• Tidak ada hasil yang ditemukan

BURNOUT PADA MAHASISWA YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA SELAMA PANDEMI COVID-19. Desi Susianti, S.Psi., M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BURNOUT PADA MAHASISWA YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA SELAMA PANDEMI COVID-19. Desi Susianti, S.Psi., M.Si"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BURNOUT PADA MAHASISWA YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA SELAMA PANDEMI COVID-19

Desi Susianti, S.Psi., M.Si

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424

[email protected]

ABSTRAK

Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki beban mental yang lebih berat. Tuntutan akademik maupun tuntutan pekerjaan berdampak pada kesehatan baik fisik maupun psikologis. Maslach dan Laiter (dalam Antika, 2020) menjelaskan burnout merupakan kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh suasana tempat kerja yang kaku (monoton dan banyak tuntutan), keras, dan sangat menuntut baik secara ekonomi maupun psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran burnout pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja selama pandemic covid-19. Subjek penelitian ini adalah satu orang mahasiswi yang bekerja sebagai karyawan retail baby shop. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Hasil penelitian ini diketahui bahwa subjek mengalami burnout.

Kata Kunci: Burnout, Mahasiswa

ABSTRACT

Students who study while working have a heavier mental load. Academic demands as well as job demands have an impact on both physical and psychological health. Maslach and Laiter (in Antika, 2020) explain that burnout is emotional, physical, and mental exhaustion caused by a rigid (monotonous and demanding) workplace atmosphere, tough, and very demanding both economically and psychologically. This study aims to determine the description of burnout in students who study while working during the Covid-19 pandemic.

The subject of this research is a female student who works as a retail baby shop employee.

The method used in this research is the interview method. The results of this study note that the subject experienced burnout.

Keywords: Burnout, College Student

(2)

PENDAHULUAN

Masa pandemi covid-19 yang terjadi secara global berdampak pada seluruh aspek kehidupan, baik aspek ekonomi, sosial, politik maupun dalam aspek pendidikan. Angka positif penularan virus ini mengalami peningkatan terus menerus setiap hari. Hal ini menimbulkan stress dan kecemasan yang dialami oleh masyarakat tidak terkecuali mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.

Salah satu dampak bagi mahasiswa dari kondisi saat ini yaitu system pembelajaran dengan jarak jauh. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 menjelaskan bahwa Pendidikan jarak jauh yang selanjutnya disebut PJJ adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi dan komunikasi, dan media lain. Tujuan dari pembelajaran jarak jauh atau daring ini adalah untuk memutus penyebaran covid-19 sehingga tidak banyak masyarakat yang positif covid- 19.

Pembelajaran dengan system daring ini memaksa mahasiswa untuk tetap di rumah.

Akan tetapi pembelajaran melalui daring memiliki beberapa kendala. Beni (2020) menyebutkan bahwa kendala yang dihadapi oleh mahasiswa saat melakukan perkuliahan secara daring yaitu jaringan yang tidak stabil, sulitnya memahami materi yang diajarkan, banyaknya tugas yang diberikan serta tuntutan nilai yang baik oleh orang tua atau keluarga.

Terlebih bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja untuk membantu biaya perkuliahan.

Adanya tuntutan akademik dan juga pekerjaan seringkali membuat mahasiswa mengalami stress dan kelelahan. Kondisi yang dialami tersebut disebut dengan burnout.

Adapun definisi dari burnout Menurut Maslach dan Laiter (dalam Antika, 2020) menjelaskan burnout merupakan kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh suasana tempat kerja yang kaku (monoton dan banyak tuntutan), keras, dan sangat menuntut baik secara ekonomi maupun psikologis.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiana (2020) menyebutkan ada beberapa faktor burnout yang dialami oleh mahasiswa dalam menjalani perkuliahan secara daring yaitu Lack of Social Support (Kurangnya dukungan sosial), Demographic Factors (Faktor demografis), Self-Concept (Konsep diri), Role Conflict and Role Ambiguity (Peran Konflik dan peran Ambiguitas), Isolation (Isolasi). Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Livana, Mubin, dan Basthomi (2020) menunjukkan bahwa penyebab stress mahasiswa selama masa pandemic covid-19 sebesar 57,8% mahasiswa merasa bosan karena di rumah saja, 40,2% responden menyebutkan bahwa penyebab stress yaitu tidak dapat bertemu dengan orang-orang, 55,8% merasa stress disebabkan proses pembelajaran daring yang mulai membosankan.

