• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA TSUNAMI DI CALON TAPAK PLTN DAERAH PULAU RAKIT, KEC. PLAMPANG, SUMBAWA BESAR, NTB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA TSUNAMI DI CALON TAPAK PLTN DAERAH PULAU RAKIT, KEC. PLAMPANG, SUMBAWA BESAR, NTB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA TSUNAMI DI CALON TAPAK PLTN DAERAH PULAU RAKIT, KEC. PLAMPANG, SUMBAWA BESAR,

NTB

Hadi Suntoko1, Totok Yatimantoro2, Heni Susiati1,Sunarko1

1 Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

2 Pusat Kajian Peringatan Dini Tsunami, BMKG, Jl. Antariksa, Jakarta Pusat, 12710 email: [email protected]

ABSTRAK

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA TSUNAMI DI CALON TAPAK PLTN DAERAH PULAU RAKIT, KEC. PLAMPANG, SUMBAWA BESAR, NTB. Pulau Rakit, Kec. Plampang, NBT merupakan calon tapak PLTN yang memiliki rawan bencana, salah satunya adalah gempa bumi yang dapat dipicu oleh aktifnya sesar Flores. Tahun 2018 sesar tersebut aktif yang sumber gempanya berada di Lombok Utara, menyebabkan ratusan orang meninggal dan ribuan rumah rusak berat. Faktor yang mengakibatkan kerusakan gempabumi antara lain besarnya energi, episenter, lama getaran, kondisi tanah dan model bangunan. Gempa besar dapat menjadi parameter untuk dilakukan kajian yang komperhensif penyebab terjadinya tsunami di daerah penelitian, melalui pemodelan tsunami yang menghasilkan banjir pantai di calon tapak PLTN. Potensi tsunami dapat diidentifikasi adanya sesar aktiv, magnitude, kedalaman gempa, batimetri atau topografi. Tujuan penelitian ini mengenali potensi bahaya genangan air akibat tsunami dengan memodelkan banjir pantai. Metode yang digunakan adalah estimasi dampak perambatan banjir pantai menggunakan pemodelan numerik, sesuai tahapan pemilihan tapak. Asumsi yang digunakan adalah penyebaraan gelombang tsunami yang menjalar dalam bentuk gelombang panjang, partikel air yang tidak memiliki percepatan vertikal dan tekanan air. Hasil yang diperoleh menujukkan bahwa tsunami yang mencapai Pulau Rakit tertinggi berada di sebelah pantai timur sedangkan pantai sebelah selatan dan utara menunjukkan genangan air yang relatif rendah 0 - 1 m.

Kata kunci: sesar, tsunami, gempabumi.

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF TSUNAMI HAZARD POTENTIALS IN CANDIDATE OF NPP SITE IN RAKIT ISLAND, KEC. PLAMPANG, SUMBAWA BESAR, NTB. Rakit Island, Kec. Plampang, NBT is a candidate site for nuclear power plants that is prone to disasters, one of which is an earthquake that can be triggered by the active Flores fault. In 2018 the fault was active, the source of the earthquake was in North Lombok, causing hundreds of deaths and thousands of homes severely damaged. Factors that cause earthquake damage include the amount of energy, epicenter, duration of vibration, soil conditions and building models. Large earthquakes can be a parameter for a comprehensive study of the causes of tsunamis in the study area, through modeling tsunamis that produce coastal flooding in the prospective nuclear power plant site. Potential tsunamis can be identified by active faults, magnitude, earthquake depth, bathymetry or topography. The purpose of this study is to recognize the potential danger of standing water due to the tsunami by modeling coastal flooding. The method used is the estimated impact of coastal flood propagation using numerical modeling, according to the stage of site selection. The assumption used is the distribution of tsunami waves that spread in the form of long waves, water particles that do not have vertical acceleration and water pressure. The results obtained show that the tsunami that reached the highest Rakit Island was on the east coast while the south and north coast showed relatively low standing water 0-1 m.

Keyword: fault, tsunami, earthquake.

PENDAHULUAN

Daerah-daerah interes yang direkomendasikan untuk tapak PLTN adalah hasil tahap awal dalam pemilihan tapak yang belum mempertimbangkan secara detail aspek oseanografi.

