• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DALAM PEMASARAN LULUSAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DALAM PEMASARAN LULUSAN."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DALAM

PEMASARAN LULUSAN

(STUDI KASUS DI SMK NEGERI 8 BANDUNG)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan

Oleh :

SHINTA ARYANTI

0906423

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

MANAJEMEN BURSA KERJA KHUSUS

(BKK) DALAM PEMASARAN

LULUSAN

(STUDI KASUS DI SMK NEGERI 8

BANDUNG)

Oleh Shinta Aryanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Shinta Aryanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

(5)

ABSTRACT

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………

PERNYATAAN ………

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Penjelasan Istilah ... 10

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Konsep Manajemen ... 12

a. Pengertian Manajemen ... 12

b. Fungsi Manajemen Sekolah... 13

1) Perencanaan (Planning) ………. 15

2) Pengorganisasian (Organizing) ……….. 18

3) Kepemimpinan (Leading) ……… 20

4) Motivasi (Motivating) ……….. 24

5) Komunikasi (Communication) ………. 27

6) Pengendalian (Controlling) ………. 28

(7)

a. Latar Belakang Bursa Kerja Khusus (BKK) ... 31

b. Fungsi BKK ... 32

c. Landasan Hukum dibentuknya BKK di SMK ... 32

3. Konsep Pemasaran Jasa Lulusan Pendidikan ... 32

a. Konsep Pemasaran ... 32

b. Konsep Jasa ... 33

c. Konsep Pemasaran Jasa ... 37

d. Pemasaran Jasa Pendidikan ... 37

e. Strategi Pemasaran ……… 39

4. Konsep Manajemen BKK dalam Pemasaran Lulusan ... 42

B. Kerangka Pemikiran ... 45

C. Penelitian Terdahulu ……… . 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

A. Desain Penelitian ... 49

1. Lokasi Penelitian ... 49

2. Sumber Data ... 50

B. Metode Penelitian dan Pendektan Penelitian ... 51

C. Definsi Operasional ... 52

D. Instrumen Penelitian... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

1. Teknik Observasi ... 54

2. Teknik Wawancara... 56

3. Teknik Dokumentasi ... 59

4. Triangulasi ... 59

F. Analisis Data ... 61

1. Reduksi Data ... 61

2. Display Data ... 62

3. Kesimpulan/Verifikasi ... 62

G. Uji Keabsahan Data... 62

(8)

2. Uji Keteralihan (Transferability) ... 64

3. Uji Ketergantungan (Dependability) ... 64

4. Uji Kepastian (Konfirmability) ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Penelitian ... 65

1. Temuan Umum (Deskripsi Lokasi Penelitian) ... 65

a. Profil SMK Negeri 8 Bandung ... 65

2. Temuan Khusus (Data Temuan Penelitian) ... 74

1) Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK)... 74

a. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Perencanaan ... 74

b. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pengorganisasian ... 81

c. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pelaksanaan ... 86

d. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pengendalian ... 95

2) Subjek yang Terlibat dalam Pemasaran Lulusan ... 97

3) Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ... 99

a. Faktor Penghambat ……….. 99

b. Faktor Pendukung ………. 101

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... …. 101

1. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK)... 101

a. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Perencanaan... 101

b. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pengorganisasian ... 104

(9)

d. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi

Pengendalian ... 109

2. Subjek yang Terlibat dalam Pemasaran Lulusan ... 111

3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 115

A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 117

1. Bagi Sekolah ... 117

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Beberapa Pandangan Mengenai Fungsi –Fungsi Manajemen … 13

Tabel 2.2 Tipe Kepemimpinan ………. 23

Tabel 2.3 Elemen Penggerak Motivasi ……… 25

Tabel 2.4 Tipe – Tipe Komunikasi ……….. 28

Tabel 2.5 Konsep Pemasaran ………...……… 33

Tabel 4.1 Data Tenaga Kependidikan ………... 71

Tabel 4.2 Data Tenaga Pendidik ………. 72

Tabel 4.3 Data Status Lahan ……… 73

Tabel 4.4 Data Prasarana SMK ……… 73

Tabel 4.5 Pemetaan Program Kerja BKK SMKN 8 Bandung ……… 78

Tabel 4.6 Data Jumlah Lulusan Program Keahlian yang Diterima Bekerja/ Disalurkan Melalui BKK ………. 92

Tabel 4.7 Data Perusahaan di BKK ………. 93

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Proses Kegiatan BKK ……… 4

Gambar 2.1 Proses Perencanaan (1) ...……….. 16

Gambar 2.2 Proses Perencanaan (2) ………. 17

Gambar 2.3 Tahap Kunci dan Elemen-Elemen Fundamental dari Pengorganisasian………... 19

Gambar 2.4 Gaya Kepemimpinan dan Tingkat Kematangan ……….. 22

Gambar 2.5 Proses Motivasi (Chung & Megginson, 1981) …………. 25

Gambar 2.6 Model Dasar Dalam Proses Komunikasi ……….. 27

Gambar 2.7 Empat Tahap dalam Proses Kontrol Manajemen ………. 29

Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran ……….. 45

Gambar 3.1 Macam – macam Teknik Pengumpulan Data ………….. 54

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber ………... 60

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik ……… 60

Gambar 3.4 Triangulasi Waktu ………. 61

Gambar 3.5 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ….. 62

Gambar 4.1 Langkah – Langkah Sasaran Mutu BKK SMKN 8 Bandung .. 79

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bidang Hubin ……… 81

Gambar 4.3 Struktur Organisasi BKK ……….. 82

Gambar 4.4 Penelusuran Minat Siswa ……….. 88

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I ... 125

1. Kisi – Kisi Penelitian ………... 126

2. Pedoman Wawancara ………..……… ... 128

3. Dokumentasi yang Dibutuhkan ………. 131

LAMPIRAN II ……… 132

1. Catatan Harian ……… ... 133

2. Catatan Pengamatan ……… 153

3. Data Temuan ……… 156

LAMPIRAN III ……….. 168

1. Dokumen Sekolah dan BKK ……… 168

LAMPIRAN IV ……… 169

1. Surat –surat Penelitian ……….…..…. ... 169

LAMPIRAN V ………... 170

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang bertujuan

menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan dan keahlian agar dapat langsung

bekerja sesuai dengan minat dan bakatnya. Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun

2003 “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.” Sedangkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1990 menyatakan dalam Bab 1

pasal 1 ayat 3 bahwa “pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada

jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk

melaksanakan jenis pekerjan tertentu.” Dari pengertian tersebut jelas bahwa pendidikan menengah kejuruan meyediakan program keahlian tertentu bagi para

peserta didik untuk dapat langsung bekerja sesuai dengan kebutuhan lapangan

pekerjaan.

Idealnya, lulusan sekolah menengah kejuruan dapat diserap langsung oleh

lapangan pekerjaan. Namun banyaknya lembaga sekolah menengah kejuruan yang

ada, memunculkan persaingan yang cukup ketat bagi sekolah untuk menyalurkan

lulusannya dapat diserap langsung oleh lapangan pekerjaan. Apabila dalam satu

tahun 10 sekolah meluluskan 300 maka minimal satu tahun ada 3000 lulusan

SMK dengan jurusan dan keahlian yang sama. Sedangkan kita tahu bahwa

ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada tidak selalu dapat menyerap semua

lulusan dari SMK. Belum lagi permasalahan keberagaman kompetensi yang

dimiliki oleh lulusan, mereka pun harus bersaing ketat dengan para lulusan lain

untuk dapat memasuki lahan pekerjaan.

