Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbangdiklat Kemenag
Urgensi
Layanan Keagamaan
di Masa Pandemi Covid-19
Temuan Hasil Survei
Survei 8-17 Maret & 18-23 Juni 2021
Riset ini dilaksanakan untuk memperkaya bahan penyusunan kebijakan oleh pihak-pihak terkait.
Riset dilakukan oleh tim peneliti pada Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI. Jl.
MH. Thamrin No. 6 Jakarta.
Penanggung jawab:
Achmad Gunaryo dan Muharam.
Pengarah:
Muhammad Adlin Sila.
Tim peneliti:
AS Ruhana, Haris Burhani,
Rizki Riyadu, Rahmat Andri, Sri Hendriani dan Dewi Indah Ayu.
Kontak: puslitbang1@kemenag.go.id.
11/7/2021
Latar Belakang
Pandemi Covid telah berlangsung lama (1,5 thn). Pandemi Covid tidak hanya mengancam kesehatan fisik (mulai demam, pusing, sesak nafas, hingga kematian) melainkan juga kesehatan mental masyarakat.
Pembatasan sosial membuat banyak orang kesepian hingga depresi. Bagi penderita Covid, kondisinya lebih sulit:
kekhawatiran, stress, hingga ancaman atas jiwa.
Fluktuasi kasus terinfeksi Covid (atau bahkan tren kenaikan lagi) menjadikan tingkat kesabaran dan kepatuhan terus
Menurut teori, agama (religiositas/
spiritualitas) membantu kesehatan mental penderita, penyintas dan masyarakat pada umumnya.
Benarkah? Seberapa berperan? Dan, lalu, layanan keagamaan seperti apa
Kajian Teoritik
Agama merupakan salahsatu coping strategy terhadap suatu kondisi
penderitaan (Pargament et al.,1998;
Büssing et al., 2009; Ebadi et al., 2009;
Aflakseir&Mahdiyar, 2016).
Berger menyebut salahsatu fungsi
sosial agama sebagai sacred canopy, tempat berteduh bagi mereka yang sedang merasa tidak aman (Oman, 2018).
Di dunia kesehatan, ada peran
kontributif agama/spiritualitas dalam proses penyembuhan pasien (Koenig,
Meski ada juga yang menganggap kecil perannya (de Jong et al., 1976), agama tetap berfungsi sebagai sumber
harapan (Modell & Kardia, 2020) atau jalan menemukan makna hidup (del Castillo et al., 2020).
Orang yang mengalami ketakutan, penderitaan, atau penyakit sering mengalami "pembaruan spiritual"
(Kowalczyk et al., 2020).
Survei KUB (Puslitbang, 2020): 84,4%
masy. Indonesia mempertim-bangkan agama dalam membuat keputusan
Teori+Instrumen
Meminjam teori+instrumen yang sudah mapan
Metodologi
Kuantitatif (survei-daring)
untuk melihat kecenderungan respon penderita Covid-19, penyintas, dan masyarakat di 34 provinsi--dengan
menyebarkan link angket.
Pakai accidental sampling (non-probabilitas), maka temuan hanya berlaku bagi responden.
Dilengkapi dengan informasi kualitatif, dengan mewa-
wancara per telepon
Data kuantitatif diolah dan disajikan berupa
kecenderungan dan di- support oleh informasi kualitatif dari informan.
1.550
responden mengisi link
angket
20
informan
+
Tetap terpenuhi dalam berbagai limitasinya
Karakteristik Responden
Beragam dan tersebar
Karakteristik Responden
Jawa 63.42%
Sumatera 13.48%
Kalimantan 10.97%
Sulawesi 7.03%
Bali Nusa 3.74%
Maluku Papua 1.35%
Sedang menderita Covid
Pernah menderita (penyintas)Covid
Banyak, tersebar dan sebangun dengan populasi
Keberagamaan Responden
Religiusitas diukur dengan indikator: ibadat ritual, derma sosial, dan wawasan intelektual.
Responden umumnya sangat sering dan sering melakukan ketiganya.
Seberapa relijius responden?
Kondisi Responden Penderita+Penyintas
Kondisi gejala, penanganan, komorbiditas, dan lama dirawat
Aktivitas Penderita+Penyintas Covid
Pengalaman saat menjalani Covid
Responden umumnya banyak berdoa/beribadat, dan mengonsumsi makanan yang bergizi cukup
Optimisme yang Tidak Pernah Covid
Kondisi responden sehat saat menjalani kondisi pandemi
Responden yang tidak pernah Covid umumnya (83,8%) tetap optimis dan berupaya bahagia menjalani masa pandemi yang panjang
Aktivitas Responden Tidak Pernah Covid
Pengalaman aktivitas menjalani kondisi pandemi
Responden yang tidak pernah terinfeksi Covid menjalani aktivitas dengan banyak yang sangat sering berdoa/beribadat, serta sering mengonsumsi makanan bergizi
Peran
Keberagamaan dan Layanan
Keagamaan
di Masa
Pandemi
Pengaruh Covid thd Keberagamaan
Seberapa berpengaruh?