Aspek oseanografi merupakan aspek keselamatan tapak yang mempertimbangkan potensi banjir pantai, baik berasal dari tsunami, eustasi maupun banjir pantai akibat pasang surut yang dapat mempengaruhi kelayakan tapak PLTN [1]. Pulau Rakit, berlokasi di Kecamatan

(2)

Plampang, Sumbawa Besar, NTB menjadi fokus penelitian dalam tahap pemilihan tapak sebelumnya dan memiliki potensi bahaya tsunami. Tata letak Pulau Rakit berada di teluk Saleh/Samota dan diapit oleh dua sesar besar menjadikan daerah tersebut memiliki rawan bencana, salah satunya bencana tsunami. Tsunami dapat dapat dipicu oleh sesar aktif Flores maupun tektonik akibat subduksi megathust. Tahun 2018 sesar Flores aktif bergerak menghasilkan M 7.6 skala Richter yang sumber gempanya berada di daratan Lombok Utara, menyebabkan ratusan orang meninggal dan ribuan rumah rusak berat, namun tidak menyebabkan tsunami [2].

Tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif seperti terjadinya gempa bumi, erupsi vulkanik, atau oleh land-slide (longsoran) [3]. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersifat kontinyu, seperti gelombang laut yang ditimbulkan oleh gaya gesek angin atau gelombang pasang surut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa. Periode gelombang tsunami berkisar antara 10-60 menit yang mempunyai panjang gelombang besar hingga mencapai 100 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami di laut mencapai 500-1000 km/jam dan tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer [4].

Kajian Nasional Bahaya Tsunami Indonesia (Horspool et al., 2013), wilayah dengan peluang terbesar mengalami peringatan tsunami besar (tsunami >3 meter) dalam kurun satu tahun sekali, salah satunya adalah Nusa Tenggara Barat yang semuanya memiliki peluang sebesar 2-10%. Nusa Tenggara Barat memiliki bahaya tsunami tertinggi dalam periode ulang 100 tahun dan dapat mencapai ketinggian antara 5-10 meter dalam periode waktu tersebut [5].

Menurut Sutowijoyo (2005), apabila memperhatikan pusat-pusat gempa yang umumnya berada di Samudera Hindia dengan kedalaman pusat gempa 0-99 km (termasuk gempa dangkal hingga sedang) dan frekuensi gempa besar yang cukup sering, maka terdapat kemungkinan daerah sekitar wilayah pantai Selatan dan Utara NTB terlanda tsunami [6]. Zona subduksi Selatan akan menghujam zona sebelah Utara sehingga menimbulkan patahan yang disebut dengan patahan busur belakang. Kedua sumber tsunami ini sangat berbahaya, tsunami yang disebabkan oleh zona subduksi memerlukan waktu 30–50 menit menuju pantai selatan sedangkan sumber tsunmi disebelah utara. Tinggi rendaman gelombang tsunami semakin meningkat pada pantai yang berbentuk corong atau teluk. Teluk-teluk merupakan tempat yang paling potensial terjadi tsunami, karena tempat-tempat ini topografi garis pantai cenderung menyempit sehingga mengakibatkan akumulasi dan terkonsentrasinya energi gelombang tsunami. Kalau di tengah lautan tinggi gelombang tsunami paling besar sekitar 5 m, pada saat mencapai pantai tinggi gelombang dapat mencapai puluhan meter. Karena terjadi penumpukan massa air, maka pada saat mencapai pantai, tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai [7].

Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya banjir yang disebabkan oleh tsunami. Secara umum pemicu tsunami akibat patahan atau sesar dan sangat mungkin terjadi di NTB yang dikenal rawan bencana gempa oleh akibat sesar aktif di sekitar laut NTB.

Metode yang digunakan adalah diskripsi parameter dan pemodelan penjalaran tsunami menggunakan software Tunami di sekitar pantai Samota (Saleh Mojo Tambora),terutama di Pulau Rakit. Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan kelayakan tapak dari aspek keselamatan tapak yang disebabkan oleh kejadian eksternal (external events).

TEORI

Teori Dasar Tsunami

Istilah “tsunami” berasal dari bahasa Jepang, yaitu dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti ombak [8]. Oleh karena itu, secara sederhana tsunami dapat diartikan sebagai gelombang yang menghantam pelabuhan. Tsunami umumnya dibangkitkan oleh gangguan impulsif pada medium laut yang berasal dari dasar laut seperti gempabumi tektonik, longsoran bawah laut, erupsi vulkanik dan yang lainnya. Meskipun demikian, gempabumi tektonik merupakan penyebab dominan terjadinya tsunami [9].

