• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR ANGGOTA UKMF PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA BERDASARKAN BIG FIVE PERSONALITY SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR ANGGOTA UKMF PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA BERDASARKAN BIG FIVE PERSONALITY SKRIPSI"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

ANGGOTA UKMF PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA

BERDASARKAN

BIG FIVE PERSONALITY

SKRIPSI

TAN, THEOFENA DWI MEYLIANI

13.40.0071

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)

i

PERBEDAAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

ANGGOTA UKMF PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA

BERDASARKAN

BIG FIVE PERSONALITY

SKRIPSI

TAN, THEOFENA DWI MEYLIANI

13.40.0071

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(3)

ii

PERBEDAAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

ANGGOTA UKMF PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA

BERDASARKAN

BIG FIVE PERSONALITY

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

TAN, THEOFENA DWI MEYLIANI 13.40.0071

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal :

18 Juli 2017

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata

Dekan,

(Dr. M. Sih Setija Utami, M. Kes)

Dewan Penguji :

1. Dr. Y. Bagus Wismanto, MS (___________________)

2. Dra. RA. Praharesti Eryani, M. Si. (___________________)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

alm. papa, mama, kakak, Wimas dan semua orang yang telah

mendampingi dalam masa-masa perjuangan saya menyelesaikan

pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

(6)

v

HALAMAN MOTTO

“The moment you feel like giving up, remember all the reasons you held on for so

long

And believe that..

Intelligence without ambition is like a bird without wings

Salvador Dali

So you must to be strong,

Like an eagle...

When a storm is coming, all other birds seek shelter but the eagle alone avoids

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

limpahan rahmat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Perbedaan Organizational Citizenship Behavior

Anggota UKMF Psikologi UNIKA Soegijapranata berdasarkan Big Five Personality”.

Penelitian ini disusun guna melengkapi tugas dan syarat kelulusan

Program Strata 1 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak

akan selesai dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. M. Sih Setija Utami, M. Kes. selaku Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Ibu Lucia Trisni Widyaningtanti S.Psi.,M.Si. selaku dosen

pembimbing dan dosen wali yang telah meluangkan waktu, tenaga,

pikiran dan memberikan bimbingan serta pengarahan dalam

penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. M. Yang Roswita, M. Si. selaku dosen penguji proposal

serta Bapak Dr. Y. Bagus Wismanto, MS dan Ibu Dra. RA.

(8)

vii

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas

Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan bekal ilmu

yang membantu proses penelitian skripsi ini.

5. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang yang telah membantu dalam urusan

administrasi.

6. Ketua-Ketua UKMF Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

yang telah mengijinkan peneliti melaksanakan kegiatan penelitian di

dalam organisasinya.

7. Anggota UKMF Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata yang

telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Alm.papa yang meskipun sudah tidak dapat bertemu secara fisik tapi

peneliti percaya beliau tetap mendoakan peneliti sehingga dapat

menjalani proses perkuliahan dan pembuatan skripsi sampai akhir.

9. Keluarga peneliti khususnya mama dan kakakku Ika Andriani yang

selalu mendoakan, mendukung dan memberikan semangat sehingga

peneliti dapat menyelesaikan masa perkuliahan dan pembuatan

skripsi sampai akhir.

10.Wimas Christian Putra, terimakasih sudah menjadi orang yang

paling banyak mendengar keluh kesah dan siap membantu peneliti

ketika mengalami kesulitan baik pada masa perkuliahan maupun

dalam proses pembuatan skripsi.

11.Sahabat-sahabatku ; Yanko, Fiki, Henny, Lena, Kinan, Vina, Nabila,

(9)

viii

bagi peneliti. Terimakasih telah menjadi rumah yang membuat

peneliti selalu “rindu” untuk pulang.

12.Fiki Andriani dan Langit Hijau Rinai A. M yang telah menjadi

soulmate dalam proses pembuatan skripsi. Terimakasih sudah memberikan perhatian, bantuan, informasi dan motivasi supaya

peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

13.Teman-teman SENAT Mahasiswa Fakultas Psikologi periode

2015/2016, Tito, Jejes, Bowo, Beva, Indra, Fiki, Dayana, Wahyu,

Danis, Dida, Tita, Rhea, Jojo atas segala pelajaran yang telah peneliti

terima selama proses berdinamika bersama para orang-orang hebat.

14.SUNRICE yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk

mendapatkan ilmu dan pengalaman dalam dunia training dan

outbond.

15.Human Resources SUNRICE periode 2015/2016, Kak Sarah, Rita, Ronny, Riska, Esther Gracia, terimakasih telah memberikan

kesempatan kepada peneliti untuk memperoleh pengalaman

berdinamika dalam proses yang luar biasa bersama kalian.

16.Teman-teman kelas 01 angkatan 2013 yang telah menjadi teman satu

kelas selama peneliti menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

17.Teman-teman yang sudah bersedia memberikan bantuan,

memberikan informasi dan menjawab banyak pertanyaan yang

peneliti tanyakan.

18.Teman-teman rekan asisten dosen dan asisten penelitian yang telah

(10)

ix

19.Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang

telah memberikan pengalaman, pelajaran dan cerita bagi peneliti.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang dapat

membangun dari pembaca supaya peneliti dapat menyusun penelitian

selanjutnya dengan lebih baik.

Semarang, 16 Juni 2017

(11)

x

PERBEDAAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

ANGGOTA UKMF PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA

BERDASARKAN

BIG FIVE PERSONALITY

Tan, Theofena Dwi Meyliani

13.40.0071

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan Organizational Citizenship Behavior anggota UKMF Psikologi UNIKA Soegijapranata berdasarkan tipe kepribadian yang ada dalam teori Big Five Personality. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan Organizational Citizenship Behavior anggota UKMF Psikologi berdasarkan Big Five Personality. Pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling

dengan total 49 responden. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur skala OCB dan alat tes kepribadian NEO-PR. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik One-Way ANOVA. Berdasarkan hasil analisis diperoleh F sebesar 2,694 dengan sig = 0,043 (p < 0,05) yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada skor OCB berdasarkan lima tipe kepribadian. Tipe kepribadian conscientiousness (61,75) memiliki skor OCB paling tinggi diikuti tipe kepribadian agreeableness (61,38),

neuroticism (60,50), openess to experience (56,86), dan terakhir

extraversions (56,18). Ada perbedaan yang signifikan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan tipe kepribadian openess to experience dan extraversions serta tipe kepribadian agreeableness dengan tipe kepribadian extraversions. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tipe kepribadian neuroticism dengan tipe kepribadian agreeableness, openess to experience, extraversions dan conscientiousness, tidak ada perbedaan pula antara tipe kepribadian extraversions dengan tipe kepribadian openess to experience serta tidak ada perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian agreeableness dengan tipe kepribadian

conscientiousness dan openess to experience.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAKSI ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan ... 12

C. Manfaat ... 13

BAB II : LANDASAN TEORI A. Organizational Citizenship Behavior 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior ... 14

2. Dimensi Organizational Citizenship Behavior ... 15

(13)

xii

B. Kepribadian dalam Teori Big Five

1. Pengertian Kepribadian ... 25

2. Tipe Kepribadian berdasarkan Teori Big Five Personality ... 26

C. Dinamika Hubungan The Big Five Personality dengan

Organizational Citizenship Behavior ... 28 D. Hipotesis ... 34

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 36

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 36

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Organizational Citizenship Behavior ... 37 2. TheBig Five Personality ... 37 D. Subjek Penelitian ... 38

E. Metode Pengumpulan Data

1. Skala Organizational Citizenship Behavior ... 39 2. Tes Kepribadian Big Five Personality ... 41 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas ... 42

2. Reliabilitas ... 44

(14)

xiii BAB IV : LAPORAN PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian ... 46

B. Persiapan Pengumpulan Data 1. Penyusunan Alat Ukur ... 48

2. Perizinan Penelitian ... 51

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 51

D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Skala Organizational Citizenship Behavior ... 54

