MANAJEMEN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DALAM
PEMASARAN LULUSAN
(STUDI KASUS DI SMK NEGERI 8 BANDUNG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan
Oleh :
SHINTA ARYANTI
0906423
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
MANAJEMEN BURSA KERJA KHUSUS
(BKK) DALAM PEMASARAN
LULUSAN
(STUDI KASUS DI SMK NEGERI 8
BANDUNG)
Oleh Shinta Aryanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Shinta Aryanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………
PERNYATAAN ………
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Penjelasan Istilah ... 10
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12
A. Kajian Pustaka ... 12
1. Konsep Manajemen ... 12
a. Pengertian Manajemen ... 12
b. Fungsi Manajemen Sekolah... 13
1) Perencanaan (Planning) ………. 15
2) Pengorganisasian (Organizing) ……….. 18
3) Kepemimpinan (Leading) ……… 20
4) Motivasi (Motivating) ……….. 24
5) Komunikasi (Communication) ………. 27
6) Pengendalian (Controlling) ………. 28
a. Latar Belakang Bursa Kerja Khusus (BKK) ... 31
b. Fungsi BKK ... 32
c. Landasan Hukum dibentuknya BKK di SMK ... 32
3. Konsep Pemasaran Jasa Lulusan Pendidikan ... 32
a. Konsep Pemasaran ... 32
b. Konsep Jasa ... 33
c. Konsep Pemasaran Jasa ... 37
d. Pemasaran Jasa Pendidikan ... 37
e. Strategi Pemasaran ……… 39
4. Konsep Manajemen BKK dalam Pemasaran Lulusan ... 42
B. Kerangka Pemikiran ... 45
C. Penelitian Terdahulu ……… . 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49
A. Desain Penelitian ... 49
1. Lokasi Penelitian ... 49
2. Sumber Data ... 50
B. Metode Penelitian dan Pendektan Penelitian ... 51
C. Definsi Operasional ... 52
D. Instrumen Penelitian... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ... 54
1. Teknik Observasi ... 54
2. Teknik Wawancara... 56
3. Teknik Dokumentasi ... 59
4. Triangulasi ... 59
F. Analisis Data ... 61
1. Reduksi Data ... 61
2. Display Data ... 62
3. Kesimpulan/Verifikasi ... 62
G. Uji Keabsahan Data... 62
2. Uji Keteralihan (Transferability) ... 64
3. Uji Ketergantungan (Dependability) ... 64
4. Uji Kepastian (Konfirmability) ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65
A. Hasil Penelitian ... 65
1. Temuan Umum (Deskripsi Lokasi Penelitian) ... 65
a. Profil SMK Negeri 8 Bandung ... 65
2. Temuan Khusus (Data Temuan Penelitian) ... 74
1) Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK)... 74
a. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Perencanaan ... 74
b. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pengorganisasian ... 81
c. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pelaksanaan ... 86
d. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pengendalian ... 95
2) Subjek yang Terlibat dalam Pemasaran Lulusan ... 97
3) Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ... 99
a. Faktor Penghambat ……….. 99
b. Faktor Pendukung ………. 101
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... …. 101
1. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK)... 101
a. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Perencanaan... 101
b. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pengorganisasian ... 104
d. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi
Pengendalian ... 109
2. Subjek yang Terlibat dalam Pemasaran Lulusan ... 111
3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 115
A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ... 117
1. Bagi Sekolah ... 117
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 123
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Beberapa Pandangan Mengenai Fungsi –Fungsi Manajemen … 13
Tabel 2.2 Tipe Kepemimpinan ………. 23
Tabel 2.3 Elemen Penggerak Motivasi ……… 25
Tabel 2.4 Tipe – Tipe Komunikasi ……….. 28
Tabel 2.5 Konsep Pemasaran ………...……… 33
Tabel 4.1 Data Tenaga Kependidikan ………... 71
Tabel 4.2 Data Tenaga Pendidik ………. 72
Tabel 4.3 Data Status Lahan ……… 73
Tabel 4.4 Data Prasarana SMK ……… 73
Tabel 4.5 Pemetaan Program Kerja BKK SMKN 8 Bandung ……… 78
Tabel 4.6 Data Jumlah Lulusan Program Keahlian yang Diterima Bekerja/ Disalurkan Melalui BKK ………. 92
Tabel 4.7 Data Perusahaan di BKK ………. 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Proses Kegiatan BKK ……… 4
Gambar 2.1 Proses Perencanaan (1) ...……….. 16
Gambar 2.2 Proses Perencanaan (2) ………. 17
Gambar 2.3 Tahap Kunci dan Elemen-Elemen Fundamental dari Pengorganisasian………... 19
Gambar 2.4 Gaya Kepemimpinan dan Tingkat Kematangan ……….. 22
Gambar 2.5 Proses Motivasi (Chung & Megginson, 1981) …………. 25
Gambar 2.6 Model Dasar Dalam Proses Komunikasi ……….. 27
Gambar 2.7 Empat Tahap dalam Proses Kontrol Manajemen ………. 29
Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran ……….. 45
Gambar 3.1 Macam – macam Teknik Pengumpulan Data ………….. 54
Gambar 3.2 Triangulasi Sumber ………... 60
Gambar 3.3 Triangulasi Teknik ……… 60
Gambar 3.4 Triangulasi Waktu ………. 61
Gambar 3.5 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ….. 62
Gambar 4.1 Langkah – Langkah Sasaran Mutu BKK SMKN 8 Bandung .. 79
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bidang Hubin ……… 81
Gambar 4.3 Struktur Organisasi BKK ……….. 82
Gambar 4.4 Penelusuran Minat Siswa ……….. 88
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I ... 125
1. Kisi – Kisi Penelitian ………... 126
2. Pedoman Wawancara ………..……… ... 128
3. Dokumentasi yang Dibutuhkan ………. 131
LAMPIRAN II ……… 132
1. Catatan Harian ……… ... 133
2. Catatan Pengamatan ……… 153
3. Data Temuan ……… 156
LAMPIRAN III ……….. 168
1. Dokumen Sekolah dan BKK ……… 168
LAMPIRAN IV ……… 169
1. Surat –surat Penelitian ……….…..…. ... 169
LAMPIRAN V ………... 170
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang bertujuan
menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan dan keahlian agar dapat langsung
bekerja sesuai dengan minat dan bakatnya. Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun
2003 “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.” Sedangkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1990 menyatakan dalam Bab 1
pasal 1 ayat 3 bahwa “pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada
jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk
melaksanakan jenis pekerjan tertentu.” Dari pengertian tersebut jelas bahwa pendidikan menengah kejuruan meyediakan program keahlian tertentu bagi para
peserta didik untuk dapat langsung bekerja sesuai dengan kebutuhan lapangan
pekerjaan.
