• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Tween 80 dan Span 80 dalam formulasi sediaan krim kefir susu kambing dengan metode Simplex Lattice Design - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi Tween 80 dan Span 80 dalam formulasi sediaan krim kefir susu kambing dengan metode Simplex Lattice Design - USD Repository"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI TWEEN 80 DAN SPAN 80 DALAM FORMULASI SEDIAAN KRIM KEFIR SUSU KAMBING DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE

DESIGN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Nourmalita Pertamasari (148114037)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

OPTIMASI TWEEN 80 DAN SPAN 80 DALAM FORMULASI SEDIAAN KRIM KEFIR SUSU KAMBING DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE

DESIGN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Nourmalita Pertamasari (148114037)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ Optimasi Tween 80 dan Span 80 dalam Formulasi Sediaan Krim

Kefir Susu Kambing dengan Metode Simplex Lattice Design “ ini dengan baik

sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –

besarnya kepada :

1. Orang tua penulis, Suharta dan Chrispina Ernawati serta adik Paulina Dwi Habsari yang selalu memberikan dukungan motivasi dan doa.

2. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dari awal hingga akhir sehingga skripsi dapat

diselesaikan dengan baik.

4. Ibu Beti Pudyastuti M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk menjadikan skripsi ini lebih baik. 5. Dr. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan untuk menjadikan skripsi ini lebih baik. 6. Pak Mus, Mas Agung, Pak Kayat, Mas Bimo, dan Pak Parlan serta semua

staff yang telah bersedia membantu penulis selama penelitian.

7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi yang telah berbagi pengetahuan.

8. Bara Aryadi Tama yang selalu memberikan kebahagian, semangat dan harapan dalam menyelesaikan skripsi.

(9)

10. Rekan penelitian Karmel, Roy, Jenny, Aldo, Tomi, Yoyo yang telah menemani dan memberikan dukungan.

11. Teman- teman kost “ Gita” : Gio, Vero, Natalia, Cing-Cing, Inge, Mbak Yesi, Mbak Ucil, Mbak Tera, Marisa, Tata dan Kak Reta yang menemani dan mendukung penulis selama merantau di Jogja.

12. Teman–teman terkasih Putra, Parlin, Rizky, Anggi, Danti, Wahyu, Panji, dan Fati, yang selalu memberikan penghiburan dan semangat kepada penulis.

13. Teman – teman FSMA 2014 dan keluarga PSM Cantus Firmus atas kerjasama, dinamika, kebersamaan dan penghiburan selama 4 tahun ini. 14. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan naskah skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekuarangan dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis berharap menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan khusunya dibidang formulasi.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... .i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT... xiv

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN... 3

KESIMPULAN ... 19

SARAN ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

LAMPIRAN ... 24

BIOGRAFI PENULIS ... 45

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel I. HLB Campuran Formula 1–Formula 5 ... 6

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Konsentrasi kefir susu kambing (ppm) terhadap % Inhibisi .... 10

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan pembuatan larutan ... 24

Lampiran 2. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Kefir Susu Kambing... 25

Lampiran 3. Hasil Pengujian Tipe Emulsi ... 27

Lampiran 4. Data Uji pH... 28

Lampiran 5. Uji Viskosistas Real Time ... 28

Lampiran 6. Uji Daya Sebar ... 29

Lampiran 7. % Pergeseran Viskositas... 30

Lampiran 8. Persamaan SLD Viskositas Siklus 0 (awal setelah pembuatan)... 32

Lampiran 9. Persamaan SLD Daya Sebar... 33

Lampiran 10. Persamaan SLD Pergeseran Viskositas ... 34

Lampiran 11. Analisis StatistikOne Sample T TestTaraf Kepercayaan 95%... 37

(14)

ABSTRAK

Penelitian optimasi komposisi emulgator Tween 80 dan Span 80 dalam krim kefir susu kambing menggunakan metode Simplex Lattice Design bertujuan untuk mengetahui kadar aktivitas antioksidan kefir susu kambing dan mengetahui komposisi optimum formula krim kefir susu kambing yang menghasilkan sediaan krim dengan kriteria sifat fisik dan stabilitas yang baik, viskositas (40 – 400 d.Pa.s), daya sebar (5-7 cm), dan pergeseran viskositas (< 10%).

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan variabel eksperimental dua faktor (Tween 80 dan Span 80) dengan jumlah kombinasi emulgator 10% dari total formula. Sifat fisik krim diuji secara organoleptis (warna, bentuk dan bau), pH, tipe emulsi, viskositas awal, daya sebar dan pergeseran viskositas.

Berdasarkan penelitian, kefir susu kambing memiliki aktivitas antioksidan dengan tingkat aktivitas antioksidan sedang yaitu 150,139 ppm. Kefir susu kambing dapat diformulasikan menjadi bentuk sediaan krim dan diperoleh area komposisi optimum yaitu formula 1, 2, 3 dan 4 serta ditentukam formula 3 sebagai titik komposisi optimum dengan perbandingan 50% Tween 80 dan 50% Span 80.

(15)

ABSTRACT

The optimum research on the composition emulgator Tween 80 and Span

80 in kefir goat’s milk cream using of Simplex Lattice Design method aims to

find out the level of antioxidant activities kefir goat’s milk and observe the

optimum composition in kefir goat’s milk cream formula that produces cream preparations with good physical and stability, viscosity ( 40 – 400 d.Pa.s ), spreadability (5-7 cm), and viscosity shift (10%)

This research is both experimental variables with two experimental factors (Tween 80 and Span 80) with the number of combinations emulgator 10% of the total formula. Physical properties of a cream tested in organoleptis (colour, phase and odour), pH , emulsion type, viscosity, spreadability, and viscosity shift.

Based on research, the kefir goat’s milk has an antioxidant activity with level of antioxidant activity are namely 150,139 ppm. Kefir goat’s milk can be formulated into cream dosage forms and the optimum composition area obtained was formula 1, 2, 3 and 4 determined formula 3 as the optimum composition of the comparison with 50% Tween 80 and 50% Span 80.

(16)

PENDAHULUAN

Kulit merupakan salah satu organ terbesar dari tubuh, hampir sekitar 15 % dari berat total tubuh orang dewasa. Kulit memiliki berbagai fungsi penting,

yaitu melindungi tubuh dari bahan- bahan yang bersifat kimia, fisika, dan biologis eksternal, serta mencegah terjadinya kehilangan atau kekurangan air dalam tubuh dan sebagai termoregulasi (Lyons dan Ousley, 2015). Tanpa disadari kulit secara terus menerus terpapar oleh udara, radiasi matahari, dan polusi lingkungan lainnya yang mengandung radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan elektron sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian dari sel (Poljask and Dahmane, 2012). Radikal bebas merupakan salah satu faktor eksternal penyebab proses penuaan dini. Proses penuaan dini ditandai dengan munculnya noda hitam atau flek, keriput, kondisi kulit kering bersisik dan kasar. Proses penuaan dini dapat dicegah dengan menggunakan senyawa antioksidan (Swastika, Mufrod dan Purwanto, 2013). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mengatur transfer elektron sehingga kerusakan sel yang disebabkan reaksi oksidasi radikal bebas dapat dihambat (Poljask and Dahmane, 2012). Antioksidan dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu berasal dari sintesis senyawa kimia dan bahan – bahan alami seperti buah -buahan, sayuran ataupun produk susu fermentasi.