2. Tes Kepribadian Big Five Personality ... 55

BAB V : HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi ... 57

2. Uji Hipotesis ... 58

B. Pembahasan ... 59

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rancangan Skala Organizational Citizenship Behavior ... 40

Tabel 2 : Sebaran Item NEO-PR ... 42

Tabel 3 : Blue Print Skala OCB ... 49

Tabel 4 : Blue Print Tes Kepribadian NEO-PR ... 50

Tabel 5 : Sebaran Item Valid dan Gugur Skala OCB ... 55

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN ... 73

A. SKALA PENELITIAN

A-1 Skala Organizational Citizenship Behavior ... 75 A-2 Tes Kepribadian NEO-PR ... 79

B. DATA PENELITIAN

B-1 Data Penelitian Organizational Citizenship Behavior ... 87 B-2 Data Penelitian Tes Kepribadian NEO-PR ... 91

C. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

C-1 Uji Validitas dan Reliabilitas Organizational Citizenship Behavior ... 128 D. UJI ASUMSI

D-1 Uji Normalitas ... 135

D-2 Uji Homogenitas ... 137

E. UJI HIPOTESIS

E-1 Uji Hipotesis... 141

F. SURAT-SURAT PENELITIAN

F-1 Surat Ijin Penelitian ... 144

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada lingkungan masyarakat sering kita jumpai sekelompok orang

berkumpul dan secara bersama-sama menjalankan suatu kegiatan demi

tercapainya tujuan bersama. Kelompok tersebut memiliki struktur yang

sistematis dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas pada anggotanya,

kelompok ini disebut organisasi. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang

dikoordinasikan secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih yang relatif

terus-menerus berusaha mencapai satu atau serangkaian tujuan bersama

(Robbins & Judge, 2008, h.5). Organisasi adalah satu struktur atau

pengelompokan yang terdiri dari unit-unit yang saling berkaitan sedemikian

rupa sehingga tersusun satu kesatuan yang terpadu (Chaplin, 2001, h. 344).

Dari pengertian yang disampaikan oleh kedua tokoh maka dapat

disimpulkan bahwa organisasi adalah sekelompok orang yang secara sadar

bekerja sama dengan sistem formal dalam melakukan suatu kegiatan untuk

mencapai tujuan bersama. Organisasi tidak hanya ada dalam dunia kerja

dan dikelola oleh orang-orang yang sudah profesional karena ternyata

organisasi juga dapat dijalankan oleh mereka yang masih dalam proses

menempuh pendidikan seperti mahasiswa.

Organisasi yang dijalankan oleh mahasiswa disebut dengan organisasi

kemahasiswaan. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No

(18)

2

intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri ke arah

perluasan wawasan dan pengingkatan kecendekiawan serta integritas

kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi”. Organisasi kemahasiswaan intra yang dimaksud di sini adalah organisasi

kemahasiswaan yang ada dalam satu lingkungan universitas. Di kampus

UNIKA Soegijapranata Semarang ini ada banyak organisasi

kemahasiswaan yang bisa ditemui mulai dari tingkat universitas seperti

SMU (Senat Mahasiswa Universitas), BEMU (Badan Eksekutif Mahasiswa

Universitas) sampai fakultas yaitu SMF (Senat Mahasiswa Fakultas) dan

BEMF (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas). Selain ke empat organisasi

yang sudah disebutkan di atas, di kampus ini juga terdapat organisasi lain

dalam bentuk UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang juga ada pada tingkat

universitas maupun fakultas yang disebut dengan UKMF (Unit Kegiatan

Mahasiswa Fakultas).

Setiap fakultas di UNIKA Soegijapranata memiliki berbagai jenis

UKMF sesuai dengan bidang yang digeluti. Di dalam POK (Pedoman

Organisasi Kemahasiswaan), UKMF dijelaskan sebagai organisasi

pelaksana kegiatan ekstrakulikuler di tingkat fakultas, terutama di bidang

penalaran/keilmuan, kepemimpinan, minat/bakat dan kegemaran,

pengembangan kepribadian, pengabdian kepada masyarakat, kesejahteraan

dan kegiatan khusus lainnya. Berdasarkan POK pula, setiap organisasi

ekstrakulikuler yang ada pada setiap fakultas harus memenuhi beberapa

persyaratan untuk dapat menjadi UKMF. Pada POK pasal 26 dijelaskan

bahwa UKMF harus memiliki susunan kepengurusan yang terdiri dari

(19)

3

dibutuhkan, jumlah anggota minimal 10 orang dan memiliki program kerja

dan anggaran kegiatan, mengajukan jadwal latihan dan telah melakukan

pengajuan kepada Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan untuk memperoleh

status sebagai UKMF.

Beberapa organisasi ekstrakulikuler di Fakultas Psikologi belum

memenuhi persyaratan untuk menjadi UKMF, oleh karena itu di bawah

UKMF masih ada organisasi kecil yang disebut Pra-UKM dan Club. Organisasi ekstrakulikuler yang telah menjadi UKMF di Fakultas Psikologi

UNIKA Soegijapranata ini ada tiga yaitu ; UKM X yaitu UKM yang

bergerak dibidang training dan outbond, kemudian ada dua UKMF lainnya yaitu UKMF Y dan UKMF Z di mana kedua organisasi ini sama-sama

bergerak di bidang olahraga dan diikuti oleh mahasiswa baik putri maupun

putra

Mahasiswa UNIKA Soegijapranata dapat bergabung di dalam

organisasi kemahasiswaan yang ada dengan memenuhi beberapa

persyaratan yang telah dibuat oleh organisasi. Harapannya melalui

organisasi kemahasiswaan ini, mahasiswa dapat melatih softskills mereka yang belum tentu diolah dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Meskipun hanya organisasi kemahasiswaan, namun anggotanya sudah

dituntut untuk bisa bekerja optimal dan profesional supaya tujuan organisasi

bisa tercapai.

Banyaknya organisasi di dalam satu lingkungan kampus seperti yang

ada di lingkungan kampus UNIKA Soegijapranata ini tentunya

memunculkan rasa kompetitif pada diri tiap anggota organisasi yang ada.

(20)

4

organisasinya cukup baik dan dapat tetap eksis di antara banyaknya

organisasi lain. Rasa kompetitif ini bukan hal buruk yang dapat

menyebabkan persaingan negatif melainkan seharusnya dapat memotivasi

mereka untuk lebih optimal ketika bekerja dalam organisasinya. Tugas

setiap organisasi kemahasiswaan yang ada di lingkungan universitas ini

bukan untuk menjadi pesaing bagi organisasi lain, namun untuk lebih

berusaha mengembangkan lagi organisasinya. Setiap organisasi dituntut

untuk dapat aktif, inovatif dan kreatif dalam merancang maupun

menjalankan program-program kerja dan tak lupa juga tiap organisasi perlu

menyesuaikan programnya dengan kondisi yang ada. Organisasi harus terus

up-to-date mengenai kondisi dan kenyataan yang ada di lapangan supaya program-program yang mereka lakukan tepat sasaran hingga akhirnya dapat

memberikan sumbangan positif baik bagi mahasiswa maupun universitas

secara umum.

Sebuah organisasi dapat dikatakan efektif apabila tujuan-tujuannya

dapat tercapai. “Efektivitas organisasi ditunjukkan dari seberapa jauh organisasi tersebut dapat mewujudkan tujuan-tujuannya” (Robbins dalam Gammahendra, Hamid & Riza, 2014). Tujuan organisasi akan menjadi

pedoman bagi anggota dalam melaksanakan setiap tugas dan tanggung

jawabnya. Tujuan yang jelas dan terarah akan semakin memudahkan

anggota memahami dan melakukan langkah-langkah efektif guna

mencapainya. Pada proses mencapai tujuan, organisasi bergantung

sepenuhnya kepada anggota, oleh karena itu diperlukan orang-orang yang

(21)

5

Setiap UKMF di Fakultas Psikologi berusaha mencari orang-orang

dengan kompetensi yang cukup untuk bisa menjadi anggota agar dapat

mendukung perkembangan organisasi, tetapi ternyata bukan hanya

kompetensi, organisasi juga memerlukan anggota yang memiliki kontribusi

yang positif bagi organisasi. Organisasi membutuhkan anggota yang dapat

melakukan pekerjaan melebihi dari tugas mereka biasanya dan dapat

memberikan kinerja yang lebih dari harapan supaya dapat berhasil

(Robbins, 2003, h.30). Anggota diharapkan tidak sekedar melakukan tugas

pokoknya, melainkan dapat lebih berpartisipasi dalam setiap kegiatan

organisasi meskipun di luar tanggung jawabnya, perilaku ini disebut juga

Organizational Citizenship Behavior atau disingkat OCB (Setyawan & Sahrah, 2012).

