• Tidak ada hasil yang ditemukan

73-Article Text-392-1-10-20220621

N/A
N/A
Sayid Ayi Ahmad

Academic year: 2022

Membagikan "73-Article Text-392-1-10-20220621"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

13 | V o l . 4 | N o . 1 | 2 0 2 2

Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Mediasi Non Litigasi

Sri Mahardika1, Risnawati 2, Ahmad Khuzairi 3

1PT Media Detak Hukum Bogor, Jawa Barat – [email protected],

2Universitas Nusa Putra Sukabumi, Jawa Barat - [email protected],

3Universitas Nusa Putra Sukabumi, Jawa Barat - [email protected].

Abstrak

Sengketa tanah terjadi karena tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting, yang dapat membuktikan kemerdekaan dan kedaulatan pemiliknya. Tidak semua masalah harus diselesaikan lewat persidangan atau pengadilan. Saat ini telah lahir penyelesaian sengketa non litigasi, yaitu Alternative Dispute Resolution (selanjutnya disebut dengan ADR), salah satunya dengan menggunakan mediasi di mana keberpihakan seorang mediator tidak terjadi dalam persoalan mediasi. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah;pertama, bagaimana peranan Kantor Pertanahan dalam penyelesaian tanah secara mediasi;kedua, Bagaimana prosedur peneyelesaian sengketa pertanahan melalui jalur mediasi di Kantor Pertanahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sebagai mediator pada saat mediasi yaitu memimpin diskusi, memelihara atau menjaga aturan-aturan perundangan, mendorong para pihak untuk menyampaikan masalah dan kepentingan secara terbuka, mendorong para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan pertarungan yang harus dimenangkan tetapi diselesaikan, mendengar, mencatat dan mengajukan pertanyaan, membantu para pihak mencapai titik temu dan Prosedur dalam penyelesaian sengketa pertanahan melalui jalur mediasi yaitu adanya pengaduan oleh para pihak yang bersengketa ke Kantor Pertanahan dan melewati proses menelaah, negoisasi akhir, kesepakatan Jika para pihak mencapai kata sepakat maka dituangkan dalam perjanjian tertulis, sedangkan yang tidak mencapai kata sepakat maka para pihak mempunyai hak untuk mengajukan permasalahan sengketa tersebut ke pengadilan.

Kata kunci: penyelesiaan, sengketa tanah, mediasi, non litigasi.

(2)

13 | V o l . 4 | N o . 1 | 2 0 2 2

A. PENDAHULUAN

Tanah bagi kehidupan manusia mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini disebabkan hampir seluruh aspek kehidupannya terutama bagi bangsa Indonesia tidak dapat terlepas dari keberadaan tanah yang sesungguhnya tidak hanya dapat ditinjau dari aspek ekonomi saja, melainkan meliputi segala kehidupan dan penghidupannya

Sebagai hak dasar, hak atas tanah sangat berarti sebagai tanda eksistensi, kebebasan, dan harkat diri seseorang. Di sisi lain, negara wajib memberi jaminan kepastian hukum terhadap hak atas tanah itu walaupun hak itu tidak bersifat mutlak karena dibatasi oleh kepentingan orang lain, masyarakat dan negara.1

Permasalahan pertanahan merupakan isu yang selalu muncul dan selalu aktual dari masa ke masa, seiring dengan bertambahnya penduduk, perkembangan pembangunan, dan semakin meluasnya akses berbagai pihak yang memperoleh tanah sebagi modal dasar dalam berbagai kepentingan.2 Sengketa tanah terjadi karena tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting, yang dapat membuktikan kemerdekaan dan kedaulatan pemiliknya.Tanah mempunyai fungsi dalam rangka integritas negara dan fungsi sebagai modal dasar dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.3

Pada dasarnya pilihan penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan 2 (dua) proses.