Kefir merupakan produk susu fermentasi dari biji – bijian kefir yang berisi campuran kompleks bakteri dan ragi yang hidup bersimbiosis. Dalam

kehidupan sehari – hari kefir memiliki berbagai manfaat diantaranya meningkatkan sistem kekebalan tubuh, pencernaan, perawatan klinis penyakit metabolik, hipertensi, penyakit jantung iskemik, alergi, antimikroba, antivirus,

(17)

diameternya, memiliki warna putih atau kuning-putih serta teksturnya kuat namun berlendir (Setyowati dan Setyani, 2016).

Menurut Ersanet al., (2016) komponen alami kefir susu kambing seperti asam amino (tirosin dan sistein), vitamin (A dan E), karotenoid dan sistem enzim superoksida dismutase, katalase dan glutation periksidase menunjukkan bahwa produk kefir susu kambing memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mengatasi radikal bebas dengan menghambat askorbat dan asam linoleate autooksidase. Pada penelitian yang dilakukan Ersanet al., (2016) aktivitas antioksidan pada kefir susu kambing ditentukan dengan menggunakan metode DPPH ( 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) yang menunjukkan hasil semakin lama proses fermentasi maka aktivitas antioksidan meningkat. Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat ditetapkan kadar aktivitas antioksidan kefir susu kambing dengan metode DPPH.

Kefir susu kambing memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga memiliki sifat lipofilik, berdasarkan hal tersebut kefir susu kambing yang merupakan bahan aktif alami ini cocok untuk dibuat dalam bentuk sediaan krim. Krim merupakan suatu sediaan semisolid yang praktis, mudah dikembangkan dalam industri kosmetik. Menurut Farmakope Indonesia edisi V (2014), krim merupakan suatu sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang larut ataupun terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Berdasarkan pada basis krim memiliki 2 jenis yakni krim hidrofobik tipe air dalam minyak (A/M) dan hidrofilik tipe minyak dalam air (M/A). Krim hidrofobik memiliki rentang HLB sekitar 3-6 dengan emulgator berjenis lemak, sorbitan ester atau

monosakarida. Krim hidrofilik memiliki rentang HLB sekitar 8 – 18. Bentuk sediaan krim hidrofilik lebih dipilih karena memiliki pelepasan obat yang baik, mudah diaplikasikan pada kulit dan mudah dibersihkan atau dicuci sehingga tidak meninggalkan lapisan minyak dalam kulit (Roweet al., 2009).

(18)

terbentuk (Allen, 2002). Pemilihan jenis emulgator dan campuran emulgator yang digunakan akan mempengaruhi nilai HLB. Nilai HLB ini menunjukkan

kesetimbangan antara bagian lipofil dan hidrofil dalam sistem emulsi. Penelitian ini menggunakan tween 80 dan span 80 sebagai emulgator. Kombinasi emulgator tween 80 dan span 80 memiliki sifat emulgator yang baik. Emulsi yang terbentuk stabil, tidak toksik dan tidak terpengaruh pada adanya perubahan elektrolit dan pH (Aulton, 2002). Tween 80 bersifat hidrofilik dengan nilai HLB sebesar 15 dan Span 80 bersifat lipofilik dengan nilai HLB 4,3 (Rowe et al., 2009). Pada penelitian Patel and Kamani (2009), penggunaan kombinasi emulgator Span 80 dan Tween 80 dengan komposisi tertentu dapat mempengaruhi viskositas serta daya sebar sediaan krim. Jika komposisi Tween 80 ditingkatkan hingga mencapai 5% dan komposisi Span 80 konstan maka viskositas krim akan meningkat menjadi 0,787 cps. Dan pada komposisi Tween 80 5% dan Span 80 2,5% maka daya sebar krim akan meningkat mencapai 23,8 cm/ detik.

Pada penelitian ini ingin mengetahui komposisi campuran optimum Tween 80 dan Span 80 pada formulasi sediaan krim kefir dengan metodeSimplex Lattice Designagar diperoleh sediaan krim yang memenuhi kriteria sifat fisik dan stabilitas krim yang baik. Penerapan Simplex Lattice Design digunakan untuk menentukan formula optimal dari campuran bahan, dalam desainnya jumlah total bagian komponen campuran dibuat tetap yaitu sama dengan satu bagian (Bolton, 2010).

METODE PENELITIAN

Jenis rancangan penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode Simplex Lattice Design dua faktor untuk melihat perbandingan komposisi Tween 80 dan Span 80 guna mendapatkan formula optimum krim kefir susu kambing. Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi jumlah Tween 80 dan Span 80 sebesar 10% dari total formula yang ditentukan. Variabel tergantung adalah sifat fisik (organoleptis, pH, tipe emulsi, viskositas, dan daya sebar) dan stabilitas fisik (organoleptis, pH, dan pergeseran viskositas).

(19)

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu biji – bijian kefir/ kefir

grains, susu kambing (CV. Bumiku Hijau Jogja), metanol p.a (Merck), Tween 80

(kualitas farmasetis), Span 80 (kualitas farmasetis), propilen glikol (kualitas farmasetis), asam stearat (kualitas farmasetis), VCO (kualitas farmasetis), sorbitol (kualitas farmasetis), asam sitrat (kualitas farmasetis), asam askorbat (kualitas farmasetis), trietanolamin (TEA) (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas farmasetis), aquadest dan larutan DPPH (2,2-Diphenyl-1-pikrilhidrazil) (Sigma Aldrich).

Alat dan Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat – alat gelas, timbangan analitik (OHAUS), spektrofotometer UV – Vis, pH meter (Ohaus), hotplate, waterbath, viskometer cone and plate (Rheoses), tabung sentrifugasi, sentrifugator, cawan porselen, pendingin (kulkas), pipet volume, glassfinn, magnetic stirrer, termometer, batang pengaduk, pipet tetes, toples kaca dan wadah plastik.

Prosedur Penelitian

Preparasi Kefir Susu Kambing dan Larutan DPPH

Susu kambing 100 ml dipanaskan hingga suhu 90o C selama 10 menit. Sebelum pendinginan suhu inokulasi ditambahkan kefir grain sebanyak 5 gram dengan cara di taburkan dan diinkubasi pada suhu 25oC selama ± 8 jam pada suhu

ruangan hingga mencapai pH 4,5 – 4,6. Setelah proses fermentasi, kefir susu kambing disaring dan susu kefir fermentasi disimpan pada suhu sekitar 4 - 6oC.