OCB akan mendorong anggota untuk melakukan tugas melebihi dari tugas formalnya, ini merupakan pilihan anggota secara individu tanpa

adanya faktor hadiah dari organisasi atau orang lain. Anggota yang

memiliki perilaku ini tidak merasa mendapat paksaan untuk bekerja lebih

dibandingkan dengan anggota lainnya, dia merasa senang hati melakukan

tugas di luar tugas utamanya. Adanya Organizational Citizenship Behavior

yang tinggi pada anggota dapat berdampak positif bagi organisasi, hal ini

disebabkan karena bila karyawan memiliki OCB tinggi maka kinerjanya akan lebih maksimal.

Menurut para teoritis, semakin anggota memiliki OCB yang tinggi maka organisasi akan semakin sukses dalam membangun nilai perusahaan

dan meningkatkan kinerja (Yen & Neihoff dalam Kolade, Oluseye, &

(22)

6

yang mempunyai anggota yang memiliki OCB yang baik, akan memiliki kinerja yang lebih baik pula. Kinerja yang baik dari anggota dapat

meningkatkan peluang lebih besar bagi organisasi untuk mencapai

tujuannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Bush & Jiao (2011) membuktikan

bahwa OCB merupakan hal yang penting karena dapat memberikan dampak yang positif pada kinerja karyawan yang berpengaruh pada perkembangan

perusahaan. Hasil penelitian ini juga dapat menjelaskan peran penting OCB

yang seharusnya dimiliki oleh setiap anggota organisasi.

Organizational Citizenship Behavior memiliki lima dimensi menurut Organ (dalam Podsakoff, MacKenzie, Paine & Bachrach, 2000) yaitu; (1)

altruism, merupakan perilaku membantu meringankan pekerjaan yang ditujukan kepada individu dalam suatu organisasi, (2) courtesy, yaitu menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, mencegah timbulnya masalah

sehubungan dengan pekerjannya dengan cara memberi konsultasi dan

informasi serta menghargai kebutuhan mereka, (3) sportsmanship, yaitu toleransi pada situasi yang kurang ideal di tempat kerja tanpa banyak

mengeluh, (4) civic virtue, yaitu terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi dan peduli pada kelangsungan hidup organisasi, (5) conscientiousness, yaitu melakukan hal-hal yang menguntungkan organisasi seperti mematuhi

peraturan-peraturan di organisasi. Lima dimensi ini dapat menunjukkan

bagaimana perilaku anggota yang memiliki OCB.

Setiap organisasi memiliki harapan supaya anggotanya memiliki

(23)

7

tugas utamanya. Contoh sederhananya adalah ketika salah satu UKMF

misalnya saja UKMF Y. Suatu ketika UKMF Y akan mengikuti sebuah

turnamen yang diadakan oleh universitas lain yang ada di kota Semarang.

Tim yang akan bertanding di turnamen sudah terbentuk mulai dari tim inti

sampai dengan pemain cadangan. Bagi anggota yang memiliki OCB tinggi, meskipun dia tidak tergabung dalam tim yang akan mengikuti turnamen, dia

akan meluangkan waktu untuk sekadar menonton pertandingan rekannya

karena kehadiran dari anggota lain dapat memberikan semangat bagi tim

yang bertanding. Kehadiran pada pertandingan anggota lain merupakan

salah satu bentuk perilaku anggota organisasi yang memiliki perilaku extra-role atau bekerja melebihi dari tanggungjawab utamanya. Perilaku extra-role yang disebut sebagai Organizational Citizenship Behavior ini adalah hal yang baik yang sepatutnya dimiliki oleh setiap anggota. Organisasi

dengan OCB yang dimiliki pada anggotanya dapat semakin meningkatkan

performance dan efektivitas organisasi (Wardani & Suseno, 2012).

Mahasiswa yang menjadi anggota suatu UKMF, khususnya di

Fakultas Psikologi adalah mereka yang dengan kesadarannya sendiri

mendaftar pada saat open recruitment. Dari hal tersebut maka dapat diasumsikan bahwa apabila mereka mendaftar sebagai anggota dengan

keinginannya sendiri maka mereka akan memiliki OCB yang cukup baik dalam organisasinya karena secara tidak langsung tindakan tersebut seperti

sifat OCB yaitu di mana perilaku ini didasari oleh inisiatif anggota tanpa adanya paksaan dari pihak luar. Selain itu, dengan memahami bahwa

UKMF merupakan organisasi yang tidak bersifat komersil maka sedikit

(24)

8

Bentuk keanggotaan yang bersifat sukarela bukan karena adanya reward

dari organisasi dapat menjadi indikasi bahwa anggota memiliki OCB tinggi. Meskipun begitu, pada kenyataannya, OCB tidak dengan mudah dapat ditemui pada seluruh anggota UKMF di Fakultas Psikologi Universitas

Katolik Soegijapranata Semarang.

Peneliti menemukan contoh kasus mengenai OCB yang ternyata masih rendah di salah satu UKMF di Fakultas Psikologi yang kemudian mendasari

penelitian ini, yaitu pada UKMF X. UKMF ini bergerak di bidang training

dan outbond. Visi UKMF X berdasarkan ADART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) yang dimiliki UKMF X adalah sebagai wadah

pembelajaran bagi anggotanya untuk menjadi seorang trainer dan fasilitator yang baik. Ada struktur organisasi dan job desc yang tertulis dalam ADART yang mendasari setiap kegiatan organisasi. Setiap tahun UKMF X

ini membuka pendaftaran dan melakukan seleksi untuk memilih anggota

baru, sedangkan masa kepengurusan anggota yang sudah tergabung dalam

UKMF ini baru berakhir ketika mereka sudah lulus strata satu. Tidak ada

paksaan bagi mahasiswa yang ingin menjadi anggota UKMF X.

Informasi yang disampaikan oleh salah satu anggota divisi Human Resource UKMF X periode 2015/2016 berdasarkan hasil Performance Appraisal kedua pada periode tersebut menjelaskan bahwa partisipasi anggota dalam kegiatan organisasi masih kurang, dari jumlah total 33

anggota yang aktif pada periode tersebut, hanya sekitar 15-18 anggota yang

(25)

9

wajib yang seharusnya diikuti oleh seluruh anggota yaitu kegiatan

Performance Appraisal pada periode 2014-2016 ada satu sampai dua anggota yang tidak hadir. Kehadiran anggota seperti yang sudah dijelaskan

di atas menunjukkan bahwa dimensi OCB yaitu courtesy belum sepenuhnya terpenuhi.

Anggota masih mengeluhkan kondisi organisasi yang kurang ideal

untuknya seperti ; kurangnya informasi-informasi mengenai job yang diterima oleh anggota UKMF X, kurangnya rasa kekeluargaan, adanya

anggota yang mengeluarkan diri dan senioritas antar angkatan dalam

organisasi. Keluhan-keluhan mereka tersebut juga akhirnya menjadi alasan

mereka untuk tidak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan.

Perilaku anggota tersebut belum memenuhi dimensi sportsmanship, di mana masih kurangnya rasa toleransi anggota terhadap kurang idealnya

kondisi organisasi.