Tsunami bergerak keluar dari daerah pembangkitannya dalam bentuk serangkaian gelombang perairan dangkal (shallow water wave)dengan panjang gelombang dapat mencapai ratusan kilometer dengan amplitudo gelombang relatif kecil (± 1 meter) ketikaberada di perairan dalam [10]. Gelombang ini memiliki kecepatan (wave speed) yang dipengaruhi oleh kedalaman laut (depth) dan percepatan gravitasi bumi. Ketika gelombang tsunami berada di perairan dalam dan diasumsikan sebagai gelombang sinusoidal linier, makahubungan antara kecepatan gelombang tsunami dan kedalaman laut dapat ditunjukkan

(3)

oleh persamaan (1) berikut [11]:

𝑣𝑣 = (𝑔𝑔𝑔𝑔)

0.5 (1) v = kecepatan gelombang (wave speed) tsunami (m s-1)

g = percepatan gravitasi (9.81 m s-2) d = kedalaman laut (m)

Kecepatan gelombang tsunami akan mengalami perlambatan dan amplitudonya akan mengalami peningkatan secara dramatisketika memasuki perairan dangkal dekat pantai (Gambar 1). Hal ini disebabkan adanya prinsip kekekalan energi gelombang yang dipengaruhi oleh kecepatan dan ketinggian gelombang. Tinggi gelombang di perairan dalam yang sebelumnya hanya ± 1 meter, akan bertambah tinggi hingga dapat mencapai ± 30 meter di perairan dangkal dan pesisir pantai.

Gambar 1. Hubungan antara kecepatan dan panjang gelombang tsunami terhadap kedalaman laut (inatews.bmkg.go.id, 2014) [11]

Deformasi dasar laut yang dapat membangkitkan tsunami adalah deformasi arah vertikal (sesar naik atau sesar turun). Pergerakan vertikal lantai samudra naik (uplift) atau turun dengan cepat sebagai respon dari gempabumi, maka akan menaikkan dan menurunkan air laut dalam skala besar. Karakteristik gempa tektonik yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami adalah gempa tektonik di zona subduksi.

D A M

o

= µ ⋅ ⋅

(2) Mo= momen seismik (Nm)

μ = rigiditas (tingkat kekakuan benda, semain keras bendanya maka energi yang diperlukan untuk menggerakannya semakin besar, artinya momen seismiknya semakin besar ( 3 x 1010 Nm-2)

A = luas bidang sesar (m2) D= deformasi atau dislokasi (m)

Gempa harus mempunyai momen seismik yang besar dengan posisi hiposenter dangkal sebagai syarat untuk dapat menghasilkan deformasi di dasar laut. Momen seismik digunakan untuk menghitung jumlah energi yang dilepaskan oleh gempa dengan memperhitungkan perpindahan yang terjadi dalamslip di sepanjang sesar (fault). Hubungan antara momen seismik dan deformasi dirumuskan sebagai berikut [9].

Parameter sesar (fault) yang berhubungan dengan deformasi bawah permukaan dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2 berikut.

(4)

Gambar 2. Parameter fault break [12]

Pemodelan Numerik Penjalaran Tsunami

Simulasi tsunami umumnya digunakan untuk penilaian potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Estimasi dampak perambatan tsunami dapat dikuantifikasi menggunakan pemodelan numerik. Asumsi yang digunakan dalam pemodelan numerik ini adalah gelombang tsunami menjalar dalam bentuk gelombang panjang (ketinggian gelombang jauh lebih kecil dibandingkan dengan panjang gelombang), partikel air tidak memiliki percepatan vertikal dan tekanan air sama dengan tekanan akibat gaya gravitasi. Beberapa persamaan dasar dan pendekatan yang digunakan untuk memodelkan tsunami, antara lain sebagai berikut ini [13].

Kondisi Kestabilan dan Konsistensi

Persamaan penjalaran gelombang tsunami diselesaikan menggunakan metode beda hingga (finite different) berdasarkan ekspansi deret Taylor. Skema numerik yang diaplikasikan pada persamaan dasar penjalaran gelombang tsunami memerlukan kondisi kestabilan agar dapat diperoleh solusinya. Penggunaan skema numerik yang stabil dapat mencegah perkembangan kesalahan dari berbagai penyebab (seperti pembulatan, pemotongan jumlah digit angka) seiring dengan berjalannya tahapan proses perhitungan [12]. Kondisi kestabilan ini dapat dicapai dengan memperhatikan persyaratan sesuai dengan perumusan berikut.