(20)

DPPH ditimbang sebanyak 1,98 mg dilarutkan dengan menggunakan methanol p.a dalam labu ukur 25 mL (larutan dilindungi dari cahaya ), sehingga

diperoleh konsentrasi 0,20 mM (Harun, 2014). Penentuan Panjang Gelombang

Larutan DPPH 0,20 mM diambil sebanyak 0,75 mL dan ditambah metanol p.a sebanyak 4,50 mL. Absorbansi diamati pada panjang gelombang 400

– 800 nm. Metanol p.a sebanyak 5 ml digunakan sebagai blanko. Panjang gelombang yang memberikan absorbansi dengan nilai yang paling tinggi digunakan sebagai panjang gelombang maksimum (Yovita, 2016).

Pengukuran OT (Operating Time)

Larutan DPPH 0,20 mM diambil sebanyak 0,75 mL dan ditambah dengan larutan seri konsentrasi 40 ppm sebanyak 4,50 mL, kemudian diamati absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh 5 menit selama 30 menit, blangko yang digunakan yaitu larutan DPPH 0,20 mM sebanyak 0,75 mL dan methanol p.a sebanyak 4,50 mL (Yovita, 2016).

Pengukuran Aktivitas Antioksidan

Larutan uji pada masing – masing konsentrasi seri sebanyak 4,50 ml diambil dan ditambah dengan larutan DPPH 0.20 mM sebanyak 0,75 ml, kemudian didiamkan selama OT (operating time) dan diamati absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Blangko yang digunakan berupa larutan DPPH 0,20 mM sebanyak 0,75 mL dan methanol p.a sebanyak 4,50 mL. Dari absorbansi diperoleh persamaan regresi yang kemudian digunakan untuk menghitung nilai

IC50(Sahinet al., 2012).

Formulasi Sediaan Krim Kefir Susu Kambing

(21)

% (A) = ……… (1)

% (B) = 100 -% (A) ………...(2)

Sehingga didapatkan HLB dari setiap formula campuran komposisi Tween 80 dan Span 80 yang memasuki kriteria M/A emulsifying agent sebagai berikut :

Tabel I. HLB Campuran Formula 1–Formula 5

Komposisi F1 F2 F3 F4 F5

Tween 80 (gram) 4 4,5 5 5,5 6

Span 80 (gram) 6 5.5 5 4,5 4

HLB 8,580 9,115 9,650 10,185 10,720

Tabel II. Formula Krim Kefir (100 gram) dan Bahan

Bahan Formula (gram)

F1 F2 F3 F4 F5

Kefir susu kambing 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012

Propilenglikol 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1

Tween 80 4 4,5 5 5,5 6

Span 80 6 5,5 5 4,5 4

Sorbitol 20 20 20 20 20

Asam stearate 11 11 11 11 11

VCO 13 13 13 13 13

Asam Sitrat 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

Asam Askorbat 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

Triethanolamine 2,45 2,45 2,45 2,45 2,45

Metil paraben 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25

Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100

(22)

Extract” (Safitri et al.,2016). Modifikasi pada formula acuan terdapat perubahan zat aktif ekstrak jagung menjadi kefir susu kambing dan perubahan komposisi

VCO dan asam stearat sebagai fase minyak.

Pembuatan krim kefir susu kambing dilakukan dengan cara dipisahkan antara fase minyak dan fase air terlebih dahulu. Kefir susu kambing, asam stearat, VCO dan Span 80 dipanaskan hingga suhu 70oC sebagai fase minyak. Untuk fase air terdiri dari metil paraben, propilen glikol, Tween 80, trietanolamin, sorbitol, asam sitrat dan asam askorbat dipanaskan tersendiri dari fase minyak. Setelah kedua fase dipanaskan, dicampurkan dalammixeryang telah dimodifikasi dengan kecepatan 600 rpm. Setelah semuanya tercampur ditambahkan aquadest diaduk selama 5 menit dan didinginkan (Safitriet al., 2016).

Uji Sifat Fisik Sediaan Krim Antioksidan Kefir Uji Tipe Emulsi

Krim kefir susu kambing sebanyak 4 gram dilarutkan dalam air 40 mL. Jika krim larut dalam air maka krim termasuk tipe minyak dalam air (Ansel et al., 2011).

Uji Organoleptis dan pH

Sediaan krim diamati warna, bentuk, dan bau yang dihasilkan. Untuk uji pH, dilakukan dengan mengukur pH sediaan krim menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan air pH 7. Kriteria pH yang diinginkan adalah 4–6 yang merupakan pH kulit manusia (Dipahayu, 2014).

Uji Daya Sebar

Sediaan krim sebanyak 1 gram diletakkan di atas bagian tengah suatu kaca bulat. Kemudian diberikan beban pemberat sebesar 125 gram (kaca bulat penutup dan beban tambahan) di atas sediaan krim dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameternya dari empat sisi yang berbeda. Pengujian daya sebar dilakukan ± 24 jam setelah pembuatan krim. Daya sebar yang memenuhi persyaratan yaitu 5–7 cm (Garget al., 2002).

Uji Viskositas

(23)

and plate. Pengukuran viskositas dengan mengambil krim sedikit dan diletakkan pada plate. Nilai viskosistas akan terbaca pada monitor komputer menggunakan

softwareMICRA. Kriteria viskositas sediaan semisolid yang baik adalah 40 –400 d.Pa.s (Genatrika, 2016).

Uji Stabilitas Krim Kefir

Uji Freeze thaw dilakukan dengan cara menyimpan masing – masing

formula pada suhu -4oC selama ± 24 jam pada kulkas, kemudian disimpan kembali pada suhu 45oC selama ± 24 jam pada oven (1 siklus freeze thaw) (Dipahayu,2014). Penyimpanan dilakukan hingga 3 siklus, pada akhir tiap siklus dilakukan uji sifat fisik sediaan krim yang meliputi pH, organoleptis, daya sebar dan viskositas.

Analisis Data

Hasil dari uji sifat fisik dan stabilitas fisik (daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas) dari tiap formula dianalisis dengan pendekatan Simplex Lattice Design untuk menghitung koefisien a, b, ab sehingga didapatkan persamaan 3.

y = a(x1) + b(x2) + ab(x1)(x2)………(3)

Dimana y = respon (daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas) a, b, ab = koefisien

(x1, x2) = besar komponen x1(Tween 80) dan x2(Span 80)

Dari persamaan ini kemudian dapat dibuat suatu profil yang menggambarkan sifat fisik dengan berbagai komposisi campuran Span 80 dan

Tween 80. Hasil profil yang diperoleh berdasarkan rumus digunakan untuk menentukan komposisi campuran emulgator yang optimal.

