MODERN BINA INSANI SUSUKAN SEMARANG TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikn Islam (S.Pd)
Oleh:
NUR ASRI’UL CHUSNA
NIM. 111-12-011
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA
vi
مِئاَص اَنَأَو يِلَمَع َضَرْعُ ي ْنَأ ُبِحُأَف ِسْيِمَخْلاَو ِنْيَ نْ ثلاا َمْوَ ي ُلاَمْعَلأا ُضَرْعُ ت
“Amal perbuatan di angkat pada hari senin dan kamis, sehingga aku senang jika amalku
diangkat ketika aku sedang berpuasa.”Shahih: Takhrij Al-Misykah (2056), Ta’liq Ar
-Raghib(84/2), dan Irwa’ Al-Ghalil(949).
َو ِهِتَياَء ْمِهْيَلَع اوُلْ تَ ي ْمِهِسُفْ نَأ ْنِّم ًلاْوُسَر ْمِهْيِف َثَعَ ب ْذِإ َنْيِنِم ْؤُمْلَا ىَلَع ُهّللا َّنَم ْدَقَل
نِإَو َََمِِِْْلاَو َبَتِِْلا ُمُهُمِّلَعُ يَو ْمِهْيََُِِّّ ي
َِّ
( ٍنْيِبُّم ٍلَلاَض ىَفَل ُلْبَ ق ْنِم اوُنا
461
)
“ sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
vii
Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Segala kasih dan sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu, serta mengenalkanku dengan rasa tanggung jawab sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Persembahan karya sederhana ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan tujuanku:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Ratno dan Ibu Muzaro’ah atas kasih sayang, do’a dan pengorbanan tanpa syarat demi kebaikan masa
depanku
2. Kakakku Ahmad Arif Karyanto dan adikku Alisa Indi Ruqmana beserta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi dan do’a untukku
viii Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah dengan rendah hati penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat merasakan kenikmatan dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang-benerang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis haturkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Pengaruh Rutinitas Melaksanakan Puasa Senin Kamis Terhadap Kesehatan Mental Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2016”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan didalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pndidikan Agama Islam 4. Dra.Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
x
Kesehatan Mental Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten
Semarang Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I
Kata Kunci: Puasa, Kesehatan, Mental,Santri.
Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui rutinitas melaksanakan puasa senin kamis, kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan. Objek penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016 yaitu kelas 10, 11, dan 12 dengn sample penelitian sebanyak 80 responden. Pertanyaan utama yang ingin peneliti jawab adalah: (1) Bagaimana tingkat rutinitas pelaksanaan puasa senin kamis di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Semarang tahun 2016? (2) Bagaimana tingkat kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016? (3) Adakah pengaruh rutinitas puasa Senin Kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesanten Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016?.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tehnik statistik sederhana yang merupakan prosentase analisis dan analisis uji hipotesis menggunakan rumus korelasi product moment dibantu program Microsoft Office Exel 2007.
xi
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...53
xii
BAB IV ANALISIS DATA... 99
A. Analisis Deskriptif...99
B. Pengujian Hipotesis...110
C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis...117
BAB V PENUTUP...119
A. Kesimpulan...119
B. Saran...120 DAFTAR PUSTAKA
xiii 1. Nota Pembimbing Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 3. Surat keterangan Melakukan Penelitian 4. Daftar SKK
5. Lembar Konsultasi
6. Instrumen Pengembangan Indikator 7. Pedoman Angket
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak bisa luput dari kebutuhan semua orang. Pendidikan tidak harus didapatkan di sekolah-sekolah formal. Selain sekolah, pendidikan dapat diperoleh di pesantren. Pesantren tidak hanya mengajarkan tentang agama saja akan tetapi juga mendapatkan pelajaranan umum. Hal tersebut dapat diperoleh di pesantren-pesantren di zaman modern ini. Pesantren dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja, antara lain pesantren dapat mencegah remaja untuk melakukan perbuatan yang menyimpang seperti mabuk, seks bebas, penggunaan narkoba, dll yang dapat menyebabkan penyakit jiwa (mental).
Remaja di zaman modern ini sering kali terbawa arus globalisasi yang condong ke arah negatif. Semakin majunya teknologi memudahkan remaja membuka berbagai situs yang kurang baik dan mempengaruhi prilakunya dalam bergaul di masyarakat. Pengaruh teman sepermainan juga dapat mempengaruhi perilakunya. Apabila remaja sering kali berperilaku menyimpang maka itu didasari oleh pola berpikirnya yang salah.
Perubahan psikis remaja biasanya berupa ketidak stabilan emosi dan perasaan, sehingga ia tidak memiliki kepastian cita-cita dan perasaannya. Memang masa remaja sering juga disebut dengan “strom and stress”, masa pancaroba,
yakni suatu masa yang penuh kegoncanggan jiwa. Hal ini dikarenakan oleh keadaannya yang masih dalam masa peralihan atau transisi dari masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa dewasa yang matang dan mandiri (Musbikin, 2004: 210). Begitu pula pada masa ini keinginannya untuk mengetahui, mempraktekan dan mengadakan eksperimen sangat kuat. Juga dorongan nafsu seks dan juga ingin mencintai lain jenis sangat besar. Maka dari itu bila didikan moral dan agama tidak kuat, si remaja itu bisa terjerumus ke hal-hal negatif, seperti kumpul kebo, homoseks, dan lain sebagainya.
Kegiatan di pondok pesantren yang diharapkan dapat memperbaiki mental remaja adalah salah satunya dengan berpuasa sunnah, yaitu puasa senin kamis. Karena puasa bertujuan membentuk manusia yang takwa, maka ia tentu memiliki hikmah dan faedah yang besar bagi para remaja. Remaja yang masih dalam keadaan transisi yang penuh krisis dan gejolak itu sangat membutuhkan bimbingan dan pegangan yang mantap, sehingga ia akan mampu melewati masa itu dengan selamat dan sukses. Bimbingan dan pegangan yang ampuh untuk mengatasi segala gejolak itu tiada lain hanyalah puasa dan pendidikan agam (Musbikin, 2004: 211). Dengan berpuasa kita juga dapat lebih dekat dengan Allah SWT. Puasa yang dimaksud tidak hanya sekedar menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa yang sifatnya dzahir saja, lebih dari itu puasa berarti menahan diri dalam arti yang sangat luas, yakni menjaga seluruh anggota tubuh kita dari hal-hal yang tidak sesuai dengan syari‟at-Nya, bahkan bagi orang-orang ahlul ma‟rifah puasa juga menghindarkan diri dari memikirkan selain-Nya (Ash-Shiddieqy,2010: 35).Oleh karena itulah wajar jika puasa merupakan tangga takwa bagi orang-orang yang beriman. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah: 183.
(َنْوُقَّ تَ ت ْمُكَّلعَل ْمُكِلْبَ ق ْنِم َنْيِذَّلا ىَلَع َبِتُك ُماَيِّصلا ُمُكْيَلَع َبِتُك اوُنَماَء َنْيِذَّلا اَهُّ يَأَي
385
)
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
Dalam ayat tersebut tujuan dari disyari‟atkannya berpuasa adalah agar
kerusakan maupun penyimpangan. Orang yang bertakwa senantiasa mendapat pimpinan dan bimbingan dari Allah SWT dan dalam penghidupan dan perjuangannya akan memperoleh kemenangan (Musbikin, 2004: 206).
