• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN BAHAN DAN ALAT ALAT. Moritz Presidential-2 dilakukan oleh PT. Adhimix dengan kapasitas truck mixer kurang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TINJAUAN BAHAN DAN ALAT ALAT. Moritz Presidential-2 dilakukan oleh PT. Adhimix dengan kapasitas truck mixer kurang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN BAHAN DAN ALAT – ALAT

3.1 BAHAN – BAHAN YANG DIGUNAKAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi meliputi : beton ready mix, baja tulangan, beton decking, kawat pengikat (bendrat), tulangan kaki ayam.

a. Beton Ready mix.

Gambar 3.1. Beton Ready Mix

Beton Ready mix adalah beton siap pakai yang disuplai oleh perusahaan penyedia beton ready mix ( supplier beton ). Penyediaan beton readymix pada Proyek The St. Moritz Presidential-2 dilakukan oleh PT. Adhimix dengan kapasitas truck mixer kurang lebih 7 m³ untuk setiap truck mixer Truck mixer dikemudikan oleh seorang supir didampingi oleh seorang teknisi yang dilengkapi dengan surat jalan (docket). Sebelum digunakan beton ready mix dilakukan pengujian Slum Test , dilanjutkan dengan pembuatan benda uji berbentuk silinder untuk kemudian dilakukan pengujian kuat tekan pada waktu yang telah ditentukan yaitu pada hari ke 7, 14, 21 dan 28. Untuk pekerjaan konstruksi pada Proyek Tower Presidential-2 menggunakan mutu beton sebagai berikut :

(2)

Tabel 3.1 Tabel Mutu Beton Per Lantai

b. Besi Tulangan.

Besi tulangan yang digunakan dalam Proyek The St. Moritz-Presidential-2 ada dua macam yaitu :

 BJTP 24 : Baja Tulangan Polos untuk besi Ø 6 mm dan Ø 8 mm.  BJTP 40 : Baja Tulangan Deform/ Ulir untuk Ø 10 mm sampai

dengan Ø 32 mm.

Untuk memperoleh baja tulangan yang baik mutunya maka harus diperhatikan cara penyampaiannya. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk memperoleh mutu baja tulangan yang baik antara lain :

- Batang tulangan dari berbagai jenis baja dan besi harus diberi label atau tanda yang jelas dan ditempatkan terpisah antara jenis satu dengan yang lainnya sehingga tidak mungkin saling tertukar.

- Penimbunan batang tulangan terbuka sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan korosi atau berkarat yang berakibat berkurangnya kualitas baja.

No Lantai Luas m2 Mutu Beton

Raft Tangga Vertical Balok Pelat

1 Raft Foundation 1928,30 F'c 40 Mpa

2 Lt. Basement - Lt. 2 (UL) 10,853.87 F'c 25 Mpa F'c 50 Mpa F'c 40 Mpa F'c 40 Mpa 3 Lt. 3 - Lt. 9 7,799.99 F'c 25 Mpa F'c 50 Mpa F'c 35 Mpa F'c 35 Mpa 4 Lt. 10 - Lt. 24 15,857.85 F'c 25 Mpa F'c 40 Mpa F'c 35 Mpa F'c 35 Mpa 5 Lt. 25 - Lt. 40 Roof 16,915.04 F'c 25 Mpa F'c 35 Mpa F'c 35 Mpa F'c 35 Mpa

(3)

Gambar 3.2. Besi Tulangan

c. Beton Decking

Beton decking adalah beton yang digunakan sebagai penyangga atau pengganjal tulangan besi agar tidak berhimpit dengan permukaan bekisting. Selain itu beton Decking juga digunakan sebagai selimut beton. Pada Proyek The St. Moritz Presidential-2 beton decking yang digunakan memiliki ketebalan 2,5 cm.