Persamaan Simplex Lattice Design diperoleh dari formula 1, 3, dan 5 (3 titik utama) dan divalidasi dengan formula 2 dan 4 (extra-design points) untuk menghindari perolehan persamaan yang tidak akurat. Validasi dilakukan dengan cara menghitung perolehan regresi dari persamaan yang telah diperoleh menggunakan metode uji statistik one sample T test dengan taraf kepercayaan 95%. Jika nilai data Thitung< TTabel maka data berbeda bermakna dan jika p value

(24)

Shapiro wilk apabila nilai data Thitung> TTabel maka data terdistribusi normal dan

jika p value Thitung< TTabel maka data tidak terdistribusi normal. Uji homogenitas

data dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test dengan taraf kepercayaan 95%, jika nilai Fhitung< FTabelmaka data dapat diasumsikan homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Kefir Susu Kambing

Pada pembuatan kefir susu kambing menggunakan susu kambing 100 ml yang telah dipasteurisasi serta grains kefir sebanyak 5 gram, diinkubasi selama 10 jam pada suhu ruang hingga mencapai pH 4,6. Menurut Purnomo dan Muslimin ( 2012) menyatakan bahwa pH ≤ 4,6 telah membentuk kefir yang ditandai terbentuk koagulasi dari interaksi antara protein whey yang terdenaturasi dan misel kasein yang diikuti produksi asam laktat. Kefir susu kambing yang terbentuk memiliki ciri larutan kental berwarna putih, dan beraroma asam.

Pengujian Aktivitas Kefir Susu Kambing

Pelarut organik yang digunakan adalah metanol p.a yang dapat melarutkan kefir serta DPPH. Uji aktivitas antioksidan Kefir Susu Kambing dilakukan dengan metode DPPH. Prinsip dari metode ini adalah berubahnya warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning pucat ketika bercampur dengan substansi yang dapat mendonorkan atom hidrogen. Intensitas warna yang dihasilkan diukur menggunakan spektofotometer visible. Terlebih dahulu dilakukan optimasi untuk menentukan panjang gelombang maksimum dan OT (Operating Time). Optimasi panjang gelombang maksimum bertujuan untuk

(25)

antara larutan uji kefir susu kambing dengan larutan DPPH telah berjalan sempurna, maka dari itu digunakanOperating Time20 menit.

Indikator uji aktivitas antioksidan ini didapatkan dari nilai IC50. Nilai

IC50 (Inhibitory Concentration 50) atau sering disebut juga EC50 (Efficient

Concentration 50) didefinisikan sebagai konsentrasi senyawa antioksidan yang dibutuhkan untuk mengurangi radikal DPPH sebesar 50% (Sadili, 2016). Makin kecil IC50maka makin aktif larutan uji sebagai senyawa penangkap radikal DPPH/

senyawa antioksidan.

Gambar 1. Kurva Konsentrasi kefir susu kambing (ppm) terhadap % Inhibisi

Dari hasil perhitungan kurva pada gambar 1 didapatkan IC50larutan kefir

susu kambing sebesar 150,139 µg/mL. Menurut klasifikasi kekuatan antioksidan oleh Jun,et al. (2003), nilai IC50< 50 µg/mL adalah antioksidan sangat kuat, 50–

100 µg/mL adalah antioksidan kuat, 101 –250 µg/mL adalah antioksidan sedang, 251– 500 µg/mL adalah antioksidan lemah, dan > 500 µg/mL adalah antioksidan sangat lemah. Berdasarkan kategori tersebut, kefir susu kambing termasuk dalam antioksidan sedang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Liu et al. (2004) , kefir susu kambing bersifat sebagai antioksidan karena dapat mendonorkan proton (H+) kepada senyawa radikal sehingga senyawa radikal akan bersifat netral.

Penangkapan atom H+ini akan menimbulkan perubahan warna pada DPPH yang

(26)

Pembuatan formula dimodifikasi dari formula acuan (Safitri, et al.,

2018). Pada penelitian ini dilakukan uji sifat fisik dan stabilitas fisik krim kefir susu kambing meliputi tipe emulsi ( tipe minyak dalam air), organoleptis (warna, bentuk dan bau), pH (4 – 6), daya sebar (5 -7 cm), viskositas (40 – 400 d.Pa.s), serta pergeseran viskositas (≤ 10%).

Hasil Tipe Emulsi dan Uji pH

Penelitian ini menggunakan formula yang memiliki Hydrophile-Lipophile Balance (HLB) antara 8,58 sampai 10,72 dimana HLB tersebut berada pada range HLB dengan tipe krim minyak dalam air (M/A). Nilai HLB adalah nilai perbandingan keseimbangan antara senyawa yang bersifat hidrofobik dan hidrofilik dari suatu emulgator. Pengujian tipe krim dilakukan menggunakan miscibility test dengan melihat keterlarutan krim dalam fase air (Ansel et al., 2011). Kelima formula krim kefir susu kambing diuji tipe emulsinya dan diperoleh hasil semuanya larut dalam air (Lampiran 3) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelima formula memiliki tipe krim minyak dalam air (M/A). Uji organoleptis dilakukan pada kelima formula selama siklus 0 sampai dengan siklus 3 dan didapatkan hasil sediaan krim berwarna putih, berbentuk semisolid serta memiliki bau khas (tabel III).

Setiap formula krim kefir susu kambing diuji derajat keasamannya (pH) menggunakan pH meter. Hasil pengukuran derajat keasaman kelima sediaan krim kefir susu kambing berkisar antara 4,6–4,8 yang menunjukkan pH sediaan sesuai dengan persyaratan pH sediaan untuk penggunaan dikulit yaitu 4,5 – 6,8

(27)

Tabel III. Hasil Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Krim Kefir Susu Kambing

Formula Tipe Emulsi

Organoleptis pH

Warna Bentuk Bau S0 S1 S2 S3

I (M/A) Putih semisolid Bau khas 4,7 4,8 4,8 4,7 II (M/A) Putih semisolid Bau khas 4,7 4,8 4,8 4,7 III (M/A) Putih semisolid Bau khas 4,6 4,7 4,7 4,8 IV (M/A) Putih semisolid Bau khas 4,6 4,7 4,8 4,8 V (M/A) Putih semisolid Bau khas 4,7 4,7 4,8 4,8 Keterangan :

M/A = Minyak dalam air

S0 = Siklus nol (awal setelah pembuatan) S1 = Siklus satu

S2 = Siklus dua S3 = Siklus tiga

Hasil Uji Viskositas

(28)