Data BPS yang dikeluarkan pada February 2012 memperlihatkan angka

pengangguran di Indonesia berada pada kisaran 6,32 % dan 7,61 % dan sebagian

merupakan lulusan SMK. Koran Pendidikan edisi 355/V/30 Maret - 5 April 2011

memeberitakan bahwa satuan pendidikan kejuruan maupun lembaga diklat

(14)

2

kuantitas maupun kualitas. Penyediaan lulusan mereka masih rendah dan belum

mampu memenuhi kebutuhan ketenagakerjaan yang ada di tengah masyarakat.

Hal ini berdasarkan dari tim penelitian Universitas Negeri Malang (UM) yang

disponsori Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian

Pendidikan Nasional. Hasil penelitian yang dilakukan dari November 2010 hingga

Februari 2011 ini menyatakan bahwa lembaga SMK, balai diklat, dan lembaga

kursus ternyata belum sepenuhnya mampu memenuhi penyediaan tenaga kerja

yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dikarenakan mereka belum memiliki

gambaran yang jelas tentang sisi jumlah lulusan yang dihasilkan, selain gambaran

tentang permintaan lapangan kerja itu sendiri. Nampak belum adanya sinkronisasi

antara lembaga pendidikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan (DU/DI) yang

menyebabkan tidak meratanya lulusan dari lembaga sekolah dengan penyerapan

pekerjaan di lapangan.

Sebenarnya upaya dalam menanggulangi permasalahan tersebut telah

dilaksanakan sejak Mendiknas yang pada tahun 1990 memperkenalkan konsep

link and match atau konsep keterkaitan dan kesepadanan yang bertujuan adanya suatu jalinan hubungan antara dunia pendidikan dengan Dunia Usaha/ Dunia

Industri (DU/DI). Sebagai tindak lanjut dari penerapan konsep link and match

antara SMK dengan DU/DI, pemerintahpun telah membuat kebijakan yang

dikenal dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau Praktek Kerja Lapangan

(PKL) atau juga diistilahkan dengan On The Job Training (OJT) dan sekarang dikenal menjadi Praktik Kerja Industri (Prakerin). Program tersebut dikelola oleh

bidang Humas sekolah atau sering diistilahkan Hubungan Industri (Hubin) bagi

sekolah kejuruan. Tugas utama Hubin ini yaitu menjembatani dan memfasilitasi

segala bentuk kegiatan sekolah yang berhubungan dengan Dunia Usaha/ Dunia

Industri. Adapun salah satu bidang dalam Hubin adalah Bursa Kerja Khusus

(BKK) yang berfungsi sebagai badan penyalur lulusan ke Dunia Usaha dan Dunia

Industri (DU/DI) yaitu sebagai unit penyelenggara pemberian fasilitas pelayanan

dan informasi mengenai lowongan kerja, pelaksana pemasaran lulusan,

penyaluran dan penempatan lulusan, serta merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja

(15)

3

Dasar dan Menengah Depdikbud RI dan Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga

Kerja RI nomor: 009/C/KEP/U/1994 dan nomor: KEP.02/BP/1994 tentang

Pembentukan Bursa Kerja di satuan Pendidikan Menengah dan Pemanduan

Penyelenggaraan Bursa Kerja.

Dengan adanya bursa kerja khusus maka sekolah akan terbantu dalam

penyaluran secara tepat bagi lulusannya. Selain itu juga, bursa kerja khusus

disekolah memiliki peranan yang cukup penting dan strategis untuk mempercepat

penempatan lulusan secara praktis, efisien dan efektif serta membantu para

lulusan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai keinginan dan keahliannya.

Dengan adanya penyelenggraan bursa kerja khusus ini pula diharapkan dapat

menjembatani antara sekolah dengan Dunia Usaha dan Dunia Indusri (DU/DI)

dalam penjalinan kerjasama secara intens dan lebih baik lagi sehingga terjalin

kerjasama secara sinergi dan berkelanjutan. Oleh karena itu, efektivitas

pengelolaan BKK sangat diandalkan bagi optimalisasi penyaluran lulusan

sehingga dapat dikatakan pula bahwa BKK adalah point inti dalam pemasaran

lulusan ke Dunia Usaha dan Dunia Industri.

Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan salah satu contoh

manajemen BKK yang dianggap sudah cukup baik yaitu terdapat di SMK N 8

Bandung. Proses pemasaran yang dilakukan oleh BKK tersebut salah satunya

adalah menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan yang relevan dengan

kompetensi lulusan sehingga lulusan nantinya dapat langsung tersalurkan. Adapun

tahapan proses kegiatan BKK yang secara umum dilakukan di SMK N 8 Bandung

(16)

4

Dilihat dari gambar diatas tugas utama dari BKK SMK 8 adalah

mengupayakan pelaksanaan penyaluran alumni/lulusan ke dalam Dunia Usaha

dan Dunia Industri (DU/DI). Dilihat dari prosesnya, BKK terdiri dari 3 kegiatan

inti, yaitu (1) Pemetaan (alumni/lulusan dan DU/DI), (2) pemasaran

alumni/lulusan, dan (3) jalinan kerjasama dengan pihak DU/DI. Adapun tahapan

prosesnya diawali dengan pemetaan DU/DI yaitu melihat dan mencari lapangan

kerja yang tersedia yang mungkin dapat dimasuki oleh lulusan. Selanjutnya

berupaya melakukan kontak dengan DU/DI untuk menjalin kerjasama dalam

penyaluran lulusan bagi perekrutan pekerja yang dibutuhkan. Apabila respon yang

diterima positif dari pihak DU/DI maka selanjutnya diadakan perjanjian mengenai

perekrutan yang sebelumnya pihak BKK menghubungi para alumni/ lulusan yang

telah ditetapkan untuk mengikuti perekrutan tersebut, dan selanjutnya mengirim

mereka untuk mengikuti tes seleksi. Namun biasanya ada beberapa juga dari pihak

DU/DI yang terkadang secara inisiatif datang langsung ke sekolah untuk

melaksanakan perekrutan dan tes seleksi bagi calon pegawainya. Apabila telah

disepakati jumlah dan calon pegawai yang diminati untuk selanjutnya pihak

sekolah menyerahkan wewenang pada pihak DU/DI. Pemberitahuan hasil

seleksi

Serah terima dari

pihak DU/DI Menghubungi DU/DI

Merespon surat masuk

Pelaksanaan Pemetaan DU/DI

Mengirim peserta tes

ke DU/DI Menghubungi alumni

Permintaan

DU/DI

(17)

5

Sasaran utama dari proses BKK tersebut adalah keterserapan anggota

BKK (alumni/lulusan) ke Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI). Sehingga

dapat dikatakan bahwa tugas utama dari BKK adalah melakukan pemasaran

lulusan untuk dapat tersalurkan kepada DU/DI. Data dari BKK SMKN 8 Bandung

juga menunjukkan bahwa terdapat 32 perusahaan yang telah bekerjasama dengan

BKK dalam penyaluran lulusan dan rata-rata minimal SMKN 8 Bandung

meluluskan 400 lulusan setiap tahunnya. Sehingga dalam hal ini BKK harus

mampu memasarkan para lulusannya secara efektif. Adapun menurut Effendi

(2010: 17) “konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan (organisasi) tersebut harus menjadi

lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan

mengomunikasikan nilai pelanggan pada pasar yang terpilih.” Selain itu juga,

Effendi (2010: 17) menyatakan “beberapa pakar menemukan bahwa organisasi -organisasi yang menganut konsep pemasaran mencapai kinerja yang superior.” Rivai dan Basri (2005) dalam Kaswan (2012: 187) menyatakan bahwa kinerja

yaitu:

hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Dapat dikatakan bahwa apabila suatu kinerja dinilai baik maka akan

mencapai sasaran atau tujuan dengan maksimal. Sehingga apabila BKK dapat

melaksanakan tugasnya dengan optimal yaitu melaksanakan pemasaran dengan

baik, maka sasarannya pun akan tercapai, yaitu lulusan pendidikan dapat terserap

di DU/DI secara maksimal.