Idealnya, lulusan sekolah menengah kejuruan dapat diserap langsung oleh
lapangan pekerjaan. Namun banyaknya lembaga sekolah menengah kejuruan yang
ada, memunculkan persaingan yang cukup ketat bagi sekolah untuk menyalurkan
lulusannya dapat diserap langsung oleh lapangan pekerjaan. Apabila dalam satu
tahun 10 sekolah meluluskan 300 maka minimal satu tahun ada 3000 lulusan
SMK dengan jurusan dan keahlian yang sama. Sedangkan kita tahu bahwa
ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada tidak selalu dapat menyerap semua
lulusan dari SMK. Belum lagi permasalahan keberagaman kompetensi yang
dimiliki oleh lulusan, mereka pun harus bersaing ketat dengan para lulusan lain
untuk dapat memasuki lahan pekerjaan.
Data BPS yang dikeluarkan pada February 2012 memperlihatkan angka
pengangguran di Indonesia berada pada kisaran 6,32 % dan 7,61 % dan sebagian
merupakan lulusan SMK. Koran Pendidikan edisi 355/V/30 Maret - 5 April 2011
memeberitakan bahwa satuan pendidikan kejuruan maupun lembaga diklat
2
kuantitas maupun kualitas. Penyediaan lulusan mereka masih rendah dan belum
mampu memenuhi kebutuhan ketenagakerjaan yang ada di tengah masyarakat.
Hal ini berdasarkan dari tim penelitian Universitas Negeri Malang (UM) yang
disponsori Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian
Pendidikan Nasional. Hasil penelitian yang dilakukan dari November 2010 hingga
Februari 2011 ini menyatakan bahwa lembaga SMK, balai diklat, dan lembaga
kursus ternyata belum sepenuhnya mampu memenuhi penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dikarenakan mereka belum memiliki
gambaran yang jelas tentang sisi jumlah lulusan yang dihasilkan, selain gambaran
tentang permintaan lapangan kerja itu sendiri. Nampak belum adanya sinkronisasi
antara lembaga pendidikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan (DU/DI) yang
menyebabkan tidak meratanya lulusan dari lembaga sekolah dengan penyerapan
pekerjaan di lapangan.
Sebenarnya upaya dalam menanggulangi permasalahan tersebut telah
dilaksanakan sejak Mendiknas yang pada tahun 1990 memperkenalkan konsep
link and match atau konsep keterkaitan dan kesepadanan yang bertujuan adanya suatu jalinan hubungan antara dunia pendidikan dengan Dunia Usaha/ Dunia
Industri (DU/DI). Sebagai tindak lanjut dari penerapan konsep link and match
antara SMK dengan DU/DI, pemerintahpun telah membuat kebijakan yang
dikenal dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau Praktek Kerja Lapangan
(PKL) atau juga diistilahkan dengan On The Job Training (OJT) dan sekarang dikenal menjadi Praktik Kerja Industri (Prakerin). Program tersebut dikelola oleh
bidang Humas sekolah atau sering diistilahkan Hubungan Industri (Hubin) bagi
sekolah kejuruan. Tugas utama Hubin ini yaitu menjembatani dan memfasilitasi
segala bentuk kegiatan sekolah yang berhubungan dengan Dunia Usaha/ Dunia
Industri. Adapun salah satu bidang dalam Hubin adalah Bursa Kerja Khusus
(BKK) yang berfungsi sebagai badan penyalur lulusan ke Dunia Usaha dan Dunia
Industri (DU/DI) yaitu sebagai unit penyelenggara pemberian fasilitas pelayanan
dan informasi mengenai lowongan kerja, pelaksana pemasaran lulusan,
penyaluran dan penempatan lulusan, serta merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja
3
Dasar dan Menengah Depdikbud RI dan Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga
Kerja RI nomor: 009/C/KEP/U/1994 dan nomor: KEP.02/BP/1994 tentang
Pembentukan Bursa Kerja di satuan Pendidikan Menengah dan Pemanduan
Penyelenggaraan Bursa Kerja.
Dengan adanya bursa kerja khusus maka sekolah akan terbantu dalam
penyaluran secara tepat bagi lulusannya. Selain itu juga, bursa kerja khusus
disekolah memiliki peranan yang cukup penting dan strategis untuk mempercepat
penempatan lulusan secara praktis, efisien dan efektif serta membantu para
lulusan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai keinginan dan keahliannya.
Dengan adanya penyelenggraan bursa kerja khusus ini pula diharapkan dapat
menjembatani antara sekolah dengan Dunia Usaha dan Dunia Indusri (DU/DI)
dalam penjalinan kerjasama secara intens dan lebih baik lagi sehingga terjalin
kerjasama secara sinergi dan berkelanjutan. Oleh karena itu, efektivitas
pengelolaan BKK sangat diandalkan bagi optimalisasi penyaluran lulusan
sehingga dapat dikatakan pula bahwa BKK adalah point inti dalam pemasaran
lulusan ke Dunia Usaha dan Dunia Industri.
Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan salah satu contoh
manajemen BKK yang dianggap sudah cukup baik yaitu terdapat di SMK N 8
Bandung. Proses pemasaran yang dilakukan oleh BKK tersebut salah satunya
adalah menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan yang relevan dengan
kompetensi lulusan sehingga lulusan nantinya dapat langsung tersalurkan. Adapun
tahapan proses kegiatan BKK yang secara umum dilakukan di SMK N 8 Bandung
4
Dilihat dari gambar diatas tugas utama dari BKK SMK 8 adalah
mengupayakan pelaksanaan penyaluran alumni/lulusan ke dalam Dunia Usaha
dan Dunia Industri (DU/DI). Dilihat dari prosesnya, BKK terdiri dari 3 kegiatan
inti, yaitu (1) Pemetaan (alumni/lulusan dan DU/DI), (2) pemasaran
alumni/lulusan, dan (3) jalinan kerjasama dengan pihak DU/DI. Adapun tahapan
prosesnya diawali dengan pemetaan DU/DI yaitu melihat dan mencari lapangan
kerja yang tersedia yang mungkin dapat dimasuki oleh lulusan. Selanjutnya
berupaya melakukan kontak dengan DU/DI untuk menjalin kerjasama dalam
penyaluran lulusan bagi perekrutan pekerja yang dibutuhkan. Apabila respon yang
diterima positif dari pihak DU/DI maka selanjutnya diadakan perjanjian mengenai
perekrutan yang sebelumnya pihak BKK menghubungi para alumni/ lulusan yang
telah ditetapkan untuk mengikuti perekrutan tersebut, dan selanjutnya mengirim
mereka untuk mengikuti tes seleksi. Namun biasanya ada beberapa juga dari pihak
DU/DI yang terkadang secara inisiatif datang langsung ke sekolah untuk
melaksanakan perekrutan dan tes seleksi bagi calon pegawainya. Apabila telah
disepakati jumlah dan calon pegawai yang diminati untuk selanjutnya pihak
sekolah menyerahkan wewenang pada pihak DU/DI. Pemberitahuan hasil
seleksi
Serah terima dari
pihak DU/DI Menghubungi DU/DI
Merespon surat masuk
Pelaksanaan Pemetaan DU/DI
Mengirim peserta tes
ke DU/DI Menghubungi alumni
Permintaan
DU/DI
5
Sasaran utama dari proses BKK tersebut adalah keterserapan anggota
BKK (alumni/lulusan) ke Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI). Sehingga
dapat dikatakan bahwa tugas utama dari BKK adalah melakukan pemasaran
lulusan untuk dapat tersalurkan kepada DU/DI. Data dari BKK SMKN 8 Bandung
juga menunjukkan bahwa terdapat 32 perusahaan yang telah bekerjasama dengan
BKK dalam penyaluran lulusan dan rata-rata minimal SMKN 8 Bandung
meluluskan 400 lulusan setiap tahunnya. Sehingga dalam hal ini BKK harus
mampu memasarkan para lulusannya secara efektif. Adapun menurut Effendi
(2010: 17) “konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan (organisasi) tersebut harus menjadi
lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan
mengomunikasikan nilai pelanggan pada pasar yang terpilih.” Selain itu juga,
Effendi (2010: 17) menyatakan “beberapa pakar menemukan bahwa organisasi -organisasi yang menganut konsep pemasaran mencapai kinerja yang superior.” Rivai dan Basri (2005) dalam Kaswan (2012: 187) menyatakan bahwa kinerja
yaitu:
hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Dapat dikatakan bahwa apabila suatu kinerja dinilai baik maka akan
mencapai sasaran atau tujuan dengan maksimal. Sehingga apabila BKK dapat
melaksanakan tugasnya dengan optimal yaitu melaksanakan pemasaran dengan
baik, maka sasarannya pun akan tercapai, yaitu lulusan pendidikan dapat terserap
di DU/DI secara maksimal.
