• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Sumenep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Sumenep"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 0

Rencana Pembangunan

Infrastruktur Cipta Karya

Kabupaten Sumenep

Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Bidang Cipta Karya Kabupaten Sumenep

(2)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 1

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan kawasan permukiman, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.1.1 Kondisi Eksisting

Kabupaten Sumenep sudah memiliki SK Kawasan Kumuh dengan nomer : 188/437/KEP/435.013/2015. Adapun lokasi kawasan kumuh dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. 1 Lokasi Kawasan Kumuh Kaupaten Sumenep berdasarkan SK Kumuh

No Nama Kawasan Kelurahan Kecamatan Luas

1 Parsanga Parsanga Sumenep 8,16 2 Bangselok Bangselok Sumenep 0,94 3 Bangkal panggung Lor Sumenep 1,39 4 Karanganyar Karanganyar Kalianget 2,84

5 Kebunan Kebunan Sumenep 2,46

6 Kertasada Kertasada Kalianget 5,83 7 Marengan Laok Marengan Laok Sumenep 4,72

8 Pabian Pabian Sumenep 4,18

9 Pandian Pandian Sumenep 2,03

10 Pinggirpapas Pinggirpapas Kalianget 2,84 11 Ambuten Barat Ambuten Barat Ambuten 1,38 21 Pakamban daya Pakamban daya Pragaan 1,96 22 Pakamban Laok Pakamban Laok Pragaan 7,32 23 Pragaan daya Pragaan daya Pragaan 2,79 24 Pragaan Laok Pragaan Laok Pragaan 4,16

25 Preduan Preduan Pragaan 11,08

26 Sendang Sendang Pragaan 1,09

(3)
(4)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 3 Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana, perbatasan, dan pulau kecil bisa dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 7. 2 Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana Kaupaten Sumenep

No Kondisi Eksisting Lokasi

1 Permukiman Kawasan permukiman terbagi menjadi kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan.

Potensi Kawasan Permukiman yang ada di wilayah perencanaan yaitu :

· Pola mengumpul (aglomerasi) terdapat di Kecamatan Sumenep; serta

· Pola di sepanjang jalan (linier) terdapat disemua kecamatan

MasalahKawasan Permukiman yang ada di wilayah perencanaan yaitu :

1. Perkembangan kawasan perkotaan tidak merata cenderung memusat di Kecamatan Kota Sumenep.

2. Dibeberapa daerah masih perkembangan perkotaannya lambat.

3. Terdapatnya permukiman di sempadan sungai sehingga rawan banjir.

4.Terdapatnya permukiman disempadan pantai yang rawan gelombang pasang.

Prospek pengembangan Kawasan permukiman yang ada di wilayah perencanaan yaitu :

1. Pengembangan akses antar permukiman perkotaan, pemukiman perkotaan perdesaan dan permukiman perdesaan.

2. Penambahan akses dari Kecamatan yang perkembangannya lambat.

3. Pengembangan akses untuk kawasan tertinggal atau pelosok.

4. Peringatan kepada masyarakat yang bermukim di sempadan sungai.

2 Permukiman Nelayan

Kabupaten Sumenep juga memberikan hasil perikanan, terutama perikanan laut yang banyak dihasilkan oleh wilayah kepulauan atau pesisirnya. Hasil perikanan dapat dibedakan antara hasil perikanan laut, air payau, air tawar dan perairan umum. Disamping itu hasil perikanan juga ditunjukkan oleh adanya pengolahan hasil perikanan dalam bentuk ikan kering, ikan asap dan terasi.

Potensi Kawasan Perikanan di wilayah perencanaan adalah :

(5)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 4

No Kondisi Eksisting Lokasi

Prospek pengembangan Kawasan Perikanan di wilayah perencanaan adalah :

1. Pengembangan fasilitas penunjang untuk penangkapan ikan.

2. Pengembangan kualitas SDM dan alih teknologi yang sesuai dengan kondisi yang ada.

3. Pegembangan budidaya perikanan darat sebagai alternatif.

2. Berdasarkan analisis intensitas secara kualitas, peta rawan gempa di Madura sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini. Dengan memadukan peta rawan bencana dan indikator

kualitatif gempa bumi, Pulau Madura berada pada zona IV-V 2. Kawasan Rawan Bencana Banjir

Potensi Kawasan Rawan Bencana Banjir di wilayah perencanaan adalah :

Masalah Kawasan Rawan Bencana Banjir di wilayah perencanaan adalah :

1. Pembuangan sampah pada sungai.

2. Banyaknya permukiman di sempadan sungai.

Menyempitnya DAS akibat kegiatan di sempadan sungai Rawan Bencana lainnya

Kawasan rawan bencana lainnya terdapat pada wilayah pesisir yaitu air laut pasang.

Potensi RawanBencana lainnya di wilayah perencanaan adalah :

1. Kawasan rawan bencana air laut pasang terjadi pada wilayah pesisir.

2. Wilayah pesisir Kabupaten Sumenep yang panjang. 4 perbatasan -

(6)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 5

7.2.Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam penataan bangunan dan lingkungan, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.2.1 Kondisi Eksisting

A. Data Kondisi Perda Bangunan Gedung dan NSPK .

Berikut ini kami tampilkan kondisi dokumen perencanaan yang ada di kabupaten Sumenep terkait dengan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.

Tabel 7. 3 Data Kondisi Dokumen Perencanaan Terkait Penataan Bangunan dan lingkungan Kabupaten Sumenep

No Dokumen Perencanaan NOMER PERDA Tentang

1 PERDA BG

Perda Kabupaten Sumenep Nomor 4 Tahun 2014 tentang Bangunan Gedung

Perda Kabupaten Sumenep Nomor 4 Tahun 2014 tentang Bangunan Gedung

2 RTBL

3 RISPK

4 KOTA HIJAU

Di Kabupaten Sumenep penataan bangunan dan lingkungan belum dilakukan, sehingga struktur bangunan tidak berorientasi pada keberlanjutan sistem ekologi. Hal ini dikhawatirkan menyimpan masalah besar yang akan muncul lima sampai sepuluh tahun kedepan mengingat laju pertumbuhan dan urbanisasi semakin meningkat di Kabupaten Sumenep. Sehingga Kabupaten Sumenep tidak mempunyai profil bangunan gedung baik yang dikuasai pemerintah secara langsung maupun oleh masyarakat secara perseorangan dan kelembagaan. Meskipun demikian, Kabupaten Sumenep mulai menyusun rencana mengenai penataan bangunan dan lingkungan di beberapa wilayah yang strategis dan cepat tumbuh agar perencanaan tersebut dapat direalisasikan segera dalam upaya perwujudan wilayah kabupaten yang nyaman dan estetik.

Poros utama jalur pergerakan Sumenep dari arah Pamekasan terjadi pada Koridor

Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma (Haperkus. Selama ini pergerakan dari

(7)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 6

Trunojoyo – Haperkus sangat penting, baik sebagai jalur pergerakan utama manusia

maupun sebagai jalur perekonomian wilayah kecamatan Kota dan kabupaten Sumenep secara umum.

Koridor Trunojoyo – Haperkus bagi wilayah Kabupaten Sumenep secara umum

merupakan pusat bisnis, karena kegiatan perekonomian dan perbankan berada di

koridor ini. Jasa Perhotelan sebagian besar berada pada koridor Trunojoyo –

Haperkus. Kegiatan pasar dan perdagangan di Jalan Halim perdana Kusuma merupakan salah satu penggerak ekonomi Kabupaten Sumenep yang ada di koridor

Trunojoyo – Haperkus. Perdagangan skala besar seperti Show Room sepeda motor

dan mobil juga berada di koridor ini. Konsentrasi kegiatan ekonomi yang ada di koridor

Trunojoyo – Haperkus tersebut, menyebabkan koridor Trunojoyo – Haperkus berperan

sebagai pusat kegiatan bisnis di Kabupaten Sumenep.

Peran koridor sebagai pusat perkonomian, maka interaksi koridor Trunojoyo –

Haperkus dengan wilayah sekitar Kecamatan Kota sangat kuat. Interaksi kegiatan

yang ada di koridor Trunojoyo – Haperkus menjangkau hingga wilayah kepulauan.