Proses penyelesaian sengketa melalui litigasi di dalam pengadilan, kemudian berkembang proses

1 Darwin Ginting, Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah Bidang Agribisnis, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 2

2 Pahlefi, Analisis Bentuk-Bentuk Sengketa Hukum atas Tanah Manurut Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Agraria, “Majalah Hukum Forum Akademika, Vol.25, (Maret 2014), hal.137

penyelesaian sengketa melalui kerja sama (kooperatif) di luar pengadilan. Proses litigasi menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversial yang belum mampu merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaiannya. Sebaliknya, melalui proses di luar pengadilan menghasilkan kesepakatan kesepakatan yang bersifat “win-win solution dihindari dari kelambatan proses penyelesaian yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif, menyelesaikan komprehensif dalam kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik.4

Tidak semua masalah harus diselesaikan lewat persidangan atau pengadilan. Saat ini telah lahir penyelesaian sengketa non litigasi, yaitu Alternative Dispute Resolution (selanjutnya disebut dengan ADR), salah satunya dengan menggunakan mediasi di mana keberpihakan seorang mediator tidak terjadi dalam persoalan mediasi. Hal mana telah diatur secara implisit dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana peranan Kantor Pertanahan dalam penyelesaian tanah secara mediasi?

2. Bagaimana prosedur peneyelesaian sengketa pertanahan melalui jalur mediasi di Kantor Pertanahan?

3 Abdurrahman, Kedudukan Hukum adat dalam Perundang- Undangan Agraria Indonesia, Jakarta: Akademik Persindo, 1992, hal 7

4 Felix MT. Sitorus, Lingkup Agraria dalam Menuju Keadilan Agraria, Bandung:Yayasan Akatiga:2002. hal. 11

(3)

14 | V o l . 4 | N o . 1 | 2 0 2 2

C. PEMBAHASAN

1. Peranan Kantor Pertanahan dalam penyelesaian tanah secara mediasi

Peraturan Kepala BPN No.3 Tahun 2011 tentang Pengelolaam Pengkajian dan Penanganan Kasus pertanahan merumuskan bahwa yang dimaksud dengan sengketa pertanahan menurut pasal 1 angka 2 perka BPN No.3 Tahun 2011 yang selanjutnya disingkat sengketa adalah perselisihan pertanahan anatara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis, sedangkan konflik pertanahan menurut pasal 1 angka 3 perka BPN No.3 Tahun 2011 adalah perselisihan pertanahan anatar orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas secara sosio-politis. Artinya, BPN berwenang.5 Menyelesaikan perselisihan pertanahan, baik dalam bentuk sengketa maupun konflik pertanahan. Pengertian sengketa tanah juga dapat dilihat dalam peraturan Menteri Agraria/KBPN No.1 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan.

Disimpulkan bahwa baik sengketa maupun konflik pertanahan secara suibtansi terjadi perbedaan atau perselisihan antara dua pihak atau lebih terhadap sumber daya tanah. Berdasarkan dimensi dampak, konflik memiliki dampak yang lebih luas bila dibandingkan dengan istilah

5 Sumardji. “dasar dan Ruang Lingkup wewenang dalam Hak Pengelolaan” Majalah Yuridika, Vol. 21, No.3, Mei 2006, hal 246

6 Husein Alting, “Konflik Penguasaan Tanah di Maluku Utara: Rakyat Versus Penguasa dan Pengusaha”, Jurnal dinamika Hukum, Vol.13, No. 2, Mei 2013, hal 269

sengketa. Konflik pertanahan yang sudah dan sedang berlangsung dan mungkin tetap akan berlangsung bila tidak dicairkan jalan keluarnya yang obyektif, maka akan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas dan diselesaikan dalam konteks penyelengaraan ke depan.6

Menurut Mudjono, Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya sengketa tanah. Pertama, peraturan yang belum lengkap; Kedua, ketidaksesuian peraturan;ketiga, pejabat pertanahan yang kurang tanggap terhadap kebutuhan dan jumlah tanah yang tersedia;

keempat, data yang kurang akurat dan kurang lengkap;kelima, data tanah yang keliru;keeenam, keterbatasan sumber daya manusia yang bertugas menyelesaikan sengketa tanah; ketujuh, transaksi tanah yang keliru; dan kedelapan, adanya penyelesaiaan dari instansi lain, sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan7.