Schermerhorn (2003:11) mengungkapkan bahwa:

Apabila produktivitas merupakan perwujudan efektivitas kinerja dan efisiensi kinerja merupakan tolok ukur utama atas keberhasilan menajerial maka manajemen adalah apa yang harus dilakukan manajer untuk mencapai itu semua.

Dari kutipan diatas dapat diasumsikan bahwa suatu kinerja organisasi yang baik

tidak terlepas dari proses manajemen yang dapat diartikan sebagai pengelolaan

(18)

6

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian secara sistematis

sehingga sasaran dan tujuan organisasi dapat tercapai. Adapun menurut Griffin

(2004:8) menjelaskan istilah manajemen sebagai berikut:

Manajemen yaitu suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manuasia, finansial, fisik, dan informasi) untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien.

Melihat permasalahan yang muncul dilapangan terkait pengangguran

lulusan setara SMK, maka pemasaran lulusan kedunia kerja harus lebih

dioptimalkan. Selain itu data yang menunjukkan banyaknya perusahaan yang

telah bekerjasama dengan BKK SMKN 8 Bandung harus mampu dikelola secara

maksimal. Maka dapat ditelusuri salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah

manajemen BKK yang terkait secara langsung dalam pemasaran lulusan harus

terselenggara dengan baik. Hal ini berdasarkan bahwa dengan manajemen yang

efektif dalam suatu organisasi maka tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif

dan efisien. Dalam hal ini, BKK yang mempunyai tujuan inti yaitu lulusan

sekolah dapat terserap di Dunia Kerja dan Dunia Industri (DU/DI) maka yang

menjadi fokus perhatian adalah bagaimana manajemen yang terlaksana di BKK

tersebut.

Melihat adanya keterkaitan antara proses kerja BKK yang diselenggarakan

oleh sekolah khususnya sekolah kejuruan terhadap penyaluran dan pemasaran

lulusan ke dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) dan juga adanya penelitian

skripsi terdahulu yang hampir serupa yaitu tentang “Kontribusi Manajemen Hubungan Masyarakat terhadap Pemasaran Jasa Lulusan Pendidikan” yang menunjukkan bahwa kontribusi dari manajemen Humas terhadap pemasaran jasa

lulusan pendidikan termasuk dalam kategori kuat. Kontribusi tersebut salah

satunya dipengaruhi oleh proses kegiatan BKK yang ada didalam Humas yang

juga menjadi populasi dari penelitian yang telah dilakukan. Selanjutnya adapula

penelitian Skripsi yang senada yaitu mengenai “Pengaruh Manajemen Hubungan

(19)

7

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dalam memasarkan lulusan ke

dunia kerja. Besarnya pengaruh dari manajemen hubungan masyarakat berdampak

sebesar 76% terhadap mutu hasil pemasaran lulusan ke dunia kerja. Dari kedua

penelitian tersebut terlihat bahwa BKK mempunyai peranan penting dalam

pemasaran lulusan sehingga penulis tertarik untuk mengidentifikasi pengelolaan

BKK yang ada di sekolah kejuruan. Adapun dalam melakukan penelitian, penulis

tertarik mengambil judul “Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dalam

Pemasaran Lulusan”.

B. Fokus Penelitian

Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1990 menyatakan dalam Bab 1 pasal 1

ayat 3 bahwa “pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang

menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk

melaksanakan jenis pekerjan tertentu.” Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 mengemukakan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama

untuk bekerja dalam bidang tertentu.” Substansi dari pengertian tersebut bahwa pendidikan menengah kejuruan merupakan proses pendidikan yang bertujuan

untuk mencetak lulusan yang mempunyai kompetensi untuk siap bekerja setelah

lulus dari pendidikan menengah. Salah satu upaya dalam mencapai tujuan tersebut

melahirkan Keputusan Bersama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdikbud RI dan Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja RI nomor:

009/C/KEP/U/1994 dan nomor: KEP.02/BP/1994 tentang Pembentukan Bursa

Kerja di satuan Pendidikan Menengah dan Pemanduan Penyelenggaraan Bursa

Kerja Khusus.

Pembentukan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK bertujuan sebagai unit

penyelenggara pemberian fasilitas pelayanan dan informasi mengenai lowongan

kerja, pelaksana pemasaran lulusan, penyaluran dan penempatan lulusan, serta

merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dengan adanya layanan

BKK ini memudahkan bagi sekolah untuk dapat mengupayakan para lulusannya

(20)

8

Pada kenyataanya, ditemukan data yang bersumber dari BPS yang telah

dipaparkan diatas yang memperlihatkan masih adanya pengangguran di Indonesia

yang merupakan lulusan SMK. Merujuk pada hal itu, BKK sebagai badan

penyalur lulusan di sekolah seharusnya mampu mengupayakan untuk

meminimalisir jumlah angka pengangguran yang mencuat tersebut. Bahwa apabila

pelaksanaan BKK berjalan dengan baik maka proses penyerapan lulusan oleh

DU/DI pun dapat terlakasana secara optimal. Adapun salah satu pengukuran

keberhasilan setiap kegiatan termasuk kegiatan BKK dapat terlihat dari hasil

kinerjanya. Apabila kinerja BKK baik maka dapat dipastikan bahwa keterserapan

lulusan di DU/DI dapat terlaksanan secara efektif. Hal ini juga akan menunjukkan

bahwa BKK telah melaksanakan pemasaran lulusan secara optimal. Adapun yang

paling mempengaruhi baik atau tidaknya suatu organisasi adalah proses

manajemen yang ada di dalamnya. Para ahli telah sepakat bahwa manajemen

merupakan proses yang mampu mengarahkan organisasi untuk dapat mencapai

tujuan secara efektif dan efisien. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka

masalah pokok sebagai fokus kajian penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses manajemen yang ada di BKK dilihat dari fungsinya

yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian?

2. Bagaimana peran dan fungsi subjek yang terlibat dalam proses pemasaran

lulusan?

