~No.
6/TI;t.llINII/1999
The Use of UV Radiation for Disinfection
of Drinking Water
JURNAL ILMIAH TEKNOLOGI DAN DISAIN
•FTSP - Universitas Trisakti Kampus A - Gedung D
n,
Kyai Tapa No.1 Grogol Jakarta 11440u.p. Sdr.Agus Sudibyo (Kepala Sekretariat) ALAMA T REDAKSI
Agus Nugroho
UPT Penerbitan dan Percetakan Universitas Trisakti.,
DESAIN SAMPUL DAN ILUSTRASI PENCETAK
Tim Karya Ilmiah dalam Jurusan yang relevan, di lingkungan ma-sing-masing Fakultas, dan atau Pakar-pakar lain baik dalam mau-pun luar negeri.
TIM PENILAI ("Referee")
Maftuchah Yusuf STAFAHLI - Soeryabno Wreksoabnodjo - Pamudji Suptandar - H. Aidit A.Gafar - H. Faraz Umar - Wahjoedi Wisaksono - Pramono Atmadi N. Sutan Assin PENANGGUNG JAWABj PIMPINAN REDAKSI ANGGOTA REDAKSI - DekanFTM - DekanFTSP - Dekan FALTL - Dekan FTI - DekanFSRD
Rektor Universitas Trisakti
PELINDUNG PEMBINA
SUSUNAN
PERSONALIA
TIM REDAKSI
]
\. \.
>-Penulis Halaman
f2l
Proses Penyusunan Model SecaraMatematis Regresi Berganda
*
Parwadi 1-110 TheUse Of UV Radiation For Disinfection
Of Drinking Water.
*
Winarni 12-29I2.l Mekanisme Pembentukan dan Perkembangan Tektonik Cekungan Barito,
KalimantanTimur,
*
Arista Muhartanto 30-51lZl Orthogonal Frequency Division Multiplexing! Coded·OrthogonalFrequency Division
Multiplexing
*
Yuli Kurnia 52-63IZl Model-Model Pertumbuhan Nonlinier.
*
Parwadi 64-74 lZl Model Input-Output Sebagai Metode AnalisisPerencanaan Ekonomi Wilayah.
*
Muchdie 15-102-
-~
~
----
----
~
---
----
--
---
----
----
--
--
--
----
--
----
--
--
-lsi
Daftar
Oleh:
Muchdie *)
.'
MODEL INPUT-OUTPUT
SEBAGAI METODE
ANALISIS PERENCANAAN
EKONOMI WILAYAH
PENDAHULUAN
Salah satu hasil nyata kegiatan pembangunan adalah telah makin meningkatnya "aspirasi" dan kebutuhan masyarakat. Pada keadaan seperti ini, model ekonomi agregat akan tidak terlalu banyak manfaatnya bagi perencanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan. Mereka yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan, termasuk ekonom, perencana dan pengawas pembangunan, dan.bahkan politisi, membutuhkan suatu model yang bukan hanya dapat menggambarkan jenis, lokasi dan pelaku kegiatan ekonomi tetapi juga mampu memberikan analisis tentang dampak langsung, tidak langsung dan yang terimbas (induced-effects) dari kegiatan-kegiatan pembangunan yang direncanakan.
Model Input-Ouput (10) mempunyai kapasitas tersebut. Seperti pernah dipaparkan oleh Jensen, Mandeville dan Karunaratne (1979),model 10 merupakan "an excellent descriptive device and a powerful analytical technique". Model ini ,bukan hanya merupakan suatu potret matematik
.perekonomian suatu wilayah karena dapat memberikan gambaran tentang 1<etergantungan struktural suatu perekonomian; tetapi juga mampu mem-prediksi dampak dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang direncanakan .. Bah-kan, model Input-Output AntarDaerah (lOAD), model 10 yang berminesi ruang, selain mampu memberikan gambaran tentang struktur ketergan-tungan sektoral (sectaral-interdependency), juga mampu menunjukkan keter-gantungan regional (regional-interdependency); antar satu kegiatan ekonomi di suatu daerah dengan kegiatan ekonomi lainnya di daerah lain (Iihat: West,
Morison&Jensen, 1982;West dkk, 1989,Hulu, 1990). .
Di Indonesia, kesadaran akan penggunaan model ini terutama untuk kepentingan perencanaan pada tingkat wilayah telah semakin meningkat. Ini ditunjukkan oleh semakin banyak daerah yang menyusun model input-output daerah, umumnya model daerah-tunggal. Hampir semua Daerah Tingkat I telah mempublikasikan tabel input-output provinsi. Muchdie (1997) mencatat tidak kurang 21 Daerah Tingkat I yang telah mempunyai
tabel input-output daerah tunggal. Sementara itu, terbatas untuk keperluan kajian, beberapa tabel input-output untuk Daerah Tingkat II juga telah
dipublikasikan.' ~
Tulisan ini membahas model 10 sebagai rnetode analisis perencanaan ekonomi wilayah, dengan pertama-tama menyajikan kerangka dasar model,
termasuk berbagai jenis tabel transaksi. Kemudian, pembahasan difokuskan pada model-model 10 yang berdimensi wilayah. Kegunaan model 10 baik secara deskriptif maupun secara analitik, khususnya untuk kepentingan perencanaan ekonomi wilayah dikemukakan, sebelum dibahas beberapa catatan mengenai kelemahan-kelemahan model 10.
JURNALILMIAH TEKNOLOGI DAN DESAIN "TRISAKTI" No.6/TH.mjVlIj1999
Kuadran I: Transaksi antar kegiatan Kuadran II:Permintaan-akhir
(nxn) (nxm)
.:;"-t-':~:
Kuadran III : Input-primer sektor produksi Kuadran IV:Input-primer pennintaan akhir
(pxn) (pxm)
Gambar1.
Kerangka dasar model input-output Kerangka Dasar Model 10
Hubungan antara susunan input dan distribusi output kegiatan
ekonomi suatu wilayah merupakan teori dasar yang melandasi model 10
(Miller & Bla{~,1985). Secara sederhana, model 10 menyajikan informasi
tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar-satuan
kegiatan ekonomi pada suatu wilayah untuk suatu waktu tertentu, yang
disajikan dalarn bentuk tabel. Isian sepanjang baris menunjukkan alokasi output dan isian menurut kolom menunjukkan pemakaian input dalam proses produksi (BPS, 1995).
Kerangka dasar model 10 terdiri atas empat kuadran seperti disajikan pada Gambar 1. Kuadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Kuadran ini menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk
suatu proses produksi sehingga disebut juga sebagai transaksi-antara
(intermediate transaction). Kuadran ke~a menunjukkan-permintaan akhir
(final demand), yaitu penggunaan bararg dan jasa bukan untuk proses prod uksi yang biasanya terdiri atas: konsurnsi rumah tangga, pengeluaran
pemerintah, persediaan (stock), investasi dan ekspor. Kuadran ketiga
memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi, yaitu semua balas jasa
faktor produksi yang biasanya meliputi : upah dan gaji, surplus usaha,
penyusutan dan pajak tidak langsung. Kuadran keempat memperlihatkan input-primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan-akhir.
