• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. 1"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori

2.1.1 Motivasi

Motivasi berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku peserta didik. Peserta didik yang termotivasi terhadap kegiatan belajar mengajar, akan berusaha lebih keras untuk memperhatikan dan memahami materi pelajaran yang disampaikan guru dibandingkan dengan peserta didik yang kurang motivasi. Menurut Mc. Donald mendeinisikan motivasi adalah perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.”1

Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi dapat mendorong peserta didik belajar dalam mencapai tujuan. Peserta didik akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi untuk mencapai hasil yang maksimal.

Proses pembelajaran diperlukan sebagai suatu proses pemusatan perhatian agar yang dipelajari oleh peserta didik akan mudah dipahami. Peserta didik dapat melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik. Terjadilah suatu perubahan tingkah laku yang meliputi keseluruhan pribadi peserta didik baik dari

1

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Gaung Persada Press; Jakarta, 2007), hal. 154.

(2)

12

aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Peserta didik dengan kegiatan tersebut akan memperoleh pengalaman pembelajaran yang dirasa sangat optimal.

Kegiatan pembelajaran peserta didik dilakukan dalam rangka pencapaian sebuah proses dan hasil belajar yang optimal, serta dapat ditunjukkan dalam peningkatan motivasi, keterampilan sosial dan hasil belajar peserta didik.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat kemampuan peserta didik yang diterima setelah proses belajar dan pembelajaran berlangsung. Proses tersebut dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, motivasi, dan ketrampilan dari peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya

Perubahan dan penilaian dalam perilaku belajar peserta didik mencakup seluruh aspek yang ada pada diri peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1. ”Indikator Aspek Kognitif

Indikator aspek kognitif mencakup:

a. Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat bahan yang telah dipelajari.

b. Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menangkap pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.

c. Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata. d. Analisis (analisys), yaitu kemampuan menguraikan,

mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antar bagian guna membangun sesuatu keseluruhan.

(3)

13

e. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan, mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan, dan sebagainya.

f. Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan suatu kriteria.

2. Indikator Aspek Afektif

Indikator aspek afektif mencakup:

a. Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk menerima atau memperhatikan pada suatu perangsang.

b. Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi, menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara sukarela.

c. Penghargaan (valuing), yaitu kepeka tanggapan terhadap nilai atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.

d. Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai, dan membangun sistem nilai, serta mengkonseptualisasikan suatu nilai.

e. Pengkarakterisasian (characterization), yaitu proses afeksi dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional.

3. Indikator Aspek Psikomotor

Indikator aspek psikomotor mencakup:

a. Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektivitas gerak.

b. Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan. c. Respos terbimbing (guide respons), yaitu tahap awal belajar

keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang dipertunjukkan kemudian mencoba-coba dengan menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.

d. Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.

(4)

14

e. Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktivitas motorik berkadar tinggi.

f. Penyesuaian (adaptation), yaitu ketrampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang khusus dalam suasana yang telah problematis. Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.”2

2.2. Teori Belajar 2.2.1 Kontruktivisme

Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya interaksi antar sesama peserta didik atau dengan lingkungan. “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.3

Berdasarkan definisi-definisi belajar tersebut, yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku individu, hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Model konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang mengaktifkan peserta didik secara mental, membangun pengetahuan, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai

2

Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Refika Aditama, Bandung, 2010, hal. 21.

3

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 2.

(5)

15

fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya peserta didik mengorganisasikan pengalaman mereka. ”Menurut kaum konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:

a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.

c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.4

4

Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Jogjakarta, 1997, hal. 19.

(6)

16

Model konstruktivisme dalam pendidikan menurut Von Glasersfeld adalah pengetahuan dari peserta didik yang terbentuk oleh pengalaman-pengalaman yang didapat dari lingkungan sekitar peserta didik. Von Glasersfeld juga membedakan adanya tiga taraf konstruktivisme, yaitu:

1. ”Konstruktivisme Radikal

Konstruktivisme radikal berpegang bahwa kita hanya dapat mengetahui apa yang dibentuk/dikonstruksikan oleh pikiran kita. Bentukan itu harus ”jalan” dan tidak harus selalu merupakan representasi dunia nyata. Adalah suatu ilusi apabila percaya bahwa apa yang kita ketahui itu memberikan gambaran akan dunia nyata.

2. Realisme Hipotesis

Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) kita dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas.