Gambar 3.3. Beton Decking

d. Kawat Pengikat (Bendrat )

Kawat pengikat adalah kawat yang terbuat dari baja lunak dengan diameter 2 mm yang telah dipijarkan. Kawat pengikat ini berfungsi untuk mengikat tulangan satu dengan

(4)

tulangan lainnya agar tulangan tidak bergerak atau bergeser pada saat pengecoran atau pemadatan.

e. Tulangan Kaki Ayam

Tulangan kaki ayam merupakan tulangan yang digunakan sebagai penyangga antara tulangan plat agar tidak mengalami lendutan pada saat pemasangan maupun saat pengecoran. Tulangan ini dipasang antara tulangan plat lapis bawah dengan tulangan plat lapis atas dengan ketentuan pamasangannya yaitu 4 buah tulangan kaki ayam dalam jarak 1 m².

Gambar 3.4. Tulangan Kaki Ayam

3.2 JENIS ALAT DAN KEGUNAANNYA

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi tangga meliputi

tower crane, truck mixer, concrete bucket, vibrator, bar bender, bar cutter dan

(5)

a. Tower Crane

Gambar 3.5. Tower Crane (TC)

Tower Crane adalah pengangkut dengan gerak memutar (rotasi) untuk memindahkan material baik secara vertical maupun horizontal sehingga dapat diturunkan ditempat yang dituju. Penempatan tower crane harus diletakkan sedemikian rupa sehingga keberadaanya dapat dimaksimalkan dan yang pastinya letak tower crane dalam suatu proyek harus dapat menjangkau seluruh area pekerjaan dalam proyek tersebut. Dalam pengoperasiannya tower crane ini dioperasikan oleh seorang operator.

Pada Proyek The St. Moritz-Presidential-2 terdapat satu unit tower crane dengan panjang lengan 55 meter dan beban maksimum yang dapat diangkut sebesar 2,4ton.

b. Truck Mixer

Truck Mixer adalah kendaraan yang dilengkapi dengan mixer (molen) yang berfungsi sebagai kendaraan pengangkut beton siap pakai menuju lokasi proyek. Pada Proyek The St. Moritz-Presidential-2, truck mixer berasal dari PT. Adhimix selaku

(6)

supplier ready mix. Satu buah molen kapasitas untuk menampung beton siap pakai sebesar 7 m³. Cara kerja truck mixer adalah sebagai berikut :

- Untuk mengendalikan perputaran molen digunakan dua buah tuas yang letaknya dibawah molen (belakang truk) yaitu :

 Tuas 1 berfungsi untuk mengatur laju perputaran mixer saat membawa ready mix.

 Tuas 2 berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya frekuensi penuangan ready mix saat dikeluarkan.

- Apabila perputaran molen berlawanan arah jarum jam (dilihat dari belakang) beton akan tetap terjaga dalam truk, hal ini umumnya dilakukan untuk menjaga agar beton dalam truk tidak setting atau mengalami perkerasan pada saat diperjalanan atau saat menunggu ready mix dituangkan.

- Jika molen berputar searah jarum jam maka beton yang ada di dalam molen akan bergerak keluar.

c. Concrete Bucket.

(7)

Concrete Bucket atau biasa disebut bucket cor adalah alat berbentuk corong besi dimana pada bagian bawahnya dilengkapi lubang di bawahnya dan katup yang dapat dibuka dan ditutup. Concrete Bucket digunakan untuk mengangkut beton dari truck mixer menuju ketempat pengecoran dengan bantuan alat tower crane. Satu concrete bucket mampu menampung beton readymix sebesar ± 1 m³. Pada lubang dibawah concrete bucket dipasang sejenis pipa yang terbuat dari karet plastic atau biasa disebut tremi. Tremi ini digunakan untuk mempermudah penuangan beton pada area pengecoran. Cara kerja concrete bucket adalah sebagai berikut :

- Concrete Bucket diletakkan pada landasan / area datar untuk kemudian diisi dengan beton ready mix (biasanya beton yang dituangkan ke dalam concrete bucket tidak terisi penuh, hal ini dilakukan untuk menghindari tumpahnya beton saat pengangkatan dengan tower crane).

- Concrete bucket dikaitkan dengan kait pada tower crane dan diangkut ke zona pengecoran.

- Concrete bucket diturunkan untuk menaikkan seorang pekerja yang bertugas mengendalikan tuas buka tutup katup concrete bucket.