Penelitian mengenai burnout pada mahasiswa khususnya mahasiswa yang bekerja selama masa pandemic covid-19 ini penting dilakukan karena hal ini dapat mengganggu kesehatan mental dan juga kinerja dalam melaksanakan tugas-tugas kuliah ataupun

(3)

pekerjaan. Fokus penelitian ini hanya untuk melihat bagaimana gambaran buronout pada mahasiswa yang sambil bekerja selama masa pandemic covid-19.

TELAAH PUSTAKA Pengertian Burnout

Menurut Sinding dan Waldstrom (2014) burnout adalah masalah yang disebabkan oleh stress yang umum diantara anggota profesi 'membantu' seperti mengajar, pekerjaan sosial, sumber daya manusia, keperawatan dan penegakan hukum. Ini tidak melibatkan perasaan, sikap atau hasil fisiologis tertentu yang berlabuh pada titik waktu tertentu.

Sebaliknya, burnout adalah kondisi yang terjadi seiring waktu.

Menurut Maslach dan Laiter (dalam Antika, 2020) menjelaskan burnout merupakan kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh suasana tempat kerja yang kaku (monoton dan banyak tuntutan), keras, dan sangat menuntut baik secara ekonomi maupun psikologis.

Berdasarkan beberapa penjelasan yang diuraikan, dapat disimpulkan bahwa burnout merupakan kondisi kelelahan seseorang berupa fisik, emosional, dan mental, karena tekanan dan tuntutan pekerjaan yang berlebihan.

Dimensi Burnout

Maslach dan Jakson (dalam McCormack & Cotter, 2013), mempunyai tiga dimensi yaitu:

a. Emotional Exhaustion (Kelelahan fisik)

Kelelahan fisik seringkali disertai dengan kelelahan umum, ketidakmampuan untuk tidur nyenyak di malam hari, kelelahan fisik, dan sejumlah gejala fisiologis termasuk masalah perut, masalah pencernaan, kelelahan otot, dan sakit kepala.

Individu yang mengalami kelelahan umumnya disertai dengan perasaan depersonalisasi atau sinisme. Individu yang bekerja cenderung mengembangkan sikap dan perasaan negatif terhadap penerima layanan mereka seperti (pelanggan, klien, pasien, pelajar). Sehingga individu juga menjadi kecewa dengan pekerjaannya, yang mengakibatkan komunikasi menjadi tegang dan berusaha menghindari kontak dengan orang-orang disekitar mereka.

b. Enthusiasm for the job requires energy (Antuasiasme terhadap pekerjaan membutuhkan energi

Ketika energi tersebut terkuras, antuasiasme digantikan oleh sinisme, tidak hanya terdapat sekelompok orang yang ingin dibantu oleh karyawan, tetapi seringkali terhadap rekan kerja dan supervisor.

(4)

c. Reduced personal accomplishment (Penurunan pencapaian prestasi pribadi) dan Ineffectiveness (Ketidakefektifan)

Yaitu melibatkan kecenderungan untuk mengevaluasi diri sendiri secara negatif, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang dengan klien. Pekerja merasa tidak bahagia tentang diri mereka sendiri dan tidak puas dengan pencapaian mereka ditempat kerja. Prestasi pekerja tampak mudah baginya. Individu akan menderita karena kurangnya kepercayaan, merasa kurang efektif dalam pekerjaan, dan ragu tentang harga diri mereka. Semakin banyak pekerja yang berpikir tentang kegagalan, semakin banyak juga kegagalan yang terlihat seperti ramalan yang tidak mementingkan diri sendiri.

Mahasiswa

Definisi Mahasiswa

Menurut Sutrisman (2019) mahasiswa adalah orang yang belajar diperguruan tinggi, baik di universitas, atau institute. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi

”Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi.” Terdaftar sebagai mahasiswa disebuah perguruan tinggi hanyalah syarat administrasi menjadi mahasiswa.

Menurut Kusumah (dalam Sutrisman, 2019) mahasiswa didefinisikan sebagai kategori pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektual yang tinggi.

Kemudian menurut Rizki (2018) mahasiswa adalah sebutan untuk orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas.

Berdasarkan pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa orang yang belajar di perguruan tinggi atau institut. Mahasiswa juga didefinisikan sebagai kategori pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektual yang tinggi.

