• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISIPLIN KEDOKTERAN DALAM MENCEGAH MALPRAKTEK MEDIS. Oleh: dr Ida Bagus Putu alit,spfm(k).dfm Departement Forensik dan Studi Mediko-legal FK UNUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DISIPLIN KEDOKTERAN DALAM MENCEGAH MALPRAKTEK MEDIS. Oleh: dr Ida Bagus Putu alit,spfm(k).dfm Departement Forensik dan Studi Mediko-legal FK UNUD"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DISIPLIN KEDOKTERAN DALAM MENCEGAH MALPRAKTEK MEDIS Oleh:

dr Ida Bagus Putu alit,SpFM(K).DFM

Departement Forensik dan Studi Mediko-legal FK UNUD

Disampaikan pada Seminar sehari “Tantangan Dokter di era Digital”IDI Cabang Denpasar Denpasar, 12 Oktober 2018

Pendahuluan

Disiplin merupakan bentuk kepatuhan profesi dokter terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Disiplin menjaga kewibawaan dan kehormatan profesi sehingga masyarakat penerima layanan kesehatan semakin yakin dan mempercayai profesi Dokter.

Dalam sebuah tulisannya, Justice Schaeffer menekankan:

A hospital is not an insurer of the patient’s recovery, but only owes the patient the duty to exercise such reasonable care as his known condition requires and that degree of care, skill and diligence used by hospitals generally in that community

Rumah sakit, dalam hal ini dokter tidak bisa menjanjikan kesembuhan pasien tetapi hanya menjajikan untuk memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien dengan standard pelayanan, ketrampilan dan disiplin profesi. Disiplin profesi menjadi salah satu hutang kepada masyarakat yang bersumber dari tanggung jawab moral profesi (moral responsibility).

Disiplin kedokteran menjadi salah satu unsur profesionalisme, seperti yang ditulis oleh William M Sullivan. Hubungan dokter dengan pasien adalah hubungan yang berdasarkan kepercayaan (fiduciary), pasien memberikan kepercayaan penuh kepada profesi dokter sebagai clinical privilege, sehingga dokter mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan standar tertinggi dari kompetensinya (Moral responsibility high standard of competence). Dalam memenuhi tanggung jawab moral tersebut profesi kedokteran mengatur profesi secara internal melaui self- credentialing dan self-licensing sebagai bentuk disiplin profesi.

Disiplin kedokteran memberikan kontribusi yang besar dalam mencegah terjadinya Malpraktek medis. Kalau dilihat dari unsur-unsur malpraktek, disiplin mencegah terjadinya pengabaian tanggung jawab profesi (dereliction of that duty) sehingga tidak terjadi kerugian pada pasien (damages). Demikian juga, disiplin profesi mencegah kejadian-kejadian yang tergolong Res Ipsa Loquitur Doctrine.

Kata kunci : Disiplin profesi – regulasi internal – malpraktek medis

(2)

Disiplin Kedokteran, Etika Kedokteran dan hukum

Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga norma yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, yaitu : norma Etika, norma Disiplin dan norma Hukum. Norma Etika mengatur Etika profesi sebagai Ethical of conduct. Disiplin profesi merupakan Professional conduct yang menjadi Standard Profesi kedokteran. Hukum adalah semua aturan hukum di bidang kesehatan. Ketiga norma ini saling berhubungan sehingga ada unsur-unsur yang merupakan gabungan dari masing- masing norma.

Disiplin profesi tidak bisa dilepaskan dari kompetensi, tanggung jawab dan prilaku yang harus ditunjukkan seorang dokter dalam menjalankan profesinya. Disiplin dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) diatur secara rinci dalam profesionalisme yaitu :

Seorang dokter wajib dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayanan secara berkompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Standar prilaku profesi (standard of professional conduct) dalam norma Disiplin, dijabarkan menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Altruism : menjalankan profesi untuk kepentingan orang banyak

2. Humanis : profesi berdasarkan rasa hormat, rasa kasih sayang, emphati, tindakan terhormat dan integritas.

3. Accountability : mengembangkan hubungan dokter pasien bersifat kontrak sosial dan menciptakan regulasi internal profesi

4. Excellence : pelayanan berdasarkan kompetensi, sesuai dengan prinsip-prinsip Etika Kedokteran, mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dan memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan

5. Competencies : kompetensi yang diaplikasikan disamping kompetensi klinis tetapi juga kompetensi komunikasi dan mengerti terhadap Etiko-legal

Norma hukum merupakan aturan-aturan hukum yang mengatur disiplin kedokteran. Secara mengkhusus standard profesi yang menjadi unsur disiplin, diatur dalam pasal 13 ayat 3 UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, sebagai berikut :

(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.

Kompetensi dan standar profesi, juga diatur dalam UU RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pasal 22, 23 dan 24.

