• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi

Lokasi penelitian pada ruas jalan Provinsi Karanglo Batas Kota Batu.

Panjang jalan yang dijadikan objek penelitian adalah 8 km menurut SK jalan Provinsi Jawa Timur. Gambar lokasi studi ditunjukan pada Gambar 3.1, Gambar 3.2, Gambar 3.3. serta dokumentasi kemacetan di lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3. 1 Peta Lokasi Studi

Awal Ruas Simpang Karanglo

Akhir Ruas Tugu Batas Kota Batu Di Arhanud

(2)

40 Gambar 3. 2 Lokasi Studi

Gambar 3. 3 Kondisi Kemacetan di lokasi studi

(3)

41 Kondisi Ruas jalan tersebut hambatan samping yang masuk kategori sedang dengan ada beberapa lokasi yang pemanfaatan bahu jalan digunakan untuk parkir sehingga mempengaruhi kapasitas ruas jalan. Lokasi bahu jalan yang digunakan untuk aktifitas parkir seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3. 4 Kendaraan Yang Parkir Pada Badan Jalan

Selain kondisi bahu jalan yang dimanfaatkan untuk kegiatan parkir liar lebar dari bahu jalan tersebut di beberapa tempat juga mempunyai lebar yang masih kurang. Lebar yang terukur pada beberapa lokasi bahu jalan hanyalan 1 m. lokasi bahu jalan yang mempunyai lebar 1 m akan ditampilkan pada gambar 3.5.

(4)

42 Gambar 3. 5 Kondisi bahu Jalan

Kondisi lalu lintas pada ruas jalan tersebut banyak dilintasi oleh kendaraan mobil dan juga bus karena kondisi ruas jalan tersebut merupakan jalan akses Tol menuju ke kota wisata Batu. Jalan menuju Kota wisata Batu dari pintu tol yang mempunyai jarak paling dekat adalah ruas jalan tersebut sehingga para wisatawan dari luar kota akan memilih melewati ruas jalan tersebut. Contoh jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut seperti yang ada pada Gambar 3.6.

1 m

(5)

43 Gambar 3. 6 Jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut

3.2 Tahapan Penelitian

Tahapan jalannya penelitian ini dimulai dari identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis kapasitas jalan, analisis nilai DS, desain pelebaran perkerasan jalan, perhitungan RAB, hasil dan pembahasan, tahap penarikan kesimpulan, dan selesai. Menurut Fauzi (2017:113), bagan alir (flowchart) adalah teknis analisis yang dipergunakan untuk mendeskripsikan beberapa aspek dari sistem informasi secara jelas, ringkas, dan logis. Proses penelitian akan disusuh dalam bentuk bagan alir seperti yang terlihat pada Gambar 3.7.

(6)

44 Gambar 3. 7 Diagram alir perencanaan

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua macam Data yaitu Data perimer dan Data sekunder. Data perimer merupakan data yang diperoleh langsung melalui survei lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berwenang memberian data dan informasi.

Mulai

Studi Pusataka

Data Primer:

1. Data Lalu lintas 2. Data Lebar jalan dan

bahu jalan Pengumpulan Data

Data Sekunder:

1. Peta Jalan Provinsi 2. SK ruas jalan 3. Kelas jalan

4. Data Jumlah penduduk

Evaluasi kinerja lalu lintas

Kecepatan Arus Bebas

Kapasitas

Derajat Kejenuhan

Tingkat pelayanan jalan

DS ≤ 0,80

Hasil Dan Pembahasan

Kinerja Kondisi Eksisting

Kondisi Ruas Jalan 5 Tahun Mendatang

Alternatif pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Tidak

Alternatif Pemecahan Masalah

(7)

45 3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh lansung pada lokasi penelitian di ruas Jalan Provinsi Karanglo - Batas Kota Batu. Data tersebut merupakan representasi ringkas kondisi riil yang dapat menjelaskan dan mewakili kondisi riil lapanagan untuk suatu penelitian. Data dari pengamatan di lapangan tersebut diolah untuk mendapatkan data-data sebagai berikut:

1. Data geometrik

Ukuran geometrik jalan sangat berpengaruh terhadap kinerja suatu jalan. Hal ini tergantung dari ukuran besar kecilnya suatu nias jalan. Data yang didapatkan dalam data geometrik mengenai; tipe jalan, lebar jalur, lebar lajur dan bahu jalan.

2. Data volume lalulintas per jam

Volume lalu lintas pada ruas jalan yang menjadi lokasi pengamatan.