Pada UKMF ini ditunjukkan pula kurang adanya keinginan untuk

saling membantu antar anggota. Pada setiap job yang diperoleh, UKMF X memerlukan adanya dokumentasi sebagai arsip untuk divisi IT, hasil

dokumentasi selanjutnya akan digunakan divisi tersebut untuk promosi di

sosial media maupun untuk pembuatan video promosi, namun seringkali

tim yang mengisi job tersebut kekurangan orang untuk dokumentasi sehingga akhirnya menganggu terlaksananya program kerja dari divisi IT

karena kurangnya foto atau video sebagai bahan yang seharusnya bisa

mereka olah. Menurut penjelasan salah satu anggota Human Resources

UKMF X, kekurangan tim untuk dokumentasi sering terjadi sekitar 8 dari

(26)

10

selama dia menjadi anggota, dia melihat masih kurang partisipasi anggota

dalam mengikuti ataupun membantu dalam setiap job yang diterima oleh UKMF X. Kondisi seperti itu menunjukkan belum terpenuhinya dimensi

altruism pada OCB.

Perilaku melanggar peraturan juga dilakukan oleh anggota di UKMF

ini. Kegiatan Performance Appraisal seharusnya wajib diikuti oleh seluruh anggota, tetapi selama periode 2014 sampai 2016 sekitar satu sampai dua

anggota tidak hadir pada kegiatan tersebut. Selanjutnya, keanggotaan di

UKMF X seharusnya berakhir setelah anggota lulus strata satu tetapi

selama periode 2013 sampai 2016 ada tujuh anggota yang mengeluarkan

diri. Hal tersebut menunjukkan dimensi conscientiousness belum sepenuhnya terpenuhi.

Kondisi terakhir pada UKMF ini, menurut keterangan salah satu

anggota Human Resources UKMF X periode 2015/2016 dan Ketua UKMF X periode 2016/2017 masih kurangnya rasa kekeluargaan pada anggota,

dibuktikan ketika rapat bulanan maupun pelatihan internal yang diadakan,

terlihat anggota masih menggerombol masing-masing, mereka kurang bisa

membaur ketika berkumpul. Perilaku mereka tersebut belum sesuai dengan

dimensi OCB yaitu civic virtue. Berdasarkan kondisi yang dijelaskan di atas, Ketua UKMF X periode 2016/2017 menilai bahwa perilaku anggota

tersebut sekitar 20%-30% menganggu kinerja mereka. Angka tersebut

dirasa cukup menganggu karena kinerja anggota menjadi kurang optimal.

Organizational Citizenship Behavior dipengaruhi oleh enam faktor menurut Organ ( dalam Setyawan & Sahrah, 2012) yaitu ; faktor budaya

(27)

11

organisasional, persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan, masa

kerja, dan jenis kelamin. Salah satu faktor OCB yaitu kepribadian memunculkan pertanyaan bagi peneliti, apakah benar bahwa aspek tersebut

mampu mempengaruhi perilaku extra-role seseorang dalam organisasi. Feist & Feist (2010, h.4) mengemukakan bahwa kepribadian adalah suatu

pola dan karakteristik tertentu yang relatif permanen yang memberikan

konsistensi pada perilaku seseorang. Sifat kepribadian yang menetap ini

lebih konsisten dan menjadi hal yang erat kaitannya dalam mempengaruhi

perilaku individu termasuk perilaku dalam organisasi seperti OCB.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kepribadian extrovert dan

introvert berhubungan positif dengan OCB. Terdapat perbedaan dalam

Organizational Citizenship Behavior antara anggota yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert. Penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2009) mengenai OCB dengan sampel pegawai Kota Binjai menunjukkan perbedaan tinggi rendahnya OCB berdasarkan tipe kepribadian, di mana subjek dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki OCB yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek dengan tipe kepribadian introvert. Sebenarnya kepribadian bukan hanya ekstrovert dan introvert, salah satu teori kepribadian lain yang digunakan sebagai pendekatan kepribadian yang

memiliki dimensi kepribadian yang berdiri sendiri adalah Big Five Personality (Barrick dan Mount dalam Wardani & Suseno, 2012). Teori ini membagi kepribadian menjadi lima tipe yaitu extraversions, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan opennes to experience.

Anggota di setiap UKMF tentunya memiliki kepribadian yang

(28)

12

yang memiliki beberapa persamaan kepribadian namun tidak ada yang sama

persis. Kepribadian tiap anggota dapat memiliki kecenderungannya

masing-masing yang dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Big Five Personality ini. Sekilas akan mudah ditemui anggota yang memiliki sikap ramah terhadap anggota lainnya seperti ciri orang dengan kepribadian

extraversion dan ada pula anggota yang memiliki kepribadian sangat terstruktur yang mengambarkan orang dengan tipe kepribadian

conscientiousness dan beberapa kepribadian lain yang dimiliki oleh masing-masing anggota. Kepribadian masing-masing-masing-masing anggota ini akhirnya

mempengaruhi dinamika mereka selama menjadi anggota organisasi

termasuk pula pada tingkat OCB-nya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini ingin

mengetahui perbedaan Organizational Citizenship Behavior berdasarkan tipe kepribadian menurut Big Five Personality Theory pada UKMF di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan

Organizational Citizenship Behavior anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Psikologi UNIKA Soegijapranata berdasarkan Big Five Personality.

C.Manfaat

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoritis

(29)

13

1. Manfaat Teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

Psikologi Industri Organisasi dalam bentuk penelitian mengenai

Organizational Citizenship Behavior terkait dengan lima tipe kepribadian.

2. Manfaat Praktis.

a) Peneliti mendapat tambahan pengetahuan terkait

Organizational Citizenship Behavior yang erat kaitannya dengan Sumber Daya Manusia di dalam organisasi

b) Dapat memberikan gambaran bagi organisasi mengenai

pengaruh kepribadian terhadap Organizational Citizenship Behavior anggota

c) Diharapkan penelitian ini mampu menjadi referensi dalam

usaha pengelolaan anggota organisasi terkait dengan

(30)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Organizational Citizenship Behavior (OCB)

1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Organ (dalam Podsakoff, dkk, 2000) menjelaskan bahwa

Organizational Citizenship Behavior adalah perilaku individu yang tidak bergantung pada tanggungjawab kerja formal atau penghargaan

formal yang akan dia peroleh dalam bekerja. Perilaku ini dilakukan

oleh individu karena pilihanya secara pribadi. OCB dapat meningkatkan keefektifan organisasi.

Izhar (dalam Kolade, dkk,2014) menjelaskan OCB adalah perilaku yang dapat memberikan keuntungan bagi organisasi yang

tidak hanya ditentukan berdasarkan kewajiban formal atau jaminan

kontrak.

Frances (dalam Setyawan & Sahrah, 2012) mengatakan bahwa

OCB merupakan perilaku yang bersifat sukarela dan berada di luar dari deskripsi peran yang telah ditetapkan organisasi. Perilaku tersebut

mempunyai kontribusi pada keefektifan organisasi dan secara

langsung berhubungan dengan kepuasan kerja.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan ketiga tokoh di

atas maka dapat disimpulkan bahwa OCB merupakan perilaku individu yang secara sadar dan atas dasar keinginannya sendiri

(31)

15

organisasi kepadanya. OCB dapat memberikan keuntungan bagi organisasi karena secara tidak langsung kinerja anggota yang memiliki

OCB akan menjadi lebih produktif.

2. Dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Organ ( dalam Dash & Pradhan, 2014) mengemukakan lima

dimensi dari OCB yaitu altruism, courtesy, conscientiouness, sportsmanship dan civic virtue dengan penjelasan sebagai berikut : a. Altruism

Altruism adalah perilaku membantu anggota dalam organisasi. Bentuk-bentuk dimensi altruism ini seperti contohnya membantu anggota yang memiliki banyak tugas, memberikan bantuan pada

anggota baru mengenai cara menggunakan peralatan kerja,

membantu anggota lain yang kesulitan mengambil barang sendiri

(Organ dalam Podsakoff, dkk, 2000).