MODEL 10
Tiap kuadran dinyatakan dalam bentuk matriks, masing-masing
dengan dimensi seperti tertera pada Gambar 1. Bentuk seluruh matriks ini
menunjukkan kerangka dasar model 10 yang berisi uraian statistik mengenai transaksi barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi wilayah pada suatuperiode tertentu. Kumpulan sektor produksi pad a kuadran pertama, yang berisi kelompok produsen, memanfaatkan berbagai sumberdaya dalam menghasilkan barang dan jasa yang secara makro disebut sebagai sistem
produksi. Sektor di dalam sistern produksi ini dinamakan sektor endogen.
Sedangkan sektor di luar sistem produksi, yaitu yang berada di kuadran
kedua.rketiga dan keempat dinamakan sektor eksogen. Dengan demikian,
dapat dilihat secara jelas bahwa model 10 membedakan dengan tegas sektor endogen dengan sektor eksogen. Output, selain digunakan dalam sistem
produksi dalam bentuk permintaan-antara, juga digunakan di luar sistem
produksi dalam bentuk permintaan-akhir. Input yang digunakan dalam
sistem produksi ada yang berasal dari dalam sistem produksi berupa input antara dan juga ada yang berasal dari luar sistem produksi yang disebut input primer.
Sebagai ilustrasi, misalkan hanya ada tiga sektor ekonomi dalam
suatu wilayah, yaitu sektor 1: primer (pertanian dan pertambangan),
sektor 2 : sekunder (industri manufaktur) dan sektor 3 : tersier (jasa), Atas
dasar klasifikasi ini, tabel transaksi disajikan pada Gambar 2.
Penyediaan sektor 1 terdiri atas output domestik sektor 1 sebesar Xi
dan impor produksi sektor I sebesar MI. Dari jumlah tersebut, sebesar Xll
digunakan sendiri sebagai input, sebesar X12 digunakan oleh sektor 2 dan
sebesar X13 digunakan oleh sektor 3. Sisanya sebesar YI digunakan untuk
memenuhi permintaan akhir sektor 1 (lihat Kuadran II) berupa konsumsi
rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor.
Untuk menghasilkan output sebesar Xi. sektor 1 membutuhkan input
dari sektor 1, sektor 2 dan sektor 3 masing-masing sebesar Xu, XZI dan XJI
dan input primer yang diperlukan sebesar VI. Disini dapat dilihat bahwa
angka pad a setiap sel bersifat ganda. Dilihat secara horisontal angka-angka
tersebut merupakan distributi" output, baik yapg berasal dari output
domestik maupun dari luar negeri. Pada waktu yang sarna, bila dilihat
secara vertikal, angka-angka tersebut juga rnerupakan susunan input suatu
sektor yang diperoleh dari sektor-sektor lainnya. Gambaran di atas
menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks tersebut
memperlihatkan suatu jalinan yang kait mengkait diantara sektor-sektor
yang terdapat dalam suatu perekonomian.
79
,
Xij:banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input sektorj
Y, : permintaan akhir terhadap sektori
Xi : total output sektor i
M, : impor produksi sektor i Xj : total input sektorj
dimana:
(3)
\.
\
artinya, permintaan antara + permintaan akhir
=
output + impor, ataudengan kata lain jumlah permintaan sarna dengan jumlah penyediaan.
Persamaan (2) dapat ditulis sebagai :
'-(2) (1) X21+ X22+ X23+ Y 2=X2+ M2
X31+X32+ X33+ Y 3= X3+
113
yang secara umum dapat ditulis menjadi :Lj=lXij+Yr=Xi+MiJuntuk i
=
1,2, 3Karena model 10 merupakan "potret" matematik ekonomi dari suatu wilayah, maka dapat digambarkan hubungan matematik sebagai berikut : Dibaca menurut baris:
Xn+X12+X13+Yl=X1+ Ml
Alokasi output Permintaan Antara Permintaan Penyediaan ~
Susunan input .J.. Sektor Produksi Akhir Impor JumlahOutput
-Input Antara Kuadran I Kuadran II
Sektor 1 Xn X12 X13 Yl Ml Xl
Sektor 2 Xu X22 X23 Y2 M2 X2
Sektor 3 X31 X32 X33 Y3 M3 X3
Input Primer Kuadran TIl
VI V2 V3
Jumlah Input Xl X2 X3
Gambar2.
Ilustrasi model input-output tiga sektor
80
Jenis-Jenis Tabel Transaksi
Tabel transaksi adalah tabel yang menggambarkan besarnya nilai
transaksi barang dan jasa antara sektor-sektor kegiatan ekonomi suatu wilayah. Berdasarkan harga, terdapat dua jenis tabel transaksi, yaitu: tabel transaksi atas dasar harga pembeli dan tabel transaksi atas dasar harga
produsen. Sedangkan berdasarkan perlakuan impor dibedakan menjadi:
tabel transaksi total, dimana impor diperlakukan secara bersaing dan tabel transaksi domestik, dimana impor diperlakukan secara tidak bersaing.
Tabel transaksi atas dasar harga pembeli adalah tabel transaksi yang
menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar kegiatan ekonomi
yang dinyatakan atas dasar harga pembeli. Dalam tabel transaksi ini unsur margin perdagangan dan biaya angkutan masih tergabung dalam nilai input dimana 1 merupakan matriks identitas, yaitu suatu matriks dengan unsur
diagonalnya bernilai satu dan unsur lainnya bernilai nol, (I - A + M)-l
merupakan matriks kebalikan Leontief dari suatu tabel transaksi domestik, yang mempunyai kegunaan sangat penting dalam analisis dampak berganda model 10.
(7)
x
=
(I - A+M):'y
, dimana x adalah vektor total output, A adalah matriks koefisien
input-output, M adalah vektor -import dan y vektor permintaan akhir. Kemudian,
melalui teknik manipulasi matematik, sejumlah persamaan ·linier tersebut
dapat diselesaikan menjadi :
(6)
x=Ax-M+y
yang dalam bentuk matriks dituliskan sebagai :
(5)
Xi=(4jai;Xj)-Mrt-Yi i
=
1,2,..,n, '
Substitusi persamaan (4) ke per~amaan (3) menghasilkan:
Jika koefisien input-output, yaitujumlah input sektor i yang digunakan per satuan output sektor j, dirumuskan sebagai :
,
/URNAI. IIMIAH TEKNOWGI DAN DESAIN "TRTSAKTI" No.6/fH.llJjVTT /1999
(4)
81 I
Tabel transaksi atas dasar harga produsen adalah tabeltransaksi yang menggambarkan nilai transaksi barang danjasaantar sektor ekonomi dalam suatu wilayah yang dinyatakan atas dasar harga produsen. Artinya, dalam tabel transaksi ini unsur margin perdagangan dan biaya angkutan telah dipisahkan sebagai input yang dibeli darisektor perdagangan dan angkutan; dan dinyatakan sebagai sektor tersendiri. Dengan mengeluarkan unsur margin perdagangan dan biaya angkutan dari tabel transaksi atas dasar harga pembeli akan diperoleh tabel transaksi atas dasar harga produsen, seperti diilustrasikan pada Tabel2.
