dapat menjauhkan benda – benda yang mudah ditelan oleh anak, dan dapat

melakukan pengawasan bagi anak usia toddler.

(2)

1.

PENDAHULUAN

Usia

toddler

adalah anak yang berusia

12 - 36 bulan atau 1 - 3 tahun dimana

anak pada usia mengalami masa

eksplorasi lingkungan yang intensif

karena anak berusaha mencari tahu

bagaimana semua yang dapat terjadi

(Wong, 2009). Pada usia 12 bulan, anak

mampu menggenggam benda yang

sangat kecil tapi tidak mampu melepas

sesuai keinginannya. Memasuki usia 15

bulan, toddler dapat menjatuhkan benda

kecil ke dalam botol berleher sempit dan

melempar

serta

menangkap

bola.

Selanjutnya, di usia 18 bulan

toddler

mampu melempar bola tanpa kehilangan

keseimbangan (Potter & Perry, 2005).

Menurut

World

Health

Organization (WHO) sekitar 17.537

anak-anak berusia 3 tahun atau lebih

muda sangat berbahaya karena tersedak,

sebesar (59,5%) berhubungan dengan

makanan, (31,4%) tersedak karena

benda asing, dan sebesar 9,1%

penyebab tidak diketahui. (Committee

on injury, 2010). Prevalensi di Amerika

Serikat didapatkan kasus tersedak pada

anak usia dibawah 4 tahun sebesar 710,

terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun

sebesar 11,6%, kasus terjadi pada usia 1

hingga 2 tahun sebesar 36,2% terjadi

pada usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar

29,4% (AAP, 2010).

Berdasarkan data dari Departemen

Dinas Kesehatan Nasional menunjukkan

penyebab tersedak adalah benda asing

biji – bijian sejumlah 105 pasien, 82

pasien tersedak benda asing kacang –

kacangan, sayuran 79 pasien, lainnya

tersedak

disebabkan

oleh

logam,

makanan, dan tulang ikan (Depdiknas,

2007).

Tersedak adalah sumbatan atau

hambatan respirasi oleh benda asing

yang menyempit pada saluran napas

internal, termasuk faring, hipofaring,

dan trakea. Penyempitan jalan napas

bisa berakibat fatal jika itu mengarah

pada gangguan serius oksigenasi dan

ventilasi (Smith, 2003).

Tujuan umum dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengalaman

ibu dalam menangani anak tersedak

pada usia toddler.

2.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan

fenomenologis.

Lokasi

penelitian di Posyandu Dusun Kalongan

Kelurahan

Papahan

Kecamatan

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.

Partisipan penelitian ini berjumlah tiga

orang dengan ibu-ibu yang mempunyai

anak usia 1 - 3 tahun. Tehnik

pengambilan sampel dilakukan dengan

cara purposive sampling.

(3)

Instrumen

penunjang

pada

penelitian

ini

menggunakan

alat

penunjang penelitian dengan pedoman

wawancara

terstruktur.

Wawancara

dilakukan dalam waktu 20-30 menit dan

direkam dengan handphone. Penelitian

ini menggunakan Tehnik analisa metode

collaizi dengan menggunakan 7 langkah

dalam menganalisa (Polit & Beck,

2006).

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menghasilkan 8 tema

yaitu:

a.

Kegawatan respirasi

Hasil penelitian menyatakan

bahwa

kegawatan

respirasi

merupakan gangguan jalan nafas

yang meliputi hambatan bernafas

berupa menelen, ketelen, tidak bisa

nafas, tercekik dan menghambatan

saluran

pernafasan

sedangkan

dampak akhir tersedak berupa

kematian.

Definisi kegawatan respirasi

merupakan suatu hal yang sering

ditemukan dan ditangani dalam

situasi gawat darurat. Aspirasi

benda asing dapat menyebabkan

berbagai perubahan mulai dari

gejala yang minimal dan bahkan

tidak disadari, sampai gangguan

jalan

napas

dan

dapat

menimbulkan kematian (Harry,

2007).

Gejala sumbatan benda asing di

dalam saluran napas tergantung

pada lokasi benda asing, derajat

sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran

benda asing. Diagnosis benda asing

di

saluran

napas

ditegakkan

berdasarkan

anamnesis

adanya

riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba

timbul rasa tercekik (Daisy &

Imral, 2003).

b.