Tipe-Tipe Mahasiswa

Menurut Gafur (2015), secara umum tipe dan karakter mahasiswa dapat dibagi sebagai berikut:

a. Tipe Mahasiswa Akademik

Mahasiswa yang hanya menfokuskan diri pada kegiatan akademik dan cenderung apatis terhadap kegiatan kemahasiswaan dan kondisi masyarakat.

b. Tipe Mahasiswa Organisatoris

Mahasiswa yang memfokuskan diri pada kelembagaan atau organisasi baik organisasi internal kampus maupun eksternal, peka terhadap kondisi sosial dan cenderung tidak mengkonsentrasikan diri pada kegiatan akademik.

(5)

c. Tipe Mahasiswa Hedonis

Mahasiswa yang selalu mengikuti trend dan mode, tapi cenderung apatis terhadap kegiatan akademik dan kemahasiswaan.

d. Tipe Mahasiswa Aktivis

Mahasiswa yang memfokuskan diri pada kegiatan akademik kemudian berusaha mentransformasikan “kebenaran ilmiah” yang didapatkan kemasyarakat melalui lembaga atau organisasi dan berusaha memperjuangkannya.

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berupa studi kasus.

Menurut Rukajat (2018) penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan- temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi. Data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dan perilaku yang dapat diamati (Timotius, 2017).

Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswi yang bekerja sebagai karyawan retail baby shop yang berusia 20 tahun.

Tahap-Tahap penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Membuat Pedoman Wawancara

Peneliti melakukan persiapan dengan membuat pedoman wawancara dengan mengacu teori Burnout dari Maslach dan Jakson (dalam McCormack & Cotter, 2013), mempunyai tiga dimensi yaitu: Emotional Exhaustion (Kelelahan fisik), Enthusiasm for the job requires energy (Antuasiasme terhadap pekerjaan membutuhkan energy, dan Reduced personal accomplishment (Penurunan pencapaian prestasi pribadi) dan Ineffectiveness (Ketidakefektifan).

b. Membuat Pedoman Observasi

Peneliti membuat pedoman observasi, dengan menggunakan peralatan dan perlengkapan penelitian berupa alat tulis. Pedoman observasi meliputi ekspresi verbal dan non verbal responden selama proses wawancara.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Peneliti mencari terlebih dahulu subjek penelitian

(6)

b. Peneliti menerangkan tujuan penelitian kepada subjek sebelum memulai wawancara

c. Peneliti melakukan wawancara dan kemudian menganalisis data yang diperoleh .

Teknik Pengumpul Data 1. Wawancara

Wawancara pada penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi terstruktur, di mana pertanyaan bersifat terbuka namun ada batasan tema dan alur pembicaraan.

2. Observasi

Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi non partisipan.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik data kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan ditemukan beberapa dimensi burnout pada interviewee yang sesuai dengan teori menurut Maslach dan Leiter (dalam Gunarsa, 2004). Adapun definisi dari burnout Menurut Maslach dan Laiter (dalam Antika, 2020) menjelaskan burnout merupakan kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh suasana tempat kerja yang kaku (monoton dan banyak tuntutan), keras, dan sangat menuntut baik secara ekonomi maupun psikologis.

Pada teori menurut Maslach dan Leiter (dalam Gunarsa, 2004), disebutkan bahwa burnout memiliki tiga dimensi yaitu yang pertama, exhaustion (kelelahan) merupakan perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik, mental, dan emosional. Yang kedua, Cynicism (sinisme) penderita memiliki kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. Yang ketiga, Ineffectiveness (ketidakefektifan) mencerminkan penderita menganggap tugas-tugas yang diberikan terlalu berlebihan.

Dimensi yang pertama yaitu exhaustion (kelelahan) merupakan perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik, mental, dan emosional, interviewee mengalami perasaan letih secara fisik, yaitu interviewee mengalami sakit kepala dan pencernaan, kurangnya waktu beristirahat karena saat tiba di rumah tidak langsung beristirahat, tetapi mengerjakan tugas yang dibebankan sebagai mahasiswa, jam istirahat kerja juga digunakan untuk perkuliahan, mengikuti rapat organisasi yang sudah tidak melihat jam operasional selama pandemi dan berdampak pada aktivitas lainnya seperti mengerjakan tidak tepat waktu, karena padatnya pekerjaan yang dilakukan, pada akhirnya berakibat jatuh sakit. Interviewee juga mengalami letih secara mental. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan interviewee yang

(7)

mengatakan bahwa ada tekanan dipekerjaan dan dari hubungan dengan atasan, merasa terbebani karena double job sehingga mengakibatkan stress, merasa terbebani menjalankan tiga aktivitas sekaligus, jam tidur terganggu karena memikirkan beban yang terlalu banyak sehingga sulit tidur, mengalami penurunan kinerja, kehilangan motivasi, dan kelelahan sepanjang hari. Interviewee letih secara emosional. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan interviewee yang mengatakan bahwa mengalami perubahan mood saat bangun tidur seperti sensitif terhadap orang lain dan di malam hari mudah menangis, saat interviewee ditegur oleh orang lain langsung meluap dan tidak mau diatur, menangis tanpa alasan.