Schermerhorn (2003:11) mengungkapkan bahwa:
Apabila produktivitas merupakan perwujudan efektivitas kinerja dan efisiensi kinerja merupakan tolok ukur utama atas keberhasilan menajerial maka manajemen adalah apa yang harus dilakukan manajer untuk mencapai itu semua.
Dari kutipan diatas dapat diasumsikan bahwa suatu kinerja organisasi yang baik
tidak terlepas dari proses manajemen yang dapat diartikan sebagai pengelolaan
6
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian secara sistematis
sehingga sasaran dan tujuan organisasi dapat tercapai. Adapun menurut Griffin
(2004:8) menjelaskan istilah manajemen sebagai berikut:
Manajemen yaitu suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manuasia, finansial, fisik, dan informasi) untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien.
Melihat permasalahan yang muncul dilapangan terkait pengangguran
lulusan setara SMK, maka pemasaran lulusan kedunia kerja harus lebih
dioptimalkan. Selain itu data yang menunjukkan banyaknya perusahaan yang
telah bekerjasama dengan BKK SMKN 8 Bandung harus mampu dikelola secara
maksimal. Maka dapat ditelusuri salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah
manajemen BKK yang terkait secara langsung dalam pemasaran lulusan harus
terselenggara dengan baik. Hal ini berdasarkan bahwa dengan manajemen yang
efektif dalam suatu organisasi maka tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif
dan efisien. Dalam hal ini, BKK yang mempunyai tujuan inti yaitu lulusan
sekolah dapat terserap di Dunia Kerja dan Dunia Industri (DU/DI) maka yang
menjadi fokus perhatian adalah bagaimana manajemen yang terlaksana di BKK
tersebut.
Melihat adanya keterkaitan antara proses kerja BKK yang diselenggarakan
oleh sekolah khususnya sekolah kejuruan terhadap penyaluran dan pemasaran
lulusan ke dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) dan juga adanya penelitian
skripsi terdahulu yang hampir serupa yaitu tentang “Kontribusi Manajemen Hubungan Masyarakat terhadap Pemasaran Jasa Lulusan Pendidikan” yang menunjukkan bahwa kontribusi dari manajemen Humas terhadap pemasaran jasa
lulusan pendidikan termasuk dalam kategori kuat. Kontribusi tersebut salah
satunya dipengaruhi oleh proses kegiatan BKK yang ada didalam Humas yang
juga menjadi populasi dari penelitian yang telah dilakukan. Selanjutnya adapula
penelitian Skripsi yang senada yaitu mengenai “Pengaruh Manajemen Hubungan
7
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dalam memasarkan lulusan ke
dunia kerja. Besarnya pengaruh dari manajemen hubungan masyarakat berdampak
sebesar 76% terhadap mutu hasil pemasaran lulusan ke dunia kerja. Dari kedua
penelitian tersebut terlihat bahwa BKK mempunyai peranan penting dalam
pemasaran lulusan sehingga penulis tertarik untuk mengidentifikasi pengelolaan
BKK yang ada di sekolah kejuruan. Adapun dalam melakukan penelitian, penulis
tertarik mengambil judul “Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dalam
Pemasaran Lulusan”.
B. Fokus Penelitian
Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1990 menyatakan dalam Bab 1 pasal 1
ayat 3 bahwa “pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang
menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk
melaksanakan jenis pekerjan tertentu.” Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 mengemukakan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama
untuk bekerja dalam bidang tertentu.” Substansi dari pengertian tersebut bahwa pendidikan menengah kejuruan merupakan proses pendidikan yang bertujuan
untuk mencetak lulusan yang mempunyai kompetensi untuk siap bekerja setelah
lulus dari pendidikan menengah. Salah satu upaya dalam mencapai tujuan tersebut
melahirkan Keputusan Bersama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdikbud RI dan Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja RI nomor:
009/C/KEP/U/1994 dan nomor: KEP.02/BP/1994 tentang Pembentukan Bursa
Kerja di satuan Pendidikan Menengah dan Pemanduan Penyelenggaraan Bursa
Kerja Khusus.
Pembentukan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK bertujuan sebagai unit
penyelenggara pemberian fasilitas pelayanan dan informasi mengenai lowongan
kerja, pelaksana pemasaran lulusan, penyaluran dan penempatan lulusan, serta
merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dengan adanya layanan
BKK ini memudahkan bagi sekolah untuk dapat mengupayakan para lulusannya
8
Pada kenyataanya, ditemukan data yang bersumber dari BPS yang telah
dipaparkan diatas yang memperlihatkan masih adanya pengangguran di Indonesia
yang merupakan lulusan SMK. Merujuk pada hal itu, BKK sebagai badan
penyalur lulusan di sekolah seharusnya mampu mengupayakan untuk
meminimalisir jumlah angka pengangguran yang mencuat tersebut. Bahwa apabila
pelaksanaan BKK berjalan dengan baik maka proses penyerapan lulusan oleh
DU/DI pun dapat terlakasana secara optimal. Adapun salah satu pengukuran
keberhasilan setiap kegiatan termasuk kegiatan BKK dapat terlihat dari hasil
kinerjanya. Apabila kinerja BKK baik maka dapat dipastikan bahwa keterserapan
lulusan di DU/DI dapat terlaksanan secara efektif. Hal ini juga akan menunjukkan
bahwa BKK telah melaksanakan pemasaran lulusan secara optimal. Adapun yang
paling mempengaruhi baik atau tidaknya suatu organisasi adalah proses
manajemen yang ada di dalamnya. Para ahli telah sepakat bahwa manajemen
merupakan proses yang mampu mengarahkan organisasi untuk dapat mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
masalah pokok sebagai fokus kajian penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses manajemen yang ada di BKK dilihat dari fungsinya
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian?
2. Bagaimana peran dan fungsi subjek yang terlibat dalam proses pemasaran
lulusan?