Penyebab tersedak

Hasil penelitian menyatakan

bahwa penyebab tersedak meliputi

benda asing berupa kelereng,

permen dan kacang dan dari situasi

tersedak ibu mengatakan bahwa

penyebab tersedaknya saat bermain

pasaran.

Penyebab

tersedak

menurut

teori

American

Academy

of

Pediatrics (2010) penyebab utama

tersedak adalah makanan, koin,

atau minuman. Penyebab lainnya

adalah cara makan yang salah

misalnya, sambil berjalan, berlari,

tidur, bercanda, mengunyah terlalu

cepat,

atau

terlalu

banyak

menyuapi makanan ke mulutnya.

Aspirasi

benda

asing

masih

merupakan penyebab morbiditas

dan mortalitas yang signifikan pada

anak. Aspirasi bahan makanan

(4)

merupakan kasus tersering, banyak

penulis

telah

melaporkan

bermacam jenis aspirasi benda

asing seperti biji-bijian, jarum,

peniti, kacang, serpihan tulang,

mainan, gigi, tutup pena, serpihan

sayuran (Novialdi & Sukri, 2010).

c.

Faktor resiko terjadi tersedak

Hasil penelitian mengatakan

bahwa

faktor

resiko

terjadi

tersedak

meliputi

kurang

pendampingan

dan

kurang

pengawasan karena dari penelitian

ibu

mengatakan

bahwa

saat

anaknya

bermain

tidak

memperhatikan pada sibuk sendiri

– sendiri bahkan ngobrol dengan

ibu – ibu yang lainnya sampai

akhirnya anaknya tersedak dan ibu

juga

mengakui

kalau

dirinya

teledor saat mengawasi anaknya

bermain.

Faktor predisposisi yang dapat

menyebabkan terjadinya tersedak

terutama pada usia 1 – 4 tahun

anak sering memasukkan segala

sesuatu ke dalam mulutnya, anak

sangat aktif (berlari, berteriak,

bermain)

mudah

jatuh

dan

menangis dengan benda didalam

mulut mereka dan pertumbuhan

gigi yang belum lengkap untuk

menelan yang belum sempurna

(Daisy & Imral, 2003).

Tersedak

pada

seseorang

memang terjadi sewaktu - waktu,

berbagai faktor dapat menyebabkan

terjadinya

tersedak. Salah

satu

faktor

yang

menyebabkan

tersedak pada anak ialah perilaku

ibu yang kurang tepat dalam

mengasuh anaknya. Ibu yang

mempunyai kebiasaan menyuapi

anak sambil membiarkan anaknya

bermain,

berlari bahkan

makan

sambil berbicara maupun tertawa

dapat menyebabkan makanan atau

minuman masuk ke dalam saluran

pernapasan,

sehingga

menghalangi keluar

masuknya

udara (Iskandar, Soepardi, 2001).

Benda atau makanan ada di dalam

mulut, anak tertawa atau menjerit,

sehingga pada saat inspirasi, laring

terbuka dan makanan, minuman

atau benda asing masuk ke dalam

laring. Anak tidak bersuara karena

obstruksi terletak di laring, terjepit

antara pita suara. Anak akan

meninggal

bila

usaha

yang

dilakukannya

tidak

berhasil

mengeluarkan benda asing tersebut

(Hull & Johnston, 2008).

d.

Penanganan tersedak

Hasil penelitian mengatakan

bahwa

penanganan

tersedak

meliputi penolong dan pertolongan

pertama. Dari hasil penelitian saat

(5)

menolong pertama kali tersedak

adalah ibu karena ibu yang sangat

dekat dengan anak setiap hari dan

pengalaman ibu saat penanganani

anak

tersedak

ditepuk

punggungnya dan telunjuk jarinya

di masukkan ke dalam mulut.

Penanganan

saat

tersedak

yaitu

ibu

harus

memberikan

pertolongan pertama. Bila anak

tersedak tetapi dapat bernapas

(seperti ditunjukkan dengan batuk

atau

berbicara),

ibu

jangan

melakukan apapun. Dorong anak

untuk batuk hingga benda tersebut

keluar. Jika anak tidak bernapas

(berumur kurang dari satu tahun),

ibu harus melakukan pukulan

dipunggung lima kali dan tekanan

di dada lima kali. Untuk anak yang

lebih besar dari satu tahun, lakukan

manuver heimlich (tekanan perut)

adalah korban dipangku oleh

penolong lalu dengan 2 atau 3 jari

saja lakukan penekanan pada perut

bagian atas sedangkan bila anak

kecil terbaring.