2gh

max

t 〈 ∆ x

(3)

Δt = langkah waktu (s) g = percepatan gravitasi (9.8 ms-2) Δx = ukuran grid dalam arah x (m) hmax = kedalaman maksimum batimetri(m) Konsistensi merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam memodelkan tsunami secara numerik. Solusi numerik dikatakan konvergen jika pendekatan yang digunakan stabil dan konsisten. Konsistensi ini berkaitan dengan sejauh mana persamaan beda hingga (finite different) yang digunakan menghasilkan solusi yang mendekati persamaan diferensial parsialnya (Partial Differential Equation). Pendekatan beda hingga yang digunakan dikatakan konsisten jika kesalahan akibat pemotongan jumlah digit angka dapat dihilangkan melalui peningkatan resolusi grid [12].

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah pemodelan penjalaran tsunami dengan menggunakan bantuan software TUNAMI (Tohoku University’s Numerical Analysis Model for Investigation of Tsunami) yang dimodifikasi, merupakan program simulasi untuk

Keterangan :

H = kedalaman gempa θ = strike

δ = dip λ = slip D = dislokasi W = lebar sesar L = panjang sesar

(5)

pemodelan tsunami yang bersifat numerik dengan teori linear di laut dalam dan teori perairan dangkal di daratan serta memiliki panjang grid yang konstan di seluruh wilayah [14].

Parameter yang digunakan adalah batimetri, topografi, sumber pembangkit (tektonik) dan software. Pemetaan batrimetri digunakan bantuan software GMT (Generic Mapping Tool) berbasis LINUX atau dengan program Windows melalui terminal CYGWIN dan GSVIEW.

Output dari software TUNAMI berupa run up dan waktu tiba tsunami di titik terdampak. Daerah yang diteliti adalah pesisir pantai Provinsi NTB khususnya wilayah Pulau Rakit Kecamatan Plampang, Sumbawa Besar yang memiliki data permukaan cukup lengkap. Data batimetri yang digunakan dalam penelitian ini adalah data GEBCO 30 arcsec, sedangkan untuk topografi menggunakan data SRTM 1 arcsec. Hasil pemodelan tsunami digunakan untuk penentuan ketinggian banjir pantai/tsunami yang terjadi di P. Rakit dan sekitarnya.

Secara umum tsunami dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab dan jarak sumber pemicunya [5,15]. Berdasarkan penyebabnya, tsunami diklasifikasikan sebagai tsunami seismik jika disebabkan oleh gempa tektonik bawah laut (ocean bottom landslide) dan tsunami non-seismik jika disebabkan oleh tanah longsor bawah laut (submarine landslide), letusan gunung berapi, jatuhnya meteor, dan penyebab lainnya [5]. Sedangkan berdasarkan pemicunya, tsunami dapat terjadi dari dua sumber gempa yaitu tsunami lokal dan tsunami jarak jauh. Tsunami lokal merupakan tsunami yang terjadiakibat gempabumi tektonik di laut yang memiliki pusat gempa dengan jarak ,< 100 km dari daerah bencana tsunami (IOC, 2006), terjadi dalam kurun waktu 5-40 menit setelah gempa utama [3]. Tenggang waktu antara saat terjadinya gempa utama dan waktu tiba gelombang tsunami di pantai ini dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik gempa yang sedang terjadi. Selanjutnya dapat diketahui apakah gempa berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak. Umumnya, tsunami terjadi di Indonesia merupakan tsunami lokal. Karena sistem informasi yang ada di Indonesia masih belum cukup memadai, maka gelombang tsunami biasanya telah menyapu pantai sebelum informasi kejadian tsunami sampai ke masyarakat. Hal ini menyebabkan Indonesia belum dapat memaksimalkan sistem peringatan dini tsunami (Tsunami Early Warning System) [3].

Tsunami jarak jauh (far field tsunami) tsunami yang terjadi akibat gempabumi tektonik di laut yang memiliki pusat gempa dengan jarak kurang ratusan hingga ribuan kilometer dari pantai (IOC, 2006). Waktu datang gelombang tsunami ini berada dalam kurun waktu beberapa jam hingga 24 jam setelah gempa utama.