Perbankan yang ada di koridor Trunojoyo – Haperkus juga menjadi pusat keuangan

yang menjangkau nasabah hingga ke seluruh kabupaten Sumenep.

Peran koridor dengan interaksinya tersebut mendorong koridor relatif lebih berkembang dibandingkan dengan bagian wilayah perkotaan lainnya. Kegiatan perdagangan dan permukiman di Kecamatan Kota cenderung berorientasi ke koridor

Trunojoyo – Haperkus. Koridor Trunojoyo – Haperkus juga menjadi orientasi tujuan

bagi warga dari wilayah sekitar dalam memenuhi pelayanan kegiatan ekonomi.

Memperhatikan peran dan kedudukan koridor tehadap eksternal, maka perkembangan di bagian wilayah Kabupaten Sumenep secara umum akan sangat

berpengaruh terhadap itensitas pergerakan yang melalui koridor Trunojoyo –

(8)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 7 Dengan demikian maka koridor dalam konteks keterkaitan eksternal mempunyai kedudukan yang penting sebagai koridor yang mempengaruhi dan yang terpengaruhi bagi perkembangan wilayah Kabupaten Sumenep secara umum. Berdasar keterkaitan eksternal tersebut, beberapa kegiatan yang berpotensi menjadi stimulan perkembangan wilayah, seperti perdagangan grosir dan pasar perlu dipindahkan dari koridor untuk memeratakan perkembangan wilayah agar tidak cenderung memusat di koridor serta untuk mengurangi beban koridor seiring dengan potensi perkembangan Kabupaten Sumenep secara umum. Pemindahan beberapa kegiatan tersebut perlu juga seiring dengan pengembangan jalur yang berfungsi mengalihkan pergerakan dari luar Kabupaten atau bagian wilayah lain KabupatenSumenep (pergerakan region

B. Potensi dan tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Di Kabupaten Sumenep banyak terjadi permasalahan mengenai penataan bangunan dan lingkungan, khususnya di wilayah-wilayah cepat tumbuh. Secara umum berikut permasalahan yang terjadi di Kabupaten Sumenep, antara lain:

1) Belum mempunyai mekanisme tentang bangunan gedung yang menjamin

keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

2) Belum semua wilayah strategis dan cepat tumbuh mempunyai RTBL yang dapat

mengarahkan semua pihak dalam membangun gedung.

3) Menjamurnya gedung-gedung di areal produktif sehingga banyak petani kehilangan

lahan yang berdampak pada kemiskinan asset.

4) Banyaknya bangunan gedung pemerintahan yang belum memenuhi persyaratan

keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

5) Penyelengaraan bangunan gedung dan rumah Negara kurang tertib dan efesien.

6)Masih banyaknya aset Negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

7) Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk

mendorong pertumbuhan Kabupaten Sumenep.

8)Lembaga legislatif maupun eksekutif belum banyak memahami tentang penataan

bangunan dan lingkungan.

9)Secara kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sumenep belum memadai dalam

(9)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 8 7.2.2 Sasaran Program,

Berdasarkan kondisi serta permasalahan mengenai penataan bangunan dan lingkungan yang ada, terdapat beberapa program yang akan diusulkan di beberapa kawasan, yaitu:

1. Kawasan prioritas yang akan diusulkan dalam sektor penataan bangunan dan

lingkungan adalah kawasan perkotaan, dimana pada beberapa kawasan di Kecamatan Sumenep memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai kawasan wisata, antara lain Kawasan Alun-alun Sumenep, Kawasan Keraton Sumenep, serta Kawasan Makam Pahlawan, dan Makam Asta Tinggi.

2. Penataan Kawasan Koridor Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma

(Haperkus) yaitu menyusun rencana tata bangunan dan lingkungan sebagai pedoman rancang bangun lingkungan yang dapat digunakan sebagai sarana mengendalikan pembangunan dan pembangunan fisik kawasan/lingkungan di

wilayah kawasan khusus koridor Jalan Trunojoyo – jalan Halim Perdana Kusuma.

Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor penataan bangunan dan lingkungan baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.

Tabel 7. 4 Matrik Sasaran Program Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO URAIAN SASARAN PROGRAM

II Penataan Bangunan dan

Lingkungan Strategis …. m2

III Revitalisasi Kawasan

(10)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 9

7.3.Sektor Pengembangan SPAM

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan SPAM, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.3.1 Kondisi Eksisting

A. Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan

Karakteristik dari sumber air yang di gunakan penduduk di Kabupaten Sumenep untuk keperluan rumah tangga yang dalam hal ini bersumber dari PDAM/ leideng, sumur, dan mata air. Dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten sumenep wilayah daratan untuk pemenuhan kebutuhan akan air bersih tidak semua kecamatan menggunakan layanan PDAM atau dari lembaga swadaya masyarakat seperti HIPPAM, HIPPA, maupu P2AT.

Dari 18 kecamatan yang terlayan dengan PDAM terdiri dari Kecamatan Kota Sumenep, Kecamatan Manding (sebagian kecil saja), Kecamatan Kalianget, Kecamatan Pragaan dan Kecamatan Dasuk (sebagian kecil saja), Kecamatan Ambunten dan Kecamatan Batang-batang. Kecamatan lain di Kabupaten sumenep wilayah daratan untuk pemenuhan kebutuhan akan air bersih masih bersumber dari mata air. Namun fungsi mata air tersebut lebih ditekankan untuk kegiatan irigasi, khususnya pada musim tembakau. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan akan MCK dan air minum, penduduk membuat sumur, baik sumur gali yang ditarik dengan tali maupun sumur bor yang menggunakan mesin.

Aspek teknis Kabupaten Sumenep (daratan)

Air Minum Perpipaan

Penduduk Kabupaten Sumenep memenuhi kebutuhan air minum dari 3 jenis sumber, yaitu:

1. Sistem perpipaan, dikelola oleh PDAM.

2. Air permukaan dari sungai-sungai yang ada.

3. Air tanah, terutama melalui sumur dangkal.

(11)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 10 Tabel 7. 5 Jenis Sumber Air Minum Penduduk

Jenis Sumber Air Jumlah Pemakai (%Penduduk Total)

Melalui perpipaan-PDAM

Sambungan rumah 38%

Dari tetangga 13%

Hidran umum 4%

Sistem non perpipaan

Sumur 16%

Air Permukaan&air hujan 17% Membeli air (vendors) 2%

Penyediaan air minum melalui sistem perpipaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Sumenep, tidak ada sistem yang dikelola oleh swasta atau kelompok masyarakat, kecuali untuk beberapa industri dan hotel memiliki sistem penyediaan air minum perpipaan dengan skala kecil.

Air minum non perpipaan

Sumber utama air minum non perpipaan untuk keperluan domestic adalah air permukaan dan air tanah. Terdapat sekitar 10-15% penduduk yang tergantung pada air peermukaan dan air tanah untuk keperluan makan dan minum.

Perlu dicatat bahwa setiap 3-5 tahun pada musim kemarau kadar garam air permukaan dan air tanah dapat melebihi 600 mg/1 sehingga tidak dapat digunakan sebagai sumber air minum. Selama masa tersebut PDAM tidak bisa beroperasi karena tidak ada alternatif sumber air baku yang lain.

Aspek teknis Kabupaten Sumenep (kepulauan)

(12)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 11 PELAYANAN AIR MINUM PERPIPAAN PDAM

Wilayah kecamatan yang sistem penyediaan air minumnya dilayani oleh PDAM Kabupaten Sumenep adalah Pulau Kangean (Kecamatan Arjasa dan Kecamatan Kangayan) dan Pulau Sapudi (Kecamatan Gayam dan Kecamatan Nonggunong). Jenis pelanggan terdiri atas pelanggan :

Pelanggan golongan I (sosial), terdiri dari : Sosial umum

Sosial khusus

Pelanggan golongan II (non niaga), terdiri dari : Rumah tangga A

Rumah tangga B Pemda Tk.II Sumenep Instansi pemerintah

HANKAM, yang terdiri dari TNI AD dan POLRI Pelanggan golongaan III (niaga), terdiri dari :

Niaga kecil Niaga besar

a. Unit Air Baku

Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Sumenep untuk melayani kebutuhan air pada unit-unit kepulauan adalah sebagai berikut; 1. Unit Arjasa (P. Kangean) mempunyai kapasitas sebesar 130 liter/detik yang

berasal dari 3 sumber air, yaitu :

a. Mata air Jelgung dengan kapasitas sebesar 17,5 liter/detik;

b. Sumur bor Angon-angon dengan kapasitas sebesar 25 liter/detik;

c. Sumur bor Nyangkreng dengan kapasitas sebesar 25 liter/detik.