Bila

tindakan-tindakan di atas tidak berhasil

maka segera bawa ke rumah sakit

untuk

mendapat

pertolongan

darurat (Tilong, 2014). Penanganan

yang paling baik untuk tersedak

adalah pencegahan Hal ini bisa

mengurangi resiko kematian pada

anak (Lansky, 2007).

e.

Lokasi kejadian tersedak

Hasil penelitian bahwa ibu

mengatakan saat anaknya tersedak

kejadian tersedak di halaman

rumah dan di rumah sendiri. Saat

itu ibu mengajak anaknya untuk

bermain

kerumah

tetangganya

sebelah dan anaknya pada bermain

dengan anak – anak yang lain

sambil makan.

Menurut penelitian

Paediatr

Child Health (2012) menunjukkan

bahwa kematian akibat tersedak

terjadi di lingkungan rumah dengan

95% dari kasus. Orang tua yang

tidak memperhatikan anaknya saat

bermain

dapat

meningkatkan

tersedak mungkin karena mainan

dan benda – benda lainnya.

f.

Pencegahan tersedak

Dari hasil penelitian bahwa

pencegahan

tersedak

meliputi

tindakan

antisipasi

yang

mengatakan bahwa pencegahan

saat anak tersedak yaitu makan

diawasi, makan disuruh duduk

jangan sambil bicara ataupun

ketawa

agar

tidak

tersedak.

Kesibukan yang dilakukan anggota

keluarga

tidak

memperhatikan

anaknya sehingga saat bermain

bisa mengalami tersedak sebagian

(6)

besar yang mengasuh anaknya

ialah seorang ibu, maka dari itu

sebagai ibu lebih baik mengawasi

dan memperhatikan tingkah laku

dari

anaknya

mungkin

untuk

pengalamanan agar tidak teledor

mengawasi anak saat makan.

Menurut

Tilong

(2014),

pencegahan pada anak tersedak

antara lain ajari anak agar tidak

memasukan sesuatu ke dalam

mulut selain makanan, jangan

berikan makan yang kecil, keras

dan

bulat,

ajari

anak

untuk

mengunyah

makanan

dengan

benar, awasi anak ketika makan,

jangan biarkan anak berlari-lari

ketika makan, periksa mainan yang

memiliki bagian-bagian kecil yang

dapat lepas.

g.

Reaksi psikologis orangtua

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa reaksi psikologis orangtua

meliputi

kecemasan

dan

kemarahan. Partisipan mengatakan

bahwa saat anaknya tersedak ibu

merasa panik, takut, khawatir

karena takut saat melihat anaknya

tersedak takut kalau benda asing

yang ketelen tidak bisa keluar

karena itu ibu merasa cemas saat

kejadian tersedak begitu juga

dengan

keluarganya

mereka

mengatakan saat khawatir dan

marah atas keteledoran ibu saat

mengasuh buah hatinya.

Menurut teori Yusuf (2008)

bahwa reaksi psikologis merupakan

gelisah, cemas, sering

marah-marah bersikap agresif baik secara

verbal seperti berkata-kata kasar,

maupun

non

verbal

seperti

menendang-nendang,

atau

memecahkan

barang-barang.

Kecemasan adalah rasa khawatir,

takut yang tidak jelas sebabnya.

Kecemasan

juga

merupakan

kekuatan

yang

besar

dalam

menggerakkan tingkah laku, baik

tingkah laku yang menyimpang

ataupun

yang

terganggu.

Kemarahan dan agresi adalah

perasaan jengkel sebagai respon

terhadap

kecemasan

yang

dirasakan

sebagai

ancaman

(Singgih & Gunarsa, 2008).

h.

Respon anak saat kejadian tersedak

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan

oleh

peneliti

menunjukkan bahwa respon anak

saat kejadian tersedak meliputi

respon motorik anak dan respon

psikologis anak. Dari partisipan

mengatakan saat kejadian tersedak

anaknya ketakutan karena tidak

bisa bernafas dan banyak orang –

orang

sekitar

yang

mendekat

(7)

anaknya juga nangis terus menerus

sampai megap – megap sedangkan

dari

partisipan

yang

lain

mengatakan bahwa waktu tersedak

anaknya merasa ketakutan sekali

bahkan disertai kejang – kejang

muka merah mungkin waktu itu ibu

juga menenangin anaknya agar

tetap tenang tapi pada akhirnya

benda asing yang ketelen itu bisa

keluar.