Sengketa merupakan kelanjutan dari adanya masalah. Sebuah masalah akan berubah menjadi sengketa bila masalah tersebut tidak dapat diselesaikan.8Mediasi merupakan cara penyelesaian yang sangat diharapkan untuk dapat menyelesaikan sengketa secara adil. Hal ini disebabkan karena proses mediasi merupakan musyawarah antar para pihak yang bersengketa, sehingga jika mediasi membuahkan hasil, hasilnya adalah win-win solutions, sehingga para pihak puas dengan hasil musyawarah

Aparatur pertanahan baik pusat maupun didaerah dituntut secara aktif untuk menyelesaikan sengketa dan konflik pertanahan melalui mediasi sebagai prioritas utama dengan

7 Mudjono, “alternatif Penyelesaiaan Sengketa Pertanahan Di Indonesia melalui Revitalisasi Fungsi Badan Peradilan”, Jurnal Hukum, Vol.14 No. 3, 14 Juli 2007, Yogyakarta: FH UII, hal 464

8 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaiaan Sengketa Di Luar Pengadilan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hal 2

(4)

15 | V o l . 4 | N o . 1 | 2 0 2 2

mengedepankan netralitas Badan Pertanahan Nasional sebagai mediator.

Sebagai instansi vertikal yang berada di bawah naungan dan bertanggung jawab langsung kepada menteri melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, menggunakan bentuk penyelesaian sengketa pertanahan dengan proses mediasi yang sudah dilaksanakan kurang lebih 6 tahun belakangan ini. Bahwa gelar mediasi ini dilaksanakan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan.

Penyelesaian sengketa tanah melalui jalur mediasi di Kantor Pertanahan ini ditangani oleh Subseksi Sengketa, Konflik dan Perkara yang berada di pengkoordinasian Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan.

Subseksi Penangan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan ini mempunyai tugas yaitu melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, pelaksanaan pencegahan, penanganan dan penyelesaian sengketa/konflik dan perkara pertanahan, serta analisis dan penyiapan usulan pembatalan hak atas tanah berdasarkan putusan pengadilan atau hasil perdamaian, serta evaluasi dan pelaporan, sebagaimana yang telah dimaksud dalam pasal 56 (a) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/

Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 38 tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.

Salah satu tugas dari Subseksi Sengketa, Konflik dan Perkara yang disebutkan sebelumnya yaitu penanganan dan penyelesaian sengketa/konflik dan perkara pertanahan, maka dalam hal penyelesaian sengketa pertanahan dilakukan oleh subseksi tersebut. Penyelesaian

sengketa ini Subseksi Sengketa, Konflik Dan Perkara ini berperan sebagai mediator. Mediator di Kantor Pertanahan Kota Medan adalah pejabat struktur di Kantor Pertanahan atau mediator yang sudah bersertifikat. Mediasi yang dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kota Medan dilaksanakan oleh pejabat/pegawai yang ditunjuk dengan surat tugas/surat perintah dari Kepala Kantor Pertanahan.

Penanganan sengketa pertanahan melalui jalur mediasi oleh Badan Pertanahan Nasional didasarkan pada dua prinsip utama, yaitu :

1. Kebenaran - kebenaran formal dari fakta - fakta yang mendasari permasalahan yang bersangkutan.

2. Keinginan yang bebas dari pihak yang bersengketa terhadap objek yang disengketakan.

Sebagai mediator, seksi ini mempunyai peran sebagai pihak ketiga yang tidak memihak kepada para pihak yang bersengketa dan membantu para pihak dalam memahami pandangan masing - masing dan membantu hal - hal yang dianggap penting bagi mereka.