3. Faktor-faktor penghambat atau pendukung apa saja yang mempengaruhi

pencapaian tujuan BKK?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran atau harapan yang akan dicapai dari

pelaksanaan penelitian ini. Dengan kata lain bahwa tujuan penelitian merupakan

arah yang akan dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan

penelitian yang diharapkan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh

(21)

9

dalam kegiatan pemasaran lulusan melalui proses pengumpulan,

pengolahan, dan analisis data dengan cara atau prosedur tertentu yang

telah ditetapkan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari dilakukannya penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Menganalisis proses manajemen BKK di SMKN 8 Bandung.

b. Mengetahui subjek yang terlibat dalam proses pemasaran lulusan

pendidikan yang dilaksanakan oleh BKK di SMK N 8 Bandung.

c. Mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung yang ada dalam

lembaga BKK di SMKN 8 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Dengan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan memunculkan suatu

pencerahan mengenai kajian ilmu Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) yang

diselenggarakan di sekolah kejuruan/ SMK terkait dalam pelaksanaan pemasaran

lulusan pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbang saran keilmuan yang bersifat

praktis kepada praktisi organisasi pendidikan khususnya di SMKN 8

Bandung terkait pada bidang Bursa Kerja Khusus (BKK) sekolah.

b. Dengan adanya pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat menunjukkan

hasil yang memperlihatkan bahwa proses manajemen BKK merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan pemasaran

lulusan pendidikan yang berdampak pada keterserapan lulusan secara

optimal di dunia pekerjaan (DU/DI).

c. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan pula akan memberikan

sumbangsih solusi perbaikan dalam setiap proses manajemen di dalam

(22)

10

d. Manfaat bagi peneliti dari hasil melaksanakan penelitian ini adalah

menambahnya pengalaman serta tambahan ilmu pengetahuan. Selain itu,

peneliti dapat secara langsung mengimplementasikan hasil studi mengenai

teori keadministrasian yang telah dipelajari selama perkuliahan di

lingkungan yang sebenarnya.

E. Penjelasan Istilah

Terdapat beberapa istilah yang muncul dalam penelitian ini yaitu Bursa

Kerja Khusus (BKK), manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK), dan Pemasaran

lulusan. Untuk menyatukan satu pemahaman antara penulis dan pembaca maka

penjelasan dari istilah tersebut adalah sebagai berikut:

Bursa Kerja Khusus yaitu suatu lembaga yang ada di satuan pendidikan

menengah Kejuruan Negeri dan Swasta, perguruan tinggi serta Lembaga Pelatihan

Kerja (LPK), sebagai unit pelaksana yang memberikan pelayanan dan informasi

lowongan kerja, pelaksana pemasaran, penyaluran dan penempatan tenaga kerja,

atau mempertemukan antara pencari kerja/alumni dan pengguna tenaga kerja

(perusahaan/industri/instansi) yang merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi.

Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) yaitu segala proses pengelolaan

sumber daya yang ada di BKK yang didalamnya terdiri dari kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan BKK

yaitu terserapnya lulusan kedunia kerja secara optimal.

Pemasaran Lulusan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk

memperkenalkan dan menyalurkan para lulusan ke DU/DI sesuai dengan

kebutuhannya.

Subjek yang terlibat dalam pemasaran lulusan yaitu orang atau

sekelompok orang ataupun lembaga yang memiliki keterkaitan dengan proses

pelaksanaan pemasaran lulusan yang dilakukan oleh BKK.

Faktor pendukung yaitu segala sesuatu yang dapat mendorong ataupun

mempengaruhi secara positif setiap kegiatan yang ada dalam proses manajemen di

(23)

11

Faktor penghambat yaitu segala sesuatu yang dapat menghambat ataupun

mempengaruhi secara negatif setiap kegiatan yang ada dalam proses manajemen

di BKK.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penyususan skripsi yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada pedoman

penulisan karya ilmiah UPI 2012. Adapun struktur organisasi skripsi ini secara

sistematis terbagi pada 3 unsur utama yaitu awalan, initi dan penutup. Pada bagian

awal berisi mengenai judul (cover), halaman pengesahan yang ditandatangani oleh pembimbing dan ketua jurusan/ prodi, pernyataan mengenai keaslian karya ilmiah

dan bebas plagiarisme, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak yang

merupakan uraian singkat mengenai isi keseluruhan dari skripsi, daftar isi, daftar

gambar, daftar tabel dan lampiran.

Pada bagian inti terdari dari lima Bab utama, yaitu Bab I Pendahuluan

yang meliputi latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II yaitu mengenai Kajian pustaka,

kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu. Bab III yang berisi mengenai

penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk didalamnya yaitu

tentang desain penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode penelitian,

definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

teknik pengumpulan data, analisis data, dan uji keabsahan data. Bab IV memuat

hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua hal utama, yaitu analisis

data dan analisis temuan. Terakhir yaitu Bab V yang terdiri dari kesimpulan dan

saran.

Bagian penutup dari skripsi terdiri dari daftar pustaka dan

lampiran-lampiran yang merupakan dokumen sebagai hasil dan bukti pelaksanaan dari

penelitian yang telah dilakukan. Dengan adanya struktur organisasi yang disusun

secara sistematis, diharapkan dapat memperjelas dan mempermudah para

pembaca dalam memahami hasil penelitian yang telah dilakukan serta diharapkan

pula agar peneliti dapat memiliki acuan yang jelas mengenai isi dan bahasan yang

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini didalamnya didukung oleh desain penelitian

yang terdiri dari komponen-komponen yang berdasarkan pada lokasi penelitian

dan sumber data yang dipilih melalui teknik sampling. Cara yang dipakai dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purpossive Sampling

dan Snowball Sampling. Teknik ini dilakukan dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan dari peneliti sendiri dalam rangka memperoleh kebutuhan informasi

sesuai dengan tujuan atau masalah yang dikaji. Atau dengan kata lain, teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah penarikan sampel sesuai tujuan

(Satori, 2011:52). Desain penelitian yang dibuat diawali dari tahap pengamatan

dan temuan permasalahan dilapangan yang selanjutnya dijadikan fokus kajian

penelitian. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini terkait keterserapan

lulusan pendidikan menengah kejuruan yang masih belum terserap secara optimal

didunia kerja atau dengan istilah lain adalah dunia usaha dan dunia industri

(DU/DI). Tahap penelitian selanjutnya yaitu memformulasikan penelitian pada

focus penelitian yang seterusnya peneliti langsung kelapangan/lokasi penelitian

untuk mengumpulkan data dengan cara wawancara, observasi dan studi

dokumentasi. Selanjutnya data yang diperoleh diklasifikasikan, diolah dan

dianalisis hingga seterusnya data tersebut dijadikan temuan penelitian pada

permasalahan yang diambil sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan yang

selanjutnya dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk pihak-pihak yang terkait

sebagai bahan perbaikan dan solusi pemecahan masalah.

1. Lokasi Penelitian

Yang dimaksud dengan lokasi penelitian menurut Sukardi (2009:53) yaitu

“tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan

masalah penelitian berlangsung.” Pemilihan lokasi penelitian sangat berpengaruh

terhadap hasil data dari penelitian tersebut Lokasi penelitian yang menjadi objek

(25)

50

Kejuruan. Hal ini berdasarkan pada kajian penelitian mengenai analisis

manajemen BKK yang berada disatuan pendidikan kejuruan. Karena keberadaan

BKK yang hampir ada disetiap SMK, maka peneliti harus menentukan objek

kajian secara lebih spesifik agar penelitian dapat terfokus. Adapun penetapan

lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah di SMK Negeri 8 Kota Bandung.

Penetapan lokasi penelitian ini berdasarkan dari perspektif permasalahan yang

ingin diteliti yaitu mengenai manajemen BKK dalam pemasaran lulusan

pendidikan. Adapun kondisi yang ada di SMK Negeri 8 diangap sesuai dengan

permasalahan yang ingin diteliti. Penetapan lokasi penelitian ini dibuat dan

dibentuk berdasarkan teknik pengumpulan data Purposive Sampling dimana pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pada kesesuaian dengan tujuan yang

diharapkan oleh peneliti.

