TANGGUNG JAWAB RUSIA SEBAGAI LAUNCHING STATE TERHADAP KEGAGALAN ORBIT SATELIT TELKOM-3 MILIK PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA TBK BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL
ABSTRAK
Teknologi keruangangkasaan dewasa ini semakin populer dan dominan sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa teknologi ini, tidak mungkin tingkat kehidupan masyarakat dunia mencapai kemajuan seperti sekarang. Salah satu yang sedang berkembang pesat adalah kegiatan komersialisasi ruang angkasa. Komersialisasi ruang angkasa adalah segala macam aktifitas yang berhubungan dengan ruang angkasa dengan tujuan memperoleh suatu keuntungan ekonomis. Salah satunya adalah peluncuran satelit komunikasi yang melibatkan pembentukan perjanjian/kontrak kerjasama internasional terkait peluncuran satelit komunikasi tersebut. Dampak yang muncul dari kegiatan komersialisasi ruang angkasa ini antara lain adalah tanggung jawab negara sebagai launching state serta pembayaran kompensasi (ganti kerugian) apabila kegiatan yang dilakukannya menyebabkan kerugian bagi negara lain. Pada bulan Agustus 2012 lalu, satelit Telkom-3 milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk gagal mengorbit, karena kesalahan teknis pada mesin Briz-M yang terletak di dalam roket Proton milik Rusia yang membawa satelit Telkom-3 untuk diluncurkan. Permasalahan yang diteliti adalah mengenai bentuk tanggung jawab yang dapat dikenakan kepada Rusia terhadap kegagalan orbit satelit Telkom-3 serta upaya hukum apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk menuntut ganti kerugian kepada Rusia akibat kerugian yang dideritanya berdasarkan Hukum Internasional
Memorandum hukum ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan spesifikasi bersifat deskriptif analitis yang mempelajari dan meneliti mengenai bentuk tanggung jawab dan kompensasi dalam hukum ruang angkasa dihubungkan dengan Corpus Juris Spatialis dan peraturan hukum internasional lainnya. Kasus yang terjadi diuraikan kemudian dianalisis berdasarkan ketentuan Hukum Internasional di bidang keruangangkasaan.
RUSIAN LIABILITY AS A LAUNCHING STATE IN RESPONSE TO THE FAILURE LAUNCHING OF TELKOM-3 SATELLITE OWNED BY PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA, TBK. BASED ON INTERNATIONAL LAW
ABSTRACT
Outer space technology nowadays are become very popular and dominant, so it can be said that without this technology, it won’t be possible that the human level of existence been developed this much. One of the thing that rapidly developing is commercialization of outer space. Commercialization of outer space defines as any activity related to the outer space with a tendency to obtain economical advantages. The launching of communication satellite can be classified as outer space commercialization activity, this activity involves an establishment of an international agreement related to those launching of communication satellite. Commercialization of outer space will bring an effect such as liability of states as a launching state and also the repayment of compensation, only if the activity is causing a damage to another state. On August 2012, Telkom-3 satellite owns by PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk failed to launch because of the technical error on a Briz-M machine located inside the Proton rocket owns by Rusia which carrying a Telkom-3 satellite to launch. The issues that appear to be analyzed are about the form of liability that can be imposed to Rusia for the failure launching of Telkom-3 satellite and also what legal action can be carried out by Indonesia to claim a compensation to Rusia as the consequences of appearing damage.
This legal memorandum is using a judicial normative research method with the specification of analytical descriptive which learnt and analyzed the form of liability and compensation on outer space law according to Corpus Juris Spatialis and another international law regulation. With this method, the existing case were being explored and then analyzed based on the international regulation on outer space.