Area sumber tsunami dianggap mengikuti bidang deformasi sesar (fault) gempabumi di dasar laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Dalam penampang rekaan sumber tsunami, perubahan awal muka air laut mengikuti pola gerakan bidang sesar (fault) karena panjang gelombang dasar samudra lebih besar daripada kedalaman diatasnya (Gambar 2). Prinsip ini diberikan pada model numerik tsunami sebagai nilai rekaan dari perambatan gelombang tsunami.

Pergerakan/deformasi tanah dasar laut yang membangkitkan tsunami banyak disebabkan oleh deformasi arah vertikal atau disebabkan oleh sesar naik/turun. Pergeseran seperti ini dimanifestasikan oleh komponen dip-slip, pergerakan vertikal lantai samudra naik (uplift) atau turun dengan cepat sebagai respon dari gempabumi, sehingga dapat menaikkan dan menurunkan air laut dalam skala besar, mulai dari lantai samudra sampai ke permukaan.

Gambar 3. (a). Pergerakan deformasi kerak samudra di dasar laut diikuti pergerakan

(6)

permukaan air laut berdasarkan teori elastisitas Okada (JMA, 2007), (b).

Bentuk pergerakan sumber tsunami di dasar laut mengikuti deformasi bidang sesar (Satake, 2006).

Gambar 4. Lokasi pantai yang digunakan untuk penjalaran pemodelan tsunami Secara umum deformasi di dasar laut itu terjadi jika ada kejadian gempa besar dengan posisi hiposenter dangkal dan menghasilkan momen seismik. Momen seismik digunakan untuk menghitung jumlah energi yang dilepaskan oleh gempa dengan memperhitungkan perpindahan yang terjadi dalam slip di sepanjang sesar (fault).

Keberterimaan potensi bahaya tsunami dari pemodelan tsunami di calon tapak PLTN adalah ada tidaknya genangan air atau banjir pantai yang mencapai ke daratan hingga ketinggian lebih dari 1 meter. Jika ada maka akan dipertimbangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daerah terdampak tsunami di NTB berdasarkan simulasi pemodelan tsunami dari sumber gempa megatrust berada di pantai selatan NTB berjarak 150 km dari subduksi.

Sedangkan di pantai Utara NTB dampak tersebut dapat dirasakan di pantai Sumbawa Barat bagian utara, Sumbawa Besar dan zona wisata laut Samota. Daerah telitian berada di kawasan Samota, teluk Salehsehingga dalam pemodelan tsunami memerlukan data batrimetri/topografi di kawasan Samota. Jarak sumber gempa/sesar Flores dengan P. Rakit atau kawasan Samota berkisar antara 50 km. Geomotri sumber gempa Flores dapat dilihat di Tabel 1. Dampak bencana tsunami yang paling terasa adalah daerah daerah yang berpenduduk padat, terutama di daerah-daerah pinggir pantai, yang memiliki tingkat kerentanan terhadap resiko tsunami. Daerah-daerah tersebut meliputi seluruh kawasan Pulau Sumbawa meliputi kota-kota kecamatan di pesisir utara Pulau Sumbawa, Kecamatan Hu’u, Sape, Sanggar, kawasan Teluk Bima. Sedangkan kawasan teluk Samota meliputi Kecamatan Plampang, Kempo, Sumbawa, Empang, Moyo Hilir, dan Lape Lapok (Gambar 4).

Identifikasi potensi bahaya tsunami difokuskan di P. Rakit atau Teluk Saleh, menggunakan data batrimetri berasal dari Gebco 30 daerah, kemudian data topografi berasal dari SRTM 1resolusi 30m daerah dengan tinggi kontur maksimum 175 m dari permukaan laut.

Menggunakan software TUNAMI berbasis LINUX, menghasilkan nilai tertinggi adalah 1.86 m.

Nilai tersebut berada di tide 5 yaitu sebelah pantai tenggara P. Rakit (Gambar 5). Tide 5 merupakan nama lokasi dalam pembagian pemodelan tsunami yang dapat diketahui ketinggian airnya.

