• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Layanan Keagamaan di Masa Pandemi Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Urgensi Layanan Keagamaan di Masa Pandemi Covid-19"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbangdiklat Kemenag

Urgensi

Layanan Keagamaan

di Masa Pandemi Covid-19

Temuan Hasil Survei

Survei 8-17 Maret & 18-23 Juni 2021

Riset ini dilaksanakan untuk memperkaya bahan penyusunan kebijakan oleh pihak-pihak terkait.

Riset dilakukan oleh tim peneliti pada Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI. Jl.

MH. Thamrin No. 6 Jakarta.

Penanggung jawab:

Achmad Gunaryo dan Muharam.

Pengarah:

Muhammad Adlin Sila.

Tim peneliti:

AS Ruhana, Haris Burhani,

Rizki Riyadu, Rahmat Andri, Sri Hendriani dan Dewi Indah Ayu.

Kontak: puslitbang1@kemenag.go.id.

11/7/2021

(2)
(3)

Latar Belakang

 Pandemi Covid telah berlangsung lama (1,5 thn). Pandemi Covid tidak hanya mengancam kesehatan fisik (mulai demam, pusing, sesak nafas, hingga kematian) melainkan juga kesehatan mental masyarakat.

 Pembatasan sosial membuat banyak orang kesepian hingga depresi. Bagi penderita Covid, kondisinya lebih sulit:

kekhawatiran, stress, hingga ancaman atas jiwa.

 Fluktuasi kasus terinfeksi Covid (atau bahkan tren kenaikan lagi) menjadikan tingkat kesabaran dan kepatuhan terus

 Menurut teori, agama (religiositas/

spiritualitas) membantu kesehatan mental penderita, penyintas dan masyarakat pada umumnya.

 Benarkah? Seberapa berperan? Dan, lalu, layanan keagamaan seperti apa

(4)

Kajian Teoritik

 Agama merupakan salahsatu coping strategy terhadap suatu kondisi

penderitaan (Pargament et al.,1998;

Büssing et al., 2009; Ebadi et al., 2009;

Aflakseir&Mahdiyar, 2016).

 Berger menyebut salahsatu fungsi

sosial agama sebagai sacred canopy, tempat berteduh bagi mereka yang sedang merasa tidak aman (Oman, 2018).

 Di dunia kesehatan, ada peran

kontributif agama/spiritualitas dalam proses penyembuhan pasien (Koenig,

 Meski ada juga yang menganggap kecil perannya (de Jong et al., 1976), agama tetap berfungsi sebagai sumber

harapan (Modell & Kardia, 2020) atau jalan menemukan makna hidup (del Castillo et al., 2020).

 Orang yang mengalami ketakutan, penderitaan, atau penyakit sering mengalami "pembaruan spiritual"

(Kowalczyk et al., 2020).

 Survei KUB (Puslitbang, 2020): 84,4%

masy. Indonesia mempertim-bangkan agama dalam membuat keputusan

(5)

Teori+Instrumen

Meminjam teori+instrumen yang sudah mapan

(6)

Metodologi

 Kuantitatif (survei-daring)

untuk melihat kecenderungan respon penderita Covid-19, penyintas, dan masyarakat di 34 provinsi--dengan

menyebarkan link angket.

 Pakai accidental sampling (non-probabilitas), maka temuan hanya berlaku bagi responden.

 Dilengkapi dengan informasi kualitatif, dengan mewa-

wancara per telepon

 Data kuantitatif diolah dan disajikan berupa

kecenderungan dan di- support oleh informasi kualitatif dari informan.

1.550

responden mengisi link

angket

20

informan

+

Tetap terpenuhi dalam berbagai limitasinya

(7)

Karakteristik Responden

Beragam dan tersebar

(8)

Karakteristik Responden

Jawa 63.42%

Sumatera 13.48%

Kalimantan 10.97%

Sulawesi 7.03%

Bali Nusa 3.74%

Maluku Papua 1.35%

Sedang menderita Covid

Pernah menderita (penyintas)Covid

Banyak, tersebar dan sebangun dengan populasi

(9)

Keberagamaan Responden

 Religiusitas diukur dengan indikator: ibadat ritual, derma sosial, dan wawasan intelektual.