Anggota yang memiliki OCB yang tinggi akan dengan sukarela membantu rekannya dalam menjalankan tugas-tugas

organisasi. Dia akan ber-inisiatif memberikan bantuan tanpa

mengharapkan adanya imbalan yang diberikan kepadanya.

b. Courtesy

Courtesy merupakan perilaku mencegah timbulnya permasalahan di tempat kerja. Contoh dimensi courtesy adalah dengan memberikan informasi bila ada hal-hal pada dirinya yang

berubah dan dapat mempengaruhi anggota yang lain. Selain itu

(32)

16

anggota lain juga menjadi salah satu bentuk dari dimensi courtesy

ini.

Permasalahan seringkali timbul dalam organisasi karena

terjadinya miss communication. Perilaku OCB pada anggota organisasi dapat mencegah timbulnya permasalahan karena anggota

akan berusaha saling memberikan informasi terkait hal-hal yang

berhubungan dengan organisasi. Hal ini dapat mengurangi tingkat

kesalahpahaman antara satu anggota dengan anggota yang lain.

c. Conscientiouness

Conscientiouness (Law, Wong & Chen dalam Dash & Pradhan, 2014) merupakan perilaku yang melebihi persyaratan

tugas atau peran minimal organisasi. Dimensi ini menunjukkan

perilaku anggota yang berusaha menampilkan yang terbaik bagi

organisasinya sehingga dia enggan untuk melakukan hal-hal yang

dapat merugikan organisasi. Anggota yang memenuhi dimensi

conscientiouness ini akan menaati aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi, dia akan datang tepat waktu dan memiliki perilaku

disiplin dalam bekerja. Perilaku disiplin anggota bukan karena

adanya hukuman melainkan karena kesadarannya sendiri.

d. Sportsmanship

Sportsmanship adalah perilaku anggota yang mampu mentoleransi kondisi atau keadaan yang kurang nyaman pada

situasi organisasi. Situasi dan kondisi organisasi tidak selalu dapat

sesuai dengan keinginan setiap anggota yang ada, tetapi anggota

(33)

17

tanpa banyak mengeluh meskipun baginya kondisi organisasi

kurang ideal.

e. Civic Virtue

Civic virtue merupakan keterlibatan anggota dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi serta adanya

keterlibatan dalam usaha pengembangan organisasi.

Kehadiran dalam kegiatan organisasi merupakan bentuk nyata

dari dimensi civic virtue ini. Sebagai seorang anggota organisasi, individu memang seharusnya mengikuti seluruh kegiatan yang

diadakan oleh organisasi. Dimensi ini juga dapat dilihat dari

kehadiran anggota dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang bukan

menjadi kewajibannya.

Tidak hanya kehadiran, partisipasi aktif anggota dalam usaha

memajukan organisasi seperti ikut memberikan saran pada waktu

diskusi, menyumbangkan ide-idenya bagi organisasi juga

merupakan bentuk dari dimensi OCB ini.

Podsakoff, dkk (2000) menjelaskan tujuh dimensi dari OCB yaitu:

helping behavior, sportsmanship, organizational loyalty, organizational compliance, individual initiative, civic virtue and self development.

a. Helping Behavior

(34)

18

pula dimensi courtesy dan altruism dalam teori yang dimiliki oleh Organ.

b. Sportsmanship

Sportmanship juga dijelaskan sebagai rasa toleransi terhadap kondisi organisasi yang kurang ideal (Organ dalam Podsakoff, dkk,

2000). Meskipun pengertian sportsmanship sama dengan pengertian yang disampaikan oleh Organ, namun di sini

sportsmanship dijelaskan sebagai sesuatu yang lebih mendetail yaitu mengenai attitude yang tetap baik terhadap anggota lain meskipun sesuatu tidak berjalan sesuai dengan pemikiran atau

rencananya. Hal ini sebagai bentuk perilaku anggota yang mampu

menerima perbedaan pendapat dari rekan kerja sebagai

penghargaan atas penilaian personal masing-masing anggota.

c. Organizational Loyalty

Dimensi ini menunjukkan perilaku anggota yang mampu

memiliki loyalitas di dalam organisasi dengan bentuk nyata seperti

mempromosikan organisasi ke masyarakat luar, melindungi dan

mencegah adanya ancaman yang membahayakan bagi

kelangsungan hidup organisasi, dan memiliki komitmen yang kuat

terhadap organisasi.

d. Organizational Compliance

Organizational compliance menjelaskan perilaku anggota yang mau melakukan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan di

(35)

19

adanya dimensi ini di dalam OCB adalah meski perilaku ini mudah untuk dilakukan, nyatanya banyak anggota yang tidak melakukan.

e. Individual Initiative

Dimensi individual initiative mencakup pula dimensi

conscientiousness yang disampaikan oleh Organ. Dimensi ini menunjukkan perilaku anggota yang mau bekerja melebihi dari

standart yang ditetapkan oleh organisasi sepeti mau berpartisipasi

dalam usaha pengembangan perusahaan, mau mengambil

tanggungjawab lebih di dalam organisasi dan mendorong anggota

lain untuk mau melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan.

f.Civic Virtue

Seperti teori yang disampaikan oleh Organ (dalam Podsakoff,

dkk, 2000), civic virtue merupakan perilaku anggota yang mau berpartisipasi di dalam kegiatan organisasi termasuk pula dalam

usaha-usaha demi kemajuan organisasi.

g. Self Development

Dimensi ini memiliki sedikit perbedaan dengan dimensi OCB

lain yang telah dijelaskan. Dimensi ini menjelaskan mengenai

anggota yang mampu memanfaatkan peluang di dalam organisasi

untuk mengembangan pengetahuan dan kemampuan. Perilaku

tersebut menjadi dimensi OCB karena dapat menjadi salah satu bentuk keefektifan organisasi yang dipandang mampu memberikan

(36)

20

Graham (dalam Moorman & Blakely, 1995) menjelaskan ada

empat dimensi dalam OCB, yaitu interpersonal helping, loyalty boosterism, personal industry dan individual initiative dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Interpersonal Helping

Dimensi ini menunjukkan perilaku anggota yang mau

membantu rekan kerjanya dalam menyelesaikan tugas-tugas di

dalam organisasi. Interpersonal helping ini mencakup dimensi

altruism dan courtesy dalam teori Organ (Podsakoff, dkk, 2000).

b. Loyalty Boosterism

Loyalty boosterism merupakan perilaku anggota dalam usaha mempromosikan citra organisasinya kepada pihak luar.

c. Personal Industry

Dimensi ini memberikan gambaran bahwa anggota suatu

organisasi yang memiliki OCB akan melakukan pekerjaan di atas dan melebihi dari tanggungjawab atau tugas yang diberikan

kepadanya. Dimensi ini menjadi salah satu bagian dari dimensi

conscientiousness yang disampaikan oleh Organ (Podsakoff, dkk, 2000).

d. Individual Initiative

Individual Initiative menunjukkan perilaku anggota yang dapat menjali komunikasi yang baik dengan anggota lainnya di

tempat kerja untuk meningkatkan kinerja baik secara individual

(37)

21

yang lebih spesifik dijelaskan dari dimensi conscientiousness yang disampaikan oleh Organ (Podsakoff, dkk, 2000).

Berdasarkan dari teori yang disampaikan oleh tiga tokoh

mengenai dimensi OCB, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori yang disampaikan oleh Organ ( dalam Dash & Pradhan, 2014)

karena kelima dimensi tersebut mampu mencakup dimensi-dimensi

OCB lain yang dijelaskan oleh Graham (dalam Moorman & Blakely, 1995) dan Podsakoff, dkk (2000).