Gambar 2. Grafik pengaruh variasi emulgator tiap formula terhadap viskositas

Viskositas yang diinginkan untuk krim kefir susu kambing ini adalah 40

– 400 d.Pa.s. Berdasarkan diagram diatas, pada formula 5 viskositasnya tidak sesuai dengan spesifikasi karena dibawah 40 d.Pa.s. Viskositas kelima formula pada siklus 0 sampai dengan siklus 3, dapat diamati semakin tinggi konsentrasi Tween 80 maka viskositas semakin menurun (Lampiran 5). Hal ini dikarenakan

sifat dari Tween 80 yang hidrofilik sehingga bagian kepala akan berorientasi pada fase air membentuk halangan sterik guna mencegah droplet – droplet saling

berkumpul membentuk koalesens (Gardens, 2007) sehingga lebih banyak menarik molekul air dan menyebabkan viskositasnya semakin menurun. Pada respon viskositas siklus 0 diperoleh persamaan simplex lattice design yaitu y = 37,861 (x1) + 98,762 (x2)–61,4 (x1) (x2). Pada persamaan tersebut x1 adalah Tween 80 dan x2 adalah Span 80. Koefisien Span 80 lebih besar dibandingkan Tween 80 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Span 80 lebih besar berpengaruh terhadap viskositas dibanding Tween 80.

Hasil Pergeseran Viskositas

(29)

terjadi. Faktor yang mempengaruhi pergeseran viskositas salah satunya adalah kemampuan emulgator dalam membentuk barier yang mencegah droplet– droplet

minyak dan air untuk tidak bergabung menjadi satu dengan yang lain sehingga mampu mempertahankan kekentalannya, karena ukuran droplet yang semakin besar akan membuat ketahanan alir menurun sehingga viskositasnya semakin kecil. Pergeseran viskositas pada krim kefir susu kambing tidak boleh lebih atau sama dengan 10 persen (Yuliani, 2010).

Gambar 3. Kurva Pergeseran viskositas

Pada penelitian ini, setelah penyimpanan selama 3 siklus dapat diamati bahwa terjadi peningkatan viskositas pada setiap formula disetiap siklusnya, dan pergeseran viskositas terbesar pada formula 4 . Pada respon pergeseran viskositas diperoleh persamaan Simplex Lattice Design yaitu y = 3,392 (x1) + 3,078 (x2) –

8,292 (x1) (x2) dimana pada persamaan ini x1adalah Tween 80 dan x2adalah Span

(30)

Hasil Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai

kemampuan sedian untuk menyebar pada permukaan kulit ketika diaplikasikan. Semakin besar nilai daya sebar maka sediaan makin mudah untuk diaplikasikan ke kulit, sehingga lebih besar luas permukaan kulit yang kontak dengan krim (Suwandi, Pramono dan Mufrod, 2012). Daya sebar berhubungan dengan viskositas sediaan, sampel dengan viskositas kecil akan mempunyai daya sebar yang besar (Patel and Kamani, 2009). Nilai daya sebar krim kefir susu kambing yang diinginkan adalah 5 – 7 cm karena termasuk dalam sediaan semifluid. Pemilihan semifluid bertujuan agar sediaan krim kefir susu kambing memiliki penyebaran yang tinggi dan mudah untuk diaplikasikan di kulit.

Gambar 4. Grafik pengaruh variasi emulgator tiap formula terhadap daya sebar

(31)

Hal ini dapat disebabkan karena daya sebar dipengaruhi oleh viskositas, dimana semakin tinggi viskositas maka semakin kecil daya sebar dan sebaliknya, sehingga

setelah penyimpanan 3 siklus terjadi peningkatan viskositas dan daya sebar semakin menurun. Pada respon daya sebar diperoleh persamaan Simplex Lattice Design yaitu y = 7,0 (x1) + 6,059 (x2) + 0,416 (x1) (x2), dimana pada persamaan

ini nilai x1 adalah Tween 80 dan x2 adalah Span 80. Koefisien Tween 80 lebih

besar dibandingkan Span 80 sehingga dapat ditarik bahwa Tween 80 lebih besar berpengaruh terhadap daya sebar dibandingkan Span 80.

Validasi Persamaan Komposisi Optimum

Data dari persamaan yang didapatkan dari tiap – tiap respon ditentukan nilai validasi respon dengan menggunakan formula 2 dan formula 4. Validasi respon pada komposisi optimum dilakukan untuk memastikan bahwa hasil responyang diajukan pada sediaan krim kefir susu kambing valid sehingga dapat digunakan untuk memprediksi komposisi optimum untuk respon terkait. One

sample T test yang digunakan dengan taraf kepercayaan 95% dan memiliki syarat

data yang diujikan harus terdistribusi normal dan homogen. Pengecekan data tersebut dilakukan menggunakan shapiro-wilk, levene test dan dihasilkan bahwa data- data tersebut terdistribusi normal dan homogen sehingga dapat dilanjutkan menggunakanone sample T test. Hasil pengujian dapat dilihat dari tabel IV.

Tabel IV. HasilOne sample T testseluruh respon

F

T Hitung -1,177 2,333 -16,845

T tabel 3,182

Kesimpulan Valid Valid Tidak Valid

F

or

m

ul

a 4 ValidasiTeoritis 41,25841,789 6,8436,817 4,8683,392

T Hitung - 0, 332 - 0, 565 -0,791

T tabel 3,182

(32)

Dari perhitungan T hitung tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan SLD untuk respon viskositas awal dan daya sebar awal valid, sehingga persamaan

SLD dapat digunakan untuk memprediksi komposisi optimum sediaan krim kefir susu kambing. Apabila di tinjau dari persamaan SLD respon pergeseran viskositas pada validasi formula 2 menunjukkan hasil yang tidak valid, sehingga persamaan tersebut tidak dapat digunakan untuk memprediksi komposisi optimum sediaan krim kefir susu kambing. Hasil yang tidak valid ini dapat disebabkan karena data tiap formula pada pergeseran viskositas yang diperoleh tidak berbeda signifikan (Lampiran 7), sehingga pada persamaan SLD yang dianalisis dengan one sample T test hasil yang diperoleh tidak valid. Proses penyimpanan dapat menjadi faktor terjadinya hasil pergeseran viskositas yang tidak berbeda signifikan ini.

Contourplot superimposed

(33)

Gambar 5.Contourplot superimposedFormula Optimum

Kriteria formula optimum penelitian ini adalah sediaan krim yang memiliki respon sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik dengan kriteria viskositas 40–400 d.Pa.s, daya sebar 5-7 cm dan pergeseran viskositas < 10%. Berdasarkan daerah arsiran gambar 5 dapat dilihat bahwa daerah arsiran kuning adalah daerah yang memenuhi kriteria penerimaan sediaan krim kefir susu kambing, sedangkan garis hijau pada sisi kiri dan kanan merupakan batas area komposisi optimum yang dihasilkan dari respon yang valid secara statistik. Gambar 5 menunjukkan pada formula 1, 2, 3 dan 4 masuk dalam area komposisi optimum. Pada penelitian ini akhirnya dipilih formula 3 sebagai formula optimum dengan mempertimbangkan tipe emulsi, organoleptis, pH, respon viskositas awal, respon daya sebar awal yang telah memenuhi spesifikasi serta pergeseran viskositas yang paling kecil yaitu 1,162 % . Semakin kecil nilai pergeseran viskositas maka stabilitas krim semakin meningkat.