3. Konstruktivisme yang Biasa

Aliran ini tidak mengambil semua konsekuensi konstruktivisme. Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan gambaran dari realitas itu. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri.”5

Penulis dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pendekatan yang memfokuskan pada kegiatan peserta didik dalam berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas. Pembelajaran konstruktivisme ini juga akan merangsang peserta didik untuk berpikir inovatif dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

5

(7)

17 2.3. Pembelajaran Kooperatif

2.3.1.Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

“Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”6

. Dalam system pembelajaran yang kooperatif, peserta didik belajar bekerjasama dengan anggota lainnya.

“Karekteristik pembelajaran kooperatif adalah: 1. Pembelajaran secara tim

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif 3. Kemauan untuk bekerja sama

4. Ketrampilan bekerjasama”7

Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Peserta didik yang bekerja dalam pembelajaran kooperatif didorong dan dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan yaitu: “1. Meningkatkan motivasi

Pembelajaran kooperatif memberi motivasi kepada siswa sehingga memberikan semangat kepada siswa dalam proses belajar.

6

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 203. 7

(8)

18 2. Meningkatkan keterampilan sosial

Meningkatkan keterampilan sosial dalam pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi dalam kelompok atau tim, serta menerima peserta didik lain sebagai rekan dalam kelompoknya.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja siswa dalatugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama” 8

2.3.2.Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian pada kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.

4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan pernghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.”9

8

Richard I. Arends, 2008, Learning to Teach atau Belajar untuk Mengajar, terjemahan Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini soetjipto, Yogyakarta, Puspita Belajar, hal.5.

14

(9)

19 2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pembelajaran Secara tim,

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan . Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif,

Fungsi Manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

3) Kemauan untuk Bekerja Sama,

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.

4) Keterampilan Bekerja Sama,

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.”10

Berdasarkan karakteristik di atas, untuk menuntaskan materi belajarnya, peserta didik belajar dalam kelompok secara bekerja sama. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika dalam kelas terdapat peserta didik yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

10

(10)

20 2.3.4 Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut:

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)

yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh sebab itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

2) Tanggung jawwab perorangan (individual accountability)

Yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication)

Yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok

Yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bbisa bekerja sama dengan lebih efektif.”11

2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.4.1 Konsep Dasar Pembelajaran Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok peserta didik dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan oleh Lie (1999:73) bahwa pembelajaran

11

(11)

21

kooperatif model Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertangggung jawab secara mandiri.”12

Pembelajaran Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil peserta didik yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap peserta didik dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya di beri nomor kepala 1-5. nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok disebut kelompok ahli.

2.4.2 Persiapan dalam Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.

Pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli yang diuraikan sebagai berikut: Kelompok kooperatif awal (kelompok asal) yaitu peserta didik dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik. Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal.

12

(12)

22

Dalam model Kooperatif Jigsaw ini peserta didik memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

2.5 Materi Pembelajaran Ekonomi

2.5.1 Kompetensi Dasar Memahami Permintaan dan Penawaran serta Terbentuknya Harga Pasar

 Pengertian permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang diminta atau dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu dan pada harga tertentu.

 Macam-macam permintaan menurut daya beli dan jumlah peminta/konsumen: a Berdasarkan daya beli ada 3 yaitu:

1. Permintaan absolud yaitu: permintaan yang tidak disertai dengan kemampuan membeli

2. Permintaan potensial yaitu: permintaan yang disertai daya beli tetapi belum digunakan untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan

3. Permintaan efektif yaitu: permintaan yang disertai daya beli dan sudah digunakan untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan

(13)

23

b Berdasarkan jumlah peminta/konsumen:

1. Permintaan individual yaitu: permintaan yang datang dari perseorangan atau individu

2. Permintaan kolektif/pasar adalah penjumlahan secara horizontal (semata-mata gabungan dari permintaan individual/pribadi yang ada dipasar tersebut).

 Faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu: 1. Harga barang itu sendiri

2. Pendapatan masyarakat (daya beli masyarakat) 3. Harga barang substitusi dan barang komplementer

4. Selera mayarakat terhadap barang/produk yang dihasilkan 5. Jumlah penduduk

6. Asumsi terhadap perubahan harga 7. Intensitas kebutuhan

 Hukum permintaan berbunyi sebagai berikut ”Bila harga suatu barang atau jasa naik, maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan turun. Dan bila harga suatu barang atau jasa turun, maka jumlah barang atau jasa yang

(14)

24

diminta akan naik, dengan syarat cateris paribus (faktor-faktor yang dianggap konstan atau tetap).