- Pada saat pengecoran, kondisi concrete bucket tergantung pada tower crane.

d. Vibrator.

(8)

Vibrator adalah alat yang digunakan untuk menggetarkan beton yang baru dicor agar beton tersebut rata di dalam bekisting dan juga untuk mengurangi rongga udara yang ada di dalam beton sehingga ketika beton tersebut kering, beton dalam keadaan padat dan tidak keropos. Dalam penggunaan vibrator beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

- Batang penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan beton secara vertical, tetapi dalam keadaan khusus diperbolehkan miring maksimal 45°.

- Penggetaran harus dilakukan ketika adukan beton dituang ke dalam bekisting dan dihentikkan bila permukaan beton permukaan beton sudah tampak mengkilap atau air semen sudah tampak mengkilap atau air semen sudah mulai menggenang diatas permukaan beton (maksimal 30 detik).

- Batang penggetaran tidak boleh mengenai tulangan, sebab getarannya akan mempengaruhi proses pengikatan yang sedang berlangsung antara beton yang sudah mulai mongering dengan tulangan tersebut.

e. Bar Cutter

Bar Cutter adalah alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yang diinginkan. Dalam pengoperasian bar cutter dilakukan oleh dua orang pekerja. Satu pekerja memegang besi tulangan yang akan dipotong dan satu orang lagi menekan tombol atau pedal yang ada di alat tersebut.

(9)

Gambar 3.8 Bar Cutter

f. Bar Bender.

Gambar 4.9 Bar Bender

Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokan besi tulangan yang telah dipotong dengan bar cutter. Cara kerja alat ini adalah dengan meletakkan besi tulangan pada satu tumpuan, dan dengan menginjak pedal maka besi akan membengkok secara optomatis sesuai dengan sudut yang ditentukan.

g. Engine Compressor

Air Compressor adalah alat bertekanan tinggi yang digunakan untuk membersihkan area pengecoran dari sisa-sisa material seperti sisa kawat, besi, tanah, sampah, dan sisa material lainnya sebelum pengecoran dilakukan

(10)

Gambar 3.10 Bar Bender

h. Schafolding.

Gambar 3.11 Schafolding

Alat yang terbuat dari besi ini terdiri dari beberapa bagian yang berfungsi untuk menahan bekisting. Penggunaan scaffholding perlu memperhatikan spesifikasi dari pabrik mengenai ukuran dan kekuatannya sehingga dapat berfungsi dengan baik.

(11)

U-Head

Dipasang pada bagian paling atas dari scaffholding dengan menggunakan system ulir. Berfungsi sebagai tempat dudukan balok-balok kayu penyanggah bekisting. Ukuran tinggi U-Head adalah 40 cm dan 60 cm.

Gambar 3.12 U-head

Leader Frame.

Gambar 3.13 Leader Frame

Merupakan batang scaffholding yang biasanya dirangkai diatas main frame apabila main frame tidak memungkinkan untuk mencapai ketinggian yang dikehendaki sehingga membutuhkan penyambungan. Ukuran lebar Leader Frame adalah 125 cm sedangkan ukuran tinggi leader frame adalah 40 cm, 50 cm, dan 90 cm.

(12)

Joint Poin.

Ujung bagian atas dari main frame yang berfungi untuk menghubungkan atau menyambung antara frame yang satu dengan frame berikutnya apabila konstruksi perancah cukup tinggi. Ukuran join pin adalah 5 cm.

Gambar 3.14 Joint Poin sebelum & sesudah disambung

Main Frame

Merupakan kerangka utama scaffholding yang berfungsi sebagai penahan beban vertical diatasnya baik beban manusia maupun beban material. Ukuran lebar main frame adalah 125 cm, sedangkan ukuran tinggi main frame adalah 170 cm dan 190 cm.

(13)

Cross Brace.

. Gambar 3.16 Cross Brace

Merupakan pipa penyilang dua Walking Frame yang berfungsi sebagai konstruksi sehingga tidak goyang dan sebagai penghubung antara scaffholding satu dengan yang lainnya.