Lebih dari separuh responden (55,1%) merasa Covid memengaruhi keyakinan/praktik keberagamaan mereka
55,1%
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Pandemi & Pencarian Makna Hidup
Semakin diberi berkesempatan menemukan makna hidup
61,6%
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sejak pandemi, makin relijius?
Mayoritas responden (81%) merasa semakin relijius (taat beragama) sejak mengalami/menjalani pandemi Covid-19
Relijiusitas (Tuhan?) sebagai ‘tempat berlari’ atas problem hidup
81%
Keberagamaan membantu?
97%
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Mereka membutuhkan ‘kawan’
Sebanyak 86,7% responden berupaya terhubung dengan (mencari support dari) pemuka agama dan komunitas agama mereka.
Pemuka/komunitas agama sebagai harapan-supporter
86,7%
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Ada Support System?
Selama menjalani pandemi, mayoritas responden (89,4%) merasa mendapat
Nilai penting dukungan lingkungan
89,4%
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Aktivitas Saat Isolasi
Saat isolasi/menyendiri, ragam aktivitas dilakukan. Sebanyak 56,3%
mendengar/membaca kitab suci, 47,2% mendengar ceramah, dan 42,8%
dzikir/meditasi. Sedikit sekali yang konsultasi-psikologis khusus.
Aktivitas keagamaan kian intens/dipilih
Pernah Konseling-Keagamaan?
Hanya 22,1% responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis-
Kegiatan konseling-khusus tidak populer di Indonesia
Media Komunikasi Layanan Keagamaan
Konten keagamaan di media sosial dan ceramah agama di TV/radio lebih banyak dipilih responden dibanding baca buku, layanan konseling atau kunjungan pemuka agama.
Memilih media termudah (akses) di masa serba terbatas
Perbandingan kondisi:
penderita, penyintas, dan yang tidak pernah
menderita Covid
X status
Pengalaman Kehidupan Beragama
Sedang menderita Covid
Pernah menderita (penyintas )Covid
Tidak pernah Covid
X status
Responden penderita lebih rajin beribadat/ritual agama dan
Pengaruh Covid terhadap Keberagamaan
Sedang menderita Covid
Pernah menderita (penyintas) Covid
Tidak pernah Covid
X status
Merasa ada perubahan? Lebih relijius?
Banget. Saya merasa selama masa isoman jauh lebih religious dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan
meskipun secara virtual.
(Ay*, 44 tahun, terinfeksi, Bandung)
“[Saya] lebih taat beribadah, lebih mendekatkan diri pada Allah.”
(Fer***, 52 tahun, penyintas, Riau)
“Iya, saya merasa setelah mengalami Covid-19 keimanan saya bertambah.
Penyakit ini mengingatkan kita pada kematian.”
(Rag**, 23 tahun, penyintas, Makasar)
“Iya saya merasakan itu, meski ibadah yang dilakukan tidak jauh
berbeda dengan sehari-hari sebelum sakit.”
(Rud*, 59 tahun, Penyintas, Bekasi)
“Sama saja sih, sebelum dan
sekarang selama pandemi belum ada perbedaanya.”
(And**, 22 tahun, Tidak pernah sakit, Mamuju)
“Kan saya posisi di Bali ya mbak, jadi tiap hari ada upacara adat dan
sembahyang. Jadi pandemi dan tidak pandemi sama saja.
(Ning***, 26 tahun, tidak pernah, Bali) Ragam kondisi, ragam pengalaman
Pandemi & Pencarian Makna Hidup
Sedang menderita Covid
Pernah menderita (penyintas) Covid
Tidak pernah Covid
X status
Sejak pandemi, makin relijius?
Sedang menderita Covid
Pernah menderita (penyintas) Covid
Tidak pernah Covid
X status
Pandemi secara umum mendorong semua kalangan responden lebih
Keberagamaan membantu?
Sedang menderita Covid
Pernah menderita (penyintas) Covid
Tidak pernah Covid
X status
Ada Peran Pemuka/Komunitas Agama?
Sedang menderita Covid
Pernah menderita (penyintas) Covid
Tidak pernah Covid
X status
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Mereka mendukung?