 Pengertian penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan penjual atau produsen pada waktu tertentu dan pada harga tertentu.

 Macam-macam penawaran:

a Dilihat dari realitas penawaran:

1. Persediaan yaitu: jumlah seluruh barang yang dimiliki produsen dan siap ditawarkan pada berbagai pasar.

2. Penawaran riil yaitu: jumlah barang yang benar – benar ditawarkan untuk dijual di pasar dengan berbagai tingkat harga

b Dilihat dari jumlah penyedia (supplier):

1. Penawaran individu yaitu: penawaran yang datang dari seorang pengusaha atau produsen.

2. Penawaran pasar (kolektif) yaitu: penawaran yang datang dari berbagai pengusaha atau produsen di pasar.

c Dilihat dari jenis yang ditawarkan:

1. Faktor produksi yaitu penawaran berupa tenaga, alat produksi, modal dan tanah yang datang dari masyarakat untuk perusahaan

(15)

25

2. Barang konsumsi yaitu: hasil produksi perusahaan yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

 Faktor yang mempengaruhi penawaran yaitu: 1. Harga barang itu sendiri

2. Biaya produksi 3. Teknologi produksi

4. Ekspektasi (harapan produsen)

5. Keuntungan / laba (keuntungan yang diharapkan) 6. Adanya tingkat persaingan

7. Kebijakan pemerintah 8. Faktor alam

 Hukum penawaran berbunyi sebagai berikut ”Bila harga suatu barang atau jasa naik, maka jumlah barang atau jasa yang ditawarkan akan naik. Dan bila harga turun, maka jumlah barang atau jasa yang ditawarkan akan turun, dengan syarat cateris paribus (faktor-faktor yang dianggap konstan atau tetap).

(16)

26

 Proses terbentuknya harga pasar/keseimbangan sebagai berikut: 1. Secara psikis

Adanya proses tawar-menawar antara penjual dan pembeli di suatu pasar dan harga disetujui oleh kedua belah pihak sehingga harga pasar disebut harga objektif.

2. Harga keseimbangan permintaan dan penawaran:

Apabila pada harga tertentu jumlah permintaan dan penawaran sama, harga pasar disebut harga keseimbangan.

2.6 Hipotesis Tindakan

Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membuat peserta didik kelas VIII menunjukan pengaruh positif berupa:

1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Motivasi yang ditandai dengan menyimak apersepsi guru, menjawab pertanyaan apersepsi dari guru, memperhatikan motivasi yang disampaikan oleh guru, memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan sebaginya.

2. Pengembangan keterampilan sosial peserta didik, Keterampilan sosial yang ditandai dengan peserta didik berdiskusi dan bekerjasama dalam pembelajaran, menerima siswa lain sebagai rekan dalam kelompoknya, duduk dengan tim ahli dalam kelompoknya, menulis atau mencatat materi yang

(17)

27

penting, berani mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti dan sebagainya.

3. Meningkatkan hasil belajar peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar di kelas agar siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

Referensi

Dokumen terkait

Syukur Alhamdulilah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH

(3) Apabila kepala daerah dan wakil kepala daerah diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 ayat (1), dan Pasal 32

Skripsi berjudul Kajian Teknologi Pembuatan Kopi Instan Bercita Rasa Kayu Manis.. telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Univesitas

Apakah terdapat pengaruh karakteristik individu terhadap motivasi kerja, kemampuan individu, dan prestasi kerja para tukang pada proyek konstruksi2. Apakah

menyimpulkan tentang materi pelajaran yang sudah disampaikan, guru. memfasilitasi siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah

Secara umum, lobster pasir bertanda yang tertangkap kembali pada kelompok ukuran panjang karapas yang lebih kecil memiliki kecenderungan laju pertumbuhan cukup tinggi

Dengan ini menyatakan bahwa proses pelelangan umum dengan pasca kualifikasi untuk pekerjaan tersebut diatas GAGAL, karena jumlah peserta yang memasukkan dokumen penawaran kurang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak terjadi interaksi antara pemberian pupuk kascing dan mikroorganisme efektif (EM4) terhadap semua parameter pengamatan,