3. Faktor-faktor penghambat atau pendukung apa saja yang mempengaruhi
pencapaian tujuan BKK?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran atau harapan yang akan dicapai dari
pelaksanaan penelitian ini. Dengan kata lain bahwa tujuan penelitian merupakan
arah yang akan dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan
penelitian yang diharapkan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
9
dalam kegiatan pemasaran lulusan melalui proses pengumpulan,
pengolahan, dan analisis data dengan cara atau prosedur tertentu yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari dilakukannya penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Menganalisis proses manajemen BKK di SMKN 8 Bandung.
b. Mengetahui subjek yang terlibat dalam proses pemasaran lulusan
pendidikan yang dilaksanakan oleh BKK di SMK N 8 Bandung.
c. Mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung yang ada dalam
lembaga BKK di SMKN 8 Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Dengan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan memunculkan suatu
pencerahan mengenai kajian ilmu Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) yang
diselenggarakan di sekolah kejuruan/ SMK terkait dalam pelaksanaan pemasaran
lulusan pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat memberikan sumbang saran keilmuan yang bersifat
praktis kepada praktisi organisasi pendidikan khususnya di SMKN 8
Bandung terkait pada bidang Bursa Kerja Khusus (BKK) sekolah.
b. Dengan adanya pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat menunjukkan
hasil yang memperlihatkan bahwa proses manajemen BKK merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan pemasaran
lulusan pendidikan yang berdampak pada keterserapan lulusan secara
optimal di dunia pekerjaan (DU/DI).
c. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan pula akan memberikan
sumbangsih solusi perbaikan dalam setiap proses manajemen di dalam
10
d. Manfaat bagi peneliti dari hasil melaksanakan penelitian ini adalah
menambahnya pengalaman serta tambahan ilmu pengetahuan. Selain itu,
peneliti dapat secara langsung mengimplementasikan hasil studi mengenai
teori keadministrasian yang telah dipelajari selama perkuliahan di
lingkungan yang sebenarnya.
E. Penjelasan Istilah
Terdapat beberapa istilah yang muncul dalam penelitian ini yaitu Bursa
Kerja Khusus (BKK), manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK), dan Pemasaran
lulusan. Untuk menyatukan satu pemahaman antara penulis dan pembaca maka
penjelasan dari istilah tersebut adalah sebagai berikut:
Bursa Kerja Khusus yaitu suatu lembaga yang ada di satuan pendidikan
menengah Kejuruan Negeri dan Swasta, perguruan tinggi serta Lembaga Pelatihan
Kerja (LPK), sebagai unit pelaksana yang memberikan pelayanan dan informasi
lowongan kerja, pelaksana pemasaran, penyaluran dan penempatan tenaga kerja,
atau mempertemukan antara pencari kerja/alumni dan pengguna tenaga kerja
(perusahaan/industri/instansi) yang merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.
Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) yaitu segala proses pengelolaan
sumber daya yang ada di BKK yang didalamnya terdiri dari kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan BKK
yaitu terserapnya lulusan kedunia kerja secara optimal.
Pemasaran Lulusan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk
memperkenalkan dan menyalurkan para lulusan ke DU/DI sesuai dengan
kebutuhannya.
Subjek yang terlibat dalam pemasaran lulusan yaitu orang atau
sekelompok orang ataupun lembaga yang memiliki keterkaitan dengan proses
pelaksanaan pemasaran lulusan yang dilakukan oleh BKK.
Faktor pendukung yaitu segala sesuatu yang dapat mendorong ataupun
mempengaruhi secara positif setiap kegiatan yang ada dalam proses manajemen di
11
Faktor penghambat yaitu segala sesuatu yang dapat menghambat ataupun
mempengaruhi secara negatif setiap kegiatan yang ada dalam proses manajemen
di BKK.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Penyususan skripsi yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada pedoman
penulisan karya ilmiah UPI 2012. Adapun struktur organisasi skripsi ini secara
sistematis terbagi pada 3 unsur utama yaitu awalan, initi dan penutup. Pada bagian
awal berisi mengenai judul (cover), halaman pengesahan yang ditandatangani oleh pembimbing dan ketua jurusan/ prodi, pernyataan mengenai keaslian karya ilmiah
dan bebas plagiarisme, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak yang
merupakan uraian singkat mengenai isi keseluruhan dari skripsi, daftar isi, daftar
gambar, daftar tabel dan lampiran.
Pada bagian inti terdari dari lima Bab utama, yaitu Bab I Pendahuluan
yang meliputi latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II yaitu mengenai Kajian pustaka,
kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu. Bab III yang berisi mengenai
penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk didalamnya yaitu
tentang desain penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode penelitian,
definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,
teknik pengumpulan data, analisis data, dan uji keabsahan data. Bab IV memuat
hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua hal utama, yaitu analisis
data dan analisis temuan. Terakhir yaitu Bab V yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
Bagian penutup dari skripsi terdiri dari daftar pustaka dan
lampiran-lampiran yang merupakan dokumen sebagai hasil dan bukti pelaksanaan dari
penelitian yang telah dilakukan. Dengan adanya struktur organisasi yang disusun
secara sistematis, diharapkan dapat memperjelas dan mempermudah para
pembaca dalam memahami hasil penelitian yang telah dilakukan serta diharapkan
pula agar peneliti dapat memiliki acuan yang jelas mengenai isi dan bahasan yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini didalamnya didukung oleh desain penelitian
yang terdiri dari komponen-komponen yang berdasarkan pada lokasi penelitian
dan sumber data yang dipilih melalui teknik sampling. Cara yang dipakai dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purpossive Sampling
dan Snowball Sampling. Teknik ini dilakukan dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan dari peneliti sendiri dalam rangka memperoleh kebutuhan informasi
sesuai dengan tujuan atau masalah yang dikaji. Atau dengan kata lain, teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah penarikan sampel sesuai tujuan
(Satori, 2011:52). Desain penelitian yang dibuat diawali dari tahap pengamatan
dan temuan permasalahan dilapangan yang selanjutnya dijadikan fokus kajian
penelitian. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini terkait keterserapan
lulusan pendidikan menengah kejuruan yang masih belum terserap secara optimal
didunia kerja atau dengan istilah lain adalah dunia usaha dan dunia industri
(DU/DI). Tahap penelitian selanjutnya yaitu memformulasikan penelitian pada
focus penelitian yang seterusnya peneliti langsung kelapangan/lokasi penelitian
untuk mengumpulkan data dengan cara wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Selanjutnya data yang diperoleh diklasifikasikan, diolah dan
dianalisis hingga seterusnya data tersebut dijadikan temuan penelitian pada
permasalahan yang diambil sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan yang
selanjutnya dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk pihak-pihak yang terkait
sebagai bahan perbaikan dan solusi pemecahan masalah.