Sedang menderita Covid
Pernah menderita (penyintas) Covid
Tidak pernah Covid
X status
Aktivitas Saat Isolasi
Sedang menderita Covid
Pernah menderita Covid
Tidak pernah Covid
X status
Responden penderita dan Penyintas lebih beraktivitas
spiritual
Media Komunikasi Layanan Keagamaan
Sedang menderita Covid
Pernah menderita Covid
Tidak pernah Covid
X status
Responden penderita dan Penyintas lebih menyukai
layanan
keagamaan
ceramah agama di televise/radio, pelayanan
konseling 24jam dan konten
keagamaan di
Perbandingan kondisi
berdasarkan usia
#bivariate
X usia
Pengaruh Covid terhadap Keberagamaan
X usia Semakin tua responden, semakin merasa pengaruh Covid
terhadap
keyakinan/pr aktik
keberagama- an
25 tahun ke bawah
26-39 tahun
40-55 tahun
56-74 tahun
Pandemi & Pencarian Makna Hidup
25 tahun ke bawah
26-39 tahun
40-55 tahun
56-74 tahun
X usia
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Ada perubahan? Relijius?
“Ada, ada perubahan kerberagamaan. Setiap orang itu kan menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Pas pandemi ini kita jadi lebih baik, Mba, dari berbagai aspek.”
(Febr****, 19 tahun, tidak pernah, Bengkulu)
“Tidak merasa ada perubahan, karena memang sejak sebelum Covid sudah rutin dan aktif sembayang dan kegiatan agama. Cuma mungkin jadi mendapatkan hikmah dan pelajaran sehingga bisa memberikan support dan dukungan moril kepada teman-teman.”
(Yess***, 27 tahun, penyintas, Sidoarjo)
“Tidak berpengaruh pada spiritualitas kita, karena ibadah kan tidak harus
mengingkat karena pandemi atau bukan pandemi gitu, kita harus konstan harus terus menerus terhubung dengan yang menciptakan kita, harusnya kan begitu.
Jadi tidak ada perubahan signifikan, namun kita jadi lebih banyak berdoa, khususnya untuk masalah pandemi ini.”
40-55 tahun 25 tahun ke bawah
26-39 tahun
Berubah secara relijiusitas bukan melulu soal usia
PENUTUP
Beberapa teori tentang peran penting agama/relijiusita terhadap kehidupan seseorang, dan peran agama sebagai
‘tempat berlabuh’ atau ‘berpegang’ di saat sulit, terkonfirmasi.
Banyak responden semakin merasa-kan nilai penting agama saat+pasca
mengalami ujian panjang pandemi.
Layanan keagamaan belum cukup
memadai dalam kondisi pandemi. Perlu optimalisasi peran pemuka agama dan komunitas (ormas) keagamaan.
Meski ada ragam pengalaman orang karena beragam karakteristik dan
kondisinya, namun media layanan keagamaan virtual/online lebih pas dikembangkan di masa pandemi ini.
Perlu kajian/riset lebih jauh terkait peran agama dan relijiusitas bagi masyarakat di masa pandemi untuk
menambal/melengkapi kelemahan kajian sederhana kali ini.
Kondisi pandemi terus berubah, kebijakan keagamaan untuk ragam kondisi perlu dilakukan—untuk
kebijakan berbasis data riset (evidence
Beberapa catatan dari temuan
Rekomendasi
Beberapa catatan rekomendasi
Kementerian Agama dalam hal ini Ditjen Bimas-bimas Agama memerintahkan kepada Penyuluh-penyuluh agama di seluruh wilyah Indonesia
mengintensifikan kegiatan penyuluhan agama terutama pesan menjaga
keimanan/aspek teologis-spiritual menghadapi wabah dan menjaga diri dan keluarga di masa pandemic Covid- 19 untuk tetap mematuhi protokol
kesehatan 5 M.
Ormas Keagaman dan Majelis Agama terus menyampaikan kepada umatnya tentang pentingnya menjaga
keimanan/aspek teologis-spiritual dan menjaga diri dan keluarga di masa
Model Layanan keagamaan Psiko-
spiritual di tengah krisis Pandemi Covid- 19 ini perlu dikembangan oleh
Kementerian Agama dan jajarannya ke bawah serta optimalisasi peran ormas keagamaan dan majelis agama untuk memberikan pelayanan keagamaan tersebut.
Di tengah pembatasan sosial, layanan keagamaan Psiko-Spiritual dapat
melalui virtual/telekonseling/WhatsApp Center/Contact Center dll sebagaimana Telemedicine yang saat ini
dikembangkan oleh
Pemerintah/Kemenkes bekerjasama dengan Platform Telemedicine
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbangdiklat Kemenag 2021