Pengambilan Data lintas dimaksudkan untuk mengetahui periode puncak yaitu waktu dimana jumlah kendaraan yang melintasi ruas tersebut mencapai jumlah tertinggi. Priode puncak ini akan mnjadi acuan dalam pengambilan data kecepatan.

3. Data waktu tempuh kendaraan

Kecepatan masing-masing kendaraan yang melewati ruas Jalan tempat lokasi pengamatan. Kecepatan kendaraan dapat diketahui dengan mengukur waktu tempuh yang diperlukan masing-masing kendaraan untuk melewati jarak tertentu yang telah ditetapkan.

4. Data hambatan samping

Survei dilakukan pada ruas jalan yang di tinjau dengan tujuan mendapatkan data tentang aktivitas samping jalan seperti : pejalan kaki (PED), kendaraan umum dan kendaraan lain berhenti (PSV), kendaraan keluar atau masuk sisi jalan (EEV), dan kendaraan lambat (SMV).

Pengambilan data dilakukan oleh satu orang pengamat.

(8)

46 5. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan pengumpulan data yangmenghasilkan catatan – catatan penting yang berhubungan denganmasalah yang diteliti. Dokumentasi berarti barang bukti tertulismaupun dalam bentuk gambar. Dengan memeperhatikan definisidiatas, maka dapat disimpulkan metode dokumentasi adalahmetode penyelidikan untuk memperoleh keterangan dan informasiyang digunakan dalam rangka mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun Tahapan survei pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahapan

6. Persiapan survei,

Meliputi kajian kepustakaan, persiapan teknik, peralatan dan mobilisasi tenaga.

7. Pelaksanaan Survei

Dilakukan setelah kegiatan persiapan dan perencanaan survei dilakukan dengan matang.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data dan informasi yang bersumber dari instansi terkait yang berwenang memberikannya. Untuk mendapatkannya, peneliti mendatangi langsung instansi yang terkait dengan penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data SK Status Jalan 2. Data Peta Jaringan Jalan 3. Data Kelas Jalan

3.4 Teknik Pengambilan Data (survei)

Pelaksanaan survei dilaksaankan pada hari minggu. Dengan mempertimbangkan pengaruh tingkat hambatan samping terhadap volume lalu lintas dan kecepatan, maka diambil waktu yang paling keritis yaitu minggu. Survei pengumpulan data lalu lintas dilakukan selama 24 jam pada hari minggu untuk mengetahui pola jam puncak lalu lintas dan jumlah LHR dari ruas jalan tersebut.

(9)

47 Dalam pengambilan data survei pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei secara langsung yang akan dilakukan oleh 2 atau 3 orang. Jenis survei yang dilakukan akan dijabarkan seperti berikut ini :

3.4.1 Survei geometrik

Survei geometrik jalan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai; tipe jalan, lebar lajur, lebar lajur dan bahan jalan. Pengukuran dilakukan oleh tiga orang.

Adapun tahapannya sebagai berikut :

 Pengamat pertama memegang ujung rool meter kemudian menariknya sampai ujung/pinggir jalan yang akan diukur.

 Pengamat kedua memegang pangkal rool meter kemudian membaca hasil pengukuran.

 Pengamat ketiga membawa alat tulis yang bertugas mencatat basil pengukuran data geometrik jalan.

Pengambilan data pada saat kondisi ruas Jalan sepi agar tidak mengganggu arus lalu lintas yang lewat yaitu pada siang hari. Adapun alatalat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah alat pengukur jalan (root meter), lembar kerja, alat tulis, dan papan alas kertas (clip board), Formulir survei geomterik dapat dilihat seperti pada Gambar 3.8.

(10)

48 Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga (1997: 5-67)

Gambar 3. 8 Furmulir Survei Geometrik 3.4.2 Survei Volume Kendaraan

Survei dilakukan dengan cara manual, dimana dalam bentuk yang paling sederhana pengamat mencatat pada lembar fonnulir survei, setiap kendaraan yang lewat menurut klasifikasi macam kendaraan dan memakai formulir terpisah untuk setiap periode perhitungan. Lembaran-lembaran ini kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah tiap macam kendaraan yang melewati pengamatan selama periode itu. Kegiantan ini bertujuan untuk mencari jam puncak (peakhour).

(11)

49 Pengamatan arus lalu-lintas didasarkan pada jenis kendaraan yang terbagi atas berbagai kategori, Menurut Direktorat Jendral Bina Marga (2014: 2).

