• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Dirjen Pajak, PER - 173/PJ/2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Peraturan Dirjen Pajak, PER - 173/PJ/2007"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 173/PJ/2007

TENTANG

SISTEM, BENTUK, JENIS DAN KODE LAPORAN RUTIN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka penyempurnaan sistem, tertib administrasi, dan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak perlu menetapkan kembali sistem, bentuk, jenis, dan kode Laporan Rutin di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan kembali Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Sistem, Bentuk, Jenis, dan Kode Laporan Rutin di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740);

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3986);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

6. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3313);

(2)

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan Laporan Rutin adalah sajian hasil suatu proses pencatatan/pengolahan yang berisi uraian tentang keadaan atau peristiwa dalam rangka pelaksanaan tugas kedinasan, dengan sistem, bentuk, isi dan kode sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

Pasal 2

(1) Dalam pembuatan laporan rutin agar

memperhatikan sistem,

bentuk, jenis dan kode laporan serta petunjuk pengisiannya sebagaimana tersebut dalam lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

(2) Dalam

menyampaikan laporan rutin agar

memperhatikan aliran

dokumen, periodisasi dan jatuh tempo

penyampaian laporan sebagaimana tersebut dalam lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

(3) Para Kepala kantor

Wilayah dan Unit Eselon II Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak sebagai

pengguna Laporan Rutin agar selalu mengkaji efektifitas dan urgensi dari Laporan Rutin yang

dimintanya dan jika sudah tidak

diperlukan lagi agar diusulkan untuk dihapus, usul

penghapusan Laporan rutin agar

disampaikan dan melalui persetujuan dari Direktur Transformasi Proses Bisnis.

Pasal 3

Pelaporan dilaksanakan secara bertahap oleh :

a. Kepala KPP, KPP Pratama, KPP Madya, KPP WP Besar, KPPBB, Karikpa, KP4 atau KP2KP (sebagai Satker) dan Eselon III di Kanwil (sebagai Unit Operasional) kepada Kepala Kantor Wilayah setempat, kecuali ditentukan lain sebagaimana dalam lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;

b. Kepala Kantor Wilayah dan Eselon III di Kantor Pusat (sebagai Unit Operasional) kepada Unit Eselon II di Kantor Pusat atau Direktur Jenderal Pajak c.q. Unit Eselon II Kantor Pusat yang bersangkutan, kecuali ditentukan lain sebagaimana dalam lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

(4)

d. Lampiran 4, adalah Laporan Rutin yang berkaitan dengan Direktorat Intelijen dan penyidikan;

e. Lampiran 5, adalah Laporan Rutin yang berkaitan dengan Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian;

f. Lampiran 6, adalah Laporan Rutin yang berkaitan dengan Direktorat Keberatan dan Banding;

g. Lampiran 7, adalah Laporan Rutin yang berkaitan dengan Direktorat Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan;

h. Lampiran 8, adalah Laporan Rutin yang berkaitan dengan Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat;

i. Lampiran 9, adalah Laporan Rutin yang berkaitan dengan Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan;

j. Lampiran 10, adalah Laporan Rutin yang berkaitan dengan Beberapa Eselon II di Kantor Pusat.

Pasal 5

Kode Laporan Rutin terdiri dari 6 (enam) digit yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. digit ke-1 menunjukkan jenis Laporan rutin;

b. digit ke-2 dan ke-3 menunjukkan penggunaan Laporan Rutin;

c. digit ke-4 menunjukkan pembuat Laporan Rutin;

d. digit ke-5 dan ke-6 nomor urut arsip Laporan Rutin.

Pasal 6

Penggunaan kode Laporan Rutin digit ke-1 yang diwakili dengan huruf "L"berarti Laporan Rutin.