 Responden umumnya sangat sering dan sering melakukan ketiganya.

Seberapa relijius responden?

(10)

Kondisi Responden Penderita+Penyintas

Kondisi gejala, penanganan, komorbiditas, dan lama dirawat

(11)

Aktivitas Penderita+Penyintas Covid

Pengalaman saat menjalani Covid

 Responden umumnya banyak berdoa/beribadat, dan mengonsumsi makanan yang bergizi cukup

(12)

Optimisme yang Tidak Pernah Covid

Kondisi responden sehat saat menjalani kondisi pandemi

 Responden yang tidak pernah Covid umumnya (83,8%) tetap optimis dan berupaya bahagia menjalani masa pandemi yang panjang

(13)

Aktivitas Responden Tidak Pernah Covid

Pengalaman aktivitas menjalani kondisi pandemi

 Responden yang tidak pernah terinfeksi Covid menjalani aktivitas dengan banyak yang sangat sering berdoa/beribadat, serta sering mengonsumsi makanan bergizi

(14)

Peran

Keberagamaan dan Layanan

Keagamaan

di Masa

Pandemi

(15)

Pengaruh Covid thd Keberagamaan

Seberapa berpengaruh?

 Lebih dari separuh responden (55,1%) merasa Covid memengaruhi keyakinan/praktik keberagamaan mereka

55,1%

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

(16)

Pandemi & Pencarian Makna Hidup

Semakin diberi berkesempatan menemukan makna hidup

61,6%

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

(17)

Sejak pandemi, makin relijius?

 Mayoritas responden (81%) merasa semakin relijius (taat beragama) sejak mengalami/menjalani pandemi Covid-19

Relijiusitas (Tuhan?) sebagai ‘tempat berlari’ atas problem hidup

81%

(18)

Keberagamaan membantu?

97%

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

(19)

Mereka membutuhkan ‘kawan’

 Sebanyak 86,7% responden berupaya terhubung dengan (mencari support dari) pemuka agama dan komunitas agama mereka.

Pemuka/komunitas agama sebagai harapan-supporter

86,7%

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

(20)

Ada Support System?

 Selama menjalani pandemi, mayoritas responden (89,4%) merasa mendapat

Nilai penting dukungan lingkungan

89,4%

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

(21)

Aktivitas Saat Isolasi

 Saat isolasi/menyendiri, ragam aktivitas dilakukan. Sebanyak 56,3%

mendengar/membaca kitab suci, 47,2% mendengar ceramah, dan 42,8%

dzikir/meditasi. Sedikit sekali yang konsultasi-psikologis khusus.

Aktivitas keagamaan kian intens/dipilih

(22)

Pernah Konseling-Keagamaan?

 Hanya 22,1% responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis-

Kegiatan konseling-khusus tidak populer di Indonesia

(23)

Media Komunikasi Layanan Keagamaan

 Konten keagamaan di media sosial dan ceramah agama di TV/radio lebih banyak dipilih responden dibanding baca buku, layanan konseling atau kunjungan pemuka agama.

Memilih media termudah (akses) di masa serba terbatas

(24)

Perbandingan kondisi:

penderita, penyintas, dan yang tidak pernah

menderita Covid

X status

(25)

Pengalaman Kehidupan Beragama

Sedang menderita Covid

Pernah menderita (penyintas )Covid

Tidak pernah Covid

X status

 Responden penderita lebih rajin beribadat/ritual agama dan

(26)

Pengaruh Covid terhadap Keberagamaan

Sedang menderita Covid

Pernah menderita (penyintas) Covid

Tidak pernah Covid

X status

(27)

Merasa ada perubahan? Lebih relijius?

Banget. Saya merasa selama masa isoman jauh lebih religious dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan

meskipun secara virtual.