1. Lokasi Penelitian
Yang dimaksud dengan lokasi penelitian menurut Sukardi (2009:53) yaitu
“tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan
masalah penelitian berlangsung.” Pemilihan lokasi penelitian sangat berpengaruh
terhadap hasil data dari penelitian tersebut Lokasi penelitian yang menjadi objek
50
Kejuruan. Hal ini berdasarkan pada kajian penelitian mengenai analisis
manajemen BKK yang berada disatuan pendidikan kejuruan. Karena keberadaan
BKK yang hampir ada disetiap SMK, maka peneliti harus menentukan objek
kajian secara lebih spesifik agar penelitian dapat terfokus. Adapun penetapan
lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah di SMK Negeri 8 Kota Bandung.
Penetapan lokasi penelitian ini berdasarkan dari perspektif permasalahan yang
ingin diteliti yaitu mengenai manajemen BKK dalam pemasaran lulusan
pendidikan. Adapun kondisi yang ada di SMK Negeri 8 diangap sesuai dengan
permasalahan yang ingin diteliti. Penetapan lokasi penelitian ini dibuat dan
dibentuk berdasarkan teknik pengumpulan data Purposive Sampling dimana pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pada kesesuaian dengan tujuan yang
diharapkan oleh peneliti.
2. Sumber Data
Pada dasarnya, kegiatan penelitian harus memiliki sumber data yang jelas
agar data yang diperoleh tersebut valid. Dalam penelitian kualitatif, sampel
penelitian atau sumber data tidak dapat ditentukan dengan rumus seperti dalam
penelitian kuantitatif. Lofland dan Lofland dalam Basrowi (2008:169)
mengemukakan bahwa „sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain‟. Satori dan Komariah (2011:49) menyatakan bahwa sampel dan populasi dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut dengan sumber data pada situasi
social (social situation) tertentu. Spradley (Sugiyono, 2011:297) mengemukakan bahwa social situation terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berhubungan secara bersinergis. Penentuan sumber data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu ataupun dengan cara
snowball sampling yaitu teknik pengambilan sumber data yang pada mulanya berjumlah sedikit dan lama-lama bertambah semakin banyak sesuai dengan
kebutuhan data dalam penelitian (Sugiyono, 2009: 54). Teknik pengambilan
51
dan Komariah, 2011:52). Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini
mengenai keseluruhan informasi manajemen BKK yang terkait pada proses
pemasaran lulusan. Berdasarkan hal tersebut, maka yang dijadikan partisan oleh
peneliti adalah objek data dari manusia yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah
bagian hubungan industri, ketua BKK dan alumni yang menjadi anggota BKK.
Selain itu sumber data diperoleh pula dari dokumen-dokumen, dan benda – benda
lainnya yang mengandung informasi mengenai manajemen BKK.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan oleh peneliti
dalam memperoleh data untuk kebutuhan penelitian. Secara umum metode
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Hal tersebut berarti bahwa suatu penelitan harus dilakukan
secara rasional, empiris dan sistematis dan data yang diperoleh dari suatu metode
penelitian adalah data empiris yang mempunyai kriteria valid (Sugiyono, 2011:3).
Adapun pengertian metode penelitian pendidikan yang dikemukakan oleh
Sugiyono (2011:6) yaitu:
Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Penelitian yang dikaji adalah manajemen BKK yang terkait dalam
pemasaran lulusan pendidikan. Adapun metode yang dipilih untuk dilaksanakan
oleh peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada kualitas atau hal yang
terpenting dari sifat suatu barang/jasa yang berupa kejadian/fenomena sosial yang
yang makna dibalik kejadiannya dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu
pengembangan konsep teori (Satori, 2011:22). Sugiyono (2011:15) mengartikan
metode penelitian kualitatif sebagai berikut:
52
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Penggunaan dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif ini diharapkan mampu mendukung peneliti agar memperoleh data secara
menyeluruh dan mendalam sehingga dapat memperlihatkan gambaran mengenai
Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dalam pemasaran lulusan pendidikan
terkait tingkat optimalisasi keterserapan lulusan di dunia kerja.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional penting dan diperlukan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam memandang konsep kajian teori yang diteliti antara
pembaca dan peneliti. Nazir (1988:152) mengemukakan bahwa definisi
operasional adalah “suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau
konstruk dengan cara memberikan arti atau mempersepsikan kegiatan ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau
variabel tersebut.”
Untuk meminimalisir perbedaan pemahaman antara peneliti dan pihak
lainnnya maka peneliti merumuskan definisi operasional mengenai konsep kajian
teori dari judul Manajemen BKK dalam Pemasaran Lulusan adalah sebagai
berikut:
Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) yaitu segala proses pengelolaan
sumber daya yang ada di BKK yang didalamnya terdiri dari kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan BKK
yaitu terserapnya lulusan kedunia kerja secara efektif dan efisien.
Pemasaran Lulusan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk
memperkenalkan dan menyalurkan para lulusan ke DU/DI sesuai dengan
53
D. Instrumen Penelitian
Pada dasarnya penelitian merupakan kegiatan untuk mencari suatu
pembenaran dalam pemecahan fenomena suatu objek. Kegiatan tersebut
membutuhkan beberapa faktor pendukung sebagai penunjang keberhasilan
penelitian. Salah satu faktor terpenting adalah instrumen penelitian. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan Sugiyono (2011:305) bahwa “terdapat dua hal
utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpulan data.” Adapun pengertian instrumen yang
dikemukakan oleh Satori (2007:9) yaitu “instrumen penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan yang dimiliki si peneliti mengenai fenomena
yang diharapkan mampu mengungkap informasi-informasi penting dari fenomena
yang diteliti.”
Instrumen dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, sehingga
faktor yang berperan penting dalam penggalian data adalah peneliti, Satori
(2011:61) menyebutkan bahwa “peneliti dalam penelitian kualitatif, merupakan
orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara
cermat, tertib dan leluasa, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai key instrument”. Lebih lanjut Satori (2011:62) juga menjelaskan bahwa “sebagai key instrument, peneliti membuat sendiri seperangkat alat observasi, pedoman wawancara, dan pedoman penilaian dokumentasi yang digunakan sebagai
panduan umum dalam proses pencatatan”. Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa
kualitas data yang akan didapat dari penelitian tergantung pada kemampuan
peneliti dalam menggali data. Sehingga dalam penelitian kualitatif peneliti harus
memiliki wawasan luas terhadap bidang yang diteliti dan juga harus memiliki
kesiapan dalam memasuki obyek dilapangan secara akademik maupun
logistiknya.
Perihal peneliti sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif, Sugiyono
(2011:306) menyebutkan bahwa “peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
54
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian,
karena proses utama dalam penelitian adalah mencari data. Penelitian dengan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara observasi berperanserta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2011:309). Adapun beberapa macam teknik pengumpulan data untuk penelitian
kualitatif digambarkan oleh Sugiyono (2011:309) seperti berikut:
1. Observasi
Observasi atau observation dalam Bahasa Inggris diartikan didalam Kamus besar Bahasa Indonesia sebagai pengamatan atau peninjauan secara
cermat. Penelitian yang dilakukan ini adalah bersifat kualitatif, sehingga observasi
dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui
keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan
data penelitian (Satori & Komariah (2011:105).