Penyelesaian sengketa pertanahan ini, Kantor Pertanahan sebagai mediator sangat berperan mulai sebelum dilakukannya perundingan dan pasca perundingan dengan para pihak yang bersengketa. Peran mediator pada saat mediasi yaitu memimpin diskusi, memelihara atau menjaga aturan - aturan perundangan, mendorong para pihak untuk menyampaikan masalah dan kepentingan secara terbuka, mendorong para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan pertarungan yang harus dimenangkan tetapi diselesaikan, mendengar, mencatat dan mengajukan pertanyaan, membantu para pihak mencapai titik temu.

(5)

16 | V o l . 4 | N o . 1 | 2 0 2 2

Penyelesaiaan sengketa pertanahan ini, Kantor pertanahan mempunyai tipe mediator yaitu mediator authoritative. Ada beberapa tipologi mediator yaitu:9

1. Mediator Hubungan Sosial (social Network) Mediator ini berperan dalam sebuah sengketa atas dasar adanya hubunngan sosial antara mediator dan para pihak yang bersengketa, misalnya apabila terjadinya sengketa antara rekan kerja dan teman usaha. Tipe mediator hubungan sosial ini sering ditemui dalam masyarakat, alim ulama. Orang-orang tersebut pada umunya memiliki wibawa atau karisma serta disegani oleh masyarakat setempat, semua nasehat atas perkataanya dipercaya atau dituruti oleh masyarakat sehingga kadangkala terselesainya konflik terlalu dilatarbelakangi adanya rasa segan atau bahkan rasa takut.

2. Mediator Autoriatif (Autoriatif mediators) Mediator ini berusaha membantu pihak - pihak yang bersengketa untuk menyelesaiakan perbedaan - perbedaan dan memiliki posisi yang kuat sehingga mereka memiliki potensi atau kapasitas untuk mempengaruhi hasil akhir dari sebuah proses mediasi. Mediator autoritatif dalam menjalankan perannya tidak menggunakan kewenangan atau pengaruhnya, karena didasari pada keyakinan atau pandangan bahwa pemecahan yang terbaik terhadap sebuah kasus bukanlah ditentukan oleh dirinya selaku pihak yang berpengaruh, melainkan harus dihasilkan oleh upaya pihak - pihak yang bersengketa.

9 Abdul Hakim, Penyelesaiaan Sengketa (alternatif Dispute Resolution) Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, hal 63-66

2.Prosedur peneyelesaian sengketa pertanahan melalui jalur mediasi di Kantor Pertanahan

Pelaksanaan mediasi di Kantor Pertanahan setiap permasalahan yang masuk semuanya harus dengan prosedur atau proses yang sudah ditetapkan oleh Kantor Pertanahan. Proses tersebut diharapkan semua sengketa yang masuk dibagian sengketa, konflik dan perkara pertanahan dapat terselesaikan dengan baik dan dapat memuaskan semua pihak yang bersengketa. Kantor Pertanahan Kota Medan menetapkan proses yang harus dilalui oleh semua pihak yang akan menggunakan mediasi dalam penyelesaian sengketa pertanahan.

Melalui Keputusan Kepala BPN RI Nomor 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penangan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan Nomor 05/JUKNIS/D.V/2007 tentang Tahapan Mediasi jo PERMEN Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan. Adapun prosedur atau proses mediasi yang ada di Kantor Pertanahan Kota Medan yaitu dilakukannya:

a. Pengaduan

Pengaduan yang disampaikan ke Kantor Pertanahan Kota Medan dapat berupa pengaduan secara tertulis, melalui loket pengaduan, kotak surat, atau website kementrian. Pengaduan tersebut harus dilampiri dengan fotokopi identitas pengadu, fotokopi penerima kuasa dan surat kuasa apabila dikuasakan, serta data pendukung atau bukti - bukti yang terkait dengan pengaduan.