:Tidak memenuhi kriteria

: Memenuhi kriteria

(34)

KESIMPULAN

Kefir susu kambing memiliki aktivitas antioksidan dengan tingkat aktivitas aktioksidan sedang yaitu 150,139 ppm. Kefir susu kambing dapat diformulasikan menjadi bentuk sediaan krim dengan menggunakan Tween 80 dan Span 80 sebagai kombinasi emulgator. Area komposisi optimum Tween 80 dan Span 80 dalam krim kefir susu kambing yang diperoleh adalah Formula 1, 2, 3 dan 4, sehingga dipilih formula 3 sebagai komposisi optimum dengan 50% Tween 80 dan 50% Span 80 ditinjau dari sifat fisik, viskositas awal dan daya sebar yang memenuhi spesifikasi serta pergeseran viskositas yang paling kecil.

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait penetrasi krim kefir susu

kambing melewati kulit.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical

Compounding, Edisi 2, American Pharmaceutical Association,

Washington. P. 287–288.

Anief, M., 2000.Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal. 32–80.

Ansel, H.C., Popovich, NG., and Allen, L.V., 2011, Ansell’s Pharmaceutical

Dosage Forms and Drug Delivery System, 9thEd., Lippincott Wiliams & Wilkins, Philadelphia, pp.376, 403.

Aulton, M.E., 2002,Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design,2nded., ELBS, Churchill Livingstone, p. 189.

Bolton, S., and Bon, C., 2010, Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical Application,,5thEd, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 439–452. Dewi, T. S. P., 2014. Kualitas Losion Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia

mangostana). Skripsi. 13–16, Universitas Atmajaya, Yogyakarta.

Dipahayu,S.G.,Alenzi, T., Sultan, a., Lavender, T., Chittock, J., Brown, K.,et al., 2013, Effect of Olive and Sunflower Seed Oil on the Adult Barrier: Implications for Neonatal Skin Care, Pediatric Dermatology, 30 (1), pp. 42–50.

Ersan, L. Y., Ozcan, T., Bayizit, A.A., Sahin, S., 2016. The Antioxidative Capacity of Kefir Produced from Goat Milk. International Journal of

Chemical Engineering and Application.

Florence, A. T. andAtwood, D., 2005,Physicochemical Principles of Pharmacy, 4thEd., Pharmaceutical Press, London, p. 239.

Gardens, O.W., 2007, Trends in Optical Materials, Nova Science Publisher Inc., New York, p.93.

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S.,andSingla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulations: An Update,Pharmaceutical Technology,pp.86, 90, 98. Genatrika, E., Nurkhikmah, I., dan Hapsari i., 2016, Formulasi Sediaan Krim

(36)

Haley, S., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients,6th ed., Pharmaceutical

Press, Washington, pp. 441–445.

Holistic, Heath Solution, 2011, Khasiat Fantastis Kulit Manggis, Grasindo, Jakarta, hal. 3, 6-10.

Jun, M. H.Y., J., Fong,X., Wan, C.S., Yang, C.T., and Ho, 2003. Comparisonof Antioxidant Activities of Isoflavones from Kudzu Roots (Pueraria labata Ohwl),J. Food, Sci.,68, 2117–2122.

Kemenkes RI, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta, hal. 46.

Kim, Cherng-ju, 2005, Advanced Pharmaceutics :Physicochemical Principles, CRC Press Inc., New York, pp. 7-9.

Liu, J.R., Lin, Y.Y, Chen, M. J., Chen, L.J. and Lin, C.W., 2004, Antioxidative Activities of Kefir.Asian Aust. (18). 4: 567–573.

Lyons, Faye and Ousley, Lisa, 2015, Dermatology for the Advanced Practice Nurse, Springer Publish Company, Amerika, p. 15.

Musarofah, 2015, Tumbuhan Antioksidan, PENERBIT Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 3 -12, 29.

Molyneux, Philip, 2004, The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Research Gate, 26 (2), p. 216.

Patel, R.P., Kamani, R., 2009, Formulation Optimization and Evaluation of Mometasone Furoate Cream, Journal of Pharmacy Research, 2 (10), pp.

1565- 1569.

Poljsak, Borut and Dahmane, R., 2011, Free Radicals and Extrinsic Skin Aging. Dermatology Research and Practice.

(37)

Rosa, D.D., M., Dias, M. M.S., Grzeskowiak, L.M., Reis, S.A., Conceicao, L.L.

and Peluziuo, M.D.C., 2017. Milk Kefir : Nutrirional, Microbiological and health benefits.Nutritional Research Review.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.e., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition,Pharmaceutical Press, London,pp. 551

Sadili, Richard, 2016, Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH Ekstrak Bromelian Buah Nanas, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Safitri, F.W., Syahreza, A., H.,Siti F., B., M. Cahyo S., and Hadi, S. I., 2016, Antioksidan Activities and Antioxidant Cream Formulation of Corn Silk (Zea Mays L.) Extract.Sains Medika.

S. Sahin, E. Isik, O. Aybastier,andC. Demir, 2012, Orthogonal Signal Correction -based Prediction of Total Antioxidant Activity Using Partial Least Squares Regression from Chromatogram, Journal of Chemometrics, vol. 239.

Sinko, J.P, 2011, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Science :

Physical Chemical and Biopharmaceutical Principles in the

Pharmaceutical Science, 6 th Ed., Lippincot Williams Wilkins , Philadelphia, pp. 767.

Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 103.

Setyowati, H and Setyani, Wahyuning, 2016, Kefir : A New Role as Nutraceuticals.Indonesian Journal of Medicine and Health.

Swastika, A., Mufrod dan Purwanto, 2013, Physical Stability and Activity of Cream O/W Ethanolic Fruit Extract of Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpha (scheff.) Boerl) as A Sunscreen, Traditional Medicine Journal,18(2), 112.