Pasal 22 ayat 2

Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum

Kualifikasi minimum merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang dokter agar dapat melayani kesehatan masyarakat (reasonable competence). Kompetensi ini diatur dengan Peraturan Menteri.

(3)

Kewenangan klinis (clinical privilege) selanjutnya diatur pada pasal 23 ayat 2 dan 3 sebagai berikut :

(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki

(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari Pemerintah

Disiplin yang berhubungan dengan Etika dan standar profesi serta mekanisme pengaturannya oleh organisasi profesi sebagai bentuk self regulation diatur pada pada pasal 24 sebagai berikut :

(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional

(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur oleh organisasi profesi

Undang-Undang juga mengatur tentang pelaksanaan disiplin kedokteran berupa penegakan disiplin oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Hal ini seperti yang tercantum dalam pasal 55 Undang-Undang Praktek Kedokteran sebagai berikut :

(1). Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Filosofis penegakan disiplin kedokteran

Disiplin adalah kepatuhan dan ketaatan yang harus dimiliki oleh seorang dokter atau dokter gigi terhadap aturan dan atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan oleh dokter atau dokter gigi.

Disiplin ditegakkan sebagai internal uadit bagi profesi dokter sehingga masyarakat semakin percaya dan meyakini profesi dokter. Penerapan sanksi sebagai pendisiplinan dan pembinaan kepada profesi adalah salah satu bentuk penegakan disiplin. Bayles MD dalam Professional Ethics, 1981 menekankan :

“Enforcement of Professional Norms, by sanctioning Professionals for violation of them”

Sanksi terhadap pelanggaran disiplin adalah pelaksanaan dari norma profesi. Hal ini mencerminkan self-regulation dan profesi mempunyai kebebasan dalam menentukan aturan internalnya (professional autonomy)

Secara filosofis, penegakan disiplin mempunyai peran ganda yaitu kepada masyarakat (eksternal) dan kepada profesi (internal). Kepada masyarakat secara eksternal, penegakan disiplin melindungi masyarakat (protect the people) dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat

(4)

(promote the health care). Bagi profesi secara internal, penegakan disiplin memberikan tuntunan profesi (guiding doctor) dan mempertahankan wibawa profesi (empowering profession).

Dengan penegakan disiplin, maka masyarakat akan terlindungi karena hanya dokter yang professional yang akan memberikan pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat. Disiplin profesi menciptakan fitness to practice bagi dokter dengan pembinaan, pemberian sanksi atau bahkan mengeluarkan dokter dari kelompok profesi.

Hal-hal yang terkait dengan penegakan disiplin profesi meliputi beberapa hal, yaitu:

- Credentialing

Usaha yang dilakukan untuk menapis dokter agar dokter yang memberikan pelayanan adalah hanya dokter yang baik. Dokter baik yang telah tertapis diberikan kewenangan klinis (clinical privilege) sesuai dengan kompetensinya.

- Maintaining professionalism

Untuk mempertahankan profesionalisme dilakukan penegakan disiplin berupa Audit Medis (medical Audit). Selain itu langkah penegakan dalam mempertahankan profesionalisme dengan mengembangkan kompetensi dalam bentuk pendidikan dokter berkelanjutan (Continuing professional Development)

- Expelling professional

Penegakaan disiplin yang dilakukan kepada anggota profesi yang dianggap melanggar disiplin. Pembinaan dapat berupa penahanan kewenangan klinis, pendampingan (proctoring) atau mengeluarkan anggota profesi yang tidak professional (expelling) Dalam konsep “bad apple theory” pembinaan bagi dokter pelanggar disiplin dilaksanakan sesuai dengan aturan internal profesi. Sanksi diterapkan sesuai dengan tingkat pelanggarannya dan dapat sampai konsekuensi terburuk yaitu dikeluarkan dari organisasi profesi.

Disiplin profesi sebagai usaha pencegahan Malpraktek Medis.

Malpraktek medis menurut definisi dari World Medical Association (WMA) adalah:

Medical malpractice involves the physician’s failure to conform to the standard of care for treatment of the patient's condition, or a lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of injury to the patient.

Dilihat dari definisi tersebut, malpraktek tidak saja sebuah kelalaian medis, tetapi juga suatu kegagalan dari dokter memberi pelayanan sesuai dengan standar atau kurangnya ketrampilan atau kompetensi. Ketrampilan dan kompetensi adalah unsur disiplin profesi, sehingga dapat dikatakan malpraktek medis disebabkan pelanggaran disiplin profesi kedokteran.

Dalam pembuktian Malpraktek medis secara langsung (direct) unsur-unsur malpraktek harus dibuktikan yang meliputi: tanggungjawab dokter (Duty), pengabaian tanggung jawab (Dereliction of that duty), kerugian pasien (Damages) dan hubungan langsung antara pengabaian tanggung jawab dengan kerugian pasien (Direct causation).