Pengaduan ini paling sedikit memuat identitas pengadu dan uraian singkat kasus.

Setelah pengaduan diterima oleh petugas yang bertanggung jawab dalam menangani pengaduan, maka petugas melakukan pemeriksa berkas

(6)

17 | V o l . 4 | N o . 1 | 2 0 2 2

pengaduan tersebut. Pengaduan yang telah memenuhi syarat diterima langsung melalui loket pengaduan maka kepada pihak pengadu akan diberikan surat tanda penerimaan pengaduan.

Pengaduan tersebut diregister dalam buku register induk selanjutnya diserahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan untuk mendisposisi kepada Kepala Subseksi Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara untuk mempelajari kelengkapan administrasi atas pengaduan yang dimaksud.

b. Menelaah

Pengaduan yang telah diadministrasikan maka selanjutnya ditangani oleh pejabat yang bertanggung jawab dalam menangani sengketa, konflik dan perkara pada Kantor Pertanahan Kota Medan. Subseksi Penangan Sengketa, Konflik dan Perkara selanjutnya melakukan pengumpulan data.

Adapun data yang dikumpulkan yaitu berupa a) Data fisik data yuridis

b) Putusan peradilan, berita acara pemeriksaan dari Kepolisian Negara RI, Kejaksaan RI, Komisi Pemberantas Korupsi atau dokumen lainnya yang dikeluarkan oleh lembaga/instansi penegak hukum

c) Data yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh pejabat yang berwenang;

d) Data lainnya yang terkait dan dapat mempengaruhi serta memperjelas duduk persoalan sengketa dan konflik dan/atau;

e) Keterangan Saksi

Setelah pelaksanaan kegiatan pengumpulan data tersebut dikumpulkan pejabat yang bertanggung jawab dalam menangani sengketa, konflik dan perkara melakukan analisis.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaduan tersebut merupakan kewenangan

kementrian atau bukan kewenangan kementrian.

Sengketa atau konflik yang menjadi kewenangan kemetrian yaitu meliputi:

1) Kesalahan prosedur dalam proses pengukuran pemetaan dan/atau perhitungan luas;

2) Kesalahan prosedur dalam proses pendaftaran penegasan dan/atau pengakuan hak atas tanah bekas milik adat;

3) Kesalahan prosedur dalam proses penetapan dan/atau pendaftaran hak tanah;

4) Kesalahan prosedur dalam proses penetapan tanah terlantar;

5) Tumpang tindih hak atau sertifikat hak atas tanah yang salah satu alas haknya jelas terdapat kesalahan;

6) Kesalahan prosedur dalam proses pemeliharaan data pendaftaran tanah;

7) Kesalahan prosedur dalam proses penerbitan sertifikat pengganti;

8) Kesalahan dalam memberikan informasi data pertanahan;

9) Kesalahan prosedur dalam proses pemberian izin;

10) Penyalahgunaan pemanfaatan ruang;atau 11) Kesalahan lain dalam penerapan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis tersebut pejabat yang bertanggung jawab dalam mengani sengketa, konflik dan perkara melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui pokok masalah, penyebab terjadinya, potensi dampak, alternatif penyelesaian dan rekomendasi penyelesaian sengketa atau konflik. Melakasanakan pengkajian dilakukan pemeriksaan lapangan. Pengkajian ini dilakukan terhadap kronologi sengketa atau konflik dan data yuridis, data fisik dan data pendukung lainnya.

(7)

18 | V o l . 4 | N o . 1 | 2 0 2 2

Setelah menerima hasil pengumpulan data dan hasil analisis Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan memerintahkan pejabat yang bertanggungjawab dalam menangani sengketa, konflik dan perkara untuk menindaklanjuti proses penyelesaian

c. Pemanggilan

Selanjutnya pemanggilan para pihak yang bersengketa untuk melakukan proses mediasi yang akan dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kota Medan. Pemanggilan para pihak dilakukan dengan mengirim undangan kepada para pihak.