Tabel transaksi total adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi dalam negerimaupun impor. Artinya,pada tabeltransaksi ini nilai transaksi input-antara (Kuadran I) antar sektor ekonomi mencakup transaksi barang
Sumber: Diolah dati Biro Pusat Statistik, 1994
Sektor 1 meliputi sektor pertanian danpertambangan
Sektor 2meliputi sektor industri, Iistrik,gas& airminum, bangunan
Sektor 3meliputi sektor Iainnya
Total Total Total
Permin- Permin- Peny
e-Sektor 1 2 taan taan diaan
Akhir 1 2.040 43.770 42.243 90.373 3.394 90.373 6.436 63.136 154.947 244.044 42.645 63.721 87.014 7.072 -40.1 260.912 421.430 53.111 Tamba h Bruto
Tabel transaksi total atas dasar harga pembeli (Millar Rp). Tabel1.
bagi sektor yang membeli.Dalam penyusunan tabel 10, tabel transaksi inilah yang pertama kali disusun. Contoh tabel transaksi atas dasar harga pembeli untuk 3 sektor ekonomi disajikan pada Tabel1.
Tabel transaksi domestik adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang hanya berasal dari produksi lokal suatu wilayah. Tabel transaksi ini diperoleh dengan memisahkan nilai transaksi barang dan jasa yang berasal dari imp or, baik transaksi antara maupun permintaan akhir, dari transaksi total. Jumlah impor masing-masing kolom disajikan sebagai vektor baris tersendiri. Data pada vektor baris ini sekaligus menunjukkan rincian barang dan jasa menu rut sektor yang menggunakan barang dan jasa tersebut Penyajian model 10 dengan memunculkan impor sebagai vektor baris disebut Juga sebagai model 10 dengan perlakuan impor tidak bersaing (non-competitive
import model),seperti dapat dilihat pada Tabel3 berikut ini.
Sumber : Diolah dati Biro Pusat Statistik, 1994
Tabel2.
Tabel transaksi total atas dasar harga produsen (Millar Rp)
dan jasa produksi dalam negeri dan impor. Pada tabel transaksi ini
tergambar informasi mengenai nilai impor menurut sektor ekonomi yang ditujukan pada vektor kolom di Kuadran II (permintaan-akhir). Penyajian tabel seperti ini juga disebut sebagai model 10 dengan perlakukan impor secara bersaing (competitive import model).Penyajian tabel transaksi total pada dasarnya sarna dengan penyajian tabel transaksi, baik atas dasar harga pembeli maupun atas dasar harga produsen. Tabell dan Tabel 2 merupakan
"\ . contoh tabel transaksi total. '
JURNAL ILMlAH TEKNOLOGIDAN DESAIN "TRISAKTI" No.6/TH.IIIjVII/1999
83
Matriks Koefisien Langsung dan Matriks Kebalikan
Tabel transaksi seperti disajikan pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 hanyalah merupakan suatu laporan neraca mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Tabel ini mempunyai kemam-puan analisis yang terbatas. Untuk keperluan analisis yang lebih me-nyeluruh berikut ini akan dibahas matriks-matriks dalam bentuk koefisien, yaitu rnatriks koefisien langsung (direct-coefficient matrix), matriks kebalikan terbuka (open-inverse matrix) yang menggambarkan koefisien langsung dan tidak langsung serta matriks kebalikan tertutup (closed-inverse matrix) yang menggambarkan koefisien langsung, tidak langsung dan yang terimbas (induced). Matriks-matriks tersebut merupakan matriks yang sangat penting
dalam analisis model 10. " ,
Untuk contoh pad a bahasan berikut"akan digunakan tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen (Tabel 4) yang diyakini sebagai model
10 yang lebih rnencerminkan keadaan yang sesungguhnya dari
per-ekonomian suatu wilayah. Tabel transaksi ini terdiri atas empat sektor transaksi-antara ditambah sektor rumah tangga, baik pada kolom per
-mintaan-akhir maupun pada baris input-primer. Sektor rumah tangga pada kolom permintaan-akhir berupa kolom konsumsi rumah tangga, sedangkan sektor rumah tangga pada baris input-primer berupa upah dan gaji yang diterima rumah tangga. Selain itu, untuk memudahkan analisis juga
Sumber: Diolahdari BiroPusat Statistik, 1994
Tabel3.
Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen (Millar Rp)
Matriks koefisien langsung. Matriks koefisien langsung, seperti disajikan pada Tabel 5, dihitung dengan cara membagi setiap sel (rnenurut kolom) dengan total input. Misalnya, untuk kolom sektor 1Tabel5, sernua sel dibagi dengan 53.186 (total input pad a Tabel 4). Matriks koefisien ini sering digunakan secara membingungkan karena kadang-kadang ada yang rnenyebutnya sebagai matriks koefisien teknik, matriks koefisien teknologi,
rnatriks koefisien input-output ataupun matriks koefisien langsung. Kadang-kadang, istilah ini juga digunakan untuk seluruh rnatriks dan kadang-kadang hanya mencakup kuadran-antara saja, Lebih sering rnatriks ini disebut dengan matriks A, yang unsur-unsurnya adalah aij. Menggunakan program komputer I07 matriks inidengan mudah dapat dihitung.
Koefisien setiap kolom pada Tabel 5 menunjukkan jumlah input yang dibutuhkan secara langsung oleh setiap sektor dengan nomor di atasnya dari
Sumber: Diolah dari BiroPusat Statistik, 1994 Sektor 1 meliputi sektor pertanian
Sektor 2 meliputi sektor pertambangan dan p,alian Sektor 3meliputi sektor industri
Sektor 3 meliputi sektor jasa
.
Total Konsumsi Permintaan~ ~
""\ Permintaan Rurnah Akhir Ekspo Total
.Sektor 1 7- 3 4 Antara -r-. . . La irmval. Output
1 4.057 4 22.706 3.439 30.206 21.280 320 1.379 53.186 2 7 142 9.384 3.026 12.559 0 2.796 13.265 28.62C 3 3.771 718 19.866 23.848 48.202 42.271 3.965 28.621 123.059 4 2.239 1.799 11.745 26.439 42.223 52.690 58.529 10.023 163.4!X Total
G
" Itlput 10.073 . 2.6601 63.701 56.751 116.242 65.610 53.289 368.33C Ant~ Gaji dan 7.951 2.155 10.615 36.256 56.978 0 0 a 56.978 Upah Input Primer Lainnya 34.581 23.479 31.352 61.412 150.824 0 0 a 150.824 Impor 581 322 17.390 9.046 27.339 7.942 17.829 a 53.111 :,:;) " . '·c·..
"'., , , .. 53.186 28.620 123.059 163.465 368.330 124.184 83.439 53~ " T.otal Input TK (ribu) 39.005 698 8.027 26.548 74.278 0 0 Tabel4.Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen (Miliar Rp) disajikan kolom ekspor dan perrnintaan-akhir lainnya pada sektor per -mintaan-akhir serta baris impor dan input-primer lainnya pada sektor input -primer. Tenaga kerja yang diserap olehsetiap sektor juga disajikan menurut baris tenaga kerja.
JURNAL ILMIAH TEKNOLOGI DAN DESAIN "TRISAKTI" No.6(TH.IIIjVII/1999
85
Sumber: Diolah dari BiroPusat Statistik, 1994
:_'t~ -,-:-
-" "' " a s ,ge ~,su~ntangsung
Total Konsumsi Permintaan
Permintaan Rumah Akhir 'Ekspo Total
-::~"'.:6ek", tor 1 ",,'2- :,3, " 4 Antara ... Tangga]. Lainnya Output
1 0,0763 0,0002 0,1845 0,2820 0,1714 0,0038 O,0259 0,4831 , .. '; 2 0,0001,.- 0,0050 Q,0763 0,0999 O/XX)O 0,0335 O,2489 0,3823 3 0,0709 Op251.. O,161
t
0,4033 0,3404:- 0,0475 •0,5371 1,3283 -, " 4 0,0421 0,0629 0,0954' 0,3621 0,4243 0,7015 0,1881 1,676(] '---_- , .,~: ~.. .-".~ ,.