Respon

merupakan

istilah

psikologi yang digunakan untuk

menyebutkan

reaksi

terhadap

rangsang yang diterima oleh panca

indera. Hal yang menunjang dan

melatarbelakangi ukuran sebuah

respon adalah sikap. Respon juga

diartikan sebagai suatu tingkah

laku atau sikap yang berwujud baik

sebelum

pemahaman

yang

mendetail, penelitian, pengaruh

atau penolakan, suka atau tidak

suka serta pemanfaatan pada suatu

fenomena tertentu (Sobur, 2003).

Teori yang disebutkkan oleh

Hurlock (2003) mengemukakan

bahwa

perkembangan

respon

motorik anak adalah suatu proses

kematangan

yang berhubungan

dengan aspek deferensial bentuk

atau fungsi termasuk perubahan

sosial emosional. Respon psikologi

meliputi emosi yang merupakan

perasaan yang dialami manusia.

Emosi cenderung terkait stress

dimana

individu

menggunakan

keadaan

emosionalnya

untuk

mengevaluasi

stress

dan

pengalaman

emosional.

Reaksi

emosional terhadap stres yaitu rasa

takut, phobia, kecemasan, perasaan

sedih dan marah (Sarafino, 2006).

4.

SIMPULAN DAN SARAN

a.

KESIMPULAN

1)

Pengetahuan Ibu Tentang

Anak Tersedak Pada Usia

Toddler

Berdasarkan

analisa

yang telah dilakukan dalam

penelitian ini tema – tema

yang

dihasilkan

adalah

kegawatan respirasi meliputi

hambatan

bernafas

dan

dampak akhir tersedak dan

tema yang kedua penyebab

tersedak meliputi benda asing

dan situasi tersedak.

2)

Pengalaman

Ibu

dalam

Menangani Anak Tersedak

pada Usia Toddler

Berdasarkan

analisa

yang telah dilakukan dalam

penelitian ini tema – tema

yang dihasilkan adalah faktor

resiko

tersedak

meliputi

kurang pendampingan dan

(8)

yang

kedua

penanganan

tersedak meliputi penolong

dan pertolongan pertama dan

tema ketiga lokasi kejadian

tersedak meliputi tempat.

3)

Tindakan yang Dilakukan Ibu

untuk Pencegahan Agar tidak

Tersedak pada Anak Usia

Toddler

Berdasarkan

analisa

yang telah dilakukan dalam

penelitian ini tema yang

dihasilkan adalah pencegahan

tersedak meliputi tindakan

antisipasi

4)

Respon Psikologi Ibu dalam

Menangani Anak Tersedak

pada Usia Toddler

Berdasarkan

analisa

yang telah dilakukan dalam

penelitian ini tema – tema

yang dihasilkan adalah reaksi

psikologis orangtua meliputi

kecemasan dan kemarahan

dan tema yang kedua respon

anak saat terjadi tersedak

meliputi respon motorik anak

dan respon psikologis anak.

b.

SARAN

1)

Bagi Masyarakat

Masyarakat mengetahui

tentang

kejadian

tersedak

berkaitan dengan pengalaman

orang tua dalam menangani

anak

usia

toddler

yang

tersedak sehingga masyarakat

dapat mengantisipasi kejadian

tersedak dengan pengawasan

dan pendampingan.

2)

Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan bagi

Institusi

Prodi

S1

Keparawatan Stikes Kusuma

Husada

Surakarta

dalam

memberikan

ilmu

terkait

kegawatdaruratan komunitas,

sehingga dapat sebagai acuan

dalam proses belajar mengajar

untuk meningkatkan mutu

pendidikan.

3)

Bagi Peneliti Lain

Sebagai

acuan

bagi

peneliti lain untuk dapat

meneliti kembali faktor -

faktor yang mempengaruhi

tersedak antara lain kurang

pengawasan

dan

kurang

pendampingan

bagi

anak,

sehingga dapat menambah

ilmu

pengetahuan

tentang

penelitian dalam penanganan

tersedak.