Mengingat bahwa puasa merupakan suatu cara yang menjadi bagian dari kehidupan manusia maka puasa dapat menjadi sarana untuk mengendalikan kesehatan mental atau jiwa. Agar puasa yang dijalankan tidak sia-sia maka ada beberapa hal yang harus ditaati dalam berpuasa. Beberapa aturan yang harus ditaati seseorang dalam berpuasa di antaranya adalah menjaga syarat dan rukun puasa, “menjauhi penyakit-penyakit hati seperti: iri, dengki, sombong, nafsu amarah, berkata bohong, ghibah, menipu, mengadu domba dan lain-lain (Faridl, 2007: 66). Penyakit-penyakit tersebut yang menjadikan mental seseorang sakit. ibadah puasa adalah suatu upaya pengendalian diri untuk tidak melakukan sesuatu secara berlebih-lebihan. Maka, dapat dipahami bahwa agar manusia dapat menjaga kesehatan mentalnya, Allah memberi sarana yaitu melalui ibadah puasa.
tentu kesehatan mental santri itu baik dengan melakukan puasa, karena memang tidak ada kontrol dari lembaga itu sendiri. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh rutinitas puasa Senin Kamis terhadap kesehatan mental santri. Judul yang diangkat penulis adalah: “Pengaruh Rutinitas Melaksanakan Puasa Senin Kamis TerhadapKesehatan Mental Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2016”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat rutinitas pelaksanaan puasa senin kamis di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016?
2. Bagaimana tingkat kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan KabupatenSemarang tahun 2016?
3. Adakah pengaruh rutinitas puasa Senin Kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesanten Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat rutinitas melaksanakan puasa senin kamis di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh rutinitas puasa senin kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang 2016.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata "hypo" yang berati "dibawah" dan "thesa"yang artinya "kebenaran". Pengertian hipotesis menurut Sugiyono adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih terus diuji secara empiris (Sugiyono, 2011: 64).
Adapun hipotesis yang akan penulis ajukan pada penelitian ini sebagai berikut: Adanya hubungan antara rutinitas melaksanakan puasa senin kamis dengan kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan secara praktik dan teoritik. 1. Praktis
a. Bagi lembaga pesantren dapat di jadikan masukan dalam upaya meningkatkan kesehatan mental bagi santri.
b. Bagi santri sebagai motivasi untuk melaksanakan puasa senin kamis.
2. Teoritik
Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pesantren di indonesia dan dapat memperkaya khasanah dunia pesantren dan santrinya yang di peroleh dari penelitian lapangan. F. Penegasan Istilah
Dalam pembahasan penelitian ini, penulis melakukan telaah pustaka pada sejumlah penelitian sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan tema yang sedang penulis angkat. Serta untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian, maka perlu di jelas beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:
1. Pengaruh
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia. pengaruh berarti daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Poerwadarminta. 2006: 865). Jadi pengaruh yang di maksud dalam skripsi ini adalah kesehatan mental atau watak yang timbul akibat kegiatan puasa senin kamis.
2. Rutinitas puasa senin kamis
Rutinitas berasal dari kata “rutin” yang dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, “rutin” memiliki dua arti yaitu pertama, kecakapan
Dari pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa rutinitas yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kebiasaan puasa senin kamis yang biasa dilakukan oleh para santri di pindok pesantren.
Dalam bahasa arab, puasa disebut”shaum”atau “shiam”. Menurut
arti bahasa, Ash-shiam (puasa) artinya Al-Imsak yang berarti menahan, maksudnya menahan diri dari melakukan sesuatu. Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan puasa adalah “menahan diri dari yang
membatalkan puasa seperti makan, minum, bersenggama, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah SWT yang di sertai syarat-syarat ”(El-Hamdy, 2010: 02). Ada beberapa puasa sunnah yang dianjurkan untuk di kerjakan, tetapi dalam penelitian ini hanya meneliti tentang puasa senin kamis. Puasa Senin Kamis memiliki beberapa keutamaan, sebagaian dari hari-hari yang umat islam di anjurkan untuk mengerjakan puasa setiap pekannya adalah senin dan kamis. Jadi puasa senin kamis adalah puasa yang dilakukan pada hari senin dan kamis.
Adapun indikator rutinitaspuasa senin kamis dengan memasukkan
unsur kebiasaan dalam beribadah dan , sebagai berikut:
a. Selalu melakukan puasa senin kamis
b. Melakukan puasa atas kehendak diri sendiri
c. Merasa tenang ketika berpuasa
d. Semangat ketika melakukan puasa
3. Kesehatan Mental
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia “sehat” adalah keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya(bebas dari sakit), dan yang kedua adalah mendatangkan kebaikan pada badan. Sedangkan pengertian “kesehatan” sendiri adalah perbuatan menyehatkan
(Poerwadarminta.2006: 1051)
Menuruk Kamus Umum Bahasa Indonesia “mental” adalah sesuatu
yang mengenai batin (Poerwadarminta.2006: 762). Pendapat lain menjelaskan kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari gejala-gejala-gejla penyakit jiwa. Atau kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan orang lain, dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup (Daradjat, 1979: 11). Kesanggupan untuk menyesuaikan diri itu, akan membawa orang kepada kenikmatan hidup dan terhindar dari kecemasan, kegelisahan, dan ketidak puasan. Disamping itu, ia penuh dengan semangat dan kebahagiaan dalam hidup. Untuk dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, kita harus lebih dulu mengenal diri kita dan menerimanya sebagaimana adanya, lalu bertindak sesuai dengan kemampuan dan kekurangan yang ada pada kita.
Adapun indikator kesehatan mental dengan memasukkan unsur
keimanan dan ketaqwaan, sebagai berikut:
b. Terwujudnya keserasian antara unsur-unsur kejiwaan
c. Mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri secara fleksibel dan menciptakan hubungan yang bermanfaat dan
menyenangkan antar individu
d. Mempunyai kemampuan dalam mengembangkan potensi yang dimiliknya serta memanfaatkannya untuk dirinya dan orang
lain
e. Terhindar dari penyakit hati, yang bertentangan dengan keesaan Allah SWT
4. Santri
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “ santri” adalah orang yang mendalami pengajiannya dalam agama Islam (dengan pergi berguru ketempat yang jauh seperti pesantren dan sebagainya), atau orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang shaleh (Poerwadarminta. 2006: 1032). Jadi santri yang di maksud dalam skripsi ini adalah orang yang mendalami agama Islam di pondok pesantren dengan sungguh-sungguh.
susukan, PPM Bina Insani berdiri di atas naungan yayasan pendidikan Islam. Selain itu di dalam PPM ini masih ada lembaga yang lain yaitu, sekolah menengah pertama ( SMP ) dan sekolah menengah atas(SMA ) yang kesemuanya sudah terakreditasi oleh dinas pendidikan. Lembaga ini telah aktif mulai tahun 1999 yang diawali oleh pondok pesantren yang berbasis modern di tambah dengan sekolah menengah pertama ( SMP ). Setelah sukses, kemudian yayasan ini mendirikan lembaga sekolah menengah atas ( SMA ) pada tahun 2002 yang sampai sekarang masih aktif dalam hal pendidikan.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang cenderung menggunakan statistik atau data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (scoring)(Sugiono, 2007:23). Adapun pengertian kuantitatif menurut Moh. Kasiram adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Kasiram, 2010: 172).
Menurut Abdullah Fadjar (1989) penelitian kuantitatif memiliki beberapa ciri antara lain:
a. Dapat menyongkong menggunakan metode kualitatif
b. Menggunakan logika positivisme dan menghindari sifat obyektif c. Menggunakan pengukuran yang terkendali
d. Obyektif
e. Data dipandang dari sudut pandang (isi) orang luar atau peneliti (Kasiram, 2010: 173).
2. Kehadiran peneliti
Peneliti merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini karena hanya manusia sebagai alat saja lah yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan dilapangan(Moleong, 2008: 9) 3. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Moderen Bina Insani, Dsn. Baran, Ds. Ketapang, Kec. Susukan, Kab. Semarang 50777 Telp (0298) 615145. Penelitian ini dilakukan dalam rentan waktu juni-agustus 2016. Penelitian ini memilih lokasi di Pondok Pesantren Modern Bina Insani karena dipondok pesantren tersebut para santri dianjurkan untuk melakasanakan puasa senin kamis.