Dimensi kedua sesuai dengan interviewee, yaitu cynicism (sinisme) kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan interviewee mengatakan “tidak” (menolak) saat salah satu rekan kerja yang mengajaknya untuk berkolaborasi bareng untuk menjadi pimpinan di fakultas, menarik diri di organisasi, melindungi diri dari rasa kecewa.

Interviewee juga telah memenuhi dimensi ketiga, yaitu ineffectiveness (ketidakefektifan) mencerminkan penderita menganggap tugas-tugas yang dibebankan terlalu berlebihan. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan interviewee bahwa merasa ragu dengan kemampuan yang dimiliki, merasa tidak mampu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas, merasa tidak efektif karena pekerjaan yang terlalu berlebihan, sulit membagi waktu bekerja.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa dari tiga dimensi yaitu mengalami sakit kepala dan pencernaan, kurangnya waktu beristirahat, rapat organisasi tidak melihat jam operasional selama pandemi dan berdampak pada aktivitas lainnya seperti mengerjakan tugas tidak tepat waktu, pada akhirnya berakibat jatuh sakit.

Interviewee mengalami penurunan kinerja, perubahan mood, sulit tidur karena memikirkan beban yang terlalu banyak, menarik diri dilingkungan organisasi, merasa tidak mampu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas. Hal ini menunjukkan bahwa interviewee mengalami burnout.

Interviewee disarankan untuk melakukan manajemen stress agar mengurangi kelelahan yang dirasakan. Cara untuk melakukan hal tersebut, interviewee melakukan olahraga setiap akhir pekan, melakukan pengelolalaan waktu yang baik dengan membuat daftar kegiatan yang dilaksanakan dengan memperhatikan yang lebih diprioritaskan.

Menjaga keseimbangan diantara kegiatan interviewee yang dilakukan seperti kuliah, kerja dan organisasi dengan meluangkan waktu untuk berlibur. Interviewee juga harus belajar untuk mengatakan “tidak” yang akan mengakibatkan kecemasan atau perasaan yang tidak

(8)

menyenangkan. Interviewee juga harus menerapkan pola hidup yang lebih sehat seperti makan makanan bergizi dan pola tidur yang teratur. Kemudian melakukan relaksasi dan meditasi juga penting untuk interviewee.

DAFTAR PUSTAKA

Antika, E. R., Mulawarman. (2020). Mind-skills konsep dan aplikasinya dalam praktik konseling. Jakarta: Kencana.

Beni, S. (2020). Kuliah daring 5 masalah kerap dialami mahasiswa. Diakses dari www.kompasiana.com pada tanggal 13 Oktober 2020

Christiana, E. (2020). Burnout akademik selama pandemic covid-19. Prosiding Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Mengukuhkan Eksistensi Peran BK Pasca Pandemi Covid-19 di Berbagai Setting Pendidikan, hal 1-15.

Gafur, H. (2015). Mahasiswa dan dinamika dunia kampus. Bandung: CV. Rasi Terbit.

Gunarsa, S. D. (2004). Dari anak sampai usia lanjut: Bunga rampai psikologi anak.

Jakarta: BPK Gunung Mulia

Livana, PH., Mubin, M.F., & Basthomi, Y. (2020). Tugas pembelajaran penyebab stress mahasiswa selama pandemic covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 203- 208.

McCormark. N., & Cotter, C. (2013). Managing burnout in the workplace: A guide for information professionals. Oxford: Chados Publishing.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2012

Rizki, A. M. (2018). 7 jalan mahasiswa. Sukabumi: CV Jejak.

Rukajat, Ajat. (2018). Pendekatan penelitian kuantitatif. Yogyakarta: Depublish.

(9)

Sinding, K., & Waldstrom, C. (2014). Organisational behavior: Fifth edition. New York:

McGraw Hill Education.

Sutrisman, D. (2019). Pendidikan politik, persepsi, kepemimpinan, dan mahasiswa. Bogor:

Guepedia.

Referensi

Dokumen terkait