Total Input 0,1894 0,0931 0,5176 0,3472 1,1473 0,9360 0,7863 1,OOOC 3,8697 ~:':"-, -cAntara ..:'~, .. .. -.. ,~ ... Gajidan 0,1495 0,0753 0,0863 0,2?.18,' 0,5329 0,0000 0,0000 O,OOOC 0,5329 Upah \ ,_ ,_...-~....rc. r·',_._ , Input Primer I II I,Lainn_ya 0,6502 .. 0,8204 0,254a :,~O,375?-'," 2,10JO, 9,0000 0,0000 o,oodc 2,10H]
, \ I .. Impor 0,0109(.. ,0,0113 0,1413 0,0553 0,2188 O,0Q4Q ,, 0,2137 O,ooot: 0,4965 "TotalInput 1,0000 ,1,0000 1,0000, 1,~ 4,0000 ,,1,000Q "- , 1,9900 1,OOOC '7,0000 \ \ .•....TK 0,7334-c;.,Qr07~4 .0,0.652 0,1624 J1,9854 :..:Q~OOOO "...-:O,()()()() J1,QOOC',;,p,~854 - ... ,Tabel5. M trik k fi 1
Selci,fnitu, sebanyak :
Rp.1.495dalam bentuk gajidan upah
Rp.6.502dalam bentuk input-primer lainnya, dan Rp. 109 dalam bentuk input yang diiinpor
Ini merupakan koefisien input langsung, yang juga disebut sebagai ,
koefisien pembelian input pad a putaran pertama (first-round purchases of
inputs) dan tidak mencerminkan pengaruh tidak langsung (indirect effect)
terhadap perekonomian lokal. Matriks A menunjukkan saling ketergan-tungan antar sektor dalam suatu perekonomian; setiap koefisien aij
me-nunjukkan jumlah .input yang dibutuhkan dari sektor i untuk setiap unit output sektor j.
setiap sektor yang ada di sebelaH'kirinya. Misalnya, untuk setiap Rp. 10.000 output sektor 1 mernbutuhkan:
Rp. 763 dari sektor 1 (sektor pertanian)
Rp. 1 dari sektor 2 (sektor pertambangan dan galian) Rp. 709 dari sektor 3 (sektor industri manufaktur) Rp., 421dari sektor 4 (sektor jasa)
atau secara total sebanyak Rp. 1.894 dari seluruh sektor produksi lokal.
86 Sektor 1 2 .3 4 Total 1 1,1052 0,0111 0,2524 0,0719 lA406 2 0,0095 1,0100 0,0985 0,0397 1,1576 3 0,1056 0,0453 1,2449 0,2203 1,6162 4 0,0682 0,0815 0,1618 1,2246 1,5361
I
Totall 1,28861 1,14781 1,75761 1,55651 5,75051Matriks Kebalikan Terbuka. Selain pengaruh langsung, terdapat juga
serangkaian pengaruh tidak langsung sebagai suatu gelombang pembelian
putaran kedua, ketiga dan selanjutnya dalam suatu perekonomian.
Mi-salnya, peningkatan permintaan terhadap output sektor 1 akan rnem
-butuhkan input dari semua sektor pada putaran pertama; sektor-sektor ini
kemudian perlu meningkatkan outputnya agar dapat menyediakan per
-mintaan sektor 1 yang meningkat tadi dan karenanya perlu membeli input
sebagai pengaruh putaran kedua terhadap suatu perekonomian.
Satu hal pe~ting dalam analisis model 10 adalah penyusunan suatu
tabel yang dapat 'menunjukkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak
langsung sebagai akibat berubahnya output suatu sektor. Berbagai metode,
yang secara konsepsi serupa, dapat digunakan untuk menghitung pengaru
h-pengaruh ini. Salah satu teknik yang paling dikenal adalah teknik matriks
kebalikan (matrix inversion) yang biasanya disebut dengan matriks kebalikan
Leontief terbuka (open Leontie!inverse), matriks penyelesaian umum terbuka
•(open general solution matrix) atau secara sederhana disebut sebagai matriks
kebalikan terbuka (open-iriverse matrix). Kata "terbuka" digunakan untuk
menunjukkan bahwa model yang digunakan hanya mencakup sektor-sektor
_produksi atau sektor-antara dan tidak ada satupun sektor permintaan-akhir
yang dicakup olehmatriks A.
Matriks kebalikan terbuka untuk contoh kasus disajikan pada Tabel 6
yang dengan menggunakan software 107, matriks ini akan sangat mudah
dihitung.
Tabel 6 menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung dari
meningkatnya permintaan-akhir sektor yang ada diatasnya terhadap sektor
-sektor yang ada disebelah kiri. Misalnya, meningkatnya permintaan output
sektor 1 sebesar Rp. 10.000,setelah memperhitungkan pengaruh langsung
dan tidak langsung, akan meningkatkan output sektor 1 sebesar Rp. 11.052
(telmasuk Rp. 10.000 injeksi awal), sektor 2 hanya sebesar Rp. 95, sektor 3
sebesar Rp. 1.056 dan sektor 4 sebesar Rp. 682 sehingga secara total
meningkatkan output perekonomian secara keseluruhan sebesar Rp. 12.886.
Setiap sel pada Tabel 6 sebenarnya merupakan angka-angka dampak
berganda yang mengindikasikan besamya respon yang diharapkan dari
meningkatnya permintaan akhir sebesar Rp. 10.000.
Tabel6.
Matriks kebalikan terbuka
JURNAL lLMIAH TF.KNOWGI DAN DF.SA1N "TRISAKTT" No. 6(fH.TTIjVIl /1999
87
,
Matriks baru disebut sebagai matriks yang ditambahkan (augmented
matrix) dan dinyatakan dengan A*. Secara konseptual rnatriks ini sarna
dengan matriks A, kecuali bahwa setiap putaran dalam reaksi ekonomi telah
a s e an Lp
Rumah
Sektor 1 2 3 4 Total Tangga Total
1 .. J!18e4 O~05Q5'''fL' 0,3268
I
~"
0,1921 1,7498 0,3950 2,1448 2 .'0;0223,_
l,O'Hl
r
..:...:.O,~ ~ 0,1111I~.."'", 0060I 1 1,2102 0,067i 1,2773 3 Q,~~71 0,1143 ' 1,3752I
~~'
0,4300 2,1574 0,6915 2,8490.
O;glZ3l
:
'n1$70"~X • .'" ,O,~~5r';,' 1,4552 2,1290 0,7575 2,8864 4.'",I 01 Total 1,6521 1,3384 2,1177 2,1382 7,2463 1,9112 Rumah.