 Kendaraan ringan (LV)

 Kendaraan berat(HV)

 Sepeda motor (MC)

 Kendaraan tak bermotor (UM)

Pengambilan data di ambil oleh tiga orang pengamati dimana:

 Pengamat pertama mencatat kendaraan ringam (LV)

 Pengamat kedua mencatat kendaraan berat (HV)

 Pengamat ketiga mencatat sepeda motor (MC)

 Pengamat keempat mencatat Kendaraan tak bermotor (UM) Adapun tahap-tahap sebagai berikut:

 Pengamat menempati posisi yang telah ditentukan,

 Pastikan lokasi pengamatan bisa mengamati dengan bebas tidak ada halangan untuk masing – masing pergerakan lalu lintas.

 Pandangan pengamat menghadap kendaraan yang datang,

 Masing masing surveior melakukan pengamatan dengan teliti supaya memperkecil tingkat ketidak akuratan data karena banyak kendaraan yang terlewatkan.

 Setiap pengamatan menghitung kendaraan interval pencatatan 15 menit sepanjang waktu pengumpulan data,

 Hasil pengamatan di catat pada pormulir seperti pada Tabel 3.1.

(12)

50 Tabel 3. 1 Formulir Survei Pencacahan Lalu Lintas

Lokasi

survei

Keterangan:

Arah lalu

lintas dari

Arah ke

Hari/tgl

survei

Nama

Surveior

Golongan

Kendaraan 1 2 3 4 5A 5 B

6 A

6 B

7 A

7 B

7C 1

7C 2A

7C 2B

7C 3 8 Jenis

Kendaraan (Konfigurasi

sumbu &

roda) (Berdasarka

n Pedoman Survei Lalin Bina Marga

& MDP 2017)

Sepeda motor (roda 2 dan 3) Mobil pribadi (Sedan, Jeep) Angkot, MPU, Mini bus Pick up, Mikro Truk, Mobil hantaran Bus kecil (1.2) Bus besar (1.2) Truk 2 sumbu 4 roda (1.1) Truk 2 sumbu 6 roda (1.2) Truk 3 sumbu (1.22) Truk Gandengan (1.2-2.2) Truk 4 sumbu trailer (1.2-22) Truk 5 sumbu -trailer (1.22-22) Truk 5 sumbu -trailer (1.2-222) Truk 6 sumbu-trailer (1.22-222) Kendaraan Tak Bermotor

N o

Kelomp ok Kendara

an M C

Light Vehicle

(LV)

Medium Heavy

Vehicle (MHV) Heavy Vehicle (HV) U

M

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga (2017: 4-8)

(13)

51 3.5 Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan untuk peneltian dalam menentukan kinerja jalan menggunakan Metode Menurut Direktorat Jendral Bina Marga (1997:).

3.5.1 Analisis Volume Lalulintas

Nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan menyatakan arus dalam skr. Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) dikonversikan menjadi skr dengan menggunakan nilai SMP yang diturunkan secara empiris untuk jenis-jenis kendaraan berikut:

 Kendaraan ringan (LV), meliputi mobil penumpang, minibus, truk pik-up dan jeep;

 Kendaraan berat(HV), meliputi truk dua gandar dan bus kecil, truk tiga gandar atau lebih, truk tempelan, dan truk gandengan; dan

 Sepeda motor (MC)

Kendaraan tak bermotor dianggap hambatan samping, dan dimasukkan ke dalam faktor penyesuaian hambatan samping. SMP untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan, tipe alinemen dan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam kendaraan/jam. Ekr sepeda motor ada juga dalam masalah jalan 2/2TT, tergantung pada lebar efektif jalur lalu lintas. Semua ekr kendaraan yang berbeda pada alinemen datar, bukit, dan gunung. Untuk mengetahui besarnya volume lalu lintas dapat dihitung dengan Persamaan 2.1.

3.5.2 Kapasitas (C)

Menurut Direktorat Jendral Bina Marga (1997: 5-50) Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum yang melalui suatu titik di jalan yang dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Analisa kapasitas sendiri merupakan suatu rangkaian prosedur yang dipakai untuk memperkirakan kemampuan daya tampung suatu ruas jalan terhadap arus lalu lintas dalam suatu batasan kondisi operasional tertentu. Analisa ini dapat diterapkan pada fasilitas jalan yang sudah ada untuk

(14)

52 tujuan pengembangan. Sedangkan untuk menentukan kapasitas ruas jalan dapat dihitung dengan Persamaan 2.6.

a. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja segmen jalan maupun simpang. Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Nilai derajat kejenuhan DS dapat ditentukan dengan Persamaan 2.7. Dari analisis derajat kejenuhan (DS ) pada masing-masing ruas jalan dapat ditentukan tingkat pelayanan jalan (LoS).