4. Populasi dan sample
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2012: 117). Populasi dalam penelitian ini di ambil dari santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan, yang diambil secara random sampling yaitu pengambilan sample secara acak. Dari jumlah santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susuakan yang berjumlah 800 santri, peneliti mengambil sebanyak 10 % santri.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karna keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2012: 118).
5. Metode pengumpulan data
Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode angket atau kuesioner dan metode dokumentasi.
a. Metode Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2012: 203). Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
b. Metode Angket atau Kuesioner
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan objek penelitian serta memberikan gambaran umum tentang obyek penelitian.
6. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006:160). Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini antara lain:
a. Perencanaan b. Penulisan soal c. Penyuntingan d. Uji coba instrumen e. Penganalisaan hasil
7. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Bigliklin (dalam Moleong.2008: 248) adalah upaya yang di lakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat di kelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.
Adapun pendapat lain Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori dan suatu uraian dasar (Iqbal, 2004:15). Analisis data ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian (Iqbal, 2004:30). Fenomena tersebut yaitu kondisi yang terjadi pada santri Pondok Pesantren Moderen Bina Insani, kaitannya dengan pengaruh rutinitas puasa Senin Kamis terhadap kesehatan mental. Dalam menganalisa data yang ada, penulis menggunakan data sebagai berikut:
a. Analisis kuantitatif
Yaitu tehnik statistik sederhana yang merupakan prosentase analisis. Adapun rumusan yang digunakan untuk mencari prosentase tingkat rutinitas melaksanakan puasa senin kamis dan kesehatan mental adalah menggunakan rumusan:
Keterangan :
P = Prosentase yang dicapai F = Frekuensi
N = Jumlah
100% = Bilangan konstan
b. Analisis kedua(Analisis uji Hipotesis)
Dalam analisis ini penulis mengadakan perhitungan lebih lanjut pada tabel distribusi frekuensi dilanjutkan dengan menguji hipotesis. Dalam analisis ini penulis menggunakan rumus korelasi Product Moment (Arikunto, 2006:276). sebagai berikut:
rxy
=
∑ ∑ ∑√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
Rxy :Koefisien korelasi antara X dan Y Xy : Perkalian antara X dan Y
: jumlah kuadrat variabel x :jumlah kuadrat variabel y ∑ : Sigma (jumlah)
H. Sistematika penulisan
Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, dan penelaahan terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan di kaji maka perlu adanya sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut seperti berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,hipotesis penelitian,manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang variabel-variabel dan teori mengenai hubungan antara variabel. Variabel pertama yaitu tentang rutinitas melaksanakan puasa senin kamis. Dan variabel kedua yaitu tentang kesehatan mental
BAB III: HASIL PENELITIAN
BAB IV: ANALISIS DATA
Bab ini berisi pembahasan tentang rutinitas melaksanakan puasa senin kamis pada santri, kesehatan mental santri, dan pengaruh rutinitas melaksanakan puasa senin kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2016.
BAB V: PENUTUP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Rutinitas Puasa Senin Kamis 1. Pengertian rutinitas
Rutinitas berasal dari kata “rutin” yang dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, “rutin” memiliki dua arti yaitu pertama, kecakapan
(kepandaian) yang diperoleh karena telah kerap kali melakukan; kedua, kebiasaan; apa-apa yang biasa dilakukan (Poerwadarminta. 2006: 999). Dari pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa rutinitas yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kebiasaan puasa senin kamis yang biasa dilakukan oleh para santri di pindok pesantren.
2. Pengrtian Puasa
Dalam Kamus bahasa Arab, puasa di sebut “shaum” atau “shiyam”.
Kata tersebut berasal dari kata “shama – yashuumu – shauman wa
shiyaaman” (
َم
اَص
–
ٌمْوُصَي
–
اًمْوَص
–
اًم
اَيِصَو
).(Yunus, 224: 1989). Menurutarti bahasa, Ash-shiam (puasa) artinya Al-Imsak yang berarti menahan, maksudnya menahan diri dari melakukan sesuatu. Pengertian tersebut terdapat dalam firman Allah SWT:
( ِرْجَفْلا َنِم ِدَوْس َْلأا ِطْيَخْلا َنِم ُضَيْ ب َلأا ُطْيَخْلا ُمُكل َنَّيَ بَتَ ي ىَّتَح اْوُ بَرْشاَو اْوُلُكَو
381
)
“ Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, Yaitu fajar”(Q.S. Al- Baqarah: 187)
bersenggama, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah SWT yang di sertai syarat- syarat” (El- Hamdy, 2010: 02).
Syekh Abdul Qadir Al- Jilani, menerangkan bahwa selain makan syariat puasa juga memiliki makna ruhani yaitu membersihkan semua panca indra dan pikiran dari hal-hal yang di haramkkan, selain menahan diri dari perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa sebagaimana yang telah di tetapkan dalam syariat itu (Winarno,2013: 01).
Puasa yang diperintahkan, yang dituangkan nashnya dalam Al-Qur‟an dan Sunah, berarti meninggalkan dan menahan diri. Dari kata lain menahan dan mencegah diri dari memenuhi hal-hal yang boleh, meliputi keinginan untuk makan, minum, bersetubuh dan hal yang lain selama sehari penuh. Yaitu dari kemunculan fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat memenuhi perintah Allah SWT (Qardhawi. 2007: 18).
3. Pengertian rutinitas Puasa
Dari pengertian rutinitas dan puasa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan rutinitas puasa adalah kebiasan menjalankan puasa yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat dan keikhlasan untuk meraih ridha Allah. Sehingga tujuan utama dari berpuasa yakni menjadi tangga takwa bagi orang-orang yang beriman benar-benar terwujud.
4. Macam-macam Puasa a. Puasa Fardhu/ Wajib
1) Puasa Ramadhan
2) Puasa Qadha (mengganti puasa Ramadhan) 3) Puasa Nadzar
4) Puasa Kifarat (denda karena suatu pelanggaran) b. Puasa yang Disunahkan
1) Puasa Syawal
Puasa syawal yaitu, puasa enam hari setelah bulan Ramadhan, terhitung sejak tanggal dua syawal. Sabda Rasulullah SAW:
اَص ْنَم
َّمُث َناَضَمَر َم
اَّوَش ْنَم اَّتِس ُوَعَ بْ تَأ
)ملسمو هاور( ِرْىَّدلا ٍماَيِصَك َناَك ٍل
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian
mengikutinya enam hari dari bulan syawal,maka sama seperti
berpuasa selama satu tahun.” (Ibnu Majah dan Imam
2) Puasa Senin Kamis
Puasa senin kamis adalah puasa yang paling sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana sabbda Rasulullah SAW:
ٌمِئ اَص اَنَاَو يِلَمَع َضَرْعُ ي ْنَأ ُّبِحُأَف ِسْيِمَخْلاَو ِنْيَ نْ ث لاا َمْوَ ي ُل اَمْع َلأا ُضَرْعُ ت
“Amal perbuatan diangkat pada hari senin dan kamis,
sehingga aku senang jika amalku diangkat ketika aku sedang
berpuasa .”(Sahih: Takhrij Al-Misykah(2056), Ta’liq Ar
-Raghib (84/2), dan Irwa’ Al-Ghalil(949)) (Al-Albani,2013: 591)
3) Puasa Arafah (tanggal 9 bulan Dzulhijjah)
Puasa Arafah dianjurkan untuk kaum muslimin yang tidak sedang mengerjakan rangkaian ibadah haji di Mekah. Namun, bagi mereka yang sedang mengerjakan ibadah haji tidak diperkenankan untuk melakukannya. Adapun penegasan dari para sahabat yaitu:
“
Dari Ikrimah, maula Abdullah bin Abbas R.A. di berkata:kami pernah didekat Abi Hurairah di rumahnya. Lalu ia menuturkan hadist kepada kami, Bahwa Rasulullah SAW
melarang puasa Arofah(tgl, 9 dzulhijjah)di Arofah.