Beberapa macam teknik pengumpulan data dengan observasi dilakukan
dengan tiga cara seperti yang dikemukakan oleh Faisal (1990) dalam Sugiyono
(2011:310 yaitu:
Macam – macam teknik pengumpulan data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Triangulasi/ Gabungan
55
1) Observasi Partisipatif (Participant Observation)
Dengan teknik observasi ini peneliti langsung terlibat dalam kegitan yang
dilakukan oleh sumber data. Sehingga peneliti lebih interaktif dengan para
narasumber dan diharapkan data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan
sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Pada
teknik observasi ini terbagi menjadi empat, yaitu:
a. Partisipasi pasif (passive participation) yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan sumber data tetapi tidak terlibat dalam kegiatan yang
dilakukan oleh sumber data tersebut. Peneliti hanya melakukan
pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh sumber data.
b. Partisipasi moderat (moderate participation) yaitu peneliti ikut terlibat secara langsung pada kegiatan yang dilakukan oleh sumber data yang
diamati, namun hanya beberapa kegiatan saja tidak melingkup semua
kegiatan dari sumber data. Sehingga dengan teknik ini ada
keseimbangan dalam penelitian yaitu pengamatan dan partisipasi
secara langsung dapat terlaksana.
c. Partisipasi aktif (active participation) yaitu peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan narasumber, namun belum sepenuhnya
lengkap.
d. Partisipasi lengkap (complete participation) yaitu peneliti terlibat sepenuhnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh sumber data. Hal ini
dilakukan secara natural hingga tidak nampak lagi seperti melakukan
penelitian. Partisipasi lengkap merupakan keterlibatan peneliti yang
tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
2) Observasi Terus Terang dan Tersamar
Peneliti secara terus terang mengatakan langsung pada sumber data bahwa
sedang melakukan penelitian sehingga setiap narasumber yang diteliti mengetahui
setiap aktivitas penelitian yang dilakukan dari awal hingga akhir. Tetapi pada
saat-saat tertentu peneliti tidak berterus terang atau tersamar pada narasumber
56
mungkin dirahasiakan sehingga menghindari kemungkinan untuk tidak diijinkan
dalam melakukan observasi.
3) Observasi Tak Berstruktur
Pelaksanaan observasi yang dilakukan oleh peneliti tidak terstruktur secara
sistematis, hal ini karena dalam penelitian kualitatif fokus penelitian belum jelas
dan akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Dalam melakukan
pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrument secara baku tetapi hanya
berupa rambu – rambu pengamatan.
Adapun tahapan dalam melaksanakan observasi dalam penelitian ini terdiri
dari tiga tahapan yang disandur dari Spradley (1980) dalam Satori dan Komariah
(2011:120) yaitu:
(1) Observasi Deskriptif, merupakan tahapan awal untuk datang ke lapangan
dengan kegiatan mengamati secara menyeluruh situasi objek yang diteliti.
Peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi
terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan. Adapun data yang
dihasilkan masih belum tertata karena pencarian masih gambaran secara
umum dari fokus kajian yang ingin diteliti.
(2) Observasi Reduksi/Terfokus, merupakan kegiatan observasi tahapan kedua
yaitu dengan melakukan pengamatan pada aspek kajian tertentu. Pada tahap
ini peneliti melakukan analisis subkategori sehingga dapat menemukan fokus.
(3) Observasi Terseleksi, merupakan langkah peneliti untuk mengobservasi situasi
sosial yang lebih terfokus. Data yang dihasilkan dari tahapan ini akan lebih
terperinci karena peneliti melakukan analisis komponensial terhadap
subkategori dan menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan
kesamaan antar kategori serta menemukan hubungan antara satu kategori
dengan kategori yang lain.
2. Wawancara
Penelitian merupakan aktivitas yang lebih banyak dengan aktivitas
pencarian data. Adapun dalam penelitian kualitatif, teknik wawancara sering
digunakan dalam pengumpulan data. Pengertian wawancara menurut Sudjana
57
pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya
(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).” Sedangkan Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2011:318) mengemukakan bahwa
„interviewing provide the researcher a mean to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation along.‟ Jadi dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui secara mendalam mengenai hal-hal tentang partisipan dalam
menginterpretasikan suatu situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak
bisa ditemukan dengan hanya observasi. Sehingga melalui wawancara, informasi
yang mendalam dapat ditemukan dan pemikiran dari informan dapat tergali
melalui sikap yang diperlihatkan dan jawaban yang dikeluarkan.
Ada beberapa macam teknik wawancara yang dipakai dalam penelitian
kualitatif, salah satunya yaitu disandur dari Satori dan Komariah (2011:130) yang
menyebutkan bahwa ada dua tipe wawancara, yaitu wawancara mendalam dan
wawancara bertahap. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti dalam
konteks observasi partisipatif, hal ini dilakukan untuk memperoleh data dari
partisipan/ informan mengenai bagaimana mereka menggambarkan apa yang
mereka rasakan dan lalui dari setiap kejadian dari proses kajian yang akan diteliti.
Sedangkan wawancara bertahap yaitu kegiatan wawancara yang khusus terjadwal
oleh peneliti untuk secara langsung melakukan wawancara dengan para informan
tanpa proses observasi didalamnya, kegiatan wawancara ini merujuk pada pokok –
pokok wawancara yang dipandu dengan pertanyaan – pertanyaan pokok.
Macam-macam wawancara yang lebih terperinci dikemukakan oleh
Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2011:319) yaitu wawancara terstruktur, semi
terstruktur dan tidak terstruktur.
1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Proses wawancara yang dilakukan peneliti dipersiapkan dengan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang didalamnya alternative
jawaban telah dipersiapkan. Isi dari pertanyaan ataupun pernyataan berupa fakta,
data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan
58
terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti
mencatat dari setiap jawabannya.
2) Wawancara Semiterstruktur (Semistructure interview)
Jenis wawancara ini termasuk pada kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan dengan
lebih terbuka yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang memicu pendapat dan
ide-ide dari informan. Sehingga dalam proses wawancara ini, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat setiap apa yang dikemukakan oleh
informan.
3) Wawancara Tidak Terstruktur (Unstructured Interview)
Praktik wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilakukan secara bebas
tanpa menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Peneliti hanya berpedoman pada
pokok-pokok kajian yang menjadi permasalahan penelitian yang akan ditanyakan.
Teknik wawancara jenis ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi yang
mendalam tentang responden. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum
mengetahui secara pasti tentang data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti
lebih banyak mendengarkan dari apa yag disampaikan oleh responden.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara
semistruktur yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan
responden/sumber data penelitian yaitu Wakil Kepala Sekolah Hubungan Industri,
Ketua dan para pengurus BKK serta beberapa alumni yang menjadi anggota BKK.
Wawancara dengan jenis ini diharapkan mampu melengkapi data mengenai
manajemen BKK dan informasi dapat tergali lebih rinci serta mendalam.