(Ay*, 44 tahun, terinfeksi, Bandung)

“[Saya] lebih taat beribadah, lebih mendekatkan diri pada Allah.”

(Fer***, 52 tahun, penyintas, Riau)

“Iya, saya merasa setelah mengalami Covid-19 keimanan saya bertambah.

Penyakit ini mengingatkan kita pada kematian.”

(Rag**, 23 tahun, penyintas, Makasar)

“Iya saya merasakan itu, meski ibadah yang dilakukan tidak jauh

berbeda dengan sehari-hari sebelum sakit.”

(Rud*, 59 tahun, Penyintas, Bekasi)

“Sama saja sih, sebelum dan

sekarang selama pandemi belum ada perbedaanya.”

(And**, 22 tahun, Tidak pernah sakit, Mamuju)

“Kan saya posisi di Bali ya mbak, jadi tiap hari ada upacara adat dan

sembahyang. Jadi pandemi dan tidak pandemi sama saja.

(Ning***, 26 tahun, tidak pernah, Bali) Ragam kondisi, ragam pengalaman

(28)

Pandemi & Pencarian Makna Hidup

Sedang menderita Covid

Pernah menderita (penyintas) Covid

Tidak pernah Covid

X status

(29)

Sejak pandemi, makin relijius?

Sedang menderita Covid

Pernah menderita (penyintas) Covid

Tidak pernah Covid

X status

 Pandemi secara umum mendorong semua kalangan responden lebih

(30)

Keberagamaan membantu?

Sedang menderita Covid

Pernah menderita (penyintas) Covid

Tidak pernah Covid

X status

(31)

Ada Peran Pemuka/Komunitas Agama?

Sedang menderita Covid

Pernah menderita (penyintas) Covid

Tidak pernah Covid

X status

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

(32)

Mereka mendukung?

Sedang menderita Covid

Pernah menderita (penyintas) Covid

Tidak pernah Covid

X status

(33)

Aktivitas Saat Isolasi

Sedang menderita Covid

Pernah menderita Covid

Tidak pernah Covid

X status

 Responden penderita dan Penyintas lebih beraktivitas

spiritual

(34)

Media Komunikasi Layanan Keagamaan

Sedang menderita Covid

Pernah menderita Covid

Tidak pernah Covid

X status

 Responden penderita dan Penyintas lebih menyukai

layanan

keagamaan

ceramah agama di televise/radio, pelayanan

konseling 24jam dan konten

keagamaan di

(35)

Perbandingan kondisi

berdasarkan usia

#bivariate

X usia

(36)

Pengaruh Covid terhadap Keberagamaan

X usia

 Semakin tua responden, semakin merasa pengaruh Covid

terhadap

keyakinan/pr aktik

keberagama- an

25 tahun ke bawah

26-39 tahun

40-55 tahun

56-74 tahun

(37)

Pandemi & Pencarian Makna Hidup

25 tahun ke bawah

26-39 tahun

40-55 tahun

56-74 tahun

X usia

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

(38)

Ada perubahan? Relijius?

“Ada, ada perubahan kerberagamaan. Setiap orang itu kan menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Pas pandemi ini kita jadi lebih baik, Mba, dari berbagai aspek.”

(Febr****, 19 tahun, tidak pernah, Bengkulu)

“Tidak merasa ada perubahan, karena memang sejak sebelum Covid sudah rutin dan aktif sembayang dan kegiatan agama. Cuma mungkin jadi mendapatkan hikmah dan pelajaran sehingga bisa memberikan support dan dukungan moril kepada teman-teman.”

(Yess***, 27 tahun, penyintas, Sidoarjo)

“Tidak berpengaruh pada spiritualitas kita, karena ibadah kan tidak harus

mengingkat karena pandemi atau bukan pandemi gitu, kita harus konstan harus terus menerus terhubung dengan yang menciptakan kita, harusnya kan begitu.

Jadi tidak ada perubahan signifikan, namun kita jadi lebih banyak berdoa, khususnya untuk masalah pandemi ini.”