" Tangga 0,2457 0,1288 0,2434 0,3932 1,0110 1,2918I 2,3028 , Total 1,8977 1,4672 2,3611 2,5314 8,2573 3,202911 11,4603 Tabel7.M trik k balik tertutu
Matriks Kebalikan Tertutup. Model terbuka yang dibahas di muka hanya
menggambarkan suatu situasi ketika sektor-sektor produksi dalam per- .
ekono;man diasumsikan endogen terhadap sistern, yaitu ketika sernua
sektor-sektor permintaan-akhir diasumsikan ditentukan oleh faktor-faktor
diluar sistein produksi. [ika asumsi ini tidak mernuaskan, model 10 dapat
secara sebagaian atau seluruhnya "ditutup" (closed). Kebanyakan pakar 10
setuju dengan asumsi bahwa sektor rumah tangga merupakan komponen
endogen dalam suatu perekonomian, dalam arti bahwa tingkat produksi
adalah penting dalam penentuan tingkat pendapatan rumah tangga, yang
kemudian sebagian besar dibelanjakan secara lokal dan selanjutnya mem
-pengaruhi tingkat konsumsi, yang lebih lanjut akan mempengaruhi tingkat
output setiap sektor. Pada kasus ini,model telah memasukkan sektor rumah
tangga ke dalam kuadran-antara (intermediate quadran); dengan cara
meng-gabungkan kolom dan baris rumah tangga ke dalam kuadran-antara.
Matriks kebalikan terbuka. ~mpunyai sejumlah kegunaan dalam
analisis ekonomi. Yang jelas, matriks ini mempunyai beberapa karakteristik
yang dapat diduga. Pertama, unsur-unsur dalam diagonal utama akan
bernilai 1 atau lebih beser.'Kedua, unsur-unsur pada tabel adalah positif dan
rnencerminkan tingkat saling ketergantungan ekonomi secara terbuka.
88
.
Pad a model daerah-tunggal, setiap sel pada tabel transaksi menunjuk-kan jumlah yang dibeli oleh suatu sektor pada daerah tersebut dari sektor itu
sendiri dan dari sektor lain pada daerah yang sarna. Perdagangan
antar-daerah hanya ditunjukkan dalam jumlah totalnya. Asal dan tujuan barang
dan jasa tidak diketahui. Dengan model ini, dampak nasional terhadap daerah tersebut tidak dapat dianalisis karena daerah tersebut terisolasi. Model Daerah- Tunggal dan Model Intra-Nasional
DIMENSI WILAYAH PADA MODEL 10
Sejauh ini terdapat empat tipe model 10 yang berdimensi ruang,
yaitu: (1) model daerah-tunggal (single-region model), (2) model intra-nasional
(intra-national model), (3) model antardaerah (inter-regional model) dan (4)
model banyak-daerah (multi-region model). Namun demikian, hanya dua
model yang terakhir yang dapat menggambarkan struktur ruang suatu
perkonomian. Dua model yang pertama sarna sekali belum
mengintegrasi-kan aspek ruang (Polenske, 1995). Untuk itu, berdasarkan bentuk tabel
transaksi domestik, berikut akan dibahas model-model 10 yang berdimensi
ruang, dengan tekanan utama pada model 10 antardaerah dan model 10
banyak-daerah. ..
menggabungkan pendapatan rumah tangga dan peningkatan output sektor-sektor untuk memenuhi kebutuhan yang ditimbulkan oleh meningkatnya
pengeluaran rumah tangga karena meningkatnya pendapatan. Dengan
demikian, matriks kebalikan dari model tertutup mencakup dampak
berganda pendapatan dan pengaruh konumsi. Untuk kasus pada bahasan ini, matriks kebalikan tertutup disajikan pada Tabel 7.
Sel-sel pada matriks kebalikan tertutup merupakan angka dampak
berganda output. NilainyaIebih besar dibandingkan dengan nilai
unsur-unsur pad a matriks kebalikan terbuka karena nilai-nilai tersebut juga
mencakup tingkat output yang dibutuhkan untuk memenuhi pengaruh
imbasan konsumsi rumah tangga. Misalnya, setiap peningkatan permintaan output sektor 1 sebesar Rp. 10.000 akan menyebabkan peningkatan secara
langsung, tidak langsung dan imbasan output sektor 1 sebesar Rp. 11.804
(termasuk injeksi awal), sektor 2 sebesar Rp. 223, sektor 3 sebesar Rp. 2.371
dan sektor 4 sebesar.Rp, 2.123, menghasilkan peningkatan output sektor
_produksi secara total sebesar Rp. 16.521.
JURNAL ILMIAH TEKNOLOGI DAN DESAIN "TRIsAKTI" No. 6(fH:.I11/VIl /1999
Model Input-Output AntarDaerah
Model input-output antardaerah, yang juga dikenal dengan model "ideal"nya Isard (1951),dianggap sebagai model yang paling komprehensif dan sistematis karena model ini merupakan pengembangan konsep input-output yang mengintegrasikan unsur ruang secara "simple" dan IIelegant"
(West dkk, 1989)~selanjutnya disebut model lOAD. Model ini membagi ekonomi nasional berdasarkan sektor dan daerah kegiatan (Hulu, 1990;West dkk, 1989;Oosterhaven, 1981).
Struktur model lOAD terdiri atas dua jenis matriks yang meng-gambarkan dua jenis ketergantungan ekonomi. Pertama adalah matriks transaksi intra-daerah (intra-regional transaction) yang berada pada diagonal utama yang menujukkan transaksi antar sektot'dalam suatu daerah. Kedua adalah matriks perdagangan antardaerah (inter-regional trade transaction)
yang menunjukkan arus perdagangan antarsektor dari satu daerah ke daerah lainnya. Matriks ini secara khusus menunjukkan keterkaitan antar industri dan antardaerah sehingga setiap kegiatan dapat diketahui jenis dan lokasinya.
Secara umum, model lOAD dapat dinyatakan melalui persamaan berikut:
Walaupun model daerah-tunggal sangat mirip dengan model nasional, ada dua hal yang membedakannya, yaitu pola kegiatan produksi dan pola perdagangan. Akan tetapi, biasanya, dalam menyusun tabel daera&'tunggal dengan metode non-survai, koefisien teknologi pada tingkat aaerah dianggap sarna dengan koefisien teknologi pada tingkat nasional.
. Pada model .intra-nasional, yang diperkenalkan Leo~ef (1953) dan digunakan oleh Leontief dkk (1965)-dalam analisis dampakregtonal dari pemotongan anggaran persenjataan, setiap sel pada '~bel transaksi menun-jukkan jumlah barang dan jasa yang dibeli oleh suatu sektor dari suatu daerah, baik dari sektor itu sendiri maupun dari sektor laip. tanpa me-mandang daerah asal barang dan jasa tersebut, Perdagangan-antardaerah hanya dilihatdari nilai bersihnya saja. Model ini tidak dapal menganalisis dampak umpan-bahk daerah (regional feed-b,ack effects) dari suatu kegiatan ekonomi. Meski model ini sangat berguna dalam memprediksi dampak regional dari kebijakan nasional, sifatnya yang /Itop-dawn" membuatnya
kurang bermanfaat dalam mengkaji dampak nasional dan suatu kebijakan pembangunan daerah.
90
Oleh karena koefisien input langsung daerah pad a persamaan (13)
-(16) mengan~ung unsur-~n.~( ~knologi dan ~e~dagangan, ~ak~ Hart~~ck
(1971) mermsahkan koefisien mput daerah iru (ABaij)menjadi koetisien
perdagangan (ABtij)dan koefisien teknologi (Baij).Pemisahan inimenghasil
-kan persamaan yang pada dasarnya sarna dengan persamaan pada model
(18) (17) AX =Lj AAaijAXj+ Lj ABaijBXj+ AYi;/G'imana (i,j =1,2,...n)
dan
BXi=Lj BAaijAXj+ LjBBaijBXj+ BYi;dimana (i,j
_
=
1,2, ...n)Persamaan (13) dan (16) menunjukkan koefisien langsung
intra-daerah, sedangkan persamaan (14) dan (IS)/menunjukkan koefisien
perdagangan antardaerah. Jika persamaan-perslUnaan (13) - (16) disubstitusi -kan ke persamaan-persamaan (11) dan (12) maka akan dihasilkan:
(13) (14) (15) (16) AAaij=AAXij/ AXj
ABaij
=
ABXij/BXj BAaij=BAXi;!AXj BBaij=
BBXij/BXjDari persamaan (11) dan (12) dapat ditentukan koefisien input yang merujrik daerah berdasarkan matriks perdagangan intra dan antardaerah:
(12) .