”
Hadis inidikeluarkan oleh Nasai dan Ibnu Majah (Arifin, 1992:249). 4) Puasa „Asyura (tanggal 10 Muharram)
(
154
.ُوَلْ بَ ق يِتَّلاَرِّفَكُي ْنَأ ِوَّللا ىَلَع ُبِسَتْحَأ يِّنِإ َعاَروُشاَع ِمْوَ ي ُماَيِص)
752.“Puasa hari Asyura‟, sesungguhnya aku mohon kepada
Allah agar menghapus dosa satu tahun sebelumnya.” Hadist ini
Sahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Shahih Muslim (Al-Albani, 2013:594).
5) Puasa tiga hari setiap bulan Qamariyah (tanggal 13,14, dan 15) Puasa tiga hari pada tanggal 13,14, dan 15 setiap bulan qamariyah, di sebut juga dengan puasa putih atau syiyamul bidh. Disebut puasa putih karena dilaksanakan pada tanggal-tanggal ketika terang bulan atau bulan purnama. Tata cara pelaksanaanya tidak berbeda dengan puasa Ramadhan atau puasa sunah lainnya. Adapun hadist yang mendukung yaitu:
(
berkata: Rasulullah SAW biasa memerintah kami berpuaa pada hari-hari putih(terang), yaitu: tanggal 13, 14, dan 15. Kata Milham: dan beliau bersabda: Hari-hari itu sama halnyadengan setahun”(Arifin, 1992: 255).
6) Puasa Nabi Daud
Puasa Nabi Daud yakni puasa selang seling, sehari puasa, sehari berbuka. Puasa Nabi Daud ini menjadi syari‟at puasa
bagi umat Nabi Muhammad. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
َثُلُ ث ُمْوُقَ يَو ,ُوَفْصِن
Ta‟ala adalah sholat Dawud. Dan biasa tidur setengah malam, dan bangun sepertiganya lalu tidur lagi seperenamnya. Diabiasa berbuka sehari dan berpuasa sehari”.(Arifin,1992:254)
7) Puasa pada bulan Sya‟ban
Puasa Sya‟ban merupakan puasa yang sangat di anjurkan
oleh Rasulullah. Rasulullah sering berpuasa pada bulan Sya‟ban lebih banyak daripada bulan-bulan lain (El- Hamdy. 2010: 52). Dalam hadist dijelaskan:
ُوَل َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا َّىلَص ِوَّللا َلْوُسَر َّنَا :ٍنْيَصُح ِنْب َناَرْمِع ْنَع
.ِنْيَم ْوَ ي ْمُصَف ,ْرَطْفَااَذِاَف :َلاَق .َلا :َلاَق ؟ َناَبْعَشِرَرَس ْنِم َتْمُصَا)َرَخِلاْوَا(
“Bersumber dari Imran bin Husain r.a sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda kepadanya: apakah kamu berpuasa pada pertengahan bulan Sya‟ban? Aku menjawab: Tidak. Beliau bersabda: Kalau begitu, maka berpuasalah selama dua
hari.”(Musthofa, 1993: 404).
c. Puasa yang Diharamkan
Tidak semua puasaterpuji dan di tuntut dalam islam. Puasa adalah ibadah dan ibadah tidak bisa diterima selain dengan ketetapan syariat. Apapun yang di larang syariat , bukanlah ibadah tetapi maksiat. Sedangkan sesuatu yang tidak di syariatkan dan tidak diperintahkan, maka ia bukanlah ibadah, bahkan ia adalah bid‟ah (Qardhawi.2007: 203). Adapun puasa yang diharamkan
1) Puasa pada dua hari raya
Puasa pada hari raya Idul Fitri, yakni tanggal 1 syawal haram hukumnya. Demikian halnya dengan puasa pada hari raya Idul Adha. Rasulullah menjelaskan bahwa hari raya Idul Fitri adalah hari ketika umat Islam berbuka setelah melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh. Sedangkan hariraya Idul Adha, merupakan saat untuk menikmati daging qurban atau sembelihan. Para ulama sepakat atas haramnya puasa pada dua hari raya tersebut (El-Hamdy, 2010: 42). Dalam Hadist dijelaskan:
ْوَ ي ِماَيِص ْنَع ىَهَ ن َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا َلْوُسَر َّنَا ّىِرْذُخْلاِدْيِعَس ِىِبَا ْنَع
.ِرْحَّنلا ِمْوَ يَو ِرْطِفلْا ِمْوَ ي ,ِنْيَم
Bersumber dari Abu Sa‟id Al Khudri RA “Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang berpuasa pada duahari tertentu,
yaitu hari raya fitri dan hari raya korban.” (Musthofa, 1993:
364).
2) Puasa pada hari Tasyriq
Hari Tasyriq yaitu tiga hari berturut-turut setelah hari raya Idul Adha, yakni tanggal 11,12, dan13 Dzulhijjah. Rasulullah bersabda:
. ٍبْرُشَو ٍلْكَأ ُماَّيَأ َيِىَو ,ِمَلَْس ِلإْا َلْىَأ اَنُدْيِع ِقيِرْشَّتلا ُماَّيَأَوِرْحَّنلا ُمْوَ يَو َةَفَرَع ُمْوَ ي
“Hari Arafah, hari raya kurban, dan hari raya Tasyriq adalah
3) Puasa khusus pada hari Jum‟at
Mengkhususkan puasa pada hari jum‟at tidak
diperbolehkan. Karena, hari jum‟at merupakan hari raya
mingguan bagi umat islam. Namun jika diawali puasa pada hari kamis atau sabtu, hal ini di perbolehkan. Juga di perbolehkan jika mengamalkan puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak). Rasulullah SAW bersabda:
َا َّلاِا ِةَعُمُجلْا َمْوَ ي ْمُكُدَحَا ْمُصَي َلا
.ُهَدْعَ ب َمْوٌصَيْوَا ُوَلْ ثِم َمْوُصَي ْن
“Janganlah salah seorang diantara kamu berpuasa pada
hari jum‟at saja, kecuali dia juga berpuasa sehari sebelum
atau sesudahnya. ” (Musthofa, 1993: 366).
4) Puasa khusus pada hari Sabtu
Sama halnya dengan mengkhususkan puasa pada hari jum‟at. Mengkhususkan puasa pada hari sabtu juga tidak di
perbolehkan. Kecuali, puasa wajib seperti puasa qadha atau puasa nazar. Rasulullah SAW bersabda:
َع َضِرُتْ فا اَمْيِف َّلاِا , ِتْبَّسلا َمْوَ ي اْوُمْوُصَتَلا
َءاَحِلَّلاِا ْمُكُدَحَا ْدِجَي ْمَل ْنِاَو ,ْمُكْيَل
.ُوْغُضْمَيْلَ ف ,ٍةَرَجَش َدْوُعَا ٍبَنِع
“Janganlah berpuasa pada hari Sabtu, kecualipuasa yang telah di fardhukan kepada kamu,. Jika seseorang diantara kamu hanyalah mendapatkan kulit anggur atau sebatang kayu untuk berbuka, maka hendaklah dia mengunyahnya.” (Arifin, 1992: 237).
5) Puasa sepanjang masa
menerus dan tidak pernah berbuka, termasuk pada hari-hari yang di larang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda:
.ْرِطْفُ ي ْمَلَو ْمُصَي ْمَلْوَأَرَطْفَأ َلاَو َماَصَلا
“Tidak ada puasa dan tidak ada berbuka (sepanjang tahun) tidak berpuasa dan tidak berbuka(sepanjang tahun).” (Al-Albani, 2013: 605).