2. Unit Gayam (P. Sapudi) mempunyai kapasitas sebesar 2,5 liter/detik yang berasal dari :

a. Sumur bor Tonggung dengan kapasitas sebesar 2 liter/detik dan;

(13)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 12 Berdasarkan uji yang pernah dilakukan oleh PDAM Kabupaten Sumenep, air dari sumber-sumber tersebut memiliki kualitas yang baik, sehingga tidak dilakukan pengolahan terhadap air baku. Kapasitas unit air baku untuk unit Arjasa dan Unit Gayam dapat dilihat pada Tabel 2-29 berikut ini.

Tabel 7. 6Jenis Kapasitas Terpasang, Jam Operasi dan Sistem Pengaliran pada Unit

Kangean dan Sapudi

b. Unit Produksi Dan Distribusi

1. Unit Arjasa (P. Kangean)

Unit produksi yang ada pada sistem penyediaan air minum PDAM Kabupaten Sumenep unit Kangean secara ringkas sebagai berikut:

a. Dari MA Jelgung ditangkap kemudian dipompakan menuju reservoir

berjarak 4500 m, baru didistribusikan ke:

o Desa Pandeman 224 SR

o Desa Gelgung 1 SR

o Desa Pasereman 136 SR

o Desa Sembakati 53 SR

o Desa Angon-Angon 20 SR

o Desa Duko 70 SR

o Desa Arjasa 412 SR

o Desa Kalikatak 171 SR.

b. Dari Sumur Bor Angon-angon disuntikkan ke pelanggan di Angon-angon

(14)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 13

c. Dari Sumur Bor Nyangkreng disuntikkan langsung ke pelanggan untuk

menambah Kapasitas distribusi di Desa Duko, Desa Arjasa dan Desa Kaliklatak.

2. Unit Gayam (P. Sapudi)

Untuk Unit Produksi Pulau Sapudi dapat digambarkan sebagai berikut: Dari Sumber Tonggung didistribusikan secara grafitasi ke Desa Gayam dan Pancor ke sekitar 235 sambungan rumah.

PELAYANAN AIR MINUM PERPIPAAN NON PDAM

Pelayanan perpipaan air minum non PDAM terutama untuk desa dilakukan oleh Program WSLIC (Water and Sanitation For Low Income Community) dan HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum). Desa-desa yang sudah memiliki perpipaan dari Program WSLIC adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Gayam terdiri dari 7 desa yaitu:

 Prambanan untuk 1.752 jiwa

 Kalowang untuk 929 jiwa

 Jambung untuk 625 jiwa

 Gendang Barat untuk 776 jiwa

 Tarebung untuk 728 jiwa

 Nyamplong untuk 1.752 jiwa.

2. Kecamatan Giligenteng:

 Banmaleng untuk 1.906 jiwa.

 Desa-desa yang lain belum terlayani perpipaan.

PELAYANAN AIR MINUM NON PERPIPAAN

Air minum penduduk Kepulauan Kabupaten Sumenep diperoleh dari mata air, air tanah dan air hujan. Di Pulau Sapudi untuk Kecamatan Gayam sebagian besar mendapatkan air dari mata air dan sumur dangkal. Air tanah dari sumur dangkal cenderung payau sehingga hanya digunakan untuk mandi saja. Untuk Kecamatan Nanggunong sama dengan di Kecamatan Gayam sebagian besar menggunakan air tanah dangkal.

(15)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 14 sama berlaku untuk Kecamatan Kangayan. Kondisi di Pulau Giligenting dan Gili Raja Kecamatan Giligenting, hampir semua menggunakan air tanah dangkal. Untuk Pulau Raas Kecamatan Raas, sebagian besar menggunakan air tanah dangkal. Sedangkan untuk Kecamatan Masalembu yang terdiri dari Pulau Masakambing dan Masalembu, penduduk menggunakan air tanah dangkal.

Untuk Kecamatan Sapeken yang terdiri dari Pulau Paliat, Pulau Sapeken, Pulau Sapanjang dan sekitarnya, mengunakan air tanah dangkal dan sebagian mata air. Selain itu penampungan air hujan juga digunakan di wilayah ini.

Untuk Kecamatan Talango, yaitu Pulau Talango dan Gililabak, menggunakan air tanah dangkal sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air minumnya. Penampung air hujan juga digunakan sebagai alternatif yang bisa dihandalkan.

Kelembagaan

Kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan air bersih dan sanitasi dimaksudkan sebagai berapa unsure perkumpulan masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat yang secara kebersamaan dan berdasarkan kemusyarakatan untuk menggunakan air bersih. Dalam pengelolaan air bersih sendiri, sector ini tidak dapat dipisahkan dengan sanitasi umum. Kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan air bersih dan sanitasi umum sangat penting keberadaannya dalam upaya menjaga kesinambungan antara sumber daya air dan lingkungan serta tingkat kebutuhan terhadap air itu sendiri. Faktor utama yang dijadikan tolak ukur dalam pengembangan

jaringan air bersih dan sanitasi adalah faktor sosial. Faktor sosial ini merupakan based

domein service atau kebutuhan pelayanan dasar sektor air bersih dan sanitasi yang didasarkan pada kebutuhan objektif masyarakat tingkat bawah. Kondisi kelembagaan masyarakat pengelolaan air bersih di wilayah Kabupaten Sumenep hingga saat ini (tahun 2008) terdapat 10 (sepuluh) dan tersebar di 5 (lima) kecamatan. Untuk kelembagaan di kecamatan lainnya masih belum ada. Beberapa hal terkait dengan kelembagaan masyarakat pengelolaan air bersih dapat ditinjau dalam beberapa asepek, yaitu :

1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan sektor air bersih

2. Kelembagaan ekonomi yang efisien dan berkelanjutan

(16)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 15 Beberapa aspek tersebut, secara keseluruhan belum terimplementasikan di wilayah Kabupaten Sumenep khususnya wilayah daratan.

Kelembagaan Pemerintah daerah

Unsur kelembagaan Pemerintah Daerah dimaksudkan sebagai dinas teknis atau lembaga teknis yang terkiat dengan pengelolaan sektor air bersih dan irigasi. Unsur kelembagaan teknis ini dapat berbentuk organisasi yang terdapat dalam lingkup Kabupaten. Dalam hubungannya dengan pengembangan sektor air bersih dan sanitasi di Kabupaten Sumenep, bentuk lembaga teknis dapat berupa :

1. Badan Usaha Milik Daerah

Badan usaha milik daerah yang menangani pelaksanaan pengembangan air bersih di Kabupaten Sumenep adalah PDAM. PDAM disini berfungsi dan berperan dalam mengembangkan pengaturan penyelenggaraan air minum di lingkungan permukiman.

2. Dinas Teknis

Dinas terkait dengan sektor air bersih adalah Dinas Irigasi. Dinas ini berkaitan dengan pengendalian, pengawasan dan pemanfaatan sungai.

Adapun fungsi dari lembaga teknis tersebut adalah :

1. pengelolaan sektor air bersih baik secara teknis maupun non teknis;

2. mengkoordinasikan (steering) seluruh kegiatan perencanaan, pengembangan dan

pembangunan terkait dengan sektor air bersih dan sanitasi;

3. melakukan pembinaan terhadap lembaga masyarakat sektor air bersih;

4. melakukan pembinaan, fasilitasi dan informasi terkait dengan teknologi

pengembangan air bersih;

5. melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap seumber daya air yag ada,

pelaksanaan operasi distribusi penyediaan air dan sanitasi.