Substitusi persamaan (9) ke persamaan (8) menghasilkan :
AXi=LjLBBaijBXj+LBABYi; dimana (i,j=1,2,...,n) and (A,B
=
1,2,...,m) (10) ". Mengingat persamaan (8) sampai persamaan (10) mengacu kepada kasusumum, maka akan lebih mudah jika merujuk secara khusus kepada matriks
intra dan antar, sehingga:
AXi= Lj AAXij+ Lj ABXij+ AYi; dimana (i_j =l2,...n) (11)
dan
JURNAL ILMIAH TEKNOLOGI DAN DESAIN "TRISAKTI" No. 6/TH.lllfVll/1999
,
(9) AXi=Lj LBABXij+LBABYi;dimana (i,j =l2,....n) dan (A, B
=
l2,....m) (8)Terdapat (mxn) persamaan yang menunjukkan bahwa output setiap sektor di
suatu daerah (AXi) sarna dengan penjualan kepada semua sektor di semua
daerah (LjLBABXij) ditambah dengan penjualan kepada penggunaan akhir di
semua daerah (LBABYi).
Input koefisi~ ruallg_(cqefficients of spatial input) dinyatakan sebagai:
.,
ABaij= ABXij/BXj-91 Dua gugus koefisien yang menyusun koefisien input langsung (ABaij) pada model IOBD adalah, pertama koefisien teknologi, Bajj,yang menggam-barkan jumlah komoditi i yang dibutuhkan oleh sektorj dari semua daerah Model Input-Output Banyak-Daerah
Untuk mengatasi masalah-masalah_ yang terdapat pada model lOAD, berbagai model input-output banyak daerah (IOBD) sudah dikembangkan. Pada model ini diasumsikan bahwa barang yang sarna tidak lagi perlu dibedakan dari daerah asalnya. Dalam penerapannya, ada yang mengguna-kan perkiraan titik (Chenery, 1956i Moses, 1955; Leontief, 1966), ada yang menggunakan teori gravitasi (Leontief & Strout, 1963; Polenske, 1970) dan ada yang menggunakan perumusan pemograman linear (Moses, 1960).
Untuk memahami model ini, misalkan ekonomi nasional terdiri atas m
"
'-daerah dan n sektor ekonomi yar.rg'identik. Persamaan keseimbangan pada suatu sistem banyak-daerah sarna dengan persamaan (8), yang ditulis kembali sebagai:
AXj=LjLBABXijLBABYij+ dimana (i,j = l,2,...,n) dan (A ,B = l,2, ...,m) (20)
Walaupun model lOAD adalah model yang paling ideal, dia mempunyai dua masalah yang serius (Toyomane, 1985; 1988). Pertama berkaitan dengan ketatnya asumsi yang menyatakan bahwa suatu komoditi yang diproduksi di suatu daerah; secara teknis berbeda dengan komoditi yang sarna dihasilkan oleh daerah lainnya. Misalnya, batako yang diproduksi di Jawa berbeda dengan batako yang diproduksi di Sulawesi, sehingga tidak ada substitusi diantara keduanya. Asumsi ini terlalu kaku dan tidak realistik :sebab, bagi konsumen batako tetap saja batako dimanapun ia diproduksi.
Kedua berkaitan dengan penerapan praktis dari model lOAD. Untuk memperoleh estimasi nilai ABtijdiperlukan data arus perdagangan menurut daerah asal dan daerah tujuan dan menurut sektor produksi dan sektor konsumsi. Data seperti ini biasanya tidak tersedia, bahkan di negara yang statistiknya sudah rnaju sekalipun. Untuk dapat memperolehnya dilakukan survai yang akan membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang banyak. Hal ini menyebabkan sangat sedikit negara yang sudah menyusun tabel lOAD.
(19) input-output daerah-tunggal yang dituliskan sebagai :
x
=
T(A x +y) atau x=
(I-TA)-ly92
Tabel input-output sangat kaya akan informasi yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Tabel tersebut menyajikan suatu ringkasan dari semua transaksi ekonomi yang sangat berguna, baik secara deskriptif rnaupun untuk keperluan analisis. Kegunaan deskriptif, antara lain, meliputi struktur input dan distribusi output. Sedangkan kegunaan analitisnya, antara lain, meliputi analisis keterkaitan (linkages) dan analisis darnpak berganda
(multipliers).
KEGUNAAN MODEL 10
jika komoditi idi daerah Bmengimpor 1 persen kebutuhannya dari daerah A, maka setiap industri j di daerah B juga mengtmpor 1 persen kebutuhannya dari daerah A. Dengan menggunakan kedua gugus koefisien ini, keseimbangan persamaan (18) dapat ditulis sebagai :
, AXi=:Lj:LB(ABci)(Baij)AXj+LB(ARCi)BYi; dimana (i,j =1,.,n) and (A,B =Lcrn) (22) Dengan koefisien teknologi (Baij)untuk setiap daerah dan koefisien perdagangan (ABCi)untuk setiap komoditi,' maka persamaan (22) dapat diselesaikan untuk setiap tingkat produksi (AXj)di setiap daerah. Dalam bentuk matriks, persarnaan (22) dapat ditulis sebagai :
x
=
CA x + C y atau x =(I -CA)-ly (23)Persamaan (23) di atas secara maternatis sarna dengan persarnaan (19), dengan catatan bahwa matriks koefisien perdagangan (matriks T) pada persarnaan (19) diperkirakan oleh rnatriks perdagangan C pada persamaan (23). Model ini lebih mudah diterapkan karena data asal-tujuan barang secara total biasanya tersedia. Lebih-lebih di negara kepulauan seperti Indonesia, arus barang lebih mudah dideteksi di setiap pelabuhan. Selain itu, pemisahan koefisien input rnenjadi koefisien teknologi dan koefisien
perdagangan sangat bermanfaat untuk simulasi model jangka panjang
dimana koefisien tersebut dapat diperbarui seeara berkala (Toyornane, 1988). untuk setiap unit output sektor i di daerah B. Kedua adalah. koefisien perdagangan antardaerah, ASCi,yang menunjukkan pol a perdagangan setiap komoditi antardaerah yang berpasangan. Koefisien ini mertunjukkan pro--:-porsi komoditi i di daerah B yang dibeli dari daerah A. Proporsi ini diasumsikan sama bagi setiap sektor pembeli, sehingga :
/URNAI, IIMIAH TF.~NOWGT DAN DF.SAIN "TRISAKTT" No, 6(T'H,TTTfVlT/1999
,
(21)
93 Neraca Regional. Tabel 10 merupakan bagian integral dari sistem neraca sosial. Pada tingkat nasional, tabel tersebut biasanya sudah merupakan bagian dari proses neraca nasional. Akan tetapi, pada tingkat regional neraca-neraca daerah jarang tersedia sehingga tabel 10 yangdisusun untuk Kegunaan Deskriptif
Struktur Input. Salah satu kegunaan deskriptif dari tabel input-output adalah bahwa tabel tersebut dapat menyajikan struktur produksi kegiatan ekonomi suatu wilayah. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa susunan input sua!tt kegiatan ekonorni wilayah terdiri atas : input-antara, yaitu input yang berasal dari sektor-sektor produksi dan input-primer yang umumnya terdiri atas: gaji dan upah, penyusutan, pajak tidak langsung, subsidi dan impor. Misalnya, untuk satu satuan input pad a sektor 1 terdiri atas : 0,1894 input-antara, yaitu input yang berasal dari sektor 1 (0,0763), sektor 2 (0,0001),.