Jack Base.

Gambar 3.17 Jack Base

Merupakan landasan scaffholding yang menghubungkan batang secara vertical dengan alas. Fungsinya adalah sebagai tempat dudukan Main Frame. Jack Base memiliki ukuran tinggi 40 cm dan 60 cm.

(14)

i. Alat Pengukuran

Alat ukur yang digunakan adalah Theodolite dan Waterpass. Theodolite adalah alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai, sedangkan waterpass adalah alat yang digunakan untuk menentukan elevasi bangunan. Pada proyek ini theodolite yang digunakan adalah theodolite merk Nikkon Type NE-102. Alat bantu ini merupakan perlengkapan yang digunakan oleh tim surveyor untuk melaksanakan tugas-tugas pengukuran dilapangan seperti menentukan elevasi bangunan, pembuatan garis marking, kerataan atau ketegakkan bekisting, kerataan saat pengecoran, dan sebagainya. Alat-alat pengukuran tersebut juga diperlengkapi dengan :

- Statif atau kaki tiga

- BAK ukur atau mistar ukur - Meteran, benang, pensil - Sipatan, Waterpass.

Gambar 3.18 Alat – Alat Pengukuran

3.3 PENGADAAN BAHAN DAN ALAT ( PROCUREMENT ) 3.3.1 Definisi

(15)

penerimaan barang di Proyek. Sedangkan vendor adalah Perusahaan atau Badan Usaha yang melaksanakan suatu pekerjaan atau pengadaan material yang mengadakan Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) langsung dengan PT. PP. Dalam hal ini PT. PP adalah Main Contractor dan Vendor adalah Supplier dan subkontraktor dari PT. PP.

3.3.2 Sistem Procurement

Sistem procurement dapat diuraikan menjadi 3 hal :  Penetapan pemasok

 Kondisi pembelian  Cara pembayaran 3.3.2.1 Penetapan Pemasok

• Disesuaikan dengan jadwal pengadaan setiap macam material

• Memperhatikan lead time tiap-tiap calon pemasok terseleksi (waktu produksi + pengangkutan)

• Perlu dibuat Jadwal Kedatangan Material (Materials Delivery Schedule) untuk menetapkan :

- tanggal material datang

- tanggal Order Pembelian dibuat

- bisa dirancang proses seleksi untuk menetapkan pemasok definitive Penetapan Pemasok Deffinitive

• Untuk material produksi satu pabrik dengan banyak sumber : - minta penawaran minimal 3 calon pemasok

- melakukan klarifikasi & negosiasi atas penawaran tersebut

- hasil klarifikasi & negosiasi yang dinilai paling menguntungkan ditetapkan sebagai pemasok.

(16)

Untuk material produksi sumber yang berbeda :

- Calon pemasok yang materialnya disetujui konsultan diminta mengajukan penawaran sesuai kebutuhan yang nyata

- melakukan klarifikasi & negosiasi atas penawaran tersebut

- hasil klarifikasi & negosiasi dijadikan dasar pembuatan order pembelian kepada calon pemasok tersebut

Procurement dapat melakukan pembelian secara langsung kepada sumber dalam kondisi :

• Kuantitas material yang dibutuhkan kecil

• Secara mendadak timbul kebutuhan akan material yang harus segera datang • Tetap melalui pertimbangan harga dari beberapa sumber yang kualitas materialnya

dapat diterima.

3.3.2.2 Kondisi / Tipe Pembelian Sesuai kesepakatan penjual & pembeli a. Pembelian langsung.

- pembeli membeli langsung barang yang tersedia dengan harga dan hal-hal lain yang disepakati

- setelah kesepakatan terjadi, dilakukan penyerahan material ditempat penjual atau ditempat pembeli

- biasanya untuk material yang umum dan kuantitas kecil b. Pembelian melalui pemesanan.

- dilakukan dalam hal jumlah material yang dibutuhkan melebihi persediaan ditempat penjual, atau

(17)

- bila disain material sifatnya khusus, tidak standar - perlu dibuat Surat Perjanjian Pemesanan Material

c. Pembelian sistim Quota (sistim kontrak payung).