(38)

Yovita, Vinsensia S. R., 2016, Optimasi Parafin Cair sebagai Emolien dan Gliserol sebagai Humektant dalam Sediaan Krim Ekstrak Kulit Buah

Manggis (Garcinia mangostana L.) serta Uji Aktivitas Antioksidan, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

(39)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan pembuatan larutan

Larutan Baku Sampel

(40)

Konsentrasi dalam ppm

Lampiran 2. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Kefir Susu Kambing

- Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum

Lamda maksimum

- PengukuranOperating Time(OT)

(41)

- Kurva Konsentrasi kefir susu kambing terhadap % Inhibisi

Perhitungan IC50

y = 0,327 x + 0,8211

y = 0,0021 x + 6,2821

50 = 0,0021 x + 6,2821

x = 150,139 ppm

x= 150,139 µg/mL

- Perhitungan formula (IC50dikalikan 2 untuk sediaan 100 g)

(42)

Lampiran 3. Hasil Pengujian Tipe Emulsi

Formula Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5

Hasil

Tipe Emulsi Tipe emulsi M/A Tipe emulsi M/A Tipe emulsi M/A Tipe emulsi M/A Tipe emulsi M/A Acuan

Ansel (2011)

Krim kefir yang larut dalam air termasuk tipe emulsi minyak dalam air (M/A)

(43)

Lampiran 4. Data Uji pH

Lampiran 5. Uji Viskosistas Real Time

Respon : Viskositas (d. Pas)

Siklus ke–0 (24 jam setelah pembuatan)

Replikasi F1 F2 F3 F4 F5

1 99,982 73,440 53,897 43,672 38,143

2 96,758 68,839 52,674 41,918 37,885

3 94,353 68,317 52,311 38,185 37,554

Rata–rata 97,037 70,199 52,961 41,258 37,861

SD 2,824 2,819 0,831 2,802 0,295

Acuan (Genatrika,

2016)

(44)

Siklus ke–1 (24 jam setelah pendinginan dan 24 jam setelah pemanasan)

Replikasi F1 F2 F3 F4 F5

1 100,935 73,440 53,897 43,672 40,143

2 99,220 72,839 52,674 42,918 37,885

3 97,031 70,317 52,311 38,185 37,554

Rata–rata 99,062 71,199 52,961 42,258 39,861

SD 1,957 2,035 0,937 1,802 0,235

Siklus ke–2 (24 jam setelah pendinginan dan 24 jam setelah pemanasan)

Replikasi F1 F2 F3 F4 F5

1 104,713 78,5 52,5 44,375 40,547

2 98,419 73,852 52,54 43,220 38,763

3 94,527 67,996 51,848 41,25 37,235

Rata–rata 99,235 71,783 51,358 43,125 39,045

SD 5,139 4,125 0,503 1,457 1,235

Siklus ke–3 (24 jam setelah pendinginan dan 24 jam setelah pemanasan)

Replikasi F1 F2 F3 F4 F5

1 104,081 77,5 52,674 44,644 40,988

2 99,569 74,852 52,522 44,220 38,792

3 96,455 68,996 51,848 41,187 37,676

Rata–rata 100,035 73,783 52,348 43,350 39,152

SD 3,834 4,352 0,440 1,885 1,685

Lampiran 6. Uji Daya Sebar

Respon : Diameter Sebar (cm)

Siklus ke–0 (24 jam setelah pembuatan)

Replikasi F1 F2 F3 F4 F5

1 6,0 6,425 6,7 6,875 6,95

2 6,1 6,5 6,67 6,725 7,0

3 6,025 6,4 6,525 6,85 7,05

Rata–rata 6,059 6,442 6,633 6,817 7,0

SD 0,052 0,052 0,094 0,080 0,05

Acuan Garget al

(2009)

Daya sebar yang baik untuk sediaan krim adalah 5 - 7 cm

Kesimpulan Memenuhi kriteria

(45)

Replikasi F1 F2 F3 F4 F5

1 6,2 6,6 6,8 6,75 6,95

2 6,1 6,55 6,75 6,875 6,9

3 6,025 6,6 6,8 6, 825 7,1

Rata–rata 6,108 6,583 6,783 6,817 6,983

SD 0,087 0,029 0,028 0,063 0,104

Siklus ke–2 (siklus 1 dilanjutkan 24 jam setelah pendinginan dan 24 jam setelah pemanasan)

Replikasi F1 F2 F3 F4 F5

1 5,75 5,9 6,1 6,4 6,7

2 5,7 5,8 6,025 6,5 6,775

3 5,825 5,9 6,2 6,625 6,8

Rata–rata 5,758 5,867 6,108 6,508 6,758

SD 0,063 0,058 0,088 0,113 0,052

Siklus ke–3 (siklus 2 dilanjutkan 24 jam setelah pendinginan dan 24 jam setelah pemanasan)

Replikasi F1 F2 F3 F4 F5

1 5,5 5,75 6,0 6,3 6,75

2 5,45 5,825 6,125 6,425 6,625

3 5,525 5,9 6,1 6,425 6,725

Rata–rata 5,492 5,825 6,075 6,383 6,667

SD 0,038 0,075 0,066 0,072 0,072

Lampiran 7. % Pergeseran Viskositas

Respon =

Replikasi F1 F2 F3 F4 F5

1 4,100% 5,528% 2,226% 7,458%

2 2,905% 8,735% 5,492% 2,394%

3 2,228% 0,994% 7,862% 0.325%

Rata–rata 3,078% 5,086% 1,162% 5,193% 3,392%

SD 0,168 3,889 1,040 2,830 3,670

Acuan Yuliani

(2010)

Pergeseran viskositas yang baik adalah kurang dari 10%

(46)

Formula 1

Replikasi 1

% pergeseran viskositas =

Replikasi 2

% pergeseran viskositas =

Replikasi 3

% pergeseran viskositas =

Formula 2

Replikasi 1

% pergeseran viskositas =

Replikasi 2

% pergeseran viskositas =

Replikasi 3

% pergeseran viskositas =

Formula 3

Replikasi 1

% pergeseran viskositas =

Replikasi 2

% pergeseran viskositas =

Replikasi 3

% pergeseran viskositas =

Formula 4

Replikasi 1

(47)

Replikasi 2

% pergeseran viskositas =

Replikasi 3

% pergeseran viskositas =

Formula 5

Replikasi 1

% pergeseran viskositas =

Replikasi 2

% pergeseran viskositas =

Replikasi 3

% pergeseran viskositas =

Persamaan SLD

Lampiran 8. Persamaan SLD Viskositas Siklus 0 (awal setelah pembuatan)

x1= Tween 80 ; x2= Span 80

Formula 1 x1= 0 ; x2= 1

y = a (x1) + b (x2) + ab (x1) (x2)

97,037 = a .0 + b . 1 + ab . 0 . 1 97,037 = b

Formula 5 x1= 1 ; x2= 0

y = a (x1) + b (x2) + ab (x1) (x2)

37,861 = a .1 + b . 0 + a . b. 1 . 0 37,861 = a

Formula 3 x1= 0,5 ; x2= 0,5

(48)

52,961 = a. 0,5 + B. 0,5 + ab (0,5) (0,5)

