PERANAN OSWALD SIAHAAN DALAM PERTEMPURAN LAUT
SIBOLGA TAHUN 1947
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Mempertahankan Skripsi
Oleh:
REFNIDA SARI EKA PUTRI NIM. 309321037
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIALABSTRAK
Refnida Sari Eka Putri, Nim 309321037, “Peranan Oswald Siahaan Dalam Pertempuran Laut Sibolga Tahun 1947. Skripsi S1. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan Kota Sibolga sebelum terjadinya pertempuran laut tahun 1947 dan latar belakang berdirinya ALRI di Kota Sibolga serta mengetahui peranan Oswald Siahaan dalam pertempuran laut Sibolga tahun 1947 di Kota Sibolga. Untuk memperoleh data dilakukan penelitian lapangan dengan mengunakan metode field research yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawacara dan observasi lapangan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Peranan Oswald Siahaan Dalam Pertempuran Laut Sibolga tahun 1947”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami kekurangan, terutama
kurangnya pengalaman menulis dalam penyusunan karya ilmiah serta keterbatasan pengetahuan,
namum demikian berkat bantuan dan bimbingan Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
arahan, bimbingan dan nasehat sehingga skripsi ini dapat terwujud sebagaimana mestinya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan
beserta staf-stafnya yang telah membantu kelancaran urusan akademik maupun
administrasi selama menjalani perkuliahan.
2. Bapak Dr. H. Restu MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya.
3. Ibu Dra. Lukitaningsih M.Hum, selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan sekaligus
sebagai dosen penguji.
4. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis M.Si, selaku sekretaris jurusan pendidikan sejarah.
5. Ibu Dra. Syarifah, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi.
6. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen
penguji skripsi.
8. Seluruh dosen-dosen dan staf administrasi di Jurusan Pendidikan Sejarah, terima kasih
yang sebesar-besarnya atas jasa-jasa yang telah kalian berikan kepada penulis, selaku
mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah.
9. Teristimewa kepada Orang Tua Penulis, Ayahanda Syariful Khairi Lubis dan Ibunda
Suraida Hannum Batubara yang penulis cintai dan sayangi. Terima kasih yang
sebesar-besarnya karena telah memberikan doa, semangat, motivasi serta dukungan moril dan
materil kepada penulis sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi dan akhirnya
penulis mendapat gelar sarjana. Semoga Ayahanda dan Ibunda dalam lindungan dan
limpahan berkah dari Allah SWT, dan semoga selalu diberikan kemudahan rezeki,
kesehatan dan umur yang berkah. Amin Ya Rabbal Alamin.
10.Terima kasih kepada kakak, abang dan adik-adik penulis, Eva Ratna, Evi Pebriani, Ratna
Sari Dewi, Abdul Halim, Asminar Dwi Putri, Putra Aris Pratama, Rasma Yanti, Indah
Gusmaini dan Fadilah Azizi Walrahmah.
11.Terima kasih kepada keluarga besar penulis yang selama ini selalu memberikan motivasi
baik berupa moral dan moril demi terwujudnya penulisan skripsi penelitian ini.
12.Terima kasih kepada Alfian Syaputra Tanjung, yang telah memberikan semangat dan
dukungan yang luar biasa kepada penulis.
13.Terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis, Nur Hikmah, Margareth, Risma, Tia, Ayu,
Wilda, Rita, Kartika, Muisah, Lisda, Riska, Pidia, Tari, Lili, Hapri, Indra, Said, Asril,
yang selama ini telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
14.Terima kasih kepada kakak dan abang stambuk, Mulyani Sabatini, Siti Khadijah, abang
15.Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan A/B Ekstensi 2009.
16.Terima kasih kepada teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Kotarih, Sri Pratiwi, Nirwanda
Syaputra, Yusrizal, M. Ardi, Suryani, Neni Fauziah, Zafri Zaldi.
17.Terima kasih kepada narasumber Bapak Basar Siahaan, Abang Michael Siahaan, Bapak
T. Samosir, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
18.Terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis, Saidah Rumora, Yuna Febriani, Mawar
Dewi, Fauza A mulia, Rasyid, Harun.