2. Sumber Data

Pada dasarnya, kegiatan penelitian harus memiliki sumber data yang jelas

agar data yang diperoleh tersebut valid. Dalam penelitian kualitatif, sampel

penelitian atau sumber data tidak dapat ditentukan dengan rumus seperti dalam

penelitian kuantitatif. Lofland dan Lofland dalam Basrowi (2008:169)

mengemukakan bahwa „sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain‟. Satori dan Komariah (2011:49) menyatakan bahwa sampel dan populasi dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut dengan sumber data pada situasi

social (social situation) tertentu. Spradley (Sugiyono, 2011:297) mengemukakan bahwa social situation terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berhubungan secara bersinergis. Penentuan sumber data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu ataupun dengan cara

snowball sampling yaitu teknik pengambilan sumber data yang pada mulanya berjumlah sedikit dan lama-lama bertambah semakin banyak sesuai dengan

kebutuhan data dalam penelitian (Sugiyono, 2009: 54). Teknik pengambilan

(26)

51

dan Komariah, 2011:52). Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini

mengenai keseluruhan informasi manajemen BKK yang terkait pada proses

pemasaran lulusan. Berdasarkan hal tersebut, maka yang dijadikan partisan oleh

peneliti adalah objek data dari manusia yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah

bagian hubungan industri, ketua BKK dan alumni yang menjadi anggota BKK.

Selain itu sumber data diperoleh pula dari dokumen-dokumen, dan benda – benda

lainnya yang mengandung informasi mengenai manajemen BKK.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan oleh peneliti

dalam memperoleh data untuk kebutuhan penelitian. Secara umum metode

penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu. Hal tersebut berarti bahwa suatu penelitan harus dilakukan

secara rasional, empiris dan sistematis dan data yang diperoleh dari suatu metode

penelitian adalah data empiris yang mempunyai kriteria valid (Sugiyono, 2011:3).

Adapun pengertian metode penelitian pendidikan yang dikemukakan oleh

Sugiyono (2011:6) yaitu:

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Penelitian yang dikaji adalah manajemen BKK yang terkait dalam

pemasaran lulusan pendidikan. Adapun metode yang dipilih untuk dilaksanakan

oleh peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada kualitas atau hal yang

terpenting dari sifat suatu barang/jasa yang berupa kejadian/fenomena sosial yang

yang makna dibalik kejadiannya dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu

pengembangan konsep teori (Satori, 2011:22). Sugiyono (2011:15) mengartikan

metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

(27)

52

dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penggunaan dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif ini diharapkan mampu mendukung peneliti agar memperoleh data secara

menyeluruh dan mendalam sehingga dapat memperlihatkan gambaran mengenai

Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dalam pemasaran lulusan pendidikan

terkait tingkat optimalisasi keterserapan lulusan di dunia kerja.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional penting dan diperlukan untuk menghindari

kesalahpahaman dalam memandang konsep kajian teori yang diteliti antara

pembaca dan peneliti. Nazir (1988:152) mengemukakan bahwa definisi

operasional adalah “suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau

konstruk dengan cara memberikan arti atau mempersepsikan kegiatan ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau

variabel tersebut.”

Untuk meminimalisir perbedaan pemahaman antara peneliti dan pihak

lainnnya maka peneliti merumuskan definisi operasional mengenai konsep kajian

teori dari judul Manajemen BKK dalam Pemasaran Lulusan adalah sebagai

berikut:

Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) yaitu segala proses pengelolaan

sumber daya yang ada di BKK yang didalamnya terdiri dari kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan BKK

yaitu terserapnya lulusan kedunia kerja secara efektif dan efisien.

Pemasaran Lulusan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk

memperkenalkan dan menyalurkan para lulusan ke DU/DI sesuai dengan

(28)

53

D. Instrumen Penelitian

Pada dasarnya penelitian merupakan kegiatan untuk mencari suatu

pembenaran dalam pemecahan fenomena suatu objek. Kegiatan tersebut

membutuhkan beberapa faktor pendukung sebagai penunjang keberhasilan

penelitian. Salah satu faktor terpenting adalah instrumen penelitian. Hal ini sesuai

dengan apa yang dikemukakan Sugiyono (2011:305) bahwa “terdapat dua hal

utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen

penelitian dan kualitas pengumpulan data.” Adapun pengertian instrumen yang

dikemukakan oleh Satori (2007:9) yaitu “instrumen penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan yang dimiliki si peneliti mengenai fenomena

yang diharapkan mampu mengungkap informasi-informasi penting dari fenomena

yang diteliti.”

Instrumen dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, sehingga

faktor yang berperan penting dalam penggalian data adalah peneliti, Satori

(2011:61) menyebutkan bahwa “peneliti dalam penelitian kualitatif, merupakan

orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara

cermat, tertib dan leluasa, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai key instrument”. Lebih lanjut Satori (2011:62) juga menjelaskan bahwa “sebagai key instrument, peneliti membuat sendiri seperangkat alat observasi, pedoman wawancara, dan pedoman penilaian dokumentasi yang digunakan sebagai

panduan umum dalam proses pencatatan”. Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa

kualitas data yang akan didapat dari penelitian tergantung pada kemampuan

peneliti dalam menggali data. Sehingga dalam penelitian kualitatif peneliti harus

memiliki wawasan luas terhadap bidang yang diteliti dan juga harus memiliki

kesiapan dalam memasuki obyek dilapangan secara akademik maupun

logistiknya.

Perihal peneliti sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif, Sugiyono

(2011:306) menyebutkan bahwa “peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

(29)

54

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian,

karena proses utama dalam penelitian adalah mencari data. Penelitian dengan

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggunakan teknik

pengumpulan data dengan cara observasi berperanserta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2011:309). Adapun beberapa macam teknik pengumpulan data untuk penelitian

kualitatif digambarkan oleh Sugiyono (2011:309) seperti berikut:

1. Observasi

Observasi atau observation dalam Bahasa Inggris diartikan didalam Kamus besar Bahasa Indonesia sebagai pengamatan atau peninjauan secara

cermat. Penelitian yang dilakukan ini adalah bersifat kualitatif, sehingga observasi

dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui

keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan

data penelitian (Satori & Komariah (2011:105).