(17)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 16 Peran serta masyarakat

Umumnya masyarakat di Kabupaten Sumenep wilayah daratan dalam memanfaatkan sumber air bakunya untuk keperluan air minum, maupun untuk keperluan air bersih rumah tangga dengan memanfaatkan sumber yang ada, baik itu mata air, sumur gali/bor. Sedangkan untuk keperluan irigasi, masyarakat di Kabupaten Sumenep wilayah daratan memanfaatkan sumber air dari mata air, sumur bor, juga sungai.

Karakter masyarakat di beberapa kecamatan yang ada di bagian utara Kabupaten Sumenep wilayah daratan, dalam memanfaatkan sumber air yang berupa mata air cenderung dengan cara yang masih manual, yaitu untuk tiap rumah tangga dengan memasang pipa yang di sedot langsung dari mata air yang kebanyakan berada di area masjid. Sedangkan untuk rumah yang jaraknya jauh dengan masjid dengan maenggunakan sarana dari pemerintah seperti WSLIC untuk keperluan irigasi, sedangkan untuk kebutuhan air minum dengan membuat sumur gali/bor di rumah yang miliki kadar resapan air yang bagus dan juga mampu untuk membuat sumur tersebut. Dan rumah-rumah yang berada disekitarnya dengan memasang pipa pada sumur tersebut dengan kompensasi membantu membayar iuran listriknya.

B. Potensi dan tantangan Pengembangan SPAM

Secara umum, masalah utama sektor air minum di Kabupaten Sumenep adalah:

1) Tingkat pelayanan air minum oleh PDAM relative masih rendah, sementara sumber

air minum lainnya tidak memenuhi persyaratan.

2) Kapasitas produksi terpasang masih belum dapat didistribusikan secara optimal

karena terbatasnya jaringan distribusi.

3) Sistem distribusi belum begitu baik karena volume reservoir belum mencukupi

kebutuhan.

4) Masalah air baku yang dipengaruhi intrusi air laut, khususnya di musim kemarau.

5) Tingkat kehilangan air relatif cukup tinggi.

(18)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 17 memberikan peran yang penting dalam pengelolaan air bersih. Namun demikian, adanya tarik ulur antar kepentingan sosial dan ekonomi dalam lingkup masyarakat, menyebabkan adanya ketidasinkronisasi dan kedinamisan dalam pemanfaatan air yang ada. Beberapa kelembagaan yang sudah terwujud dan terdata masih terbatas dan belum mampu mewujudkan aspirasi masyarkat secara keseluruhan.

Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem pelayanan air bersih tiap kecamatan di Kabupaten Sumenep wilayah daratan, yang merupakan kawasan perkotaan dikelola oleh PDAM dengan pengembangan jaringan pipa air bersih, dibagi dalam bebera tipe perpipaan, antara lain jaringan pipa primer,jaringan pipa sekunder dan jaringan pipa tersier (PDAM Kab Sumenep).

Jaringan primer diarahkan pada jalan-jalan utama kawasan dan dengan diameter pipa 200mm. Debit maksimun jaringan pipa primer 62,8l/det dan melayani maksimum 3140 konsumen. Jaringan pipa sekunder dengan diameter 100mm dan 75 mm melayani konsumen maksimum 785 dan 411,5 dengan debit maskimum 15,70 lt/det dan 62,8 lt/det. Untuk jaringan pipa tersier dengan diameter 50 mm dan 25 mm melayani konsumen maksimum 196,5 dan 49 serta debit maksimum 3,93 lt/det dan 0,98 lt/det.

(19)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 18

Gambar 7. 2 Skema Penyediaan Sambungan Pipa Kran Umum

7.3.2 Sasaran Program

Sistem Penyediaan Untuk Wilayah Perdesaan Dan Prioritas Pembangunan Sistem

Air Minumnya

Untuk wilayah perdesaan, sebagian besar penduduk memanfaatkan sumur dangkal pribadi atau kelompok yang kemudian didistribusikan ke penduduk melalui Hidrant Umum (HU). Pola ini digunakan oleh WSLIC dan HIPPAM. Prioritas desa-desa yang akan diprogramkan adalah desa-desa sebagai berikut:

1) Desa rawan air termasuk rawan bencana;

2) Desa miskin;

3) Desa nelayan.

Prioritas pertama Desa rawan air yang diperoleh dari Laporan Indikasi Potensi Air Bersih Untuk Kawasan Rawan Air Jawa Timur Tahun 2005 yang disampaikan oleh Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Air Minum Propinsi Jawa Timur. Desa-desa ini mengalami kekeringan antara 6-8 bulan sehingga perlu prioritas penanganan. Yang termasuk Kategori ini ada 4 desa yaitu:

 Desa Karangnangka, Kecamatan Raas

(20)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 19

 Desa Poteran, Kecamatan Raas

 Desa Kombang, Kecamatan Talango

Untuk desa miskin kategori merah (kelas terendah) ada 25 lokasi. Lokasi-lokasi ini tersebar di wilayah :

1) Kecamatan Giligenting desa Lombang.

2) Kecamatan Talango, Desa Cabbiya

3) Kecamatan Raas, yaitu Desa Karopoh, Desa Karangnangka, Desa Alasmalang, Desa

Tonduk, Desa Jungkat.

4) Kecamatan Sapeken, yaitu Desa Sapeken, Desa Paliat, Desa Sakata, Desa Sabunten.

5) Kecamatan Arjasa, yaitu Desa Gelaman, Desa Kalisangka, Desa Buddi, Desa Pabian.

6)Kecamatan Kangayan, yaitu Desa Kangayan, Desa Daandung, Desa Timur

Janjang,Desa Jukong-jukong, Desa Batuputih, Desa Tembayang, Desa Cangkrimaan, Desa Saobi.

Sistem yang akan dikembangkan ada 2 (dua) sistem yang akan diserahkan kepada masyarakat untuk memilih sistem yang digunakan dengan dilakukan proses pemberdayaan terlebih dahulu. Sistem yang akan ditawarkan ada 2 (dua) yaitu :

 Sistem penampungan air hujan (PAH) dengan telaga/embung tiap desa /perdusun.

Dilengkapi dengan IPA sederhana. Baru kemudian didistribusikan ke Hidrant Umum. Dimana 1 HU dipergunakan untuk 20 KK atau 1 RT. Untuk tahap 1 Sambungan Rumah akan dicoba untuk 20% pelanggan.

 Sistem yang kedua adalah menggunakan air tanah dengan dipompa ke pelanggan

seperti kondisi sambungan yang dibuatkan WSLIC saat ini, tetapi dengan jaringan perpipaan yang langsung ke rumah.

Prioritas kedua adalah lokasi dengan tingkat kemiskinan pada kategori kuning. Wilayah ini sampai saat ini tidak mengalami kekeringan. Tetapi akan berpotensi kering bila

penduduk tidak dibantu mempermudah memperoleh air minum. Lokasi –lokasi yang

termasuk dalam katagori ini adalah :

1) Kecamatan Giligenting, yaitu Desa Banbaru, Desa Jate, Desa galis.

2) Kecamatan Talango, yaitu Desa Gapurana, Desa Poteran, Desa Palasa.

3) Kecamatan Raas, yaitu Desa Ketupat.

4) Kecamatan Sapeken, yaitu Desa Tanjungkiaok.

(21)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 20 Prioritas ketiga adalah lokasi dengan kondisi kemiskinan masyarakat diatas kategori kuning dan merah. Wilayah ini sampai saat ini tidak mengalami kekeringan. Tetapi akan berpotensi kering bila penduduk tidak dibantu mempermudah memperoleh air minum. Tetapi kondisi penduduk masih mampu mengadakan air sendiri karena tingkat ekonominya lebih baik. Lokasi-lokasi yang termasuk dalam kategori ini adalah :

1) Kecamatan Talango, yaitu Desa Talango

2) Kecamatan Nonggunong, yaitu Desa Talaga, Desa Sonok, Desa Sukarame Paseser,

Desa Sukarame Timur, Desa Somber, Desa Tanah merah, Desa Nanggunong, Desa Rosong.