Medan November 2013 Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki
sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu
mempesona, Sibolga juga dikenal sebagai tempat perdagangan antar pulau. Hal ini didukung
dengan adanya pelabuhan Samudera yang menjadi fasilitas pelayaran pengangkutan barang dan
penumpang yang menjadi penghubung antara satu pulau dengan pulau yang lain, baik yang
berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki
kapal-kapal usaha perikanan laut lengkap dengan dermaga pelabuhannya. Sehingga hal inilah yang
menjadi prioritas utama dalam mengisi pembangunan Kota Sibolga pada masa ini.
Pada masa pendudukan Jepang, Sibolga juga merupakan kota yang ramai didatangi para
pedagang yang berasal dari luar daerah bahkan dari luar negeri. Pada masa itu, Pelabuhan
Sibolga juga sudah berfungsi dengan baik, yaitu sebagai tempat transaksi perdagangan antara
para pedagang setempat dengan pedagang yang berasal dari luar daerah.
Ketika Jepang menduduki Sibolga, Jepang membangun benteng-benteng pertahanan
yang bertujuan untuk mengantisipasi serangan-serangan dari sekutu. Sementara itu di bidang
sumber daya manusia, Jepang memperkuat militernya dengan merekrut pemuda-pemuda
pribumi yang tergabung dalam beberapa badan semi kemiliteran. Angkatan Laut Kekaisaran
Jepang (Nihon Kaigun) membentuk organisasi Kaigun Heiho (Prajurit Pembantu AL). Untuk
tujuan tersebut, AL Jepang mendirikan sekolah-sekolah pembantu AL dan pelayaran serta
dan tokoh-tokoh nasionalis Indonesia. Ratusan pemuda yang berminat menjadi pelaut dan
marinir mendatangi pusat-pusat perekrutan AL pada tahun 1943.
Para pemuda Indonesia yang menjadi anggota Kaigun Heiho umumnya tidak
mengetahui situasi peperangan di Pasifik, karena Jepang melakukan sensor ketat terhadap
pemberitaan di media massa. Pihak Jepang sesungguhnya tengah kesulitan menghadapi tekanan
militer sekutu yang kian hebat sejak tahun 1943. Bahkan memasuki awal tahun 1945, negeri
induk Jepang telah terkepung bala tentara sekutu. Perang Pasifik mencapai klimaksnya ketika
sekutu menjatuhkan bom atom di dua kota industri utama Jepang, Hiroshima dan Nagasaki,
yang memaksa Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Para anggota Kaigun Heiho di Sibolga pun mulai bertanya-tanya ketika melihat
kesibuka tentara Jepang di markas mereka, yang menandakan sesuatu yang besar tengah terjadi.
Dan mereka terlihat semakin bingung ketika mereka mengetahui persenjataan mereka yang
berada di kapal dan di pangkalan mulai dilucuti. Jawaban yang jelas baru muncul tanggal 12
Agustus 1945, ketika seluruh anggota Kaigun Heiho dikumpulkan oleh perwira AL Jepang dan
diberikan informasi bahwa perang telah selesai dan mereka diperbolehkan pulang ke kampung
masing-masing. Setelah “apel perpisahan” tersebut, salah seorang anggota Kaigun Heiho, yaitu
Oswald Siahaan, dipanggil menghadap komandan batalyonnya (perwira Jepang) dan mengatakan bahwa mereka telah kalah melawan sekutu, untuk selanjutnya kekuasaan
diserahkan kepada Pemerintah Sibolga.
Para mantan anggota Kaigun Heiho Sibolga, kemudian membongkar gudang senjata
Angkatan Laut Jepang dan mengambil seluruh persenjataan dari gudang tempat penyimpanan
senjata Jepang. Keesokan harinya seluruh senjata dan sekitar 16 peti amunisi diboyong ke
kemiliteran ketika Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Berita Proklamasi 17 Agustus sesungguhnya telah diketahui oleh masyarakat Sibolga melalui
radio dan berita selengkapnya mengenai langkah-langkah awal yang harus diambil pasca
Proklamasi diterima tanggal 22 Agustus 1945.
Instruksi mengenai upaya pemulihan dan pengambil-alihan situasi keamanan di Sibolga
diterima dari utusan BKR Pusat Jakarta, yaitu Hadely Hasibuan. Setelah berkonsolidasi, para
mantan anggota jawatan pelayaran, Gyugun-Heiho, KNIL dan sebagainya, lalu pada bulan
Oktober 1945 mereka membentuk BKR Laut Sibolga.