sektor 3 (0,0709) dan sektor 4 (0,0421); 0,8106 input-primer, yang terdiri atas·
gaji dan upah (0,1495), input-primer lainnya (0,6502) dan impor (0,0109). Susunan input ini merupakan kebutuhan langsung input untuk keperluan produksi pada sektor 1. Secara lebih analitis, berdasarkan susunan input ini dapat diturunkan indeks keterkaitan ke depan (keterkaitan terhadap kebutuhan input) suatu sektor.
Disbibusi Output. Kegunaan deskriptif yang kedua dari suatu tabel 10 adalah kemampuannya dalam menyajikan distribusi output, baik ke sektor-sektor ekonomi lainnya sebagai input produksi yang disebut juga sebagai permintaan-antara, maupun ke permintaan-akhir seperti: konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal, perubahan (stock) dan ekspor. Software pada model 10 biasanya bekerja menurut kolom, sedangkan distribusi output dihitung menurut baris. Oleh karenanya, program komputer 10-7 yang dikembangkan West (1993) menyediakan fasilitas untuk memutar tabel 10, yaitu merubah baris menjadi kolom, sehingga distribusi output dapat dengan mudah dihitung. Seperti halnya pada susunan input, dari distribusi output juga dapat diturunkan indeks
keterkaitan antar sektor produksi; yang dikenal dengan keterkaitan ke
~ - -_ ,
belakang langsung, yaitu keterkaitan langsung dengan sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut sebagai input-antara.
94
Kegunaan Analitik
Keterkaitan Sektoral. Model 10 telah secara luas digunakan untuk meneliti
keterkaitan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Tahun 1981,
Sritua Arief telah menggunakan model 10 untuk meneliti sektor-sektor kunci
(key sectors) dalam ekonomi Indonesia (Sritua Arief, 1993). Alaudin (1986)
telah mengidentifikasi sektor-sektor kunci dalam perekonomian Bangladesh
dengan pendekatan keterkaitan antar sektor. Muchdie dan M.H. Imansyah
(1995), selain menerapkan analisis keterkaitan, juga menggunakan beberapa
pendekatan, seperti pengaruh berganda (multipliers) dan elastisitas input
out-put, dalam analisis sektor-sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia. Analisis indeks keterkaitan mulanya dikembangkan oleh Rasmussen
(1956) dan Hirschman (1958) untuk melihat keterkaitan antar sektor,
ter-utama untuk menentukan strategi kebijakan pembangunan. Dikenal dua jenis keterkaitan, yaitu (1) keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang
merupakan keterkaitan dengan bahan mentah dan dihitung menurut kolom,
dan (2) keterkaitan ke depan (fonoard linkages) yang merupakan keterkaitan
penjualan barang jadi dan dihitung menurut baris.
keperluan lain dapat 'merupakan sumber informasi yang sangat berharga
dalam menyusun neraca-neraca regional. Sayangnya, kebanyakan tabel 10
regional tidak menyediakan data yang cukup rinci agar memungkinkan penyusunan neraca-neraca tersebut karena ada kecenderungan untuk
meng-konsentrasikan pada transaksi antar industri. Salah satu neraca regional
yang dapat diturunkan dari tabel 10 adalah PDB (produksi domestik bruto
atau gross domestic product)'yang merupakan penjumlahan pembayaran
ter-hadap faktor preduksi (tenaga kerja berupa upah dan gaji, pemerintah berupa penerimaan pajak tidak langsung, pemilik modal berupa keuntungan
usaha, dan sebagainya).
Indikator Ekonomi Makro Regional. Para ekonom cenderung
meng-gunakan indikator-indikator ekonomi makro secara agregat. Sementara itu,
tabel 10 menyajikan secara sangat detil indikator-indikator tersebut. [ika
tabel 10 disusun berdasarkan kerangka neraca sosial konvensional, definisi
istilah-istilah pada tabel tersebut juga akan konsisten dengan sistem neraca
regional. Dengan demikian, dari tabel 10 dapat diturunkan kontribusi
sektoral berupa output, pendapatan, nilai tambah, ekspor, impor dan
se-bagainya.
,
95
Analisis keterkaitan ke belakang dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) keterkaitan ke belakang langsung (direct backward linkages),(2) keterkaitan
ke belakang langsung dan tidak langsung (direct and indirect backioard
linkages), (3) keterkaitan langsung, tidak langsung dan terimbas (direct,
indirect and induced backward linkages), yang masing-masing dapat dibedakan
menurut output; pendapatan dan kesempatan kerja.
Seperti halnya analisis keterkaitan ke belakang, analisis keterkaitan ke depat juga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) keterkaitan ke depan
langsung (direct forward linkages), (2) keterkaitan ke depan langsung dan
tidak langsung (direct and indirect forward linkages), dan (3) keterkaitan
langsung, tidak langsung dan terimbas (direct, indirect and induced forward
linkages),yang masing-masing dapat dibedakan menurut output, pendapatan
dan kesempatan kerja. Bedanya, jika keterkaitan ke belakang dihitung menurut kolom, analisis keterkaitan ke depan dihitung menurut baris. Software 107 mempunyai fasilitas untuk memutar baris menjadi kolom
sehingga perhitungan-perhitungan keterkaitan ke depan dapat dilakukan
seperti halnya perhitungan keterkaitan ke belakang.
Analisis Dampak. Pada dasarnya, pengganda merupakan ukuran respon terhadap rangsangan perubahan suatu perekonomian, yang dinyatakan da-lam hubungan sebab-akibat. Pengganda pada model 10 biasanya
diasumsi-kan sebagai respon meningkatnya permintaan akhir suatu sektor. Konsep
pengganda sering digunakan secara raneu sehingga menghasilkan
interpre-tasi yang keliru. Mendapatkan bahwa terdapat sejumlah ketidakkonsistenan
(inconsistencies) dalam definisi komponen-komponen pengganda
input-output, West dan Jensen (1980)dan West dkk (1989)membedakan kategori
pengganda menjadi :dampak awal (initial impact), dampak imbasan kegiatan
produksi (production-induced impact), yang terdiri atas: pengaruh langsung
(direct effect)yang juga kadang-kadang disebut dengan pengaruh pembelian
pada putaran pertama (first-round effect), dan pengaruh tidak langsung
(indirect effect) yang merupakan-pengaruh'. putaran kedua dan seterusnya,
yang juga dikenal dengan pengaruh dukungan industri (industrial-support
effect) dan dampak imbasan konsumsi (consumption-induced effect).Selain itu,
juga ada kategori lain yang disebut dampak luberan (flaw-on impact). Tabel 8
memberikan rumusan definisi pengganda untuk setiap jenis dampak
berdasarkan output, pendapatan dan tenaga kerja, yang pad a prinsipnya
dapat diperluas untuk impor, pajak, keuntungan usaha, subsidi dan
sebagainya.