(5)

Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 17/KKI/Kep/VIII/2006 memutuskan bahwa pelanggaran norma disiplin kedokteran (serious professional misconduct) pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) yaitu:

- Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten

- Tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien dengan baik - Berperilaku tercela dalam melaksanakan praktik kedokteran

Pelnggaran norma disiplin kedokteran (serious professional misconduct) yang dapat mencetuskan malpraktek medis adalah kurangnya kompetensi (lack of skill) dan tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepada pasien (dereliction of that duty).

Dengan penegakan disiplin profesi dapat dicegah terjadinya malpraktek medis secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, disiplin profesi dapat mencegah unsur-unsur malpraktek medis yaitu lack of skill dan dereliction of that duty. Sedangkan secara tidak langsung, disiplin profesi dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang dapat mencegah malpraktek medis.

Pelayanan kesehatan yang dapat mencegah malpraktek medis adalah pelayanan yang : - Sesuai dengan kompetensi (reasonable competencies)

- Sesuai dengan standar pelayanan (reasonable care) - Komunikasi yang baik (reasonable communication) - Rekam Medik yang baik (good record).

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter meliputi enam kompetensi inti (core competencies) yaitu: pengetahuan Ilmu kedokteran yang memadai (medical knowledge), kompetensi pelayanan kesehatan (patient care), ketrampilan interpersonal dan komunikasi (interpersonal and communication skill), profesionalisme, praktik kedokteran berbasis sistem (system base practice), pembelajaran dan pengembangan (practice base learning and improvement).

Penegakan disiplin profesi untuk mencegah malpraktek medis yang berhubungan dengan kompetensi meliput : dokter harus memiliki kompetensi yang diperlukan dalam pelayanan kesehatan, merujuk pasien kepada teman sejawat yang lebih kompeten dan mendelegasikan atau mencari dokter pengganti dengan kompetensi yang sama. Dokter harus tetap menjaga kondisi kesehatannya agar tetap kompeten dalam melayani masyarakat. Disamping itu dalam berpraktik harus dilandasi standar kompetensi, Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Praktek.

Disiplin yang menyangkut pelayanan kesehatan (reasonable care) adalah: pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien, memberikan pelayanan sesuai dengan pengetahuan dan teknologi kedokteran dan selalu memberikan tindakan emergensi dimana diperlukan. Disiplin dalam pelayanan juga mengatur tentang larangan-larangan yang meliputi: menghindari terminasi kehamilan yang melanggar hukum dan mengakhiri kehidupan. Dokter juga dilarang ikut dalam tindakan penyiksaan, eksekusi mati, pelecehan seksual, intimidasi dan kekerasan. Disiplin profesi melarang dokter membuat resep Napza yang tidak sesuai aturan dan terlebih lagi sebagai pengguna Napza.

Disiplin profesi yang mengatur komunikasi (reasonable communication) antara dokter dengan pasien meliputi : pelibatan pasien dalam tindakan medis dalam bentuk Informed Consent, dokter selalu memberikan keterangan yang jujur kepada pasien, dokter memberikan keterangan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan kejujuran dokter dalam menentukan jasa medis. Disiplin profesi yang paling mendasar sehubungan dengan komunikasi adalah memegang teguh rahasia kedokteran (medical secrecy).

(6)

Rekam medik yang baik (good record) merupakan pencegahan terjadinya tuntutan malpraktek medis. Disiplin profesi mengatur dokter harus membuat dan menyimpan Rekam Medik yang lengkap dan adekuat. Rekam Medik yang lengkap dan adekuat menjadi pelindung yang akurat bila terjadi tuntutan malpraktek medis sesuai dengan adagium : ”Good record good defend, Bad record bad defend and No record no defend”

Untuk mencegah isu malpraktek medis, beberapa tahap usaha sudah dilakukan dari menyusun tata kelola Rumah Sakit (Hospital Bylaws), meningkatkan profesionalisme, menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dalam public teaching, selalu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (good clinical governance) dan melaksakanan keamanan pasien (patient safety). Disiplin profesi adalah bagian dari profesionalisme yang juga tidak bisa dilepaskan dari langkah-langkah lainnya dalam upaya pencegahan malpraktek medis.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

1. Canadian Medical Assosiation Series of Health Care. Professionalism in Medicine. 2001 2. Bertens K. Etika. Seri Filsafat Atma Jaya: 15. Mei 1993. 979 511 744 0.

3. Darsono Soeraryo. Etik, Hukum Kesehatan Kedokteran (sudut pandang praktikus). Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro Semarang.

2004. 979 704 239 1.

4. Kode Etik Kedokteran Indonesia

Referensi

Dokumen terkait