Beberapa macam teknik pengumpulan data dengan observasi dilakukan

dengan tiga cara seperti yang dikemukakan oleh Faisal (1990) dalam Sugiyono

(2011:310 yaitu:

Macam – macam teknik pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Triangulasi/ Gabungan

(30)

55

1) Observasi Partisipatif (Participant Observation)

Dengan teknik observasi ini peneliti langsung terlibat dalam kegitan yang

dilakukan oleh sumber data. Sehingga peneliti lebih interaktif dengan para

narasumber dan diharapkan data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan

sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Pada

teknik observasi ini terbagi menjadi empat, yaitu:

a. Partisipasi pasif (passive participation) yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan sumber data tetapi tidak terlibat dalam kegiatan yang

dilakukan oleh sumber data tersebut. Peneliti hanya melakukan

pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh sumber data.

b. Partisipasi moderat (moderate participation) yaitu peneliti ikut terlibat secara langsung pada kegiatan yang dilakukan oleh sumber data yang

diamati, namun hanya beberapa kegiatan saja tidak melingkup semua

kegiatan dari sumber data. Sehingga dengan teknik ini ada

keseimbangan dalam penelitian yaitu pengamatan dan partisipasi

secara langsung dapat terlaksana.

c. Partisipasi aktif (active participation) yaitu peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan narasumber, namun belum sepenuhnya

lengkap.

d. Partisipasi lengkap (complete participation) yaitu peneliti terlibat sepenuhnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh sumber data. Hal ini

dilakukan secara natural hingga tidak nampak lagi seperti melakukan

penelitian. Partisipasi lengkap merupakan keterlibatan peneliti yang

tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

2) Observasi Terus Terang dan Tersamar

Peneliti secara terus terang mengatakan langsung pada sumber data bahwa

sedang melakukan penelitian sehingga setiap narasumber yang diteliti mengetahui

setiap aktivitas penelitian yang dilakukan dari awal hingga akhir. Tetapi pada

saat-saat tertentu peneliti tidak berterus terang atau tersamar pada narasumber

(31)

56

mungkin dirahasiakan sehingga menghindari kemungkinan untuk tidak diijinkan

dalam melakukan observasi.

3) Observasi Tak Berstruktur

Pelaksanaan observasi yang dilakukan oleh peneliti tidak terstruktur secara

sistematis, hal ini karena dalam penelitian kualitatif fokus penelitian belum jelas

dan akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Dalam melakukan

pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrument secara baku tetapi hanya

berupa rambu – rambu pengamatan.

Adapun tahapan dalam melaksanakan observasi dalam penelitian ini terdiri

dari tiga tahapan yang disandur dari Spradley (1980) dalam Satori dan Komariah

(2011:120) yaitu:

(1) Observasi Deskriptif, merupakan tahapan awal untuk datang ke lapangan

dengan kegiatan mengamati secara menyeluruh situasi objek yang diteliti.

Peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi

terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan. Adapun data yang

dihasilkan masih belum tertata karena pencarian masih gambaran secara

umum dari fokus kajian yang ingin diteliti.

(2) Observasi Reduksi/Terfokus, merupakan kegiatan observasi tahapan kedua

yaitu dengan melakukan pengamatan pada aspek kajian tertentu. Pada tahap

ini peneliti melakukan analisis subkategori sehingga dapat menemukan fokus.

(3) Observasi Terseleksi, merupakan langkah peneliti untuk mengobservasi situasi

sosial yang lebih terfokus. Data yang dihasilkan dari tahapan ini akan lebih

terperinci karena peneliti melakukan analisis komponensial terhadap

subkategori dan menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan

kesamaan antar kategori serta menemukan hubungan antara satu kategori

dengan kategori yang lain.

2. Wawancara

Penelitian merupakan aktivitas yang lebih banyak dengan aktivitas

pencarian data. Adapun dalam penelitian kualitatif, teknik wawancara sering

digunakan dalam pengumpulan data. Pengertian wawancara menurut Sudjana

(32)

57

pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya

(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).” Sedangkan Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2011:318) mengemukakan bahwa

interviewing provide the researcher a mean to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation along.‟ Jadi dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui secara mendalam mengenai hal-hal tentang partisipan dalam

menginterpretasikan suatu situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak

bisa ditemukan dengan hanya observasi. Sehingga melalui wawancara, informasi

yang mendalam dapat ditemukan dan pemikiran dari informan dapat tergali

melalui sikap yang diperlihatkan dan jawaban yang dikeluarkan.

Ada beberapa macam teknik wawancara yang dipakai dalam penelitian

kualitatif, salah satunya yaitu disandur dari Satori dan Komariah (2011:130) yang

menyebutkan bahwa ada dua tipe wawancara, yaitu wawancara mendalam dan

wawancara bertahap. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti dalam

konteks observasi partisipatif, hal ini dilakukan untuk memperoleh data dari

partisipan/ informan mengenai bagaimana mereka menggambarkan apa yang

mereka rasakan dan lalui dari setiap kejadian dari proses kajian yang akan diteliti.

Sedangkan wawancara bertahap yaitu kegiatan wawancara yang khusus terjadwal

oleh peneliti untuk secara langsung melakukan wawancara dengan para informan

tanpa proses observasi didalamnya, kegiatan wawancara ini merujuk pada pokok –

pokok wawancara yang dipandu dengan pertanyaan – pertanyaan pokok.

Macam-macam wawancara yang lebih terperinci dikemukakan oleh

Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2011:319) yaitu wawancara terstruktur, semi

terstruktur dan tidak terstruktur.

1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Proses wawancara yang dilakukan peneliti dipersiapkan dengan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang didalamnya alternative

jawaban telah dipersiapkan. Isi dari pertanyaan ataupun pernyataan berupa fakta,

data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan

(33)

58

terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti

mencatat dari setiap jawabannya.

2) Wawancara Semiterstruktur (Semistructure interview)

Jenis wawancara ini termasuk pada kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

terstruktur. Wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan dengan

lebih terbuka yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang memicu pendapat dan

ide-ide dari informan. Sehingga dalam proses wawancara ini, peneliti perlu

mendengarkan secara teliti dan mencatat setiap apa yang dikemukakan oleh

informan.

3) Wawancara Tidak Terstruktur (Unstructured Interview)

Praktik wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilakukan secara bebas

tanpa menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya. Peneliti hanya berpedoman pada

pokok-pokok kajian yang menjadi permasalahan penelitian yang akan ditanyakan.

Teknik wawancara jenis ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi yang

mendalam tentang responden. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum

mengetahui secara pasti tentang data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti

lebih banyak mendengarkan dari apa yag disampaikan oleh responden.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara

semistruktur yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan

responden/sumber data penelitian yaitu Wakil Kepala Sekolah Hubungan Industri,

Ketua dan para pengurus BKK serta beberapa alumni yang menjadi anggota BKK.

Wawancara dengan jenis ini diharapkan mampu melengkapi data mengenai

manajemen BKK dan informasi dapat tergali lebih rinci serta mendalam.

Dalam melakukan proses wawancara, peneliti merujuk pada

langkah-langkah wawancara yang dikemukakan oleh Satori dan Komariah (2011:141)

sebagai berikut:

(34)

59

(c) Membuat pedoman wawancara yang berisi pokok – pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan;

(d) Menghubungi dan melakukan perjanjian wawancara (e) Mengawali atau membuka alur wawancara;

(f) Melangsungkan alur wawancara dan mencatat pokok – pokoknya atau merekam pembicaraan;

(g) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya; (h) Menuangkan hasil wawancara kedalam catatan lapangan;

(i) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Satori dan

Komariah (2011:149) mengemukakan pengertian studi dokumentasi yaitu

“mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah

kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.” Dengan adanya studi dokumentasi

maka hasil observasi dan wawancara akan lebih kredibel/ dapat dipercaya. Hal ini

karena didukung oleh adanya dokumen-dokumen sebagai bukti yang dapat

berbentuk gambar, tulisan dan karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen

yang berbentuk gambar misalnya foto-foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehiduan (life history), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa patung, gambar, patung,

film, dan lain – lain (Sugiyono, 2011:329).

4. Triangulasi/ Gabungan

Sugiyono (2011:330) mengartikan triangulasi sebagai “teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.” Teknik triangulasi juga

merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data. Adapun beberapa triangulasi yang

terdiri dari sumber/informan, triangulasi dari teknik pengumpulan data, dan

triangulasi waktu (Satori dan Komariah, 2011:170).