Pasal 7

(1) Kode Laporan rutin digit ke-2 dan ke-3 sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 huruf b menunjukkan Laporan rutin yang penggunaannya berkaitan dengan Unit Eselon II di Kantor Pusat DJP.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

(2) Laporan Rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diuraikan sebagai berikut :

a. angka "01"

digunakan untuk Sekretariat DJP;

b. angka "02"

digunakan untuk Dit. Peraturan Perpajakan I;

c. angka "03"

digunakan

untuk Dit. Peraturan Perpajakan II;

d. angka "04"

digunakan untuk Dit.

Pemeriksaan dan Penagihan;

e. angka "05"

digunakan

untuk Dit. Intelijen dan Penyidikan;

f. angka "06"

digunakan untuk Dit.

Ekstensifikasi dan Penilaian;

g. angka "07"

digunakan untuk Dit.

Keberatan dan Banding;

h. angka "08"

digunakan

untuk Dit. Potensi, kepatuhan dan Penerimaan;

i. angka "09"

digunakan untuk Dit.

Penyuluhan, Pelayanan dan Humas;

j. angka "010"

digunakan untuk Dit.

Teknologi Informasi Perpajakan;

k. angka "011"

digunakan untuk Dit.

Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya

(6)

Pasal 8

Kode Laporan Rutin digit ke-4 sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 huruf c dapat diuraikan sebagai berikut : a. angka "01" digunakan untuk pembuat dari Unit Pelaksana/Operasional/Satuan Kerja;

b. angka "02" digunakan untuk pembuat dari Unit Eselon II.

Pasal 9

(1) Dalam hal ada kebutuhan Laporan Rutin yang baru atau perubahan terhadap

sistem, bentuk atau jenis Laporan Rutin sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Direktur

Jenderal Pajak ini, maka harus melalui

persetujuan Direktur Transformasi Proses Bisnis pada Kantor Pusat

Direktorat Jenderal Pajak.

(2) Dalam hal pembuatan Laporan yang tidak rutin harus

ditentukan batas waktunya.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(7)

(3) Dalam hal Laporan rutin sudah tersedia di dalam Sistem

Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) maka tidak perlu lagi dikirimkan oleh KPP dan Kanwil yang telah

menggunakan SIDJP.

(4) Laporan- laporan yang telah ditetapkan menjadi

Laporan Rutin unit kerja (KPP, Kanwil dan Kantor Pusat) akan menjadi bahan bagi

pengembangan untuk

melengkapi modul laporan SIDJP.

(5) Laporan Rutin yang

diterbitkan setelah

diberlakukannya Peraturan Direktur

Jenderal Pajak ini harus mendapatkan nomor Kode Laporan Rutin dari Direktorat Transformasi Proses Bisnis.

(8)

(1) Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini ditetapkan, maka semua Peraturan, Keputusan dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak tentang Sistem, Bentuk, Jenis dan Kode laporan rutin dinyatakan tidak berlaku lagi.

(2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 18 Desember 2007 DIREKTUR JENDERAL PAJAK ttd.

DARMIN NASUTION NIP 130605098

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Jelaskan secara spesifik bagian sistem atau layanan yang akan dianalisa pada organisasi, dapat digunakan penguatan makna dengan mencantumkan sistem atau layanan yang

Hasil penelitian pengujian aktivitas antidiabetes ekstrak etanol teh hijau dengan metode toleransi glukosa pada tikus putih diketahui memiliki aktivitas antidiabetes

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah pengaruh jamu pegal linu mengandung BKO yang diberikan

Hasil analisis data menunjukkan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala puskesmas dalam menyelesaikan suatu masalah atas dasar penilaian tenaga kesehatan, yang paling

Untuk menghindari efek buruk yang ditimbulkan oleh cabe merah giling yang mengandung bahan pengawet natrium benzoat, maka dilakukan pengujian untuk menganalisis

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam minyak Sumbawa A dan B yang mempunyai izin dari lembaga kesehatan, serta minyak Sumbawa C dan D yang tidak

[r]

Perbedaan sikap terhadap upacara daur hidup termasuk di seputar kematian setidaknya menandakan adanya indikasi berkaitan dengan paham teologis tentang siklus kehidupan