BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dua puluh tahun terakhir ini telah terjadi pergeseran paradigma bisnis dimana informasi non keuangan juga perlu untuk diungkapkan. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit). Namun sekarang berubah menjadi paradigma pembangunan berkelanjutan. Pada paradigma single P (Profit), tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhitungkan dampak yang timbul dari kegiatan usaha tersebut (Aulia dan Syam, 2013).
Menurut Wibowo dan Faradiza (2014) beralihnya orientasi kepada ketiga hal tersebut merupakan usaha yang digunakan oleh manajer perusahaan untuk mencapai pertumbuhan secara berkesinambungan melalui aktivitas-aktivitas operasi yang dilakukan secara bertanggungjawab dengan mempertimbangkan keuntungan (profit), bumi (planet) dan komunitas
(people). Berkembang pesatnya isu tumbuh secara berkesinambungan ini
disertai dengan meningkatnya isu-isu kerusakan alam seperti polusi udara, pembuangan limbah cair, penggundulan hutan, sistem pembangunan yang tidak ramah lingkungan, sampai pada perubahan iklim. Fenomena-fenomena ini yang kemudian meningkatkan masyarakat akan pentingnya sumber daya alam yang ada namun jumlahnya terbatas sehingga perusahaan dituntut agar mampu menggunakannya secara efisien terutama dalam memenuhi kebutuhan operasinya.
Menurut Indah (2013) dalam Aniktia dan Khafid (2015), informasi dampak aktifitas ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan dapat diungkapkan melalui sustainability report sebagai laporan sukarela yang disajikan secara terpisah dari annual report. Namun, pada kenyataannya standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan, akibatnya yang terjadi didalam praktik perusahaan hanya sukarela mengungkapkannya (Anggraini,2006). NCSR menyatakan bahwa 60 perusahaan telah membuat laporan keberlanjutan atau laporan CSR sampai tahun 2014 dan ajang lomba SRA 2014 diikuti oleh 35 perusahaan.
Menurut Daniri (2014:273) dalam Aniktia dan Khafid (2015) bahwa salah satu konsekuensi implementasi prinsip-prinsip GCG adalah perusahaan tidak dapat hanya memikirkan kinerja finansialnya saja tetapi juga harus memasukan penilaian atas kinerja sosial dan lingkungannya. Perusahaan kemudian mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosial dan lingkungan melalui sustainability report untuk memenuhi kepentingan stakeholder.
pertanggungjawaban sosial oleh perusahaan kepada stakeholder termasuk masyarakat.
Menurut Dilling (2009) dalam Sari dan Marsono (2013) perkembangan
sustainability report di Indonesia telah mengalami perkembangan. Adanya,
aturan tegas yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan, mendorong manajer perusahaan untuk melakukan pengungkapan sustainability report. Namun adanya alasan tersebut, tidak membuat semua perusahaan di Indonesia melakukan pengungkapan
sustainability report, tidak adanya single definition dan sustainability
reporting yang mampu diterima secara global, maupun bagaimana seharusnya
bentuk format dari sustainability report itu sendiri menjadi alasan utama tidak semua perusahaan mau melakukan pengungkapan. Alasan lainnya yaitu manajer perusahaan mempunyai tingat inisiatif yang berbeda dalam hal pengungkapan sustainability report, serta penyusunan memerlukan biaya yang banyak.
Praktik dan pengungkapan sustainability report merupakan implementasi konsep dan mekanisme Good Corporate Governance (GCG) yang memiliki prinsip bahwa stakeholder memerlukan perhatian, baik dalam hal aturan yang ada serta menjalin kerjasama yang aktif untuk kelangsungan hidup jangka panjang antara stakeholder dengan perusahaan. Adapun insfrastruktur pendukung terhadap praktik dan pengungkapan sustainability
report adalah mekanisme dan struktur governance di perusahaan. Sehingga
terjadi dapat menyebabkan adverse selection maupun moral hazard, dengan kosekuensi perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan praktik dan pengungapan sustainability report.
Pada prinsipnya corporate governance menyangkut kepentingan para pemegang saham, perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam corporate governance, transparasi dan penjelasan, serta dewan komisaris dan komite audit, GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparasi dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha (Windah dan Handono, 2013). Para pelaku usaha di Indonesia juga turut menyepakati bahwa penerapan good corporate governance sebagai suatu sistem tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu hal yang penting, hal ini dibuktikan dengan penandatanganan perjanjian Letter of Intent (LOI) dan International
Monetary Fund (IMF) tahun 1998, yang salah satu isinya adalah
pencantuman jadwal perbaikan tata kelola perusahaan di Indonesia (Sulistyanto, 2008).
Krisis yang melanda Asia mendorong pemerintah Indonesia untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah tata kelola perusahaan di Indonesia. Untuk itu, dibentuklah Komite Nasional Kebijakan Corporate
Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri, dengan melibatkan 30 orang perwakilan dari sektor publik dan swasta untuk merekomendasikan prinsip-prinsip GCG nasional. Pada tahun 2004, KNKCG dirubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dengan pertimbangan untuk memperluas cakupan ketata kelolaan sektor publik (public
governance). KNKG telah menerbitkan Pedoman Nasional Good Corporate
Governance (Pedoman Nasional GCG) pertama kali tahun 1999, yang
kemudian direvisi pada tahun 2001 dan 2006 (Roadmap OJK).