40-55 tahun 25 tahun ke bawah

26-39 tahun

Berubah secara relijiusitas bukan melulu soal usia

(39)

PENUTUP

 Beberapa teori tentang peran penting agama/relijiusita terhadap kehidupan seseorang, dan peran agama sebagai

‘tempat berlabuh’ atau ‘berpegang’ di saat sulit, terkonfirmasi.

 Banyak responden semakin merasa-kan nilai penting agama saat+pasca

mengalami ujian panjang pandemi.

 Layanan keagamaan belum cukup

memadai dalam kondisi pandemi. Perlu optimalisasi peran pemuka agama dan komunitas (ormas) keagamaan.

 Meski ada ragam pengalaman orang karena beragam karakteristik dan

kondisinya, namun media layanan keagamaan virtual/online lebih pas dikembangkan di masa pandemi ini.

 Perlu kajian/riset lebih jauh terkait peran agama dan relijiusitas bagi masyarakat di masa pandemi untuk

menambal/melengkapi kelemahan kajian sederhana kali ini.

 Kondisi pandemi terus berubah, kebijakan keagamaan untuk ragam kondisi perlu dilakukan—untuk

kebijakan berbasis data riset (evidence

Beberapa catatan dari temuan

(40)

Rekomendasi

Beberapa catatan rekomendasi

 Kementerian Agama dalam hal ini Ditjen Bimas-bimas Agama memerintahkan kepada Penyuluh-penyuluh agama di seluruh wilyah Indonesia

mengintensifikan kegiatan penyuluhan agama terutama pesan menjaga

keimanan/aspek teologis-spiritual menghadapi wabah dan menjaga diri dan keluarga di masa pandemic Covid- 19 untuk tetap mematuhi protokol

kesehatan 5 M.

 Ormas Keagaman dan Majelis Agama terus menyampaikan kepada umatnya tentang pentingnya menjaga

keimanan/aspek teologis-spiritual dan menjaga diri dan keluarga di masa

 Model Layanan keagamaan Psiko-

spiritual di tengah krisis Pandemi Covid- 19 ini perlu dikembangan oleh

Kementerian Agama dan jajarannya ke bawah serta optimalisasi peran ormas keagamaan dan majelis agama untuk memberikan pelayanan keagamaan tersebut.

 Di tengah pembatasan sosial, layanan keagamaan Psiko-Spiritual dapat

melalui virtual/telekonseling/WhatsApp Center/Contact Center dll sebagaimana Telemedicine yang saat ini

dikembangkan oleh

Pemerintah/Kemenkes bekerjasama dengan Platform Telemedicine

(41)
(42)

Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbangdiklat Kemenag 2021

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, laporan Bank Dunia pada April 2020 menunjukan adanya penurunan output untuk 2020, berlawanan dengan prediksi

Penggunaan media sosial Arsip UGM masa pandemi covid-19 ini memiliki peluang antara lain: sosialisasi layanan kearsipan masa pandemi covid-19; kerjasama antara akun

Kesulitan membaca permulaan bisa disebabkan juga karena beberapa faktor salah satunya sistem pembelajaran yang sering berubah - ubah pada masa pandemi Covid 19 bisa menjadi

1) Pemerintah tetap memfasilitasi proses belajar mengajar. Pelayanan pendidikan di tengah covid-19 sering mengalami perubahan sewaktu-waktu. Selama masa pandemi pemerintah

Permasalahan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, antara lain: (1) Pada masa pandemi Covid-19 ini masih terjadi penambahan yang signifikan kasus Covid-19;

Masa pandemi Covid-19 ini akan sangat memengaruhi pelayanan kesehatan TB, menimbulkan banyak tantangan dalam diagnostik Covid-19 maupun diagnostik TB yang tumpang

Semoga buklet ini dapat memberikan inspirasi kepada pemerintah daerah maupun pengelola unit layanan air limbah domestik untuk meningkatkan layanannya dan terus memberikan layanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor budaya, yaitu kesadaran diri dan ruang, makanan dan kebiasaan makan, faktor hubungan keluarga dan lingkungan