Jika salah satu pihak menolak untuk dilakukannya mediasi atau mediasi batal karena sudah 3 (tiga) kali tidak memenuhi undangan atau telah melampaui waktu 30 hari, maka Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan membuat surat pemberitahuan kepada pihak pengadu bahwa pengaduan atau mediasi telah selesai disertai dengan penjelasan

d. Upaya mediasi

Apabila para pihak bersedia melalukan mediasi maka mediasi dilaksanakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat bagi kebaikan semua pihak.

e. Negoisasi Akhir

Para pihak melakukan negosiasi final yaitu klarifikasi ketegasan mengenai opsi - opsi yang telah disepakati bagi penyelesaian sengketa dimaksud. Hasil dari tahap ini adalah putusan penyelesian sengketa yang merupakan kesepakatan para pihak yang bersengketa.

Kesepakatan tersebut pada pokoknya berisi opsi yang diterima, hak dan kewajiban para pihak.

f. Kesepakatan

Setiap kegiatan mediasi dituangkan dalam Berita Acara Mediasi. Kesepakatan para pihak dituangkan dalam perjanjian tertulis, dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Jika para pihak diwakili kuasa hukum harus ada pernyataan tertulis dari para pihak yang berisi persetujuan atas kesepakatan tersebut.

Kesepakatan perdamaian dapat dikuatkan dengan akta perdamaian sehingga mempunyai kekuatan hukum mengikat para pihak. Akta perdamaian ini dibuat dihadapan notaris.

Perjanjian perdamaian didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat sehingga mempunyai kekuatan hukum mengikat.93 Setiap mediasi perlu dibuat laporan hasil mediasi yang berlangsung.Jika pada proses mediasi yang telah dilakukan tidak mencapai kata sepakat, maka para pihak mempunyai dan diberikan hak untuk mengajukan permasalahan sengketa tersebut kemuka pengadilan.

D. PENUTUP

Berdasarkan uraian dan analisa yang dilakukan maka penulis menarik kesimpulan sebagi berikut

1. Peranan Kantor Pertanahan dalam menyelesaikan sengketa pertanahan melalui jalur mediasi adalah sebagai mediator. Adapun peranan sebagai mediator pada saat mediasi yaitu memimpin diskusi, memelihara atau menjaga aturan-aturan perundangan, mendorong para pihak untuk menyampaikan masalah dan kepentingan secara terbuka, mendorong para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan pertarungan yang harus dimenangkan tetapi diselesaikan, mendengar, mencatat dan mengajukan pertanyaan, membantu para pihak mencapai titik temu.

(8)

19 | V o l . 4 | N o . 1 | 2 0 2 2

Dalam menyelesaikan sengketa pertanahan melalui jalur mediasi ini tipe mediatornya yaitu mediator Authoritative. Tipe mediator authoritative ini hanya berusaha membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaiakan perbedaan-perbedaan dan memiliki posisi yang kuat sehingga mereka memiliki potensi atau kapasitas untuk mempengaruhi hasil akhir sebuah proses mediasi

2. Prosedur dalam penyelesaian sengketa pertanahan melalui jalur mediasi yaitu adanya pengaduan oleh para pihak yang bersengketa ke Kantor Pertanahan Selanjutnya pengaduan diserahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan untuk mendisposisi kepada Kepala Seksi Penanganan Konflik Sengketa dan Perkara untuk mempelajari kelengkapan administrasi atas pengaduan yang dimaksud. Selanjutnya pengaduan tersebut ditangani oleh subseksi penangan sengketa, konflik dan perkara dengan melakukan pengumpulan data, analisis, dan pengkajian pengaduan tersebut.

Lalu dilakukan pemanggilan para pihak yang bersengketa untuk melakukan proses mediasi.

Pada tahap memulai mediasi mediator melakukan hubungan personal antar para pihak untuk menghambat perselisihan antar para pihak, mencairkan suasana diantara para pihak dan menjelaskan peran mediator.