6) Puasa pada hari yang di ragukan
Puasa pada hari yang diragukan atau yaumus syak. Yakni, puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan. Dikatakan yaumus syak karena orang-orang kebanyakan ragu apakah hari tersebut sudah masuk tanggal 1 Ramadhan atau masih bulan sya‟ban. Maka dari itu Rasulullah melarang seseorang untuk
berpuasa pada hari syak tersebut. Rasulullah SAW bersabda:
:َلاَقَ ف ,ِمْوَقْلا ُضْعَ ب ىَّحَنَ تَ ف :اْوُلُك :َلاَقَ ف ,ٍةَّيِلْصَم ٍةاَشِب َيِتُأَف ,ٍرِساَي ِنْبِر اَّمَع َدْنِعاَّنُك
اَبَأ ىَصَعْدَقَ ف ,ُساَّنلا ِوْيِف ُّكُشَي يِذَّلا َمْوَ يْلا َماَص ْنَم :ٌراَّمَع َلاَقَ ف ,ٌمِئاَص يِّنِإ
َّللا ىِّلَص ِمِساَقلْا
.َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُو
“Ketika kami berada di rumah Ammar bin Yasir, ia menghidangkan sate kambing lalu berkata, „Makanlah‟. Sebagian orang berpaling dan berkata, „Aku sedang puasa‟.
Ammar lantas berkata,‟ Barang siapa berpuasa pada hari yang
diragukan(apakah sudah masuk bulan Ramadhan atau belum) maka ia telah mendurhakai Abu Al Qasim(Muhammad SAW)‟.” (Al-Albani, 2013: 551).
7) Puasa seorang istri tanpa izin suami
.ِوِنْذِإِب َّلاِإ َناَضَمَر ِرْهَش ِرْيَغ ْنِم اًمْوَ ي ٌدِىاَش اَهُجْوَزَو ُةَأْرَمْلا ُمْوُصَتَلا
“seorang istri tidak boleh berpuasa satu haripun selain bulan Ramadhan dan suaminya berada disampingnya, kecuali dengan izinnya.”(Al-Albani, 2013: 617).
8) Larangan Wishal dalam berpuasa
Yang dimaksud dengan wishal adalah melakukan ibadah puasa terus menerus tanpa berbuka atau sahur. Wishal dalam puasa di larang oleh Rasulullah, baik puasa wajib maupun puasa sunah. (El-Hamdy. 2010: 42). Rasulullah SAW bersabda:
يِّبَر َّنِإ ,ْمُكَدَحَأَك ُتْسَل يَّنِإ :َلاَق ؟ِوَّللا َلْوُسَراَي ُلِصاَوُ ت َكَّنِإَف :اوُلاَق ,اوُلِصاَوُ ت َلا
يِنُمِعْطُي
.يِنْيِقْسَيَو
“Janganlah kamu melakukan wishal(menyambung puasa tanpa berbuka). Para Sahabat berkata, Engkau melakukan wishal wahai Rasulullah SAW. Beliau bersabda, Aku tidak seperti salah seorang diantara kalian, (karena)Tuhanku memberiku makan dan minum.” (Al-Albani, 2013: 614).
d. Puasa yang Dimakruhkan 1) Puasa Dhar
Puasa Dahr adalah puasa terus menerus setiap hari, selain hari-hari yang tidak disahkan berpuasa, yaitu dua hari raya dan hari raya tasyrik. Rasulullah SAW bersabda:
berbuka. Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa satu bulan penuh kecuali bulan Ramadhan.”(Al-Albani, 2013: 606). 2) Mengkhususkan bulan Rajab untuk berpuasa
3) Mengkhususkan puasa di hari jumat Rasulullah SAW bersabda:
ُصَي َلا
.ُهَدْعَ ب َمْوُصَيْوَأ ُوَلْ بَ ق َموُصَي ْنَأ َّلاِإ ِةَعُمُجْلا َمْوَ ي ْمُكُدَحَأ ُمو
“Janganlah seorang diantara kamu sekalian berpuasa pada hari Jum‟at, kecuali bila ia berpuasa (pada hari) sebelumnya atau sesudahnya.” (Al-Albani, 2013: 589).
4) Mengkhususkan puasa di hari sabtu
5) Berpuasa tetapi tidak sholat (Qardhawi. 2007: 213). 5. Aturan- aturan dalam Berpuasa
Secara dzahir puasa memang hanya menahan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkan puasa lainnya. Namun di balik itu, sebenarnya hikmah puasa sangatlah luar biasa, puasa mengantarkan seseorang pada derajat takwa yang tidak semua orang mampu menggapainya. Karena derajat takwa merupakan derajat yang tinggi di sisi Allah, bahkan Allah sendiri yang memberikan pahalanya bagi hamba-hambanya yang berpuasa (Faiq. 2010: 04). Tapi untuk mencapai derajat takwa dalam berpuasa ada beberapa aturan dalam berpuasa yang harus ditepati bagi orang yang berpuasa. Di antara beberapa aturan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Syarat wajib Puasa
2) Baligh (sampai umur)
3) Berakal (tidak gila atau mabuk), lelaki atau perempuan 4) Suci dari haiddan nifas bagi perempuan
5) Berada di kampung, tidak wajib atas orang musafir
6) Sanggup berpuasa, tidak wajib atas orang yang lemah dan orang sakit (Ash- Shiddieqy.1986: 67)
b. Syarat sah Puasa
Syarat sah puasa adalah beberapa perkara yang bila telah di penuhi pada diri seseorang maka ibadah puasanya dianggap sah. Syarat-syarat sah puasa adalah:
1) Islam
Orang yang beriman dan memasrahkan jiwa dan raganya untuk menjalankan syariat islam, wajib menjalankan ibadah puasa. Orang kafir tidaklah wajib puasa.
2) Mumayyiz
Orang yang sudah mampu membedakan antara yang baik dan yang tidak, yang benar dan yang salah.
3) Tidak sedang haid atau nifas
Wanita yang sedang haid (datang bulan) tidak wajib berpuasa, bahkan haram menjalankannya. Demikian pula dengan wanita yang baru melahirkan atau nifas. Namun, wajib mengqadhanya di luar bulan Ramadhan.
Termasuk syarat sah puasa adalah berpuasa pada hari-hari yang tidak di haramkan berpuasa. Misalnya, pada hari raya Idul Fitri tanggal 1 syawal, hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah, dan pada hari-hari tasyriq (3 hari setelah idul adha ). (El- Hamdy. 2010: 19)
c. Rukun dan Sunnah Puasa
Rukun puasa adalah ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh orang yang sedang menunaikan ibadah puasa. Apabila rukun tersebut tidak ditunaikan maka puasanya tidak sah (Faiq. 2010: 05).Di antara rukun-rukun dan sunah puasa adalah sebagai berikut:
1. Rukun Puasa
a. Niat, niat adalah hal yang terpenting dalam ibadah. Baik buruk suatu ibadah, tergantung pada niat. b. Menahan diri dari yang membatalkan puasa sejak
terbit fajar hingga terbenam matahari (El-Hamdy, 2010: 07).