1) Triangulasi sumber merupakan praktik triangulasi sebagai cara

(35)

60

yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Peneliti melakukan

ekspolarasi untuk mengecek kebenaran data dari berbagai sumber yang

ada. Teknik triangulasi sumber tergambar seperti berikut:

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber

Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (2011:331)

2) Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dengan mengecek data

kepada sumber dengan teknik yang berbeda. Peneliti menggunakan

observasi partisipatif, wawancara mendalam dan studi dokumentasi pada

sumber yang sama secara serempak. Triangulasi teknik tergambar seperti

berikut:

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik

Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (2011:331)

3) Triangulasi waktu, yaitu aktivitas triangulasi yang menguji kredibilitas

dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda. Peneliti dapat

melakukan wawancara dan observasi dimulai pada pagi hari, bisa

mengulangnya di siang hari dan mengeceknya di sore hari. Triangulai

waktu tergambar seperti berikut: Wawancara

mendalam

Wawancara

mendalam

Observasi

partisipatif

Studi

dokumentasi

A

B

C

(36)

61

Informan

Treatment waktu Pagi

Sore Siang

Gambar 3.4 Triangulasi Waktu

Sumber: Satori, Djam‟an & Aan Komariah. Metode Penelitian Kualitatif (2011:171)

Mathinson (1988) dalam Sugiyono (2011:332) mengemukakan bahwa

the value of triangulation lies in providing evidence – whether convergent, inconsistent, or contradictory‟. Yaitu bahwa nilai dari teknik triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh tersebut meluas, tidak konsisten atau

kontradiksi. Sehingga dengan triangulasi, data yang diperoleh akan lebih tentu dan

pasti kejelasannya.

F. Analisis Data

Penelitian merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan secara

sistematis, yang didalamnya terdiri dari beberapa kegiatan – kegiatan yang saling

berkaitan, mempengaruhi satu sama lain untuk menghasilkan informasi dan data

yang absah dan dapat diterima. Untuk menghasilkan data yang absah, maka pada

tahap pengumpulan data, informasi yang didapat harus teruji keabsahannya dan

harus menjawab permasalahan penelitian, hal ini dilakukan dengan analisis data.

Analisis data merupakan langkah atau tahapan penelitian yang dilakukan

secara terus menerus yang dimulai dari sebelum masuk ke lapangan, selama

dilapangan dan setelah selesai dilapangan hingga data terkumpul dan dianggap

sudah jenuh dan telah menjawab atau memenuhi kebutuhan informasi untuk fokus

kajian dari permasalahan yang diteliti. Analisis data sangat menentukan kualitas

penjabaran dari hasil data yang diperoleh. Sugiyono (2011:335) mengartikan

analisis data sebagai:

(37)

62

Analisis data dalam penelitian ini menggunaka model Miles dan

Huberman, dimana proses analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles

dan Huberman dalam Sugiyono (2011:337) mengemukakan bahwa „aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, hingga datanya sudah jenuh‟. Adapun langkah

-langkah analisis data dalam model Miles dan Huberman terdiri dari data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Model interaktif dalam analisis data tergambar seperti berikut:

a. Data Reduction (Reduksi data)

Analisis data pada langkah reduksi data yaitu merangkum, memilih hal

-hal yang pokok, memfokuskan pada -hal--hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu. Sehingga hal ini memudahkan peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Data Display (Penyajian data)

Penyajian data merupakan langkah yang dilakukan setelah mereduksi data.

Hasil reduksi data kemudian di organisasikan dan disusun dalam pola hubungan

untuk mudah dipahami dan memudahkan dalam merencanakan kerja selanjutnya.

Display data dapat berupa teks yang naratif, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.

c. Conclusion: Drawing/ Verifying

Dari model diatas, langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Apabila pada langkah penyajian data yang didapat Data

collection DisplayData

Data

reduction Conclusion: drawing/ verifying

(38)

63

merupakan data yang sudah mantap, maka selanjutnya dapat dijadikan kesimpulan

yang kredibel. Namum karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara terkadang kesimpulan awal masih belum

kredibel sehingga peneliti harus mengulang lagi ke lapangan untuk kembali

mengumpulkan data dan bukti-bukti yang valid.

G. Uji Keabsahan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka proses

pengujian keabsahan data dilakukan dengan pengujian kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability) (Satori dan Komariah, 2011:164).

1) Uji Keterpercayaan (Credibility)

Keterpercayaan/kredibilitas merupakan ukuran kebenaran data yang

dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil

penelitian. Kredibilitas data diperiksa melalui kelengkapan data yang diperoleh

dari berbagai sumber (Satori dan Komariah, 2011:164). Menurut Sugiyono

(2011:368). Uji kredibilitas dilakukan dengan cara:

(a) Perpanjang pengamatan, yaitu peneliti kembali kelapangan untuk

memeriksa kebenaran data yang telah ditemukan;

(b) Meningkatkan ketekunan, yaitu melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan untuk memeriksa kebenaran suatu data

yang telah ditemukan;

(c) Triangulasi;

(d) Analisis kasus negatif yaitu menelusuri kebenaran data yang berbeda dan

bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan;

(e) Menggunakan bahan referensi, yaitu menggunakan bahan pendukung

untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan

pendukung yang digunakan yaitu alat rekaman, kamera untuk memotret

dan dokumen yang otentik;

(f) Mengadakan member check, yaitu melakukan pengecekan kepada pemberi data terkait kesesuain antara interpretasi peneliti dengan informasi yang

(39)

64

2) Uji Keteralihan (Transferability)

Pengujian transferability merupakan validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana

sampel diambil atau digunakan dalam situasi lain. Sehingga dalam hal ini, peneliti

membuat laporan dengan pemberian uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat

dipercaya. Hal ini juga dimaksudkan agar pembaca mampu memahami secara

jelas atas hasil penelitian yang telah dilakukan.

3) Uji kebergantungan (Dependability/ Realibilitas)

Dalam penelitian ini, pengujian dependability/ realibilitas dilakukan oleh pembimbing dengan mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan

penelitian dimulai dari bagaimana peneliti menentukan masalah, memasuki

lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji

keabsahan data dan membuat kesimpulan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat

kebenaran data yang dihasilkan oleh peneliti dilihat dari jejak aktivitas

lapangannya.

4) Uji Kepastian (Confirmability)

Untuk memenuhi keabsahan data dari uji konfirmabilitas, peneliti

melaporkan setiap rangkaian aktivitas yang dilakukan dilapangan. Uji

konfirmabilitas hampir sama dengan uji realibilitas, sehingga pengujiannya dapat

dilakukan secara bersamaan. Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian,

dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan

fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian tersebut telah

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dari semua hasil temuan data

dilapangan serta saran dari penulis yang diharapkan mampu menjadi perbaikan

untuk selanjutnya. Secara umum penelitian ini telah menjawab semua

permasalahan yang menjadi fokus penelitian.

A. Kesimpulan

BKK merupakan lembaga khusus yang dibentuk bertujuan untuk

memfasilitasi para lulusan sehingga mempermudah dalam pencarian kerja.