3. Faktor yang Memengaruhi Organizational Citizenship Behavior

(OCB)

Organ (dalam Setyawan & Sahrah, 2012) menjelaskan enam

faktor yang dapat mempengaruhi OCB pada seseorang, yaitu ;

a. Persepsi terhadap Dukungan Organisasional

Anggota yang merasa mendapat dukungan positif dari

organisasinya akan memiliki tingkat OCB yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang merasa tidak mendapat

dukungan dari organisasi. Perasaan mendapat dukungan adalah

kebutuhan anggota yang harus dipenuhi oleh organisasi bila ingin

anggotanya dapat memberikan kinerja yang maksimal. Anggota

yang merasa mendapat perhatian dari organisasi secara tidak

(38)

22

b. Persepsi terhadap Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan

Interaksi yang terjalin baik antara atasan dan bawahan dapat

menciptakan relasi positif diantara keduanya sehingga akan muncul

perasaan saling percaya dan menghormati. Rasa percaya dari atasan

kepada bawahan ini mampu membuat bawahan merasa termotivasi

untuk bekerja lebih produktif dan melakukan perintah atasan.

Merasa atasannya menghargai atau menghormati dirinya juga

mampu mendorong munculnya OCB yang tinggi pada bawahan sebagai bentuk timbal balik atas perilaku yang didapatnya.

c. Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya waktu anggota tergabung dalam

organisasi. Semakin lama anggota tergabung dalam organisasi

maka semakin dia memiliki kedekatan dan keterikatan yang kuat

terhadap organisasi. Anggota dengan masa kerja yang lebih lama

akan merasa memiliki investasi yang lebih besar kepada organisasi

dan perasaan ini mendorong terjadinya OCB pada anggota tersebut. d. Jenis Kelamin

Wanita diasumsikan memiliki kemampuan menjalin relasi

yang lebih baik dibanding pria. Mereka juga dipandang sebagai

individu yang memiliki rasa tolong menolong lebih tinggi. Hal ini

seringkali berimbas pada kinerja mereka dalam organisasi, dengan

(39)

23

e. Budaya dan Iklim Organisasi

Budaya dan iklim organisasi mampu mempengaruhi persepsi

dan perasaan-perasaan yang muncul pada masing-masing anggota

yang dapat berimbas pada kinerja mereka pula. Iklim dan budaya

organisasi yang positif mampu membawa dampak yang positif pada

persepsi dan perasaan anggotanya seperti rasa saling percaya, saling

menghargai antar anggota dan usaha untuk memberikan yang

terbaik bagi organisasi. Persepsi dan perasaan positif pada anggota

organisasi dapat mendorong mereka untuk melakukan tugas di luar

kewajiban utamanya.

f. Suasana hati (mood) dan Kepribadian

Suasana hati atau mood seseorang bersifat dinamis di mana dapat berubah-ubah pada kondisi yang berbeda. Kemauan

seseorang untuk membantu orang lain ternyata juga dipengaruhi

oleh mood, sedangkan mood sendiri dipengaruhi oleh kepribadian seseorang (George dan Breif dalam Jayanti, 2009). Kepribadian

lebih menunjukkan karakteristik yang menetap pada individu

sebagai respon pada stimulus yang diterimanya sehingga mampu

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang

termasuk pula dengan suasana hati individu tersebut. Sifat

kepribadian sebagai sesuatu yang melekat pada diri anggota dan

lebih sulit diubah dapat memberikan pengaruh yang lebih konsisten

dan stabil pula pada tingkat OCB (Wardani & Suseno, 2012). Banyak teori yang menjelaskan mengenai tipe kepribadian

(40)

24

perbedaan dalam perilaku individu termasuk perbedaan dalam

tingkat OCB individu terhadap organisasi. Salah satu teori kepribadian adalah tipe kepribadian extrovert dan introvert. Dua tipe kepribadian tersebut memiliki ciri dan karakteristiknya

masing-masing yang dapat diidentifikasi. Selain teori mengenai tipe

kepribadian extrovert dan introvert, ada teori lain yang membagi tipe kepribadian menjadi lima bagian yang lebih spesifik yaitu Big Five Personality Theory.

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti mengambil

kepribadian menjadi variabel bebas dalam penelitian ini karena

kepribadian menjadi salah satu faktor yang dapat konsisten

(41)

25

B.Kepribadian dalam Teori Big Five

1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian menurut Allport (dalam Mastuti, 2005)

didefinisikan sebagai suatu organisasi yang dinamik di dalam diri

individu yang merupakan sistem psikopsikal dan hal tersebut

menentukan penyesuaian diri individu secara unik terhadap

lingkungannya.

Feist & Feist (2011) mendefinisikan kepribadian sebagai sebuah

pola dan karakteristik tertentu yang cenderung permanen dan

memberikan konsistensi pada perilaku seseorang.

Larsen & Buss (dalam Mastuti, 2005) menjelaskan kepribadian

sebagai sekumpulan trait psikologi dan mekanisme di dalam individu yang diorganisasikan, relatif bertahan dalam mempengaruhi interaksi

dan adaptasi individu di dalam lingkungan.

Menurut Adler (dalam Chaplin, 2001, h.362) kepribadian adalah

gaya hidup individu atau cara individu memberikan reaksi terhadap

masalah-masalah hidup termasuk tujuan-tujuan hidup.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah disampaikan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu karakteristik

yang cenderung menetap pada diri seseorang yang mempengaruhinya

(42)

26

2. Tipe-tipe Kepribadian berdasarkan Teori Big Five Personality

Menurut Costa & McCrae (dalam Pervin, Cervone & John, 2005,

h.263, 269) dan Robbins, Luthans, Ingarianti (dalam Soepono &

Srimulyani, 2015), lima tipe kepribadian berdasarkan Big Five Personality adalah :

a. Neuroticism

Tipe kepribadian ini menunjukkan kestabilan atau

ketidakstabilan emosi individu. Pada tipe kepribadian ini dapat

diidentifikasi kecenderungan dari individu yang mudah

mengalami stres, mempunyai ide-ide yang kurang realistik dan

coping respon yang maladaptif, menginginkan segala sesuatu yang berlebihan. Individu dengan tipe kepribadian ini

menunjukkan individu dengan tingkat emosional yang tinggi.

Individu yang memiliki skor yang neuroticism yang tinggi cenderung memiliki beberapa sifat mudah cemas, rendah diri,

mudah marah, kurang bisa mengontrol dirinya, mudah depresi,

rapuh, tidak memiliki pendirian yang teguh. Individu yang

memiliki skor rendah cenderung dingin, bertahan pada

pendiriannya, mudah merasa nyaman, mudah puas diri, tenang,

merasa aman dan percaya diri.

b. Extraversions

Tipe kepribadian ini cenderung menilai kuantitas dan

intensitas interaksi interpersonal, stimulasi dan kapasitas

kebahagiaan dan tingkat aktivitas. Pada individu dengan skor

(43)

27

berorientasi pada tugas, pendiam, pemalu, tenang, penakut, cuek,

serius, pasif, tidak berperasaan, memiliki relasi yang lebih sempit

dan tertutup. Individu dengan skor tinggi akan memiliki

kecenderungan ramah, terbuka, memiliki relasi yang lebih luas,

penuh perhatian, aktif berbicara, menyukai humor, mudah

bersosialisasi, bersemangat, memiliki orientasi pada hubungan,

suka berkelompok, optimis, senang berteman.

c. Openess to Experience

Kecenderungan pada tipe ini adalah individu yang proaktif

dan penghargaan terhadap pengalaman diri, mengeksplorasi

hal-hal yang baru dan toleransi. Tipe kepribadian ini menunjukkan

kecenderungan minat yang dimiliki oleh seseorang. Pada individu

dengan skor openess to experience tinggi dapat ditemukan kecenderungan orang yang imajinatif, tingginya rasa ingin tahu,

kreatif, sensitif terhadap hal-hal yang bersifat orisinil (asli). Lalu

pada individu dengan skor rendah kecenderungannya adalah tidak

artistik, merasa sudah nyaman dengan apa yang sudah ada,

melakukan sesuatu sesuai adat, bersifat tradisional, menyukai

rutinitas, rasa tidak mau tahu, konservatif.

d. Agreeableness

Trait pada tipe kepribadian ini mengukur kualitas orientasi interpersonal individu dengan kontinum dari lemah lembut sampai

antagonis yang menjadi pertentangan dalam berbicara, perasaan

dan aksi. Pada tipe kepribadian ini, individu yang memiliki skor

(44)

28

memaafkan, mudah tertipu, hangat, jujur, mudah percaya,

pendamai, baik hati, mudah mengikuti orang lain. Pada individu

yang memiliki skor rendah dia akan cenderung pelit, penuh

prasangka, suka mengkritik, suka menentang, memusatkan

perhatian pada kepentingannya sendiri, pendendam, mudah

curiga, bersikap dingin, kasar, tidak kooperatif dan tidak ramah.

e. Conscientiouness

Tipe kepribadian ini menunjukkan kecenderungan individu

dalam kemampuannya di organisasi termasuk ketekunan dan

motivasi pada tujuan yang dilakukan langsung dalam perilakunya.