3.5.3 Kinerja Ruas Jalan

Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (1997: 6-19) kinerja jalan adalah suatu ukuran kualitatif yang mencerminkan persepsi pengemudi tentang kualitas berkendaraan. LOS berhubungan dengan suatu ukuran pendekatan kuantitatif, seperti kerapatan atau persen tundaan. Untuk melihat urutan tingkat pelayanan (LoS) berdasarkan nilai derajat kejenuhan (DS). Karena kondisi ruas jalan Provinsi Karanglo - Batas Kota Batu merupakan jalan Provinsi dalam kota maka untuk Tabel karakteristik tingkat pelayanan ruas jalan menggunakan acuan Permen Hub No 14 Tauhun 2006 Tentang Manajeman dan rekayasa Lalu Lintas untuk jalan kolektor primer dengan melihat acuan pada Tabel 2.18.

3.5.4 Kinerja untuk 5 tahun mendatang

Tinjauan 5 tahun yang akan datang dilakukan untuk mengetahui kondisi tingkat pelayanan ruas jalan Provinsi Karanglo Batas Kota Batu untuk 5 tahun yang akan datang. Untuk melakukan analisa 5 tahun yang akan datang mengenai tingkat pelayanan ruas jalan, data yang digunakan adalah data pertumbuhan lalu lintas seperti pada Tabel 2.21.Dengan data tersebut maka dapat diprediksi kondisi tingkat pelayanan ruas jalan Provinsi Karanglo Batas Kota Batu untuk 5 tahun yang akan datang dengan menggunakan Persamaan 2.8.

(15)

53 Setelah volume lalu lintas hasil prediksi untuk 5 tahun yang akan datang langkah selanjutnya melakukan perhitungan derajat kejenuhan dengan menggunakan persamaan 2.7, setelah derajat kejenuhan untuk 5 tahun yang akan datang selanjutnya menentukan kinerja ruas jalan untuk 5 tahun yang akan datang dengan mengacu pada Tabel 2.20.

3.5.5 Penentuan Alternatif Rekomendasi

Analisa perbaikan dilakukan jika dari hasil survei terlihat kondisi eksisting yang menghasilkan kurang optimalnya ruas jalan tersebut dan perlu adanya suatu alternatif pemecahan untuk kondisi tersebut. Untuk alternatif perubahan mengacu pada hasil evaluasi kinerja ruas jalan dimana dari hasil evaluasi kinerja dapat diketahui pembebanan arus lalulintas, derajat kejenuhan, kecepatan, kerapatan, dan waktu tempuh dari ruas jalan yang ditinjau. Apabila hasil evaluasi didapat kinerja jalan dengan DS ≥ 0.8 , maka perlu dilakukan alternatif perubahanseperti misalnya seperti contoh - contoh berikut ini.

1. Tindakan untuk meningkatkan daya guna ruang jalan (road space) 2. Tindakan mengurangi arus lalu lintas pada jam-jam puncak, meliputi 3. Pengelolaan sistem perpakiran, meliputi peraturan perpakiran (tempat

parkir khusus, taman parkir dan sebagainya)

4. Peningkatan pelayanan umum seperti Penataan lokasi perhentian (shelter), Penataan terminal, Peningkatan keamanan, Pengaturan route (lintasan)

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian ini adalah teknik yang diberikan, tempat, subjek penelitian, waktu penelitian dan variabel

sanksi dalam hukum pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan kejahatan yang merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang

Variabel SHARIAH SHARE merupakan sebuah variabel yang bergerak di dekat garis x , hal ini menunjukkan bahwa goncangan dari tingkat bunga PUAB mempunyai pengaruh yang relatif

Pemanfaatan flatform Moodle pada mata kuliah Aplikasi Komputer pada mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Antasari

bermacam bentuk, seperti gerakan separatis dan lain-lain, antara lain: Gerakan Separatis dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia yang dimulai dengan

Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian yaitu mencari data terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang kongret

Penggunaan daun gamal (Gliricidia sapium), guna mempercepat kematangan buah pisang Raja Sere dan Emas yang dilakukan Yulianingsih dan Dasuki (1989), menyatakan bahwa daun gamal

Sebagai perbandingan bangunan fasilitas cottage, ada beberapa kawasan wisata dengan fasilitas akomodasinya yang memanfaatkan lingkungan sekitarnya sehingga fasilitas wisata