2. Sunah Puasa a. Makan sahur
b. Mensegerakan berbuka
d. Menjaga lisan, pandangan dan hati dari perbuatan maksiat, supaya amalan puasanya mendapat pahala (Syahputra,2002: 29).
d. Hal-hal yang membatalkan puasa
Dalam berpuasa ada syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Jika syarat dan rukun tersebut tidak terpenuhi maka puasanya menjadi sia-sia (batal). Di antara hal-hal yang membatalkan puasa adalah sebagai berikut:
1) Berniat berbuka puasa
2) Makan, minum dan bersetubuh dengan sengaja
3) Memasukkan ke dalam perut lewat kerongkongan, makanan yang tidak mengenyangkan
4) Muntah dengan sengaja 5) Melihat bulan (bulan syawal) 6) Kedatangan haid
7) Mengeluarkan mani dengan sengaja (onani) 8) Bersetubuh
9) Bersetubuh diwaktu fajar, karena menyangka belum fajar (Ash-Shiddieqy. 1986: 92) .
e. Tata cara dan adab dalam berpuasa
berusaha menghindari hal-hal yang dapat menghilangkan pahala puasa, dalam hal ini disebut dengan tata krama. Beberapa tata karma adalah sebagai berikut:
1) Menjaga lidah, Rasulullah SAW bersabda:
َلاَو ْثُفرَي َلََف اًمِئاَص اًمْوَ ي ْمُكُدَحَا َحَبْصَااَذِإ
hendaklah ia katakan saja: sesungguhnya hariini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa.”(Musthofa, 1993: 373).2) Memelihara pandangan mata 3) Memelihara telinga
4) Memelihara seluruh anggota tubuh dari hal-hal yang tidak sesuai dengan syari‟at-Nya
5) Makan dan minum secukupnya pada saat sahur dan berbuka. 6. Rutinitas puasa Senin Kamis
Ada beberapa puasa sunnah, tapi dalam penelitian ini hanya meneliti tentang pausa Senin Kamis. Hal ini karena hari Senin Kamis memiliki beberapa keutamaan, di antara beberapa keutamaan hari Senin Kamis adalah:
a. Hari diturunkanya al-Qur‟an
b. Hari diperlihatkan dan diperiksa amal-amal
e. Kebanyakan perjalanan (safar) Nabi Muhammad pada hari Senin Kamis (El- Hamdy. 2010: 68).
Puasa Senin Kamis adalah puasa yang dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Waktu, adab, dan tata cara puasa ini tidak ada bedanya dengan puasa bulan Ramadhan.Dari beberapa pengertian mengenai rutinitas dan puasa Senin Kamis tersebut, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan rutinitas puasa Senin Kamis adalah puasa yang dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis yang dilakukan dengan keadaan hati yang penuhsemangat dan bersungguh-sungguh sehingga diwujukan dalam bentuk sikap seperti, penghayatan yang mendalam terhadap arti dan makna yang terkandung dalam puasa Senin Kamis dan perbuatan misalnya dengan sungguh-sungguh menjaga syarat dan rukun puasa sebaik-baiknya sertamemperbanyak amal saleh.
7. Landasan Puasa Senin Kamis
Puasa Senin Kamis merupakan puasa sunnah yang sering dilaksanakan oleh Nabi Muhammad. Sebagaimana yang terdapat dalam beberapa hadits yang membahas tentang puasa Senin Kamis, di antaranya adalah:
ٌمِئ اَص اَنَاَو يِلَمَع َضَرْعُ ي ْنَأ ُّبِحُأَف ِسْيِمَخْلاَو ِنْيَ نْ ث لاا َمْوَ ي ُل اَمْع َلأا ُضَرْعُ ت
“Amal perbuatan diangkat pada hari senin dan kamis,
sehingga aku senang jika amalku diangkat ketika aku sedang
berpuasa .”(Sahih: Takhrij Al-Misykah(2056), Ta’liq Ar
(
bertanya kepadanya: mengapa engkau biasa berpuasa pada hari Seni dan Kamis? Sedang engkau seorang laki-laki berusia lanjut? Maka dia menjawab: sesungguhnya Nabi SAW biasa mengerjakan puasa Senin dan Kamis. Dan beliau ditanya tentang itu, lalu beliau menjawab: sesungguhnya amal perbuatan hamba, dihadapkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis.” (Arifin, 1992: 347).Dari beberapa dalil di atas maka jelaslah bahwa puasa Senin Kamis adalah ibadah sunnah yang sering dilaksanakan oleh Nabi. Tidak ada dalil yang melarang dan bertentangan dengan kesunnahan puasa Senin Kamis.
Sementara beberapa hadits yang menunjukkan bahwa puasa berpengaruh terhadap kesehatan mental (jiwa) adalah:
ِلاْاَو ,ِقُلُخلْا ُنْسُحُّرِبْلَا
ث
.ُساَّنلا ِوْيَلَع َعِلَّطَي ْنَأ َتْىِرَكَو َكِسْفَ ن ْيِف َكاَحاَم ُم
“kebaikan adalah ahlak terpuji, sedangkan dosa dalah apa
yang meresahkan jiwamu serta engkau tidak suka jika masalah
itu dilihat orang lain.” (HR. Muslim)
.اْوُ نْغَ تْسَتاْوُرِف اَسَو اْوُّحِصَتاْوُمْوُصَواْوُمَنْغَ تاْوُزْغُأ
“berperanglah, niscaya kamu mendapatkan keuntungan (ghanimah). Berpuasalah niscaya kamu sehat. Bepergilah, niscaya kamu mendapat kekayaan.”(HR. Thabarani) (Winarno. 2013: 50).
perkara, sangat mudah dimengerti jika kita menyadari bahwa asal jiwa atau ruh manusia adalah dari Allah (El-Hamdy. 2010: 180). Puasa sebulan dalam setahun, terhadap jiwa, sama artinya dengan “riyadlah sanawiyah”(sport tahunan). Peraturan -peraturan tubuh menetapkan supaya setiap buruh (orang yang bekerja) yang mau memelihara kesehatannya, meriadlahkan diri sebulan lamanya dalam tiap-tiap setahun. Dalam sebulan, ia harus mengurangi makanan jiwa dan mungurungkan pekerjaan yang memberatkan akal fikiran.
Peraturan kesahat ruh menetapkan supaya tiap-tiap manusia melatih dirinya sebulan dalam setahun dengan jalan mengurangkan makanan tubuhnya.
Kalau para dokter penyakit badan menetapkan keperluan beristirahat dari pekerjaan otak sebulan lamanya dalam tiap-tiap setahun dengan alasan perlu mengganti tenaga-tenaga tubuh yang telah dipergunakan sebelas bulan lamanya. Dengan demikian tegaslah, bahwa maksud Islam dengan memfardlukan puasa ialah menghasilkan perimbangan antara hak tubuh dan hak jiwa supaya manusia itu menjadi manusia yang sempurna (Ash- Shiddieqy. 1986: 376).
Penelitian para ahli dan ilmuan menyebutkan, ditemukan banyak manfaat puasa bagi tubuh dan jiwa manusia, diantaranya adalah puasa dapat menjadikan awet muda, merawat kecantikan, dan menambah tenaga. Orang yang beriman dan mau memahami puasa secara mendalam, mereka pasti akan mengetahui cara yang tepat untuk menjaga awet muda.
b. Menjaga berat badan ideal c. Mencegah penyakit d. Mengobati penyakit e. Mempertajam kecerdasan f. Memberikan ketenangan jiwa
g. Obat stres dan gangguan jiwa lainnya
h. Membuka pintu kemudahan dan melapangkan rezeki i. Dimudahkan mendapat jodoh
j. Menjaga keharmonisan keluarga
k. Mencegah dan mengatasi kenakal remaja l. Mendidik kejujuran
m. Melatih kesabaran dan menahan amarah n. Mendidik kedisiplinan
9. Hikmah Puasa
Allah SAW menganjurkan puasa pasti banyak di dalamnya, baik untuk kebaikan dunia dan juga kebaikan di akhirat. Di antaranya adalah:
a. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SAW
Puasa merupakan ibadah seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan hal yang paling di sukai dan menahan hawa nafsunya. Jiwanya dilatih dengan takwa. Dia selalu merasa diawasi oleh Allah kapanpun dan dimanapun, baik dalam keadaan terang-terangan maupun tersmbunyi.
b. Melatih diri untuk mninggalkan maksiat dan dosa
Apabila orang berpuasa sanggup menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang sejatinya halal dan diperbolehkan karena perintah dari Allah, maka diapun akan mampu mengendalikan hawa nafsunya untuk tidak melakukan maksiat dan dosa. Dia akan sanggup konsisten di jalan Allah dan tidak akan terjerumus kepada kebatilan.
c. Mengingat penderitaan orang miskin
B. Kesehatan Mental
a. Pengertian Kesehatan Mental
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia “sehat” adalah keadaan
baik segenap badan serta bagian-bagiannya(bebas dari sakit), da yang kedua adalah mendatangkan kebaikan pada badan. Sedangkan pengertian “kesehatan” sendiri adalah perbuatan menyehatkan
(Poerwadarminta.2006: 1051). Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia “mental” adalah sesuatu yang mengenai batin
(Poerwadarminta.2006: 762).