Individu dengan skor tinggi menunjukkan kecenderungan orang

yang berorientasi pada prestasi, teratur, terarah, tepat waktu,

ambisius, pekerja keras, tekun, dapat diandalkan, rapi, teliti, gigih,

bertanggungjawab, terorganisir. Individu dengan skor rendah

menunjukkan kecenderungan orang yang mudah bingung,

pemalas, suka bersenang-senang, tidak bisa diandalkan, tidak

memiliki tujuan, lalai, tidak berkemauan keras, tidak teratur, tidak

memiliki tujuan dan mudah menyerah.

C.Dinamika Hubungan The Big Five Personality Dengan

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Setiap organisasi memiliki harapan untuk dapat mencapai

tujuan-tujuannya, hal itu mereka upayakan dengan memilih sumber daya

manusia yang mumpuni sebagai tongak keberhasilan. Masing-masing

(45)

29

anggota. Hal ini pula yang diterapkan oleh setiap UKMF (Unit Kegiatan

Mahasiswa Fakultas) yang ada di Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang. Setiap tahun ajaran baru, UKMF membuka

open recruitmen untuk mahasiswa Fakultas Psikologi yang ingin tergabung menjadi anggota. Proses rekruitmen masing-masing UKMF

berbeda tergantung dengan konsep dan kebutuhan mereka.

Contoh proses rekruitmen yang dilakukan salah satu UKMF, yaitu

UKMF X biasanya dilakukan dengan beberapa tahap dengan disertai

proses observasi dan wawancara dengan tujuan untuk dapat mengali

kemampuan yang dimiliki oleh calon anggota sehingga akhirnya dapat

dipilih orang-orang yang tepat. Calon anggota yang terpilih dinilai

memiliki kemampuan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh UKMF

X dan dapat bekerja maksimal di dalam organisasi ini. Tidak hanya

kemampuan, setiap organisasi juga berharap anggotanya memiliki

perilaku yang positif yang mendorongnya untuk bekerja dengan lebih

baik lagi, salah satu perilaku tersebut adalah Organizational Citizenship Behavior atau yang seringkali disingkat dengan OCB.

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan suatu perilaku anggota dalam organisasi yang bekerja melebihi dari deskripsi

formalnya tanpa adanya paksaan atau keinginan untuk mendapat reward. Pada penelitian mengenai Organizational Citizenship Behavior yang dilakukan oleh Bush & Jiao (2011) dengan subjek 107 volunter siswa di

kelas tiga dan empat kursus bisnis pada satu universitas di Canada

(46)

30

mereka. Dari hasil penelitian tersebut, maka telah dibuktikan bahwa

OCB merupakan hal yang penting dan seharusnya dimiliki oleh setiap karyawan atau anggota di dalam sebuah organisasi karena mampu

memberikan dampak positif pada kinerja mereka yang selanjutnya dapat

membantu pengembangan organisasi menjadi lebih baik.

OCB dapat diidentifikasi dengan memahami lima dimensi yang ada pada perilaku ini (Organ dalam Dash & Pradhan, 2014) yaitu; altruism, civic virtue, courtesy, conscientiouness dan sportsmanship. Altruism

merupakan dimensi yang menggambarkan perilaku anggota yang mau

membantu anggota lainnya dalam menyelesaikan tugas organisasi, civic virtue menggambarkan perilaku individu yang mau mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi serta memiliki keterlibatan yang aktif dalam

memajukan organisasi, courtesy menunjukkan perilaku individu yang berusaha membangun relasi yang baik dengan rekan kerja sehingga

mencegah terjadinya permasalahan dalam organisasi, conscientiouness

adalah perilaku individu yang dengan kesadarannya sendiri melakukan

hal-hal yang dapat membangun organisasi menjadi lebih baik, dan yang

terakhir adalah sportsmanship yang menunjukkan perilaku anggota yang dapat memberikan toleransi terhadap situasi organisasi yang kurang ideal

baginya. Lima dimensi ini dapat menjadi acuan untuk menganalisa

tingkat OCB pada anggota organisasi.

OCB adalah perilaku yang baik dan dapat mendukung keberhasilan organisasi, tetapi tidak semua anggota dapat memiliki OCB yang tinggi. Perilaku ini cukup sulit ditemukan karena pada jaman sekarang individu

(47)

31

dapatkan apabila melakukan sesuatu. Reward dari organisasi sering kali menjadi hal yang mendorong anggota melakukan tugasnya dengan baik,

namun OCB bukan perilaku yang dapat dipengaruhi oleh reward dari organisasi. OCB adalah perilaku yang sepenuhnya muncul karena kesadaran dan inisiatif individu sendiri.

Pada UKMF di Fakultas Psikologi, mahasiswa yang menjadi

anggota adalah mereka yang secara personal mendaftarkan dirinya untuk

bergabung dalam UKMF tersebut. UKMF ini bukan merupakan

organisasi yang bersifat komersil atau menjual barang atau jasa. Tujuan

dari adanya UKMF ini pada lingkungan kampus adalah sebagai wadah

bagi mahasiswa untuk mengasah softskills-nya menjadi lebih baik sehingga kemungkinan kecil anggota dalam organisasi dapat

memperoleh hasil berupa uang atau reward materil. Proses keanggotaan dan bentuk organisasi yang bukan merupakan organisasi komersil ini

dapat diasumsikan bahwa OCB anggota mereka lebih tinggi karena organisasi bersifat sukarela dan tanpa ada imbalan, namun nyatanya dari

informasi yang diperoleh peneliti, pada anggota salah satu UKMF belum

memiliki perilaku organisasi yaitu OCB yang baik. Bentuk masih kurangnya OCB pada anggota UKMF di Fakultas Psikologi ini contohnya seperti ketidakhadiran anggota dalam kegiatan organisasi,

keluar masuknya anggota dari UKMF dan keluhan-keluhan anggota

mengenai kondisi organisasinya yang kurang nyaman.

(48)

32

atasan-bawahan, masa kerja, jenis kelamin, budaya dan iklim organisasi.

Faktor kepribadian menjadi salah satu faktor yang cukup kuat

mempengaruhi karena kepribadian seseorang relatif menetap sehingga

lebih konsisten dalam mempengaruhi perilaku salah satunya OCB.

Masyarakat sering menggambarkan sikap seseorang dengan

menjelaskan karakteristik yang dimiliki oleh orang tersebut.

Karakteristik pada seseorang disebut kepribadian. Kepribadian dapat

mempengaruhi seseorang dalam memberikan respon terhadap stimulus

yang ia terima dari lingkungan. Respon tersebut dapat dilihat nyata

dalam bentuk perilaku individu. Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara

tidak langsung perilaku yang dimunculkan oleh individu dapat

dipengaruhi oleh tipe kepribadiannya. Satu stimulus mampu direspon

berbeda oleh masing-masing individu, hal tersebut karena antara satu

individu dengan lainnya memiliki tipe kepribadiannya yang berbeda.

Sama halnya di UKMF , masing-masing anggota dapat diidentifikasi tipe

kepribadiannya untuk dapat memahami perilaku yang dilakukannya di

dalam organisasi.