3) Kecamatan Raas, yaitu Desa Brakas, Desa Guwa-guwa.

4) Kecamatan Sapeken, yaitu Desa Pagerungan kecil, Desa Sepanjang, Desa Sasiil.

5) Kecamatan Masalembu, yaitu Desa Masalima, Desa Sukajeruk, Desa Karamian,Desa

Masakambing.

Sistem Penyediaan Air Minum Oleh PDAM Untuk Wilayah Perkotaan (Ibukota

Kecamatan)

A. PDAM Unit Kangayan

Wilayah pelayanan PDAM ada di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Arjasa. Kondisi pelayanan PDAM di Kecamatan Arjasa masih belum optimal. Jumlah pelanggan masih mampu terlayani oleh PDAM bahkan potensi pelanggan baru ada 211 pelanggan daftar tunggu. Berdasarkan analisa kondisi Program Bantuan Teknis Penyehatan PDAM Kabupaten Sumenep yang dilakukan oleh Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Air Minum Jawa Timur diperoleh data kondisi sebagai berikut :

1) Ada kapasitas menganggur (idle) sebesar 32,10 l/det dari kapasitas sumber sebesar

80 l/det. Kondisi ini disebabkan oleh :

 Kondisi sumber air Jeddung yang perlu dicek kembali apakah ada penurunan

atau tidak sehingga ada idle sebesar ini.

 Diindikasikan Pipa transmisi belum optimal.

 Sistem distribusi menggunakan grafitasi perlu dianalisa lebih lanjut apakah

efisien atau tidak dengan panjang jaringan yang ada.

 Rata-rata operasi 8 jam per hari dilaksanakan secara bergiliran 4 jam di wilayah

(22)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 21

2) Daftar tunggu calon pelanggan besar.

Rencana tindak yang bisa dilaksanakan untuk optimalisasi potensi ini adalah :

1) Evaluasi kapasitas sumber yang akan dilaksanakan oleh PDAM apakah benar

sehingga untuk optimalisasi punya dasar yang kuat. Berdasar evaluasi PDAM unit Kangean yang telah dilaksanakan pada awal bulan Nopember tahun 2007 debit MA/Sumber Jelgung hanya 17 l/detik sehingga akan diadakan evaluasi-evaluasi untuk program optimalisasi selanjutnya.

2) Evaluasi spesifikasi pompa dan tata cara pengoperasian yang benar yang

dilaksanakan oleh PDAM dan bantuan dana APBD.

3) Evaluasi kemampuan pengaturan debit di jaringan transmisi dan distribusi utama.

4) Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam dengan penambahan kapasitas

reservoir dan subsidi bahan bakar genset oleh Pemerintah Daerah.

5) Mengoptimalkan sisa kapasitas yang akan dilaksanakan oleh PDAM.

B. PDAM Unit Sapudi

Unit Sapudi melayani Desa Gayam 235 SR dengan 2 sumber air dari Mata air Toggung

sebesar 2 l/det dan Sumber Air Ro’koro’. Di kedua sumber tidak dilengkapi meter induk

sehingga air yang terdistribusi tidak terdeteksi.

Selain mengevaluasi sumber dan jaringan, perlu dilihat apakah minat masyarakat menjadi pelanggan PDAM masih cukup besar mengingat desa-desa lain menggunakan jaringan HIPPAM dan WSLIC yang lebih murah. Dan sumber air ini juga dipakai oleh HIPPAM. Perlu dibuatkan mekanisme yang jelas untuk masalah ini.

Rencana tindak yang bisa dilaksanakan adalah;

 Pengadaan meter air.

 Bekerjasama dengan HIPPAM agar harga air relatif sama dan Mata air dibebaskan

oleh Pemkab dan di kelola oleh PDAM. HIPPAM mengelola pasokan kompensasi yang disetujui bersama antar HIPPAM dan PEMKAB.

Penyediaan air baku air minum di kepulauan yang paling utama adalah debit yang bisa diandalkan untuk memasok. Debit yang bisa diandalkan adalah dari air hujan. Perhitungan kasar debit air baku dari air hujan dengan asumsi:

1) Intensitas hujan 115 mm/bulan intensitas rata-rata per tahun Kabupaten Sumenep.

(23)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 22

3) Wilayah tangkapan air adalah 40% wilayah pulau.

4) Hari kering untuk pemanfaatan adalah 6 bulan (180 hari), maka diperoleh

gambaran debit air tertampung dan bisa dimanfaatkan seperti pada tabel 5-03 berikut ini.

7.4.Sektor Pengembangan PLP

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.4.1 Kondisi Eksisting

A. Kondisi eksisting pengembangan air limbah permukiman

Dari 299,582 KK yang bertempat tinggal di Kabupaten Sumenep, sekitar 69,34% fasilitas pembuangan limbah manusia secara on site menggunakan septitank dan cubluk. Sedangkan yang menggunakan on site secara komunal seperti jamban umum atau MCK sekitar 8,83% dari jumlah rumah tangga (KK), dan yang lainnya menggunakan tempat terbuka atau sungai untuk fasilitas pembuangan limbah manusianya. Data selengkapnya sebagai berikut:

Tabel 7. 7Jenis Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem On – Site

No Kecamatan

Jumlah Prasarana dan Sarana Sistem On-Site

Pengumpulan Pengolahan

Jamban

Keluarga MCK Lain-lain

Septic

Tank Cubluk Lain-lain

(24)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 23

No Kecamatan

Jumlah Prasarana dan Sarana Sistem On-Site

Pengumpulan Pengolahan

Jamban

Keluarga MCK Lain-lain

Septic

Tank Cubluk Lain-lain

14 Rubaru 443 5 3544 5 443 3544

Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

Seiring dengan pertambahan permukiman penduduk tingkat kesahatan masayarakat miskin. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah pasien di Rumah Sakit mapun Puskesmas semakin meningkat terutama pada musim-musim tertentu. Penyakit yang menimpa masyarakat rata-rata adalah penyakit menular. Karena penyakit yang sering menimpa masyarakat pada umumnya diderita secara komunal dalam sebuah komunitas masyarakat.

Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan masyarakat setempat dan keberadaan fasilitas kesehatan yang menunjang. Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Sumenep adalah Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Jumlah rumah sakit pada tahun 2008 sebanyak 2 buah, Puskesmas sebanyak 29 buah, Puskesmas Pembantu 71 buah, Puskesmas Keliling sebanyak 29 buah.

(25)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 24 Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Sumenep sangat kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk yang secara otomatis penghasil limbah. Sehingga sebagian besar air limbah di Kabupaten Suemenp belum tertangani dengan baik.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masayarakat Kabupaten Sumenep berada pada lingkungan yang mengancam kesehatannya terutama mereka yang tinggal di kawasan kecamatan Kota Sumenep dan Kecamatan Kalianget.

Tabel 7. 8Kapasitas Pelayanan Tahun 2008 Kabupaten Sumenep

Prasarana/sarana Jumlah Kapasitas Sistem Pengolahan

Truk tinja 23 Unit 750 Jiwa Langsung ditangani pemerintah dengan didanai APBD IPLT 17 unit 750 Jiwa Langsung ditangani

pemerintah dengan didanai APBD IPAL 17 unit 750 Jiwa Langsung ditangani

pemerintah dengan didanai APBD

Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah

Walaupun Sarana dan Prasarana jauh dari kondisi ideal, tapi kondisi fisiknya semuanya baik. Sehingga setiap hari sebagian kecil limbah mansuia tertangani dengan baik. Akan tetapi masalahnya terletak pada kapasitas pengangkutan dan pengaliran serta tempat \ pengelolaan belum dibangun di Kabupaten Sumenep. Air limbah mengalir langsung kepermukaan air sungai tidak melalui pengelolaan terlebih dahulu.

Peraturan perundangan

Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kabupaten Sumenep :

 Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun

(26)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 25

 Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah

permukiman.

 Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan

sistem pengelolaan air limbah permukiman.

 Penguatan kelembagaan.