(7)

Tabel 1. Geometri Patahan Pembangkit Tsunami

Gambar 5. Peta penyebaran patahan aktif flores di Sumbawa, NTB

Sumber Gempabumi, luasan dan sumber gempa/patahan, dihitung berdasarkan Scalling Law Wells & Coppersmith (1994) yang kemudian dimodifikasi. Gempa tersebut menurut katalog gempa BMKG pernah terjadi dengan magnitude yang cukup besar dan terakhir Agustus 2018 skala 7.8 Richter dan tidak menghasilkan tsunami. Seacara umum tsunami terjadi jika sumber gempa terjadi di laut model sesarnya adalah sesar normal atau sesar naik, Gambar 5. Untuk pemodelan dalam penelitian ini digunakan sesar normal skala Richter M 8, kedalaman gempa dangkal. Sesar yang menjadi parameter pemodelan tsunami adalah sesar aktif Flores, secara geometri memiliki panjang 175 km, lebar 75 km dan kedalaman gempa 10 km, Tabel 1.

Parameter Fault_1

Fault origin Longitude (deg) 116.729 Fault origin Latitude (deg) -7.973

Strike (deg) 90

Dip (deg) 20

Slip angle 90

Slip (m) 10

Fault length(m) 175000

Fault width(m) 75000

Depth (m) 10000

(8)

Gambar 6. Data batimetri (Gebco 30)

Gambar 7. Data batimetri (Gebco 30) Gambar 8. Penjalaran air akibat tsunami Batrimetri yang menggambarkan kedalaman laut P Rakit dan sekitarnya digunakan sebagai parameter pemodelan tsunami, data tersebut berasal dari data Gebco 30. Melihat dari kedalaman laut, daerah terdalam di P Rakit berada di pantai timur laut, menunjukkan warna lebih tua dari kedalaman sekitarnya, Gambar 6. Sesuai dengan kedalamannya banjir pantai akan lebih tinggi dibanding pantai lainnya di sekitar tapak P. Rakit.

Hasil pemodelan tsunami menunjukkan tinggian air di pantai yang dapat terjadi di provinsi NTB dan sekitarnya. Penjalaran banjir pantai yang di modelkan dari software GMT (Generic Mapping Tool) yang merupakan softwareopen source berbasis LINUX. Output dari software TUNAMI yaitu berupa run up dan waktu tiba tsunami di titik terdampak. Tinggian air dapat dianalisis setiap titik tide yang terbagi menjadi 6 tide, tertinggi di tide 5 (Gambar 10).

(9)

Gambar 10. Hasil pemodelan tsunami di P. Rakit KESIMPULAN

Dari hasil pemodelan tsunami yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil bahwa gempabumi potensi tsunami bisa berdampak di Pulau Rakit, NTB, ketinggian tsunami di pesisir pantai Pulau Rakit bervariasi antara 1.11 m – 1.86 m. Inundasi terdapat di sebagian area di Pulau Rakit meskipun kecil, dimana yang terdampak paling luas di Pulau Rakit bagian selatan. Hal ini diakibatkan karena topografi yang lebih rendah di bagian selatan.

Data batimetri dan topografi sangat berpengaruh dalam penjalaran tsunami.

Diperlukan data kekasaran lahan untuk menentukan nilai Manning Coefficient untuk menghasilkan pemodelan tsunami yang lebih baik. Kecepatan tsunami akan menurun drastis saat nilai roughness cukup tinggi. Untuk itu sebaiknya dibuat kawasan hutan pantai (green belt) di area antara pantai dan lokasi tapak untuk meningkatkan roughness.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Alhamdulillah kehadapan Allah SWT, atas izinnya dapat menyelesaikan penelitian pemodelan tsunami, sesuai rencana. Hal ini semua berkat kerjasama yang baik, untuk itu kami menyampaikan terima kasih setinggi tingginya kepada Bapak Dr. Suparman Kapus PKSEN, dan Dr, Sunarko selaku Kabid KDT. Terima kasih juga kami sampaikan kepada narasumber Tatok Yatimantoro, SSi., Dipl Tsu., MMD, serta teman-teman yang telah mendukung penelitian ini hingga selesai.

DAFTAR PUSTAKA

[1] PKSEN, “Laporan Dokumen Pemetaan Potensi Tapak PLTN di Indonesia, studi kasus di NTB”, Dokumen laporan penelitian (tidak terpublikasi) tahap pra survei, Jakarta (2018).

[2] BMKG,”Laporan Pengamatan Gempa di Nusa Tenggara Barat”, Laporan pemantauan gempa, Jakarta, 2018.