Pada umumnya masyarakat mengetahui kepribadian seseorang

terdiri dari dua tipe yaitu extrovert dan introvert, namun ternyata ada teori lain yang menjelaskan bahwa kepribadian dapat dibagi menjadi

lima faktor atau tipe, teori tersebut dinamakan The Big Five Personality. Teori ini menjelaskan lima tipe kepribadian yang memiliki

karakteristiknya masing-masing (Costa & McCrae dalam Pervin, dkk,

2005, h.263), tipe kepribadian yang pertama yaitu tipe kepribadian

(49)

33

kecenderungan tingkat emosional yang tinggi, extraversion yang menunjukkan tipe kepribadian dengan kecenderungan individu yang

ramah dan terbuka, openess to experience menunjukkan kepribadian individu yang senang mengeksplorasi hal baru, agreeableness yang menunjukkan tipe kepribadian individu dengan perasaan mudah percaya

dan yang terakhir concientiusness yang menunjukkan tipe kepribadian individu yang senang dengan keteraturan.

Sesuai dengan tipe kepribadian yang dijelaskan dalam teori Big Five Personality maka dapat dilihat seperti apa kepribadian seseorang mempengaruhi tingkat OCB-nya pada organisasi. Kepribadian

neuroticism pada seseorang menyebabkan dia lebih banyak menggunakan sisi emosional dalam melakukan suatu hal sehingga OCB -nya akan tinggi pada organisasi bila dia dapat mengalami

perasaan-perasaan positif yang membuatnya nyaman dan bahagia.

Tipe kepribadian yang kedua adalah extraversion, seseorang dengan tipe kepribadian ini cenderung memiliki sikap sosial yang baik

sehingga dia mampu memiliki relasi yang baik pula dengan anggota lain

sehingga akhirnya dia dapat menunjukkan OCB yang tinggi. Seseorang dengan kepribadian openess to experience memiliki kesukaan untuk mempelajari hal-hal baru yang membuatnya tertantang, oleh karena itu

dia akan dengan senang hati menyelesaikan tantangan-tantangan yang

ada untuk pengembangan organisasinya. Individu dengan tipe

kepribadian ini pula dapat memberikan atau melakukan inovasi-inovasi

baru bagi organisasi. Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan

(50)

34

Kepribadian yang selanjutnya adalah agreeableness dengan ciri orang yang yang mudah percaya dan menghindari konflik sehingga dia

akan berusaha menjaga relasi yang harmonis dengan anggota lain dan hal

ini menumbuhkan OCB pada individu tersebut. Terakhir adalah kepribadian concientiusness di mana mereka dengan kepribadian ini memiliki sikap sebagai orang yang pekerja keras. Individu dengan tipe

kepribadian ini akan berusaha menampilkan yang terbaik bagi

organisasinya, mereka memiliki inisiatif untuk melakukan tugasnya

dengan baik dan terus berusaha mencapai keberhasilan-keberhasilan,

dengan hal tersebut maka individu akan menunjukkan OCB yang tinggi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardani & Suseno

(2012) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan positif antara tipe

kepribadian extraversion dengan OCB, kemudian antara agreeableness dengan OCB dan antara conscientiousness dengan OCB. Dari hasil penelitian tersebut juga di dapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan

antara tipe kepribadian neuroticism dengan OCB dan opennes to experience dengan OCB. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti ingin melihat perbedaan OCB anggota UKMF Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang berdasarkan lima tipe kepribadian

dalam Big Five Personality Theory.

D.Hipotesis

(51)

35

(52)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut

Creswell (dalam Alsa, 2003, h. 13) penelitian kuantitatif

merupakan penelitian yang menggunakan angka di mana datanya

menggunakan bilangan (skor, nilai, peringkat atau frekuensi) yang

kemudian dianalisis dengan menggunakan metode statistik untuk

menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya

spesifik dan untuk memprediksi suatu variabel mempengaruhi

variabel lainnya. Penelitian kuantitatif ini berusaha menarik

kesimpulan berdasarkan data berupa angka yang nantinya

digeneralisasikan.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel digunakan untuk menentukan alat

pengumpulan data dan teknik analisis daya yang

digunakan.Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Variabel Tergantung : Organizational Citizenship

Behavior

(53)

37

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional ditentukan terlebih dahulu untuk

memberikan pemahaman secara keseluruhan dan menghindari

kesalahpahaman. Adapun definisi operasional variabel-variabel

penelitian ini adalah :

1. Organizational Citizenship Behavior

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku individu yang secara sadar dan atas dasar

keinginannya sendiri melakukan tugas melebihi dari kewajiban

formal yang diberikan organisasi kepadanya. OCB memiliki lima dimensi yaitu ; altruism, courtesy, conscientiouness, sportsmanship dan civic virtue. Ada enam faktor yang dapat mempengaruhi tingkat OCB anggota yaitu ; suasana hati (mood) dan kepribadian, persepsi terhadap dukungan organisasional, persepsi terhadap kualitas interaksi

atasan-bawahan, masa kerja, jenis kelamin, budaya dan iklim

organisasi. OCB dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi OCB. 2. The Big Five Personality

The Big Five Personality merupakan teori kepribadian yang membagi kepribadian menjadi lima tipe. Lima tipe

(54)

38

Semakin tinggi skor semakin menunjukkan kecenderungan

kepribadian.

D. Subjek Penelitian

Azwar (1999, h.77) mendefinisikan populasi sebagai

kelompok subjek yang akan dikenai generalisis hasil penelitian.

Populasi subjek pada penelitian ini adalah anggota organisasi Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Fakultas Psikologi UNIKA

Soegijapranata Semarang periode 2016/2017 yang terdiri dari

UKMF X, UKM Y untuk putra dan putri, UKM Z untuk putra dan

putri.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik sampling kuota. Teknik sampling kuota

bertujuan untuk mengambil sampel dalam jumlah tertentu yang

dianggap cukup untuk merepresentasikan ciri populasi ( Azwar,

1999). Peneliti akan mengambil sampel sejumlah kuota yang telah

ditetapkan sesuai dengan kondisi populasi. Pada penelitian ini

kuota subjek dibagi dalam persentase yaitu 50% dari UKMF X

sejumlah 20 orang, 30 % dari UKMF Y sejumlah 11 orang, 40%

dari UKMF Z sejumlah 18 orang.

E. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala perilaku

(55)

39

dan unfavorable dan alat tes kepribadian NEO- PR untuk mengukur Big Five Personality.

1. Skala Organizational Citizenship Behavior

Skala ini disusun berdasarkan lima dimensi yang ada

pada OCB (Organ dalam Dash & Pradhan, 2014) sebagai berikut :

a. Altruism. Dimensi altruism dijelaskan dengan indikator -indikator

Gambar

Tabel 3 : Blue Print Skala OCB  ...........................................................
Blue PrintTabel 1  Skala OCB
Blue PrintTabel 2  Tes Kepribadian NEO-PR
Blue PrintTabel 3  Skala OCB
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa master akan mengolah data input , mencacah, menam- pilkan printout nomor antrian pada LCD, menerima data panggil pada masing-masing lo- ket/ slave

Peserta didik diberikan pekerjaan rumah mempersiapkan diri untuk materi siklus kegiatan ekonomi 4 sektor.. Peserta didik diberikan

Perubahan dalam bagian kepemilikan entitas induk pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian adalah transaksi ekuitas (yaitu transaksi dengan

Tanah tidak disusutkan. Biaya pengurusan legal hak atas tanah ketika tanah diperoleh pertama kali diakui sebagai bagian dari biaya perolehan tanah dan tidak

Dalam hal tersebut, Perusahaan dan entitas anak mempertimbangkan berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas pada, jangka waktu hubungan

Setelah seluruh transaksi selama periode dibukukan di buku besar dan dihitung. Setiap saldo masing-masing perkiraan dapat perkiraan akan memiliki saldo debet, kredit,

Hasil penelitian tingkat kesejahteraan keluarga pedagang di obyek wisata Waduk Penjalin Desa Winduaji Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes dapat diketahui dari 10

[r]