 Pengembangan perangkat peraturan daerah

Permasalahan dan tantangan pengembangan air limbah

I. Identifikasi permasalahan air limbah

Persoalan air limbah yang dihadapi masyarakat sebagian belum tertangani oleh pemerintah dan masyarakat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Pemahaman masyarakat terhadap teknik penanganan belum begitu maksimal,

sehingga menurut anggapan masyarakat permasalahan air limbah tidak menjadi ancaman. Hal ini yang mendasari pemanfaatan air yang sudah tercemar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

2) Belum ada perda yang mengatur tentang penanganan air limbah. Sehingga tidak

ada kebijakan yang dapat mengatur penanganan air limbah secara spesifik.

3) Kondisi keuangan daerah sangat kecil disbanding dengan tingkat kebutuhan

pengelolaan air limbah.

II. Tantangan dan peluang pengembangan sektor air limbah

Sasaran dalam pengelolaan air limbah yang diharapkan oleh Kabupaten Sumenep anatara lain:

1) Pemenuhan kebutuhan dasar penduduk terhadap akses pelyanan air limbah

mengingat tingkat pencemaran lingkungan semakin mengancam penduduk.

2) Meningkatkan keberlanjutan lingkungan, sehingga terjadi keseimbangan ekologi

yang dapat mempertahankan kehidupan secara sehat.

3) Pemenuhan kebutuhan pembangunan ekonomi Kabupaten Sumenep, karena

(27)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 26 Tabel 7. 9Permasalahan dan Upaya Penanganan

No Aspek

Belum ada Belum ada Pembentukan institusi atau komite

Belum ada Belum ada Identifikasi SDM Kantor Kebers

B TEKNIS OPERASIONAL

1 Ketersediaan

Belum ada Belum ada Penyusunan masterplan

2 Sanitasi Sistem On-Site

a) Pembangunan baru

(28)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 27

Belum ada Belum ada Sosialisasi dan kampanye

Belum ada Belum ada Penambahan unit Kantor Kebers

Belum ada Belum ada Penambahan unit Kantor Kebers

Belum ada Belum ada Penambahan unit Kantor Kebers b) Rehabilitasi dan peningkatan kapasitas

(29)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 28 IPLT, dll Terbatasnya

infrastruktur

c) Operasi dan Pemeliharaan Truk tinja Sistem retribusi

belum berjalan

Belum ada Belum ada Penyusunan

mekanisme retribusi

Belum ada Belum ada Penyusunan

mekanisme retribusi dan penarikan retribusi secara intens

3 Sanitasi Sistem off-Site

a) Pembangunan Baru

Belum ada Belum ada Penyusunan

masterplan dan

Belum ada Belum ada Penyusunan

masterplan dan

Belum ada Belum ada Pelatihan,

sosialisasi, dan kampanye

(30)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 29

Belum ada Belum ada Penyusunan

masterplan dan

Belum ada Belum ada Identifikasi potensi pembiayaan dan

Belum ada Belum ada Intensitas sosialisasi dan pemahaman baru yang lebih baik

(31)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 30

E PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA

Kampanye/

B. Kondisi eksisting pengelolaan persampahan di kabupaten/kota (TPA dan 3R)

Sumber permasalahan utama kota adalah peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan penduduk maupun urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan peningkatan infrastruktur perkotaan, seperti perumahan, pendidikan dan lain-lain. Disamping itu peningkatan jumlah penduduk juga selalu diikuti dengan peningkatan limbah, baik limbah cair maupun limbah padat, sala satunya adalah sampah.

(32)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 31 ini ditandai dengan tingginya jumlah penduduk dan aktifitas kota terutama aktifitas perdagangan dan jasa.

Perkembangan Kabupaten Sumenep diprediksikan akan semakin meningkat dengan adanya perkembangan jembatan suramadu yang pada saat ini masih dalam tahap kontruksi. Dengan dibangunnya jembatan suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura akan meningkatkan mobilitas barang dan jasa. Aktifitas perekonomian kota akan semakin meningkat karena kemudahan aksebilitas sarana jembatan yang baru ini. Peningkatan aktifitas kota terutama aktifitas perdagangan dan jasa cenderung diikuti dengan pertambahan jumlah penduduk. Implikasi logis yang muncul dari pertambahan jumlah penduduk adalah pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan dari sisa-sisa aktifitas kota.

Jumlah sampah akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Oleh karena itu diperlukan adanya sistem pengelolaan sampah yang lebih baik terutama dalam hal penyediaan pelayanan prasarana pembuangan sampah.

Sistem pengelolaan sampah yang diharapkan adalah sistem yang dapat memberikan keseimbangan ekologis, sehingga sampah tidak hanya ditumpuk atau dibuang begitu saja. Akan tetapi bagaimana sampah tersebut menjadi sesuatu yang produktif dan memberikan kontribusi terhadap penghijauan. Sistem tersebut tentunya memerlukan tehnologi yang tepat dengan mempertimbangan potensi alam yang ada di Kabupaten Sumenep, seperti potensi pertanian, perikanan dan keparwisataan

Kondisi eksisting pengembangan persampahan

Kebijakan yang berkaitan dengan sampah di Kabupaten Sumenep tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, dimana persampahan yang ada di Sumenep diarahkan pada penyediaan TPS pada setiap BWK kemudian diteruskan pengangkutannya ke tempat pembuangan sampah akhir yang terletak di Desa Torbang Kecamatan Batuan. Pengelolaan sampah di kabupaten Sumenep secara umum dimulai dari pengumpulan sampah, pemindahan atau pengangkutan, pengelohan, dan penimbunan sampah agar sampah tersebut sampai hancur.

(33)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 32 puluhan tahun, misalnya plastic dan logam. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunankan, masih ada proses yang sedang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Kondisi TPA Batuan di Kabupaten Sumenep masih belum baik, bisa menimbulkan dampak negatif seperti sumber vector penyakit, pencemaran air permukaan dan air tanah, penurunan keindahan.

Dengan melihat kondisi perkembangan aktifitas perkotaan di Kabupaten Sumenep yang makin meningkat, maka diperlukan pula peningkatan pelayanan di bidang persampahan baik dari sistem pengelolaan sampah yang dihasilkan dari aktifitas kota baik dari aktifitas permukiman, perdagangan dan jasa, fasilitas umum dan lain-lain. Sebagai upaya peningkatan penyediaan fasilitas pembuangan sampah, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep merencanakan kegiatan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Torbang, Kecamatan Batuan.

Kegiatan pembangunan TPA ini termasuk salah satu bentuk kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, karena timbunan sampah dapat menimbulkan pencemaran air permukaan dan air bawah tanah, bau tidak sedap, penurunan kualitas lingkungan yang lain, ledaka dan sebagainya.

Kabupaten Sumenep memiliki 1 TPA yang berada di Kecamatan Batuan, yaitu di Desa Torbang. TPA Batuan mulai digunakan pada tahun 1980 dan telah mengalami perkembangan karena tuntutan pemenuhan kebutuhan prasarana sampah yang semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Sumenep.

Dilihat dari tingkat skala pelayanannya, TPA Batuan harus mampu melayani 18 Kecamatan di Kabupaten Sumenep. Sentra wilayah pesisir Kecamatan Ambunten masih belum terlayani, walaupun banyak sekali jumlah sampah yang dihasilkan di Kecamatan Ambunten. Begitu juga di Kecamatan Benesareh, dimana wilayah ini termasuk dalam sentra pertanian yang memungkinkan banyak sekali sampah organic yang dihasilkan.

Berdasarkan jumlah penduduknya, Kabupaten Sumenep daratan termasuk dalam kategori kota kecil, sehingga jumlah timbunan sampahnya + 2,5-2,75 liter/orang/hari

(34)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 33 timbulan sampah domestic. Sampah non domestic, dan sampah jalan. Berdasarkan jumlah penduduk 2007, jumlah timbulan sampah total yang dihasilkan di Kabupaten Sumenep sebesar + 2,147,110 m3 /harimdengan berat + 335,118 ton/hari. Sedangkan pada tahun 2021 diperkiran jumlah timbulan sampah sebanyak + 2646,446 m3 /hari dengan berat + 413,187 ton/hari.