Dalam melakukan proses wawancara, peneliti merujuk pada
langkah-langkah wawancara yang dikemukakan oleh Satori dan Komariah (2011:141)
sebagai berikut:
59
(c) Membuat pedoman wawancara yang berisi pokok – pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan;
(d) Menghubungi dan melakukan perjanjian wawancara (e) Mengawali atau membuka alur wawancara;
(f) Melangsungkan alur wawancara dan mencatat pokok – pokoknya atau merekam pembicaraan;
(g) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya; (h) Menuangkan hasil wawancara kedalam catatan lapangan;
(i) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Satori dan
Komariah (2011:149) mengemukakan pengertian studi dokumentasi yaitu
“mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah
kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.” Dengan adanya studi dokumentasi
maka hasil observasi dan wawancara akan lebih kredibel/ dapat dipercaya. Hal ini
karena didukung oleh adanya dokumen-dokumen sebagai bukti yang dapat
berbentuk gambar, tulisan dan karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk gambar misalnya foto-foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehiduan (life history), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa patung, gambar, patung,
film, dan lain – lain (Sugiyono, 2011:329).
4. Triangulasi/ Gabungan
Sugiyono (2011:330) mengartikan triangulasi sebagai “teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.” Teknik triangulasi juga
merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data. Adapun beberapa triangulasi yang
terdiri dari sumber/informan, triangulasi dari teknik pengumpulan data, dan
triangulasi waktu (Satori dan Komariah, 2011:170).
1) Triangulasi sumber merupakan praktik triangulasi sebagai cara
60
yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Peneliti melakukan
ekspolarasi untuk mengecek kebenaran data dari berbagai sumber yang
ada. Teknik triangulasi sumber tergambar seperti berikut:
Gambar 3.2 Triangulasi Sumber
Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (2011:331)
2) Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dengan mengecek data
kepada sumber dengan teknik yang berbeda. Peneliti menggunakan
observasi partisipatif, wawancara mendalam dan studi dokumentasi pada
sumber yang sama secara serempak. Triangulasi teknik tergambar seperti
berikut:
Gambar 3.3 Triangulasi Teknik
Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (2011:331)
3) Triangulasi waktu, yaitu aktivitas triangulasi yang menguji kredibilitas
dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda. Peneliti dapat
melakukan wawancara dan observasi dimulai pada pagi hari, bisa
mengulangnya di siang hari dan mengeceknya di sore hari. Triangulai
waktu tergambar seperti berikut: Wawancara
mendalam
Wawancara
mendalam
Observasi
partisipatif
Studi
dokumentasi
A
B
C
61
Informan
Treatment waktu Pagi
Sore Siang
Gambar 3.4 Triangulasi Waktu
Sumber: Satori, Djam‟an & Aan Komariah. Metode Penelitian Kualitatif (2011:171)
Mathinson (1988) dalam Sugiyono (2011:332) mengemukakan bahwa
„the value of triangulation lies in providing evidence – whether convergent, inconsistent, or contradictory‟. Yaitu bahwa nilai dari teknik triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh tersebut meluas, tidak konsisten atau
kontradiksi. Sehingga dengan triangulasi, data yang diperoleh akan lebih tentu dan
pasti kejelasannya.
F. Analisis Data
Penelitian merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan secara
sistematis, yang didalamnya terdiri dari beberapa kegiatan – kegiatan yang saling
berkaitan, mempengaruhi satu sama lain untuk menghasilkan informasi dan data
yang absah dan dapat diterima. Untuk menghasilkan data yang absah, maka pada
tahap pengumpulan data, informasi yang didapat harus teruji keabsahannya dan
harus menjawab permasalahan penelitian, hal ini dilakukan dengan analisis data.
Analisis data merupakan langkah atau tahapan penelitian yang dilakukan
secara terus menerus yang dimulai dari sebelum masuk ke lapangan, selama
dilapangan dan setelah selesai dilapangan hingga data terkumpul dan dianggap
sudah jenuh dan telah menjawab atau memenuhi kebutuhan informasi untuk fokus
kajian dari permasalahan yang diteliti. Analisis data sangat menentukan kualitas
penjabaran dari hasil data yang diperoleh. Sugiyono (2011:335) mengartikan
analisis data sebagai:
62
Analisis data dalam penelitian ini menggunaka model Miles dan
Huberman, dimana proses analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles
dan Huberman dalam Sugiyono (2011:337) mengemukakan bahwa „aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, hingga datanya sudah jenuh‟. Adapun langkah
-langkah analisis data dalam model Miles dan Huberman terdiri dari data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Model interaktif dalam analisis data tergambar seperti berikut:
a. Data Reduction (Reduksi data)
Analisis data pada langkah reduksi data yaitu merangkum, memilih hal
-hal yang pokok, memfokuskan pada -hal--hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu. Sehingga hal ini memudahkan peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Data Display (Penyajian data)
Penyajian data merupakan langkah yang dilakukan setelah mereduksi data.
Hasil reduksi data kemudian di organisasikan dan disusun dalam pola hubungan
untuk mudah dipahami dan memudahkan dalam merencanakan kerja selanjutnya.
Display data dapat berupa teks yang naratif, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.
c. Conclusion: Drawing/ Verifying
Dari model diatas, langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Apabila pada langkah penyajian data yang didapat Data
collection DisplayData
Data
reduction Conclusion: drawing/ verifying
63
merupakan data yang sudah mantap, maka selanjutnya dapat dijadikan kesimpulan
yang kredibel. Namum karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara terkadang kesimpulan awal masih belum
kredibel sehingga peneliti harus mengulang lagi ke lapangan untuk kembali
mengumpulkan data dan bukti-bukti yang valid.
G. Uji Keabsahan Data
Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka proses
pengujian keabsahan data dilakukan dengan pengujian kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability) (Satori dan Komariah, 2011:164).
1) Uji Keterpercayaan (Credibility)
Keterpercayaan/kredibilitas merupakan ukuran kebenaran data yang
dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil
penelitian. Kredibilitas data diperiksa melalui kelengkapan data yang diperoleh
dari berbagai sumber (Satori dan Komariah, 2011:164). Menurut Sugiyono
(2011:368). Uji kredibilitas dilakukan dengan cara:
(a) Perpanjang pengamatan, yaitu peneliti kembali kelapangan untuk
memeriksa kebenaran data yang telah ditemukan;
(b) Meningkatkan ketekunan, yaitu melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan untuk memeriksa kebenaran suatu data
yang telah ditemukan;
(c) Triangulasi;
(d) Analisis kasus negatif yaitu menelusuri kebenaran data yang berbeda dan
bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan;
(e) Menggunakan bahan referensi, yaitu menggunakan bahan pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan
pendukung yang digunakan yaitu alat rekaman, kamera untuk memotret
dan dokumen yang otentik;
(f) Mengadakan member check, yaitu melakukan pengecekan kepada pemberi data terkait kesesuain antara interpretasi peneliti dengan informasi yang
64
2) Uji Keteralihan (Transferability)
Pengujian transferability merupakan validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana
sampel diambil atau digunakan dalam situasi lain. Sehingga dalam hal ini, peneliti
membuat laporan dengan pemberian uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat
dipercaya. Hal ini juga dimaksudkan agar pembaca mampu memahami secara
jelas atas hasil penelitian yang telah dilakukan.
3) Uji kebergantungan (Dependability/ Realibilitas)
Dalam penelitian ini, pengujian dependability/ realibilitas dilakukan oleh pembimbing dengan mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian dimulai dari bagaimana peneliti menentukan masalah, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji
keabsahan data dan membuat kesimpulan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat
kebenaran data yang dihasilkan oleh peneliti dilihat dari jejak aktivitas
lapangannya.