3. Selanjutnya dilakukannya klarifikasi para pihak. Setelah itu menyamakan pemahaman antar para pihak yang bersengketa dan menetapkan agenda musyawarah. Selanjutnya dilakukan pemecahan/pemetaan masalah antar para pihak yang bersengketa. Negosiasi akhir untuk menentukan putusan penyelesaian sengketa yang merupakan kesepakatan para pihak yang bersengketa. Kesepakatan para

pihak. Jika para pihak mencapai kata sepakat maka dituangkan dalam perjanjian tertulis, sedangkan yang tidak mencapai kata sepakat maka para pihak mempunyai hak untuk menngajukan permasalahan sengketa tersebut ke pengadilan

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdul Hakim, 2010 Penyelesaiaan Sengketa (alternatif Dispute Resolution) Bandung:

Citra Aditya Bakti

Abdurrahman, Kedudukan Hukum adat dalam Perundang-Undangan Agraria Indonesia, Jakarta: Akademik Persindo, 1992

Darwin Ginting, 2010. Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah Bidang Agribisnis, Bogor: Ghalia Indonesia

Felix MT. 2002. Sitorus, Lingkup Agraria dalam Menuju Keadilan Agraria, Bandung:Yayasan Akatiga:2002

Rachmadi Usman, 2003 Pilihan Pemnyelesaiaan Sengketa Di Luar Pengadilan, Bandung: Citra Aditya Bakti

Jurnal

Husein Alting, “Konflik Penguasaan Tanah di Maluku Utara: Rakyat Versus Penguasa dan Pengusaha”, Jurnal dinamika Hukum, Vol.13, No. 2, Mei 2013

Pahlefi, Analisis Bentuk-Bentuk Sengketa Hukum atas Tanah Manurut Peraturan Perundang- Undangan di Bidang Agraria, “Majalah Hukum Forum Akademika, Vol.25, Maret 2014

Mudjono, “alternatif Penyelesaiaan Sengketa Pertanahan Di Indonesia melalui Revitalisasi Fungsi Badan Peradilan”, Jurnal Hukum, Vol.14 No. 3, 14 Juli 2007

(9)

20 | V o l . 4 | N o . 1 | 2 0 2 2

Sumardji. “dasar dan Ruang Lingkup wewenang dalam Hak Pengelolaan” Majalah Yuridika, Vol. 21, No.3, Mei 200

Referensi

Dokumen terkait

Based on the facts, the Rapih Dhoho train has neglected the comfort, security, and safety factors so that it does not fulfill consumer rights in Article 4 point a UUPK and Article 4 of

Home > List of Issues > Table of Contents > Full Text Full Article Conservation Biology Volume 15 Issue 1 Page 4 - February 2001 Tropical Logging and Human Invasions Selective

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas larutan mikroorganisme lokal MOL dari TKKS secara aerob khususnya untuk mempelajari populasi dan karakteristik bakteri yang

Hasil Uji Signifikansi Simultan Uji F Df k-1;n-1  F-tabel F-statistik Prob Keterangan 3;156 0.05 2.66 675.5605 0.0000 H0 ditolak Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 10, 2022

Akibatnya akan terjadi keterlambatan dalam mendorong spindle valve yang akan menyebabkan munculnya suara yang tidak normal pada katup gas buang dikarenakan terjadi benturan antara

Dari keadaan yang seperti inilah menjadikan anak autis selalu dikenal sebagai anak yang selalu hidup dalam dunianya sendiri tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya, oleh karena itu

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sebuah penjelasan mengenai penerapan arsitektur hemat energi pada sebuah perpustakaan dan memberikan contoh pengaplikasian

Hasil dari picking gerak awal gelombang P, pada gempa Kalimantan Timur No Kode stasiun Polaritas P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 APSI BKB BKSI BNSI GTOI MPSI MRSI PMSI SGKI SPSI -1 -1 1 1