Pola pengumpulan samapah yang ada di Kabupaten Sumenep secara umum menggunakan pola individual (door to door) baik secara langsung maupun tidak langsung, pola komunal, dan penyapuan jalan. Pola penampungannya menggunakan pola individual, dan pola komunal pada suatu bentuk pewadahan (tempat sampah). Proses pemindahan sampah (pengangkutan sampah) adalah pemindahan sampah yang dibawa gerobak-gerobak sampah sebagai hasil kegiatan pengumpulan yang kemudian diangkut ke lokasi Pembuangan Sampah (LPS) dengan menggunakan truck pengangkut sampah. Dari tiap LPS akan diteruskan ke TPA yang juga menggunakan truck pengangkut sampah.

Sistem pembuangan dan penimbunan sampah (disposal sistem) yang digunakan di

TPA Batuan adalah dengan “Open Damping” yaitu membuang atau menimbun

sampah diatas lahan terbuka. Pada area pembuangan di TPA Batuan tidak terdapat pembatas antara kawasan pembuangan dengan lingkungan sekitarnya. Sistem ini tidak dianjurkan dalam perencanaan karena menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan di sekitarnya. Sistem pembuangan sampah yang direncanakan di TPA

(35)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 34 Metode ineration merupakan metode penggunaan sampah sebagai penyubur tanaman. Pada prinsipnya sampah-sampah dari bahan yang tidak dapat dijadikan kompos dipisahkan terlebih dahulu. Sampah dihaluskan kemudian diletakkan pada suatu tempat dimana proses pembusukan terjadi.

Tabel 7. 10Permasalahan Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

No Pengelolaan Prasarana dan

Sarana Volume Satuan Kapasitas

Tahun

Pengadaan Kondisi

I MASYARAKAT (SKALA LINGKUNGAN)

A 1) Pewadahan

II PEMERINTAH (SKALA KOTA ATAU REGIONAL)

1) Pewadahan

Instalasi pengolahan lindi 0 2005 Layak

Penanganan gas metan 0 2005 Layak

7) Fasilitas Dasar/Umum

Jalan Masuk 1 Unit 2005 Layak

(36)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 35

No Pengelolaan Prasarana dan

Sarana Volume Satuan Kapasitas

Tahun

Cadangan tanah penutup 0 9) Fasilitas Penunjang

Pencucian kendaraan 0

Parkir 0

Komunikasi 1 2005 Layak

Tabel 7. 11 Sistem Pelayanan Persampahan Saat Ini

No Uraian Volume Satuan Keterangan

1 Pengelolaan

Pengelolaan sampah ditangani langsung pemerintah daerah, belum melibatkan pihak swasta dan masyarakat

1 Dinas Kantor kebersihan dan pertamanan Kabupaten Sumenep

2 Teknik Operasional

a) Cakupan pelayanan 45 %

b) Perkiraan timbulan sampah 1.752, 8 m3

c) Timbulan sampah yang terangkut

Permukiman 934,88 m3/hari

Non-permukiman 813,92 m3/hari

Total 1.752, 8 m3/hari

Kapasitas Pelayanan TPA 710.120 m3/hari

Kapasitas pelayanan pengumpulan sampah

5 Unit

3 Pembiayaan

a) Biaya pengelolaan

(37)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 36 Aspek Pendanaan

Sumber dana APBD terserap pada pembiayaan operasional rutin setiap bulan, dan belum bisa membiayai secara maksimal dalam hal pengadaan sara dan prasarana untuk mengimbangi kebutuhan yang meningkat. Biaya operasional rutin tersebut terletak pada pemeliharaan sarana dan prasarana, biaya pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Setiap bulan pengeluaran BOP tersebut + Rp. 75.000.000, sehingga Pemerintah Daerah paling tidak harus menganggarkan Rp. 900.000.000 dalam setiap tahun.

Kondisi ini berbanding jauh dengan pemasukan dari retribusi, karena retribusi hanya memberikan kontribusi 20% dari total kebutuhan BOP tiap bulan. Sehingga selebihnya disubsidi oleh Pemerintah dengan menggunakan dana rutin Dinas terkait. Realitas tersebut menunjukkan betapa lemahnya sistem pendanaan di bidang persampahan. Belum ada sistem mata rantai pendanaan yang dapat mengantarkan keberlangsungan pendanaan, sehingga hal ini akan menjadi ancaman, apabila pemerintah daerah tidak dapat meningkatkan pendapatan daerah. Padahal persampahan menjadi salah satu ancaman bagi keberlansungan kehidupan manusia apabila tidak dikelola dengan baik. Sangat dibutuhkan mata rantai pendanaan yang tidak bergantung pada subsidi pemerintah.

Lemahnya kontribusi terhadap pendanaan persampahan lebih disebabkan oleh lemahnya mekanisme retribusi dan ditetapkan secara tidak porposional. Namun pemerintah dihadapkan pada posisi dilema, disatu sisi harus menetapkan secara porposional, namun disisi lain kemampuan masyaarakat sangat lemah.

Peran swasta dalam pendanaan belum banyak bisa diharapkan, karena paradigma terhadap kesehatan lingkungan belum tertanam pada masing-masing pelaku swasta. Walaupun sebenarnya swasta ini ada dua sisi, yaitu berpotensi untuk memberikan kontribusi dalam pendanaan dan berpotensi untuk meberikan kontribusi peningkatan sampah yang berbahaya. Sehingga potensi positifnya harus dieksploitasi untuk memecahkan potensi negatifnya.

Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan

(38)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 37 walupun lembaga tersebut mempunyai output sesuai dengan target, karena bisa jadi hal itu hanya sesaat. Begitu juga dengan kelembagaan pelayanan persampahan tidak hanya dilihat sejauh mana dan beberapa jumlah masayarakat yang telah terlayani. Tapi juga dilihat dari sejauhmana sistem pelayanannnya berjalan. Apabila sistemnya tidak berjalan tapi cakupan wilayah pelayanannya besar belum tentu kelembagaan tersebut baik, karena bisa jadi kerana jumlah dana yang di gelontorkan sangatlah besar. Tapi tidak dengan sistem yang benar-benar berjalan, mata rantai pendanaan akan berjalan tidak ketergantungan pada subsidi pemerintah dan berlangsung lebih lama serta berjalan secara dinamis mengikuti perkembangan kebutuhan dari waktu ke waktu.

Untuk membangun kelembagaan yang mempunyai sistem yang baik harus dimulai dari pengembangan kapasitas yang ada dalam sistem tersebut, mulai dari pemerintah, masyarakat dan pihak swasta. Realitasnya Kabupaten Sumenep belum banyak tergali potensi SDM yang mempunyai keahlian di bidang persampahan yang kreatif dan inovatif.

Atas dasar tersebut dalam waktu dekat pengkajian kelembagaan harus segera dimulai dengan diimbangi pengembangan kapasitas SDMnya dan membangun kapasitas masyarakatnya dengan pendekatan pemberdayaan yang efektif.

Aspek Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pembayaran retribusi belum maksimal, hal ini ditunjukkan dengan kecilnya penerimaan retribusi. Faktor penyebabnya adalah masyarakat belum sadar bahwa pengelolaan sampah adalah kebutuhannya yang sangat mendesak. Begitu juga dengan peran masyarakat dalam pengeloaan sampah, Masyarakat sebagai sumber awal munculnya sampah belum memberikan kontribusi karena kesadaran dan sosialisasi serta kampanye belum dilaksanakan secara inten. Sehingga pengeloaan tidak efesien karena sampah yang diangkut merupakan sampah campuran.

(39)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 38 Banyak konsep bagus tetang pengelolaan sampah tapi gagal dalam pelaksanaannya karena factor sampah tidak dikelola sejak awal yaitu sejak pertama kali dibuang ke tong sampah atau tempat sampah yang telah disediakan.

Pengelolaan sampah untuk menjadi sesuatu yang produktif dan dapat mendorong penghijauan di kabupaten Sumenep, pearan swasta maupun LSM belum memberikan kontribusi baik secara konseptual maupun secara teknis. Karena belum banyak LSM yang ada di Kabupaten Sumenep yang mempunyai kapasitas yang mempuni di bidang persampahan.