4) Uji Kepastian (Confirmability)
Untuk memenuhi keabsahan data dari uji konfirmabilitas, peneliti
melaporkan setiap rangkaian aktivitas yang dilakukan dilapangan. Uji
konfirmabilitas hampir sama dengan uji realibilitas, sehingga pengujiannya dapat
dilakukan secara bersamaan. Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian,
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian tersebut telah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dari semua hasil temuan data
dilapangan serta saran dari penulis yang diharapkan mampu menjadi perbaikan
untuk selanjutnya. Secara umum penelitian ini telah menjawab semua
permasalahan yang menjadi fokus penelitian.
A. Kesimpulan
BKK merupakan lembaga khusus yang dibentuk bertujuan untuk
memfasilitasi para lulusan sehingga mempermudah dalam pencarian kerja.
Sehingga tugas utama BKK adalah memasarkan lulusan untuk terserap di dunia
kerja. Segala proses kegiatan dalam suatu organisasi termasuk BKK tidak akan
terlepas proses manajemen yang ada didalamnya. Adapun kegiatan manajemen
yang ada di BKK SMKN 8 Bandung cukup terlaksana dengan baik. Kesimpulan
dari segala proses manajemen tersebut adalah:
1. Manajemen BKK dilihat dari fungsi perencanaan yaitu bahwa dalam
penyusunan rencana kerja BKK SMKN 8 Bandung terdiri dari tiga
tahapan utama, yaitu diawali dengan membuat program kerja yang
penyusunannya didasarkan pada landasan hukum terkait fungsi dan tujuan
dari BKK. Untuk selanjutnya adalah memetakan semua program kerja
tersebut untuk disesuaikan penjadwalan kerjanya kemudian membuat IK
sehingga dalam proses kegiatan tergambar secara jelas langkah –
langkahnya. Perencanaan kerja ini dibuat dari hasil diskusi semua staff dan
penetapannya dibawah keputusan Waka Hubin. Perencanaan kerja yang
dibuat termasuk pada rencana kerja jangka pendek yaitu berlangsung
untuk satu tahun pelajaran yang dimulai dari bulan Juli hingga Juni.
2. Manajemen BKK dilihat dari fungsi pengorganisasian yaitu didapat data
yang menunjukkan bahwa BKK SMKN 8 Bandung masuk kedalam dua
struktur organisasi yang berbeda. Selain berada dibawah organisasi Hubin,
BKK SMKN 8 Bandung memiliki struktur organisasi tersendiri yang
116
kota Bandung. Akan tetapi pada pelaksanaanya BKK tetap berada dibawah
wewenang Waka Hubin namun langsung memepertanggungjwabkan
segala kegiatannya pada Disnakertrans. Setiap pekerjaan yang ada didalam
struktur Hubin termasuk didalamnya adalah BKK telah
terdepartementalisasi yaitu setiap orang atau seksi memiliki tugas dan
tanggung jawab masing – masing. Adapun penempatan orang – orang
dalam struktur organisasi tersebut dipilih berdasarkan wewenang Waka
Hubin begitu pula dengan pembagian tugas pada setiap orangnya.
3. Manajemen BKK dilihat dari fungsi pelaksanaan yaitu didapat data yang
menunjukkan bahwa program kerja BKK berlangsung setiap bulan per
satu tahun ajaran. Akan tetapi banyak diantara kegiatan BKK dikerjakan
oleh ketua BKK. Hal ini dikarenakan bahwa struktur organisasi BKK tidak
berjalan secara semestinya sehingga pembagian tugas tidak terlaksana
secara optimal. Wewenang yang dimiliki oleh ketuapun menjadi bias
karena double job yang diemban oleh seluruh staff hubin. Tugas yang seharusnya menjadi kewajiban staff lain hanya bersifat membantu dengan
prinsip kerjasama dan tidak terpaku pada struktur yang ada. Akan tetapi
diskusi dan sharing antar staff dan ketua BKK selalu terjalin terkait
kegiatan yang berlangsung. Dalam proses pemasaran lulusan terlihat
bahwa BKK SMKN 8 Bandung banyak menjalin kerjasama dengan
berbagai perusahaan untuk melaksanakan perekrutan bagi anggota
BKKnya. Selain itu, BKK SMKN 8 Bandung tidak menjalankan tugas
pemasaran secara tersendiri melainkan menjalin kerjasama dengan BKK
sekolah lain.
4. Manajemen BKK dilihat dari fungsi pengendalian dilakukan oleh tiga
pihak, yaitu Disnakertrans kota Bandung, kepala sekolah dan oleh Waka
Hubin. Proses pengendalian hanya dilakukan dengan pelaporan
pertanggungjawaban dari ketua BKK akan setiap kegiatan yang telah
dilakukan kepada tiga pihak tersebut. Adapun pelaporan dilakukan setiap
117
5. Subjek yang terlibat dalam kegiatan pemasaran lulusan terdiri dari subjek
internal dan subjek eksternal. Subjek internal disini yaitu beraal dari dalam
sekolah diantaranya adalah seluruh staff di Hubin termasuk Waka Hubin,
kepala sekolah dan para guru yang terlibat. Adapun pihak eksternal adalah
pihak diluar sekolah yaitu Disnakertrans, DU/DI dan BKK sekolah lain.
Dari masing - masing subjek tersebut mempunyai keterlibatan kerja yang
berbeda – beda sesuai dengan perannya didalam BKK.
6. Faktor penghambat dan pendukung yang terungkap dari hasil wawancara
hanya terdapat tiga faktor penghambat yaitu berasal dari DU/DI dan para
anggota BKK. Hambatan yang muncul dari pihak DU/DI yaitu terdapat
diantara perusahaan yang melakukan rekruitmen di SMKN 8 Bandung
tidak sesuai dengan kompetensi keahlian dari para lulusan. Selain itu juga
terdapat diantara industi yang kurang berkomitmen dalam pengangkatan
tenaga kerja dari para lulusan yang telah lulus seleksi. Sedangkan
hambatan yang datang dari anggota BKK yaitu banyak diantara anggota
BKK yang sering mengganti nomer kontaknya sehingga penyampaian
informasi terkait lowongan kerja sedikit terhambat.
Adapun faktor pendukung yang dirasakan oleh BKK SMKN 8 Bandung
berasal dari para guru atau individu yang memiliki keterhubungan dengan
pihak industri sehingga mampu mempermudah pihak BKK untuk menjalin
kerjasama dengan industri tersebut dalam proses perekrutan lulusan
SMKN 8 Bandung.
B. Saran
Dari hasil data yang telah peneliti bahas terkait manajemen BKK dalam
pemasaran lulusan di SMKN 8 Bandung, memunculkan beberapa saran yang
ingin penulis berikan bagi pihak – pihak yang terkait dalam proses ini. Penulis
berharap ini menjadi sebuah informasi yang mampu dijadikan perbaikan dalam
kegiatan – kegiatan yang akan dijalankan setelahnya. Beberapa saran perbaikan