Lampiran 9. Persamaan SLD Daya Sebar

(49)

y = a (x1) + b (x2) + ab (x1) (x2)

Lampiran 10. Persamaan SLD Pergeseran Viskositas

x1= Tween 80 ; x2= Span 80

(50)
(51)

y = 3,392 (0,75) + 3,078 (0,25)–8,292 (0,75) (0,25)

y = 2,544 + 0,769 + 1,555

(52)

Lampiran 11. Analisis Statistik One Sample T Test Taraf Kepercayaan 95%

Viskositas awal

Formula 2

Teoritis Validasi X = 70,199

SD = 2,819

Teoritis Validasi X = 41,258

SD = 2,802

kambing sama dengan validasi viskositas awal krim kefir susu kambing

H0diterima

Hi Nilai teoritis viskositas awal krim kefir susu

kambing tidak sama dengan validasi viskositas awal krim kefir susu kambing

Formula 4

H0 Nilai teoritis viskositas awal krim kefir susu

kambing sama dengan validasi viskositas awal krim kefir susu kambing

H0diterima

Hi Nilai teoritis viskositas awal krim kefir susu

kambing tidak sama dengan validasi

viskositas awal krim kefir susu kambing A. Daya Sebar Awal

Formula 2

Teoritis Validasi X = 6,442

SD = 0,052

Teoritis Validasi X = 6,817

SD = 0,080

H0 Nilai teoritis daya sebar awal krim kefir susu

kambing sama dengan validasi daya sebar

awal krim kefir susu kambing H0diterima

(53)

kambing tidak sama dengan validasi daya sebar awal krim kefir susu kambing

Formula 4

H0 Nilai teoritis daya sebar awal krim kefir susu

kambing sama dengan validasi daya sebar awal krim kefir susu kambing

H0diterima

Hi Nilai teoritis daya sebar awal krim kefir susu

kambing tidak sama dengan validasi daya sebar awal krim kefir susu kambing

B. Pergeseran Viskositas

Formula 2

Teoritis Validasi X = 3,078

SD = 0,168

Teoritis Validasi X = 3,392

SD = 2,830

H0 Nilai teoritis pergeseran viskositas kefir susu

kambing sama dengan validasi pergeseran viskositas krim kefir susu kambing

H0ditolak

Hi Nilai teoritis pergeseran viskositas kefir susu

kambing sama dengan validasi pergeseran viskositas krim kefir susu kambing

Formula 4

H0 Nilai teoritis pergeseran viskositas kefir susu

kambing sama dengan validasi pergeseran viskositas krim kefir susu kambing

H0diterima

Hi Nilai teoritis pergeseran viskositas kefir susu

kambing sama dengan validasi pergeseran viskositas krim kefir susu kambing

(54)

Viskositas awal

H0 Populasi Viskositas awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi Viskositas awal krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

Populasi Viskositas awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

(55)

T tabel 0,767

H0 Populasi Viskositas awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi Viskositas awal krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

H0 Populasi Viskositas awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi Viskositas awal krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

Populasi Viskositas awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi Viskositas awal krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

(56)

x- x (x- x)2

H0 Populasi daya sebar awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi daya sebar awal krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

H0 Populasi daya sebar awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

(57)

H0 Populasi daya sebar awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi daya sebar awal krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

H0 Populasi daya sebar awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi daya sebar awal krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

Populasi daya sebar awal krim kefir susu

kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

(58)

Formula 1

H0 Populasi pergeseran viskositas krim kefir

susu kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi pergeseran viskositas krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

Formula 2

H0 Populasi pergeseran viskositas krim kefir

susu kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi pergeseran viskositas krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

(59)

H0 Populasi pergeseran viskositas krim kefir

susu kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi pergeseran viskositas krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

Formula 4

H0 Populasi pergeseran viskositas krim kefir

susu kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

Hi Populasi pergeseran viskositas krim kefir susu kambing tidak terdistribusi normal

Formula 5

H0 Populasi pergeseran viskositas krim kefir

susu kambing terdistribusi normal T hitung > T

tabel H0diterima

(60)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul ´Optimasi Tween 80 dan

Span 80 dalam Sediaan Krim Kefir Susu Kambing dengan Metode Simplex Lattice Design” memiliki nama lengkap Nourmalita Pertamasari, merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Suharta dan Chrispina Ernawati. Penulis lahir di Pringsewu, 5 Januari 1996. Pendidikan Formal yang ditempuh yaitu TK Fransiskus Pringsewu (2000-2002), SD Fransiskus Pringsewu (2002-2008), kemudian melanjutkan Pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Pringsewu (2008-2011) dan menempuh Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Xaverius Pringsewu (2011-2014). Selanjutnya, penulis melanjutkan Pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2014.

Penulis memiliki pengalaman kerja sebagai asisten praktikum Farmasi Fisika (2017 dan 2018), asisten dosen praktikum Komunikasi Farmasi (2018) dan asisten penelitian Asma KLN dosen (2018). Selain itu, penulis juga cukup aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, unit kegiatan mahasiswa, perlombaan dan kepanitiaan, antara lain anggota Divisi Publikasi dan Informasi DPMF (2017), Pengurus dan Anggota aktif PSM Cantus Firmus Universitas Sanata Dharma (2014-2018), Gold Medal Lomba PESPARAWI Medan (2016), Lomba LKTI Farmasi Institut Teknologi Bandung (2017), Juara 1 lomba Video event

Gambar

Tabel IV. Hasil One sample T test seluruh respon...............................................
Gambar 5. Contourplot superimposed Formula Optimum ..................................
Tabel I. HLB Campuran Formula 1 – Formula 5
Gambar 1. Kurva Konsentrasi kefir susu kambing (ppm) terhadap % Inhibisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian terhadap kombinasi Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator dalam emulgel yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Tween 80, Span 80,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan komposisi tween 80 dan span 80, serta menentukan formula optimum terhadap karakteristik fisik dan

Pada penelitian ini, dilakukan optimasi komposisi Span 60 dan Tween 80 dengan berbagai nilai HLB untuk mendapatkan formula krim anti-aging ekstrak kulit terong ungu

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai variasi konsentrasi span 80 dan tween 80 dalam bentuk krim ekstrak etanol daun nangka terhadap sifat

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi optimum Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator yang dapat menghasilkan lotion minyak almond dengan sifat fisik dan

UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)”

Hasil pengamatan organoleptis terhadap krim body scrub yang mengandung ekstrak teh hitam dengan pengaruh emulgator tween 60-span 60 dari konsentrasi 1%, 2%, dan 3%, tidak

Hasil penelitian ini krim variasi nilai HLB kombinasi emulgator Span 60 dan Tween 80 dengan nilai HLB 11,365 lebih sesuai untuk formula sediaan krim ekstrak wortel karena memiliki