C. Kondisi eksisting drainase permukiman

Akibat pembangunan infrastruktur yang tidak terpadu mengakibatkan tidak singkronnya antara pembangunan permukiman dengan sistem drainase. Dampaknya adalah siklus hindrologi menjadi terganggu, sehingga kalau musim hujan terjadi banjir dan ketika musim kemarau terjadi kekeringan. Kemudian berdampak pada terganggunya kesehatan masyarakat dengan munculnya bermacam penyakit menular.

Produktifitas petani juga menurun dari tahun ketahun karena factor air, seperti petani padi pada saat musim kemarau tidak bisa produktif karena kekeringan akibat dari penyerapan air yang terganggu, pada saat musim hujan hasil panen tidak begitu maksimal karena curah hujan yang tidak wajar, kadang berlebihan dan kadang kekurangan.

Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Dalam Rencana Kabupaten Sumenep:

1) Menyusun masterplan permukiman dengan memperhatikan ketersediaan lahan

penyerapan air dan sistem drainase.

2) Menegakkan dan memaksimalkan mekanisme perijinan pembangunan gedung

untuk menghindari pembangunan gedung yang tidak berorientasi pada keberlangsungan lingkungkungan.

3) Memastikan bahwa masterplan drainase disusun dengan mempertimbangkan

kepentingan jangka panjang dan dilaksanakan dengan penuh konsisten.

4) Penyusunan Perda tentang sistem drainase yang berwawasan lingkungan dan

(40)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 39 Kecamatan Kota Sumenep mempunyai 16 Desa, merupakan dearah yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena sarana pemerintahan dan sarana pendukung sebagian besar ada di wilayah ini. Permasalahannya adalah adanya genangan rutin yang selalu muncul akibat adanya curah hujan yang cukup tinggi dan topografi wilayah yang variatif.

Saluran drainase yang ada sudah tidak efektif menampung air buangan mengingat adanya perubahan tata guna lahan di perkotaan untuk menanggulangi permasalahan tersebut perlu mengevaluasi sistem drainase yang sesuai dengan perkembangan kota di masa depan dengan cara yang efektif dan optimal. Sistem jaringan drainase di Kota Kecamatan Sumenep melayani pembuangan kelebihan air dari kawasan kota dengan jalan mengalirkannya melalui permukaan tanah atau lewat di bawah permukaan tanah untuk dibuang ke sungai atau laut. Disamping sungai sebagai pembuang utama, terdapat pula jaringan tersier dan skunder yang menghubungkan antara daerah tangkapan air untuk dialirkan ke saluran primer yang selanjutnya dialirka ke laut.

Jaringan sekunder mempunyai fungsi untuk perantara dalam mengalirkan air limpasan hujan, air buangan rumah tangga, industri dan penggunaan lainnya sebelum masuk ke saluran primer. Ada beberapa sungai melewati kota Kecamatan Sumenep yaitu sungai di desa Bangkal, Sungai di desa Pasenga, sungai di Asta Tinggi, Sungai Kebun Agung, Sungai Kacongan dan sungai Marengan. Sungai-sungai tersebut sangat berperan sebagai saran mengalirkan air genangan atau banjir di musim penghujan. Selain sungai yang mengalir dari hulu, Kota Kecamatan Sumenep terdapat beberapa sungai local.

(41)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 40 dimensi saluran drainase. Informasi tentang debit hujan diperoleh dari stasiun penakar hujan yang ada di kota Kecamatan Sumenep antara lain stasiun Kebon Agung, Stasiun Manding, Stasiun Parsanga.

Permasalahan banjir atau genangan yang terjadi Kota Kecamatan Sumenep diakibatkan antara lain oleh beberapa hal berikut:

 Saluran Drainase tidak mampu mengalirkan air banjir atau genangan dari air hujan.

 Beberapa saluran drainase kurang dipelihara.

 Perbedaan kemiringan lahan yang variatif sehingga berdampak pada timbulnya

genangan pada daerah-daerah tertentu.

 Beberapa daerah yang semula merupakan daerah terbuka atau tempat parker air

sementara (retander) saat ini telah berubah fungsi menjadi perumahan.

Kondisi sistem drainase yang ada berfungsi tetapi tidak optimal hal ini disebabkan banyaknya saluran yang tersumbat dan kurangnya outlet menuju saluran sehingga air hujan tidak bisa langsung masuk ke saluran drainase. Sebagian kapasitas tampung drainase sudah tidak memenuhi hal ini sangat dimunkinkan terjadi karena aliran permukaan (surface run off)yang relative lebih besar karena dengan berubahnya tata guna lahan dari kawasan irigasi menjadi kawasan permukiman maupun perdagangan.

Arah aliran jaringan drainase di Kota Kecamatan Sumenep terbentuk secara alami artinya arah aliran bergerak mengikuti gravitasi yaitu mengikuti arah kontur dari dataran tinggi mengalir ke dataran rendah. Dengan melihat peta topografi dapat ditentukan arah aliran yang merupakam natural drainage sistem yang terbentuk secara alami. Terdapat 2 macam salauran drainase di Kecamatan Kota Sumenep yaitu saluran terbuka dan saluran tertutup. Pola jaringan drainase berdasarkan letak sungai marengan yang ada di pinggir kota sehingga terdapat saluran cabang. Juga terdapat bengunan-bangunan air yang lain seperti gorong-gorong yaitu bangunan air yang dimaksudkan untuk meneruskan aliran air buangan yang melintas di bawah jalan raya.

(42)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 41 Daerah genangan terjadi pada beberapa ruas jalan dan kawasan permukiman terjadi karena kapasitas saluran drainase yang ada tidak mampu mengalirkan air buangan dari hujan disamping topografinya yang relative rendah. Genangan yang terjadi di kawasan Kota seperti Jl. Trunojoyo dan sekitarnya. Sistem buangan dari kawasan pematusan (recharge area) ke saluran drainase kurang optimal. Keadaan ini disebabkan sistem pematusan fasilitas (jalur hijau dan trotoar) kurang dilengkapidengan sistem outlet air buangan ke saluran pembuang dan sistem pemeliharaan yang kurang optimal juga disebabkan adanya perubahan tataguna lahan dari daerah irigasi menjadi kawasan perumahan di Desa Kolor yaitu Perumahan Citra Satelit sehingga saluran pembawa bergeser ke saluran pembuang

7.4.2 Sasaran Program

merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program

mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan PLP baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota

7.5. Usulan Kebutuhan Program

(43)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 42

(44)
(45)
(46)
(47)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 46

(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 52

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta karya Kabupaten Sumenep |7- 61

(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

Gambar

Tabel 7. 1 Lokasi Kawasan Kumuh Kaupaten Sumenep berdasarkan SK Kumuh
Tabel 7. 3 Data Kondisi Dokumen Perencanaan Terkait Penataan Bangunan dan
Tabel 7. 4 Matrik Sasaran Program Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tabel 7. 5 Jenis Sumber Air Minum Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Majelis BPSK dalam hal ini telah melampaui kewenangannya karena telah melampau tugas dan wewenang BPSK seperti yang diatur pada Pasal 52 UUPK serta Pasal 2 dan Pasal 3

Penelitian ini secara khusus dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu reaksi dan kadar katalis CaO yang digunakan dalam proses transesterifikasi dan

seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, gout. 5 Penelitian menunjukkan bahwa semakin cepat terjadi adiposity rebound maka semakin besar

Bahan penelitian adalah data rekam medis pasien kanker kolorektal di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang memuat data mengenai jenis kelamin, umur, pekerjaan, predileksi tertinggi

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa share growth , pergantian dewan direksi dan reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP sedangkan proporsi public ownership ,

Diharapkan komoditas brokoli yang menjadi salah satu komoditas unggulan dari Desa Cibodas yang juga cukup banyak ditanam oleh para petani di desa tersebut mampu

Pusaka tersebut yang pada umumnya terdiri dari senjata, merupakan bukti dari kedudukan Raja sebagai kepala Kerajaannya, dipercaya terisi dengan roh-roh tersendiri sehingga

Pada hari ini kita akan melanjutkan pembelajaran kita kemarin ya, Ya karena kita sekarang ini melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), oleh karena itu saya selalu guru