[3] PUSPITO N. “Indonesia Memang Rawan Tsunami”. www.bppt.go.id, 2007.

[4] HORSPOOL, N., PRANANTYO, I., GRIFFIN J., LATIEF, H., NATAWIDJAYA, D., KONGKO, W.,THIO, H., “A Probabilistic Tsunami Hazard Assessment for Indonesia”.

Nat. Hazards Earth Syst. Sci., 14, 31053122. doi: 10.5194/nhess-14-3105-2014 [5] SUTOWIJOYO, ”Tsunami, Karakteristik dan Penyebabnya”. Website http://io.ppi-

jepang.org, 2005.

(10)

[6] TATOK YATIMANTORO dkk., “Analisis Potensi Rambatan Tsunami Di pantai Utara Desa Dulukapada dan Deme1 Kab. Gorontalo Utara Untuk Mitigasi Bencana Tsunami”, Laporan penelitian, 2018.

[7] SATAKE, KENJI, ”Tsunami and Earthquake,Geological Survey of Japan”, National Institute of Advance Industrial Science and Technology, IISEE (International Institute of Seismology and Earthquake Engineering), Tsukuba, Jepang, 2006.

[8] IOC. “Tsunami Glossary”. Intergovernmental Oceanographic Commission, UNESCO.

IOC Technical Series, 85, Paris, 2008.

[9] KANAMORI, H.,”Mechanism of tsunami earthquake”. Physics of the Earth and Planetary Interiors 6: 246-259. Japan,1972.

[10] BMKG.”Buku Pedoman Pelayanan Peringatan, Dini Tsunami” InaTEWS, Jakarta inatews.bmkg.go.id, 2014.

[11] IMAMURA, F.,YALCINER, AHMET CEVDET, OZYURT, GUILIZAR, “Revision, Tsunami Modelling Manual”, DCRC (Disaster Control Research Center), Tohoku University, Japan, April 2006.

[12] GOTO, C., OGAWA, Y., SHUTO, N., and IMAMURA, F. “Numerical Method of Tsunami Simulation With The Leap-Frog Scheme (IUGG/IOC Time Project)”. IOC Manual.

UNESCO, No. 35. Japan, 1997.

[13] YANAGISAWA, HIDEAKI ,”Numerical Simulation of Tsunami and its Application”.

Lecture Note. IISEE, Tsukuba, Japan [12]. JMA (Japan Meteorological Agency), March 2007 Edition, Draft of Manual on Operation Systems for Tsunami Warning Service Japan, 2012.

[14] LATIEF, H., PUSPITO, N. T., & IMAMURA, F..”Tsunami Catalog and Zones in Indonesia”. Journal of Natural Disaster Science, 22 (1), 25–43, Jakarta, 2000.

[15] BRYANT, EDWARD.”Tsunami The Underrated Hazard” (Second Edition). Springer–

Praxis Books In Geophysical Sciences. ISBN 978-3-540-74273-9 Springer Berlin Heidelberg New York, 2008.

DISKUSI/TANYA JAWAB : 1. PERTANYAAN :

Untuk masalah tsunami mengapa mengambil nilai 5m, padahal kejadian tsunami bisa dengan tinggi gelombang 7m.

JAWABAN :

Untuk 5m itu adalah posisi bangunan di atas p.a.i yang kemudian dianalisis tsunami hasilnya 1,9m (2m) sehingga masih layak untuk menjadi tapak potensial.

2. PERTANYAAN :

Material dari letusan gunung api (Tambora) apakah bisa dipertimbangkan dengan menggunakan analisis ini?

JAWABAN :

Sangat bisa dianalisis sejauh memang memungkinkan material turun ke laut, yang perlu diperhatikan adalah topografinya

Gambar

Gambar 1.   Hubungan antara kecepatan dan panjang gelombang tsunami terhadap  kedalaman laut (inatews.bmkg.go.id, 2014) [11]
Gambar 2. Parameter fault break [12]
Gambar 3.   (a). Pergerakan deformasi kerak samudra di dasar laut diikuti pergerakan
Gambar 4. Lokasi pantai yang digunakan untuk penjalaran pemodelan tsunami  Secara umum deformasi di dasar laut itu terjadi jika ada kejadian gempa besar  dengan posisi hiposenter dangkal dan menghasilkan momen seismik
+4

Referensi

Dokumen terkait