Organisasi kesehatan se-Dunia (WHO, 1959) memberikan kriteria kesehatan mental yang sehat adalah:
1) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
2) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya. 3) Merasa lebih puas memberi daripada menerima. 4) Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
6) Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran dikemudian hari.
7) Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8) Mempunyai rasa kasih sayang yang benar.
Dengan demikian orang yang memiliki kesehatan jiwa (mental) adalah orang yang memiliki sifat-sifat yang harmonis dan memperhatikan semua segi-segi dalam penghidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain (Winarno. 2013: 33).
b. Macam-macam mental (jiwa)
dua jenis mental (jiwa) yang berbeda, yaitu mental yang sakit dan mental yang sehat:
1) Mental (jiwa ) yang sakit, memiliki berbagai karakter
a. Mental (jiwa) yang selalu menggerakkan kearah positif tapi pada sisi lain ingin kearah negatif. Mental yang dalam kondisi ini adalah mental yang penuh kebimbangan dan kebingungan dikarenakan kotornya hati yang ada di dalam dadanya.
b. Memandang sesuatu yang tercela itu baik
Godaan nafsu telah mendorong manusia kehilangan akal baiknya sehingga suatu perbuatan yang jelas-jelas buruk atau tercela dianggap baik.
c. Senang menumpahkan darah
Himpitan ekonomi dan beban permasalahan telah menjadikan manusia menjadi mahluk yang kehilangan akalnya. Hal ini terlihat ketiaka mensikapi permasalahan dengan terasa ringan dan tanpa beban langsung melakukan jalan pintas dengan membunuh orang yang dianggap sebagai sumber permasalahan tersebut.
d. Merasa was-was dihatinya
selalu merasa was-was baik didalam berusaha maupun mengharap hasil dari usahanya.
e. Merasa dirinya tidak mampu
Orang yang sakit mentalnya (jiwa) akan merasa bahwa dirinya akan gagal dan takut untuk mencoba lagi, walaupun baru sekali ia mengalami kegagalan, karena Allah telah mencabut keberkahan yang ada padanya.
f. Mempunyai sikap bakhil (kikir)
Orang yang sakit mental(jiwa) memiliki sikap pelit dan bakhil dalam menyedekahkan hartanya.
g. Membuat kerusakan dan malapetaka
Orang seperti ini senang melakukan perbuatan merusak dengan tanpa merasa bersalah atau berdosa.
h. Lebih tertarik dengan materi
Orang yang sakit mental(jiwa) juga akan mudah tergiur dengan godaan materi seperti halnya korupsi, kolusi (persekongkolan) dan nepotisme.
i. Menzalimi diri sendiri
Persoalan-persoalan hidup telah membuat orang menzalimi diri sendiri, dengan ada yang minum minuman yang haram, bunuh diri dengan meneguk racun serangga, atau dengan seutas tali.
Orang yang sakit menta (jiwa) akan mengalami siksaan pada saat kematiannya, karena ketidak relaan orang tersebut untuk meninggalkan dunia, serta banyaknya dosa yang ia lakukan semasa hidupnya di dunia.
2) Mental (jiwa) yang sehat, memiliki beberapa ciri: a. Menyaksikan dan mengimani ketuhanan Allah
Orang yang memiliki mental (jiwa) yang sehat ia tidak akan mengingakari keimanannya kepada Allah yang sudah tertanam didalam diri manusia sebelum dia dilahirkan ke dunia yang fana ini.
b. Merasa tenang
Orang yang sehat mental (jiwa) tidak akan merasa gelisah, tidak putus asa terhadap harta benda, dan sanak saudara yang lenyap dari sisinya.
c. Selalu mengingat Allah
Dengan merendahkan diri dan rasa takut. Ketika disebut nama Allah akan bergetar jiwanya dikarenakan hatinya dipenuhi oleh cinta kepada Allah SWT.
d. Memotivasi orang lain untuk berbuat kebaikan
e. Dalam bimbingan Allah
Orang yang sehat jiwanya akan selalu berada dalam bimbingan Allah kemanapun akalnya berfikir, hatinya merasa, jiwanya bergerak, serta kakinya melangkah ia akan selalu dalam bimbingan dan petunjuk Allah SWT.
f. Bertanggung jawab setiap apa yang diperbuat
Orang sehat mentalnya terjauh dari sifat pengecut. Ia akan selalu berani mempertanggung jawabkan setiap perbuatanya.
g. Mewarisi potensi kenabian
Orang yang sehat mental (jiwa) akan mewarisi sifat-sifat Rasulullah karena dia memahami tidak ada seorang yang hidupnya akan bermanfaat, apabila tidak meneladani ucapan, sifat dan apa-apa yang diperbuat oleh Rasulullah SAW (Winarno. 2013: 33)
c. Prinsip pokok mendapatkan kesehatan mental
Beberapa prinsip pokok untuk mendapatkan kesehatan mental diantaranya:
1) Pemenuhan kebutuhan pokok
2) Kepuasan
Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat psikis. Seperti merasa kenyang, aman terlindungi, ingin puas hubunga seks, ingin mendapat simpati dan sebagainya.
3) Posisi dan status sosial
Setiap individu selalu berusaha mencari posisi sosial dan status sosial dalam lingkungannya. Tiap manusia membutuhkan cinta, kasih dan simpati. Sebab cinta kasih dan simpati menumbuhkan rasa diri aman,keberanian dan harapan-harapan dimasa mendatang (Kartono.1972: 29).
d. Peranan agama dalam membina kesehatan mental
Kondisi mental memang sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang yang sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia maupun berguna dan sanggup menghadapi kesukaran-kesukaran atau rintangan-rintangan dalam hidup. Apabila kesehatan mental terganggu, akan tampaklah gejalanya dalam segala aspek kehidupan, misalnya perasaan ,pikiran, kelakuan dan kesehatan.
tetapi, apabila seseorang menjadi remaja atau dewasa tanpa mengenal agama, maka kegoncangan jiwa remaja akan mendorong kearah kelakuan-kelakuan kurang baik.
Jika ilmu jiwa banyak berbicara tentang perasaan dan ketentraman jiwa, maka agama memberikan berbagai pedoman dan petunjuk agar ketentraman jiwa tercapai, dalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat-ayat tentang itu misalnya surat Alam Nasyrah. 5-8:
(اًرْسُي ِرْسُعلْا َعَم َّنِإَف
“ karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap”.
Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.
e. Mengembangkan sehat mental dengan puasa
Puasa adalah mendidik seseorang untuk mengendalikan dua nafsu yang mendominasi yakni nafsu perut dan nafsu seks. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Maa-idah (77):
ْنَع ِءاَوَس ِلْيِبَّسلا ْلُق َلْىَأَي ِبَتِكْلا َلا اوُلْغَ ت ِىف ْمُكِنْيِد َرْ يَغ ِّقَحْلَا َلاَو اْوُعِبَّتَ ت َءاَوْخَأ
َك اوُّلَضَو
(ٍمْوَ ق ْدّق اوُّلَض ْنِم ُلْبَ ق اوُّلَضَأَو اًرْ يِث
11
)
“Katakanlah: "Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus".(Al Maa-idah: 77)
Ayat diatas menjelaskan tentang suatu perilaku yang tercela apabila manusia dalam mengarungi kehidupannya hanya untuk mencari kepuasan nafsu saja. Dan Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk berpuasa dalam rangka untuk mengendalikan diri agar mengubah sudut pandang kehidupannya dari orientasi nafsu amarah yakni nafsu yang cenderung mengajak manusia untuk condong kepada perbuatan maksiat, yaitu menuruti kemauan nafsu penguasaan materi yang membabi buta dan nafsu seks tanpa memperdulikan norma-norma agama, menuju ke nafsu kamil, yakni nafsu yang sudah mendapatkan nur (cahaya) dari Allah SWT.
merendah, semakin berkuasa semakin bijaksana, tampak wibawanya didepan umun, jelas syukurnya disaat beruntung, senantiasa bersikap indah walaupun miskin, selalu cermat, tidak boros walau kaya, murah hati dan murah tangan, tidak suka menghina, tidak suka mengejek dan sebagainya. (Winarno. 2013: 49)
Orang yang gemar menjalankan ibadah puasa, selain dapat mendidik jiwanya kearah insan kamil, dia juga akan mendapat pahala tambahan dari Allah yakni disediakan untuknya sebuah pintu khusus disurga yang disebut pintu Rayyan yang artinya menyegarkan. Sehingga yang memasukinya tidak akan merasakan dahaga selamanya. C. Kajian tentang pengaruh rutinitas puasa senin kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesantren Moderen Bina Insani
tujuannya adalah untuk melatih diri santri melakukan kebiasaan yang baik melalui puasa Senin Kamis. Dengan berpuasa Senin Kamis, para santri bisa belajar prihatin, serta menghindari diri dari segala kemaksiatan. Puasa yang dilakukan secara rutin dapat memberikan manfaat yang banyak bagi jasmani dan rohani para pelakunya.
Puasa Senin Kamis termasuk puasa sunnah yang dapat dilakukan umat Islam dalam jeda waktu yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh pula, sehingga puasa Senin Kamis bisa dijadikan latihan bagi umat Islam yang ingin melaksanakan puasa sunnah.
Selain itu Puasa Senin Kamis memiliki keistimewaan tersendiri, seperti penjelasan sebelumnya hari Senin dan Kamis adalah hari ketika amal para hamba diperiksa (Kaysan, 2010:32). Menurut riwayat Nabi SAW, pada tiap sepekannya, amal-amal itu akan diperiksa pada hari Senin dan Kamis. Sebagaimana riwayat berikut ini. Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda:
)ىّئاسّنلا وجرخاو( .ِسْيِمَخلْا َمْوَ يَو ِنْيَ نْ ثِلاْا َمْوَ ي ُضَرْعُ ت ِداَبِعلْا َلاَمْعَأ َّنِا
"
sesungguhnya amal perbuatan hamba, dihadapkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis.” (Arifin, 1992: 347).hal-hal kemaksiatan dan kita semakin dekat dengan Allah (Kaysan, 2010:33).
Manusi yang mencapai jiwa yang sehat akan memiliki karakter sebagaimana digambarkan oleh filosof Ibnu Sina:
Seseorang yang bebas dari ikatan raganya, dalam dirinya terdapat sesuatu yang tersembunyi, namun dari dirinya tampak sesuatu yang nyata. Ia akan selalu gembira dan banyak tersenyum. Betapa tidak, karena hatinya telah dipenuhi kegembiraan sejak ia mengenal–Nya. Dimana ia melihat satu saja yaitu melihat kebenaran, melihat Yang Maha Suci. Apabila ia mengajak kepada kebaikan maka ia akan mengajak dengan lemah lembut, tidak akan dengan kekerasan, dan tidak pula dengan kecaman dan kritik. Ia akan selalu menjadi dermawan (Winarno, 2013: 49).
dan rasa terlindungi, sehingga ketika ia tenggah menghadapi gelombang kehidupan penuh duka dan derita dia tidak merasa getar, takut, dan ragu-ragu (Kartono, 1989: 304). Maka dengan menjalankan puasalah salah satu jalan untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan kesehatan mental agar bisa membuat diri selalu merasa bahagia dan aman.
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Lokasi Penelitian
a. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Modern Bina Insani Pondok Pesantern Modern Bina Insani berada di Dusun Baran Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Awalnya pondok ini adalah sebuah pengajian malam
ba‟da magrib yang diselenggarakan di Masjid Al-Huda Baran. Adapun materi yang diajarkan belajar membaca Al-Qur‟an secara
musafah dan fasholatan. Kegiatan ini sudah ada sejak masjid ini
didirikan sekitar tahun 1959. Sedangkan peserta didiknya (santrinya) adalah anak-anak dari lingkungan masjid itu sendiri dan anak-anak dari warga dusun tetangga. Pengasuhnya imam dan ta‟mir masjid seperti Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak
Muhlison Katsiran, Bapak Uri Abdul Rasyid, Bapak Sarman dan lainnya.
Pada tahun 1992 pengajian ini dikembangkan lagi menjadi TKA- TPA- Madrasah Diniyah Masjid Masjid Al-Huda Baran yang dikelola oleh Remaja Masjid dengan sistem sekolahan. Materi pelajaran tidak hanya belajar membaca Al-Qur‟an dan
fasholatan saja tapi sudah dikembangkan dalam kurikulum
Ekstrakurikuler musik rebana klasik, seni baca Al-Qur‟an,
muhadharah dan drum band. Tahun demi tahun menunjukkan
adanya peningkatan baik dari kualitas maupun kuantitas, dari segi kualitas pada tahun 1997 pernah juara umum lomba Festival Anak Sholih (FASI) tingkat Kab. Semarang dan kota Salatiga yang diselenggarakan oleh TPA Ananda Salatiga, dan lomba-lomba lain di tingkat local sedangkan dari segi kuantitas menunjukkan adanya peningkatan dan jumlah santri yang awalnya sekitar 20-an anak hingga mencapai 800 anak. Adapun dari fasilitas sarana dan prasarana lembaga ini menempeti gedung yang dibangun di atas tanah waqaf dari Almarhum Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlisan Katsiran dan Bapak Muh.Uri Abdul Rasyid sedangkan gedung fisiknya adalah dibangun oleh Simbah Haji Umar (sesepuh desa), sedangkan mebelernya dari Bapak Haji Suwandi (tokoh masyarakat) dan keluarga Simbah Haji Ahmad Tamin Said. Seseorang warga Jakarta yang peduli Pendidikan Islam di Dusun Baran.
nama pondoknya adalah Pondok Pesantren Modern Bina Insani yang berada di bawah Yayasan Pendidikan Islam Haji Ahmad Tamin Said. Yayasan ini resmi berdiri dan didaftarkan di akte notaries Hendrati Prasetyosiwi, S.H. pada tanggal 12 Juni 1999. Haji Ahmad Tamin Said (eyang dari Ibu Dra Hj. Siti Nuriyani, M.Ag) adalah seorang warga Jakarta yang menyumbangkan hartanya untuk pendirian pondok ini. Nama Bina Insani ini dipilih untuk menjadi nama pondok dan sekolahan, kata Bina artinya membina, membangun, sedangkan Insani artinya kemanusiaan, bersifat atau menyangkut manusia, manusiawi. Pondok Pesantern Modern didirikan bertujuan untuk membangun dan mencetak insan seutuhnya, calon ilmuan, dan ulama‟ kepesantrenan , ketrampilan serta penanaman akhlak islami, memadukan sistem pendidikan tradisional dan modern dengan spesialisasi yang jelas dan terarah.