Sehingga tugas utama BKK adalah memasarkan lulusan untuk terserap di dunia

kerja. Segala proses kegiatan dalam suatu organisasi termasuk BKK tidak akan

terlepas proses manajemen yang ada didalamnya. Adapun kegiatan manajemen

yang ada di BKK SMKN 8 Bandung cukup terlaksana dengan baik. Kesimpulan

dari segala proses manajemen tersebut adalah:

1. Manajemen BKK dilihat dari fungsi perencanaan yaitu bahwa dalam

penyusunan rencana kerja BKK SMKN 8 Bandung terdiri dari tiga

tahapan utama, yaitu diawali dengan membuat program kerja yang

penyusunannya didasarkan pada landasan hukum terkait fungsi dan tujuan

dari BKK. Untuk selanjutnya adalah memetakan semua program kerja

tersebut untuk disesuaikan penjadwalan kerjanya kemudian membuat IK

sehingga dalam proses kegiatan tergambar secara jelas langkah –

langkahnya. Perencanaan kerja ini dibuat dari hasil diskusi semua staff dan

penetapannya dibawah keputusan Waka Hubin. Perencanaan kerja yang

dibuat termasuk pada rencana kerja jangka pendek yaitu berlangsung

untuk satu tahun pelajaran yang dimulai dari bulan Juli hingga Juni.

2. Manajemen BKK dilihat dari fungsi pengorganisasian yaitu didapat data

yang menunjukkan bahwa BKK SMKN 8 Bandung masuk kedalam dua

struktur organisasi yang berbeda. Selain berada dibawah organisasi Hubin,

BKK SMKN 8 Bandung memiliki struktur organisasi tersendiri yang

(41)

116

kota Bandung. Akan tetapi pada pelaksanaanya BKK tetap berada dibawah

wewenang Waka Hubin namun langsung memepertanggungjwabkan

segala kegiatannya pada Disnakertrans. Setiap pekerjaan yang ada didalam

struktur Hubin termasuk didalamnya adalah BKK telah

terdepartementalisasi yaitu setiap orang atau seksi memiliki tugas dan

tanggung jawab masing – masing. Adapun penempatan orang – orang

dalam struktur organisasi tersebut dipilih berdasarkan wewenang Waka

Hubin begitu pula dengan pembagian tugas pada setiap orangnya.

3. Manajemen BKK dilihat dari fungsi pelaksanaan yaitu didapat data yang

menunjukkan bahwa program kerja BKK berlangsung setiap bulan per

satu tahun ajaran. Akan tetapi banyak diantara kegiatan BKK dikerjakan

oleh ketua BKK. Hal ini dikarenakan bahwa struktur organisasi BKK tidak

berjalan secara semestinya sehingga pembagian tugas tidak terlaksana

secara optimal. Wewenang yang dimiliki oleh ketuapun menjadi bias

karena double job yang diemban oleh seluruh staff hubin. Tugas yang seharusnya menjadi kewajiban staff lain hanya bersifat membantu dengan

prinsip kerjasama dan tidak terpaku pada struktur yang ada. Akan tetapi

diskusi dan sharing antar staff dan ketua BKK selalu terjalin terkait

kegiatan yang berlangsung. Dalam proses pemasaran lulusan terlihat

bahwa BKK SMKN 8 Bandung banyak menjalin kerjasama dengan

berbagai perusahaan untuk melaksanakan perekrutan bagi anggota

BKKnya. Selain itu, BKK SMKN 8 Bandung tidak menjalankan tugas

pemasaran secara tersendiri melainkan menjalin kerjasama dengan BKK

sekolah lain.

4. Manajemen BKK dilihat dari fungsi pengendalian dilakukan oleh tiga

pihak, yaitu Disnakertrans kota Bandung, kepala sekolah dan oleh Waka

Hubin. Proses pengendalian hanya dilakukan dengan pelaporan

pertanggungjawaban dari ketua BKK akan setiap kegiatan yang telah

dilakukan kepada tiga pihak tersebut. Adapun pelaporan dilakukan setiap

(42)

117

5. Subjek yang terlibat dalam kegiatan pemasaran lulusan terdiri dari subjek

internal dan subjek eksternal. Subjek internal disini yaitu beraal dari dalam

sekolah diantaranya adalah seluruh staff di Hubin termasuk Waka Hubin,

kepala sekolah dan para guru yang terlibat. Adapun pihak eksternal adalah

pihak diluar sekolah yaitu Disnakertrans, DU/DI dan BKK sekolah lain.

Dari masing - masing subjek tersebut mempunyai keterlibatan kerja yang

berbeda – beda sesuai dengan perannya didalam BKK.

6. Faktor penghambat dan pendukung yang terungkap dari hasil wawancara

hanya terdapat tiga faktor penghambat yaitu berasal dari DU/DI dan para

anggota BKK. Hambatan yang muncul dari pihak DU/DI yaitu terdapat

diantara perusahaan yang melakukan rekruitmen di SMKN 8 Bandung

tidak sesuai dengan kompetensi keahlian dari para lulusan. Selain itu juga

terdapat diantara industi yang kurang berkomitmen dalam pengangkatan

tenaga kerja dari para lulusan yang telah lulus seleksi. Sedangkan

hambatan yang datang dari anggota BKK yaitu banyak diantara anggota

BKK yang sering mengganti nomer kontaknya sehingga penyampaian

informasi terkait lowongan kerja sedikit terhambat.

Adapun faktor pendukung yang dirasakan oleh BKK SMKN 8 Bandung

berasal dari para guru atau individu yang memiliki keterhubungan dengan

pihak industri sehingga mampu mempermudah pihak BKK untuk menjalin

kerjasama dengan industri tersebut dalam proses perekrutan lulusan

SMKN 8 Bandung.

B. Saran

Dari hasil data yang telah peneliti bahas terkait manajemen BKK dalam

pemasaran lulusan di SMKN 8 Bandung, memunculkan beberapa saran yang

ingin penulis berikan bagi pihak – pihak yang terkait dalam proses ini. Penulis

berharap ini menjadi sebuah informasi yang mampu dijadikan perbaikan dalam

kegiatan – kegiatan yang akan dijalankan setelahnya. Beberapa saran perbaikan

Gambar

Gambar 1.1 Proses Kegiatan BKK
Gambar 3.1 Macam – macam Teknik Pengumpulan Data
Gambar 3.2 Triangulasi Sumber
Gambar 3.4 Triangulasi Waktu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Dalam upaya menyalurkan lulusannnya, BKK mengadakan kegiatan seperti: pendataan lulusan, bimbingan karir, rekrutmen tenaga

Keberadaan BKK (Bursa Kerja Khusus) SMK Negeri 1 Surakarta Keberadaan BKK di SMK adalah untuk menyalurkan lulusan ke lapangan pekerjaan. Sehingga keberadaannya sangat

Fungsi manajerial kepala ruang seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian belum baik, manajemen keperawatan sangat

Dengan penggerakan ini fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengendalian) akan lebih efektif sehingga tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa

Fungsi manajerial kepala ruang seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian belum baik, manajemen keperawatan sangat

Manajemen sebagai suatu proses dipandang sebagai rangkaian kegiatan dari fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan

dalam membantu menyalurkan lulusan cukup baik (68,21); (2) Manajemen BKK telah dikelola cukup baik (79,62) dengan faktor pendukung yang ditemukan yaitu dukungan dari pihak

Maka, pada penelitian ini bermaksud melakukan penelitian pengukuran kinerja BKK SMK se-Kabupaten Sidoarjo dikarenakan belum ada penelitian yang meneliti pada semua BKK SMK dengan