4)

Bagi Peneliti

Peneliti

diharapkan

dapat

meningkatkan

kemampuan

berkomunikasi

dengan masyarakat tentang

mencari informasi kejadian

(9)

tersedak dan secara langsung

dapat

meningkatkan

pengetahuan peneliti tentang

pengalaman

masyarakat

dalam menangani tersedak

usia toddler.

REFERENSI

Adi, D, Tilong. (2014).

Buku lengkap

pertolongan

pertama

pada

beragam penyakit.

Yogjakarta:

Flash Book

Alex, Sobur. (2003).

Psikologi umum.

Bandung: Pustaka Setia.

American Academy of Pediatrics. (2010).

Policy statement prevention of

choking

among

children.

Pediatrics, 125(3), 601-607.

C Cyr Canadian Paediatric Society. (2012).

Preventing

Choking

And

Suffocation In Children.

Paediatr

child health;17(2):91-2.

Committee On Injury, Violence, And Poison

Prevention.

(2010).

Policy

Statement—Prevention

of

Choking

Among

Children.

American Academy of Pediatrics.

125, 601-607

Daisy, Widiastuti. & Imral, Chair. (2003).

Aspirasi kacang pada anak. FKUI,

Jakarta,4(4): 186 – 191.

Depdiknas.

(2007).

Pedoman

pengembangan fisik motorik di

taman kanak kanak. Jakarta.

Harry, A, Asroel. (2007). Ekstraksi benda

asing di bronkus dan esofagus.

Fakultas Kedokteran Uniservitas

Sumatera Utara.

Hull, D. & Johnston, D. (2008).

Dasar-dasar

pediatri

(Essential

Paediatrics)

3

rd

ed.

Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hurlock,

E,

B.

(2003).

Psikologi

perkembangan suatu pendekatan

sepanjang

rentang

kehidupan

(5th ed.). Jakarta: Erlangga.

Lansky & Vicky. (2007). Tip praktis

mengasuh anak. Jagakarsa: Trans

Media.

Novialdi, Sukri, Rahman. (2010). Benda

asing batu kerikil di bronkus.

Tesis.

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Andalas

Padang

(10)

Polit, D, F., Beck, C, T. and Hungler, B,

P. (2006). Nursing research:

Principles

and

methods.

7

th

edition.Philadelpia.Lippincott

William and willkins.

Potter, P, A & Perry, A, G. (2005).

Fundamental

of

nursing:

concepts, process, and practice.

Edisi 4. Cetakan Kesatu. Jakarta:

EGC.

Sarafino,

E.

P,

(2006).

Health

Psychology:

Biopsychosocial

Interactions. Fifth Edition.

USA:

John Wiley & Sons.

Singgih, D, Gunarsa. (2008).

Psikologi

Perawatan.

Jakarta:

Gunung

Mulia.

Smith SA, Norris, B. (2003). Reducing the

risk of choking hazards: mouthing

behavior of children aged 1 month

to 5 years. Inj Control Saf Promot,

10(3):145–154.

Soepardi, E, A. & Iskandar, N. (2001).

Buku ajar ilmu kesehatan

telinga

– hidung – tenggorok – kepala

leher. Jakarta: FKUI.

Wong, Donna, L. (2009).

Buku Ajar

Keperawatan Pediatric. Jakarta :

EGC.

Yusuf, M. (2008).

Kesehatan Mental.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi terjadinya penghinaan di dalam kehidupan masyarakat yang mengakibatkan terjadinya gangguan interaksi di dalam kehidupan masyarakat

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pretest dan posttest kemampuan menganalisis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diterapkan

Secara analogi pada penelitian burung lovebird perilaku yang dilakukan oleh jantan untuk menarik pasangan adalah dengan cara mendekati betina sambil mengangguk-anggukkan

Rumusan masalah ini adalah: (1) bagaimanakah tokoh protagonis penyihir dalam cerita fantasi Märchenmond karya Hohlbein, dan (2) bagaimanakah tokoh antagonis penyihir dalam

Negeri Ratu Tenumbang Sukarame Pelita Jaya Sumur Jaya Tanjung Jati Pagar Dalam Tanjung Setia Biha Way Jambu Marang Tanjung Raya Bangun Negara Ulok Manik Paku Negara Tulung

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan

Sebelum memilih salah satu strategi yang akan digunakan pada perusahaan, manajemen harus menilai kelayakannya dari segi sumber daya dan kapabilitas perusahaan atau