~--~--
~
---
--
---
-96_.Berkaitan dengan kajian darnpak, Jensen dan West (1986) telah membuat
klasifikasi sebagai berikut:
1. Kajian signifikansi ekonomi (economic significance), yang mengukur
signifikansi ekonomi atau kontribusi sebuah perusahaan, industri
atau sektor terhadap perekonomian wilayah pada tingkat kondisi
output dan permintaan akhir yang ada saat ini.
2. Kajian dampak perubahan pada permintaan-akhir untuk keperluan
"forecasting" ataupun proyeksi, seperti dampak perubahan pada
salah satu unsur permintaan akhir, dampak perubahan banyak
unsur pada permintaan-akhir.
3. Kajian dampak perubahan yang terjadi pada tabel transaksi seperti
muneul atau hilangnya suatu perusahaan atau industri, perubahan
teknologi ataupun adanya teknologi baru, substitusi impor, ataupun
perubahan lainnya pada tabel termasuk: ekspor, keseimbangan
neraea perdagangan, ~nilai tambah, pajak tidak langsung, peng
e-luaran pemerintah, perubahan stock, konsumsi rumah tangga, dan
, sebagainya.
4. Kajian dampak peubah-peubah bukan tabel (non-table variables),
termasuk: angkatan kerja, kebutuhan energi, tingkat polusi,
kebu-tuhan laban dan sebagainya.
, Catatan:
pikoefisien pendapatan rumah tanw,; e; adalah koefisien tenaga kerja;a;j adalah koefisien input langsung ;bij adalah koefisien matriks kebalikan terbuka; dan b*ijadalah koefisien matriks kebalikan tertutup.
Sumber: west,et.aI., 1989.
Laij Lbij-1 -Laij '" (b*..-'b..) L.... .IJ ~ IJ Lb*ij " Lb*ij - 1 (L bij )/1 (L b"..)/1 ej Laijei Lbjj e,-ej-Lajje,
L(b*ij ei- bjj e.) Lb*jj ei Lb*jj ej- e, (L bij ei)/ e, (L b*i' ei)/ ej pj LaijPi Lbij Pi-Pi -LaijPi
L(b*ij Pi- bijpi)
Lb*ij Pi Lb*ij Pi - Pi (Lbij pi)/ Pi (L b*i' i)/ Awal Langsung TdkLangsung ImbasanKonsumsi, Total "' Luberan TipeI Ti ell Tabel8.
Rumusan angka pengganda berdasarkan tipe dampak
,
]URNAL ILMlAH TEKNOLOGIDAN DESAIN "TRISAKTI" No.6/TH.lII/V11/1999C.;\.TATAN PENUTUP
Sebagai catatan penutup, ada beberapa hal yang perIu diperhatikan
berkaitan dengan penggunaan model 10 baik untuk kegunaan deskriptif
znaupun untuk kegunaan analisis. Catatan ini ingin mengingatkan berbagai
kelemahan yang terdapat pada model 10,baik secara konsepsional maupun
secara operasional. Dari sisi konseptual, keterbatasan ini dapat dilihat dari asumsi-asumsi yang digunakan. Sedangkan secara operasional, terdapat
sejumlah kesulitan dalam penyusunan model, terutama karena terbatasnya
data. '
Secara konseptual, ada tiga asumsi dasar yang melandasi penyusunan
model 10, yaitu: (1) asumsi homegenitas, yang mensyaratkan bahwa tiap
sektor memproduksi suatu output tunggal dengari struktur input tunggal jan bahwa tidak ada substitusi otomatis antara berbagai sektor; (2) asumsi
proporsionalitas, yang mensyaratkan bahwa dalam proses produksi
ubungan antara input dengan output merupakan fungsi linier, yaitu tiap
.,.mis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding
dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut; dan (3) asumsi
aditivitas, yaitu suatu asumsi yang menyebutkan bahwa efek total
pelak-sanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan olehmasing-masing sektor
secara terpisah. Ini berarti bahwa di luar sistem input-output semua
pengaruh luar diabaikan.
Dengan asumsi-asumsi tersebut, model -IO mempunyai
keterbatasan-keterbatasan, antara lain: karena rasio 'input-output konstan sepanjang
periode analisis, produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan
mputnya atau mengubah proses peroduksi. Selain itu, hubungan yang tetap
:illberarti bahwa apabila input suatu sektor diduakalikan maka outputnya
akanduakali juga. Asumsi semacam ini menolak adanya pengaruh
perubah-an teknologi ataupun produktivitas yang berarti perubahan kuantitas' dan
" .
'-h.arga input sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.
Walaupun model 10 bersifat statis dan 1/demand-driven", model ini
merupakan alat analisis ekonomi yang sangat lengkap dan komprehensif
Iebih-lebih dengan telah dikembangkannya model-model yang dinamis dan
memperhitungkan kendala keterbatasan sumberdaya, seperti pada model
k.eseimbangan umum yang dapat dihitung (computable-general equilibrium
model).
98
Untuk mengatasi kesulitan dalarn penyusunan model, terutama pada tingkat daerah, sejauh inidikenal ada tiga metoda dalarn penyusunan model
la, yaitu metoda survai langsung, metoda' non-survai dan teknik-teknik
"ready-made" serta metoda hibrida. Metoda survai langsung, walaupun
di-akui akan menghasilkan model yang paling teliti, dianggap bukan lagi cara yang tepat karena dalarn prosesnya membutuhkan sumberdaya (tenaga, dana) yang besar dan waktu yang lama. Menurut Richardson (1985),sebuah tabel yang disusun melalui metoda survai membutuhkan dana 10 kali lebih besar dan membutuhkan waktu a!'tara 8 sarnpai 10 kali lebih lama dibanding metoda non-survai, sehlngga membuat tabel itu kadaluarsa ketika dipubli-kasikan (West & Jensen, 1988).Metoda non-survai memang dapat meng-hemat waktu, tenaga dan biaya, tetapi para pakar telah sepakat bahwa metoda non-survai dan teknik-teknik "ready-made" hanya akan men ghasil-kan tabel 10yang diragukan ketelitiannya. Dewhurst (1991) menyimpulkan bahwa tabel yang disusun melalui survai terlalu mahal dan metoda non-survai sarna sekali tidak teliti. 'Hal ini mendorong upaya pengembangan metoda hibrida (hybrid method), yang menggabungkan keunggulan dari keduanya melalui optimalisasi ketelitian dengan kendala dana, waktu dan tenaga. Khusus untuk ekonomi kepulauan, Muchdie (1998) telah mengusul
-kan suatu prosedur hibrida baru yang dapat diguna-kan dalam menyusun tabel input-output antardaerah dan juga tabel input-output daerah tunggal.
Dengan pengembangan teknik hibrida tersebut maka akan semakin
terbuka kemungkinan penggunaan model 10 baik untuk kegunaan
deskriptif sebagai potret perekonomian suatu wilayah, maupun untuk analisis darnpak sebagai alat bantu dalarn perencanaan pembangunan. Mengingat tingkat kompleksitas dan kebutuhan sumberdaya (dana dan tenaga), Daerah Tingkat II (Kabupaten dan Kotamadya) merupakan satuan wilayah terkecilyang dapat disarankan dalarn penyusunan model 10.