Pentingnya penelitian ini dilakukan karena di Indonesia pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting) mendapatkan perhatian oleh
stakeholder, salah satunya adalah investor. Laporan keuangan yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi, arus kas, catatan atas laporan keuangan tidak lagi hanya digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan investasi. Sehingga trend dari pembuatan laporan keberlanjutan berdasarkan sumber Indonesia sustainability report award (ISRA) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hingga sampai tahun 2012 tercatat 45 lebih perusahaan yang sudah menerbitkan laporan keberlanjutan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dhaliwal et al. 2011 dalam Ernst and Young, 2013 terhadap 7000 sustainability report, ditemukan bahwa
sustainability report banyak digunakan organisasi dalam memprediksi nilai
kesenjangan atas nilai perusahaan jika hanya memperhatikan aspek keuangan saja. Penelitian yang dilakukan atas nilai pasar organisasi menunjukan pergerakan yang cukup signifikan, dimana nilai pasar perusahaan tahun 1975 sebanyak 83 % ditentukan oleh aspek keuangan dan 17 % aspek non-keuangan. Hal ini telah berubah drastis dengan data tahun 2009, dimana nilai pasar organiasasi bisnis ditentukan hanya 19 % saja aspek keuangan dan sisanya 81 % adalah aspek non-keuangan.
Penelitian Aniktia dan Khafid (2015) tentang pengaruh mekanisme
good corporate governance dan kinerja keuangan terhadap pengungkapan
sustainability report, menunjukkan hasil bahwa dewan komisaris independen
tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report, komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability
report, kepemilikan manajeral tidak berpengaruh positif terhadap
pengungkapan sustainability report, governance committee berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report, profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report,
leverage berpegaruh terhadap pengungkapan sustainability report dengan
arah positif.
Penelitian Sari dan Marsono (2013) tentang pengaruh kinerja keuangan, ukuran perusahaan dan corporate governance terhadap pengungkapan
sustainability report, menunjukkan hasil analisis regresi linier berganda
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap pengungkapan
sustainability report. Hasil analisis regresi linier berganda juga membuktikan
bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan
sustainability report, likuiditas tidak berpengaruh positif signifikan terhadap
pengungkapan sustainability report, leverage tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report, tingkat aktifitas perusahaan tidak berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan
sustainability report, ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif signifikan
terhadap pengungkapan sustainability report, komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report, dewan direksi tidak berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability
report dan dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan
terhadap pengungkapan sustainability report.
Penelitian Nasir dkk (2014) tentang pengaruh karakteristik perusahaan
dan corporate governance terhadap pengungkapan sustainability report pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011, menunjukan hasil bahwa return on asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sustainability report pada perusahaan LQ45, current
ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
sustainability report pada perusahaan LQ45, debt to equity ratio (DER)
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
sustainability report pada perusahaan LQ45, komite audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan sustainability report pada perusahaan LQ45, dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
sustainability report pada perusahaan LQ45 dan governance committee (GC)
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sustainability report pada perusahaan LQ45.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Aziz (2014) tentang analisis pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap kualitas pengungkapan sustainability report (studi empiris pada perusahaan di Indonesia periode tahun 2011-2012). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tahun penelitian dan objek penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan periode 2011-2012 dan objek penelitian pada perusahaan di Indonesia. Sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2010-2015 dan objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
perusahaan manufaktur jumlahnya banyak di Indonesia dan memiliki kompleksitas dalam informasi laporan keuangan.
Penelitian ini penting dilakukan karena dapat memberikan pertimbangan untuk beberapa pihak yang berkepentingan antara lain pemerintah untuk merumuskan peraturan atau kebijakan tentang pengungkapan sustainability report bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Selain itu penelitian ini dapat memberikan pemahaman bagi perusahaan tentang pentingnya pertanggung jawaban ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan yang diungkapkan dalam laporan yang disebut sustainability
report sehingga diharapkan dapat menciptakan nilai jangka panjang bagi para
stakeholder (Wibowo dan Faradiza, 2014).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah yang akan dijawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan sustainability report?
2. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan sustainability report?
3. Apakah ukuran komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan sustainability report?
5. Apakah kepemilikan saham terkonsentrasi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan sustainability report?
6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan sustainability report?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
a. Menemukan bukti empiris pengaruh positif signifikan ukuran dewan komisaris terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
b. Menemukan bukti empiris pengaruh positif signifikan proporsi komisaris independen terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
c. Menemukan bukti empiris pengaruh positif signifikan ukuran komite audit terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
d. Menemukan bukti empiris pengaruh positif signifikan kepemilikan saham institusional terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
f. Menemukan bukti empiris pengaruh positif signifikan ukuran perusahaan terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
2. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada beberapa pihak, yaitu:
a. Bagi Investor
Dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh mekanisme good
corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kualitas
pengungkapan sustainability report pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.
b. Bagi Perusahaan
Mengetahui pentingnya sustainability report yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan perusahaan kepada stakeholder termasuk masyarakat.
c. Bagi Peneliti
Sebagai acuan terutama untuk penelitian yang berkaitan dengan mekanisme good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kualitas pengungkapan sustainability report.
d. Bagi Akademisi