BKR Laut Sibolga pada tanggal 15 November 1945 berubah menjadi Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) Laut dan tanggal 5 Oktober 1945 mengenai pembentukan TKR
sebagai organisasi militer. Selanjutnya pada tanggal 25 Januari 1946 TKR Laut kembali
berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) Laut dan Oswald Siahaan menjadi Letnan
II sebagai Komandan Kompi II. Oswald Siahaan adalah seorang mantan anggota Kaigun Heiho
(sekolah Prajurit Angkatan Laut Jepang).
Kemudian pemerintah mengganti TRI Laut menjadi Angkatan Laut Republik Indonesia
(ALRI) Pangkalan Sibolga. Memasuki bulan Maret 1947, dilakukan reorganisasi ALRI
Pangkalan Sibolga menjadi ALRI Pangkalan Besar Sibolga yang membawahi Pangkalan A
Sibolga. Pangkalan A merupakan kesatuan setingkat batalyon yang bertanggung jawab atas
keamanan di sekitar Pelabuhan Sibolga.
Pada tahun 1946 Belanda yang membonceng pasukan Sekutu (Inggris), bermaksud
mengembalikan kekuasaan Hindia-Belanda, telah memancing perlawanan dari pihak Indonesia.
Para anggota TKR, laskar dan badan perjuangan menggelar sejumlah penyergapan serta
sebagai Medan Area. Pertempuran Medan Area terus berlanjut hingga penyerahan tongkat
komando keamanan dari Sekutu kepada Belanda pada tahun 1946, dan setelah itu para pejuang
harus berhadapan langsung dengan kekuatan militer Belanda.
Di kota Sibolga sendiri, keadaan kian memanas ketika Belanda mulai memasuki
perairan Kota Sibolga tanpa izin. Hal ini tentu saja menimbulkan fikiran negatif bagi setiap
penduduk kota Sibolga terutama para anggota ALRI, dikarenakan Belanda memasuki Kota
Sibolga memalui perairan dengan membawa sebuah kapal perang.
Residen Tapanuli yaitu Dr. Ferdinand Lumbantobing memberikan peringatan kepada
pimpinan kapal perang Belanda agar segera meninggalkan perairan Kota Sibolga secepatnya.
Namun ternyata peringatan itu tidak ditanggapi oleh Belanda, melihat situasi yang seperti ini,
para anggota ALRI pun tidak tinggal diam.
Dari uraian diatas yang dijadikan sebagai dasar pemikiran, maka peneliti tertarik untuk
meneliti “PERANAN OSWALD SIAHAAN DALAM PERTEMPURAN LAUT SIBOLGA
TAHUN 1947”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Keadaan Sibolga sebelum pertempuran 1947
2. Latar belakang berdirinya Angkatan Laut Republik Indonesia di Sibolga
3. Peranan Oswald Siahaan dalam pertempuran laut sibolga
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keadaan sibolga sebelum terjadinya pertempuran laut Sibolga tahun 1947 ?
2. Bagaimana latar belakang berdirinya Angkatan Laut Republik Indonesia di Sibolga ?
3. Bagaimana peranan Oswald Siahaan dalam Pertempuran Laut Sibolga tahun 1947 ?
1.5 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keadaan Sibolga sebelum terjadinya pertempuran laut Sibolga tahun 1947
2. Untuk mengetahui peranan Oswald Siahaan dalam pertempuran laut Sibolga tahun 1947
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi Peneliti, dapat memahami secara komprehensif Peranan Oswald Siahaan dalam
Pertempuran Laut Sibolga
2. Bagi guru, sebagai referensi dalam mengajar sejarah lokal
3. Bagi Masyarakat, sebagai tambahan literatur sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai pertempuran laut sibolga tahun 1947
4. Bagi pemerintah, bahan pertimbangan Pengajaran Sejarah lokal disekolah
5. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang memiliki objek yang sama untuk hasil penelitian
yang lebih baik
6. Bagi UNIMED, menambah perbendaharaan penulisan karya ilmiah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan
1. Pada masa sebelum terjadinya pertempuran laut Sibolga tahun 1947, Sibolga dikenal sebagai
kota yang aktif dalam kegiatan export-Import dengan pedagang luar negeri karena pelabuhan
Sibolga sangat ramai dikunjumgi oleh kapal-kapal, baik kapal dari luar maupun dalam negeri.