- mencakup kuantitas maupun harga tertentu dalam jangka waktu tertentu - delivery secara bertahap yang disepakati kedua pihak

- kuantitas maupun jangka waktu yang tercantum dalam perjanjian merupakan batas maksimum

- umumnya dengan uang muka 10% - 20% yang di back up dengan jaminan Dampak positifnya :

• Pembeli mendapat kepastian delivery dengan harga pasti • Penjual mendapat kepastian penjualan

d. Pembelian sistem buy - back

- untuk material pendukung dengan life time panjang, dan penggunaan diproyek bersifat sementara

- dalam perjanjian disepakati oleh penjual untuk membeli kembali dengan ketentuan :

= penggunaan material tertentu = waktu penggunaan tertentu = tempat penggunaan tertentu = harga pembelian kembali tertentu = kondisi material baik/wajar

(18)

Sisi positif sistim buy back

- pembeli bisa berhemat, tidak harus membeli (investasi) 100% dan tidak perlu merawat setelah proyek selesai

- penjual dapat memperoleh barang-barang dengan kondisi baik dan harga menguntungkan sebagai barang dagangan

3.3.2.3 Cara Pembayaran a. Pembelian langsung

- barang diterima (ditempat penjual atau pembeli) lalu pembayaran dilakukan, saat itu juga atau setelah jangka waktu tertentu

b. Pembayaran dimuka

- uang pembayaran diserahkan lebih dahulu, baru penjual menyerahkan barang kepada pembeli saat itu juga atau setelah jangka waktu tertentu

c. Pembayaran dengan tenggang waktu

- pembayaran dilakukan setelah satu jangka waktu yang disepakati sejak barang diterima

Hal-hal positif bagi pembeli

- dapat memperoleh barang saat belum mempunyai uang tunai

- lebih dapat merencanakan cash flow untuk meminimalkan jumlah pinjaman Hal-hal negatif bagi pembeli

- pemasok memperhitungkan cost of money atas tertundanya pembayaran yang nilainya lebih tinggi dari bunga kredit Bank

- dalam keadaan permintaan akan barang tersebut tinggi, mungkin saja penjual lebih memperhatikan pembeli dengan pembayaran tunai atau dengan tenggang waktu yang lebih pendek

(19)

d. Pembayaran dengan uang muka

- setelah kontrak ditanda tangani pembeli membayar uang muka (10% - 20%) dengan jaminan

- memberatkan cash flow pembeli, tetapi mengikat penjual

e. Pembayaran dengan angsuran

- pembayaran bertahap sesuai pengiriman barang atau progres produksi barang - umumnya pada kontrak dengan nilai besar dan jangka waktu panjang

f. Pembayaran sistim back to back

- pembayaran kepada pemasok setelah menerima pembayaran dari Pemilik Proyek, sebesar nilai material yang terkait dalam pembayaran tersebut. g. Pembayaran melalui leasing (sewa beli)

- pembayaran dengan cara kredit dari lembaga keuangan (lessor) yang dibayar oleh pembeli (lessee) secara angsuran berikut bunganya, dengan jaminan barang yang menjadi obyek transaksi

- anggsuran pembayaran diperhitungkan sebagai sewa, setelah lunas, bukti-bukti kepemilikan diserahkan kepada pembeli.

3.3.3 Daftar Suplier Suplier Bahan :

Beton : PT. Adhimix

Besi : PT. Interworld, PT. Master Steel Kayu, Hollow : PT. Supra Jaya, PT. Manumbing Emas Alat bantu : PT. Supra Jaya, PT. Manumbing Emas

(20)

Pompa : PT. Jaya Sakti, PT. Parasindo

Suplier Alat :

Speedshore : PT. PJA ( Anak perusahaan )

Gambar

Gambar 3.1. Beton Ready Mix
Tabel 3.1  Tabel Mutu Beton Per Lantai
Gambar 3.2. Besi Tulangan
Gambar 3.4. Tulangan Kaki Ayam
+7

Referensi

Dokumen terkait