Sebagian besar penduduk kota Sibolga memiliki mata pencaharian dengan memanfaatkan
hasil laut, namun ada juga yang bertani dan sebagainya, hasil dari pencaharian inilah yang
kemudian dijual, baik kepada masyarakat lain maupun ke pedagang asing. Masyarakat
setempat banyak yang menggantungkan perekonomian nya dengan memanfaat kan pelabuhan
untuk menjual hasil bumi ke pedagang asing.
2. Pembentukan ALRI di Kota Sibolga diawali dengan pembentukan Badan Keamanan Rakyat
(BKR) Laut Sibolga diawali sejak di proklamirkannya kemerdekaan Indonesia di Sibolga.
BKR ini telah beberapa kali mengalami perubahan. Dari BKR kemudian berganti menjadi
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Laut pada tanggal 11 September 1945. Selanjutnya pada
tanggal 25 Januari 1945 TKR Laut berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) Laut.
Kemudian Pemerintah Republik Indonesia ditetapkan menjadi Angkatan Laut Republik
Indonesia (ALRI). ALRI di Kota Sibolga diresmikan pada tanggal 05 Mei 1946 di Sibolga.
Fungsi ALRI di Sibolga adalah untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan Kota Sibolga
dari negara-negara asing yang ingin masuk dan menjajah Kota Sibolga.
3. Oswald Siahaan adalah seorang Komandan Angkatan Laut. Beliau berperan dalam
pembentukan ALRI di Kota Sibolga. Oswald Siahaan berinisiatif untuk mengumpulkan
di Kota Sibolga. Organisasi inilah yang kemudian menjadi Angkatan Laut Republik Indonesia
setelah diresmikan oleh pemerintak pusat. Selain itu, Oswald Siahaan juga memiliki peran
penting daalam pertempuran yang terjadi di Sibolga pada tahun 1947. Dalam pertemputan
tersebut beliau ikut berperang melawan Belanda dan bertugas sebagai pemimpin. Oswald
Siahaan memimpin pasukannya dengan jiwa satria dan semangat yang tinggi. Dan ditahun
berikutnya, Belanda kembali menyerang Kota Sibolga dengan meluncurkan serangan dari
darat, laut dan udara. Dalam pertempuran ini Oswald Siahaan juga bertugas sebagai seorang
Komandan dan memimpin pasukannya dalam perang melawan Belanda. Oswald Siahaan
gugur dalam perang melawan Belanda yang mencoba menguasai Sibolga. Oswald Siahaan
gugur pada tanggal 29 Desember 1948 dan di kuburkan pada tanggal 30 Desember 1948 di
Poriaha.
1.2.Saran
1. Kepada generasi muda Sibolga sudah serausnya kita mencontoh semangat dan keberanian dari
seorang Oswald Siahaan yang berani mati demi mempertahankan tanah kelahirannya dari
penjajah. Oswald Siahaan masih berusia 15 tahun ketika diangkat menjadiseorang komandan
pasukan perang, usia yang masih sangat muda untuk ukuran seorang pemimpin, tetapi karena
memang darah kepemimpinan, kebijaksanaan serta keberanian luar biasa yang ada dalam
dirinya lah yang menjadikannya layak untuk menjadi seorang pemimpin.
Oswald Siahaan hanya dilahirkan dari rahim seorang wanita yang biasa-biasa saja,
ibunya hanya seorang penjual gorengan dan tidak tahu baca tulis. Tetapi dia memiliki
kemampuan yang tidak dimiliki oleh ibu-ibu yang lain, dia mampu mendidik anaknya
tanah air nya dari para penjajah. Sudah saat nya kita sebagai generasi muda harus bangkit dan
melanjutkan perjuangan para pejuang kita dalam memajukan negara Indonesia tercinta.
2. Kepada Pemerintah, sudah selayak nya para pejuang laut mendapatkan posisi yang sama
dengan para pejuang darat. Karena dalam mempertahankan kemedekaan, pertempuaran laut
dan pertempuran darat sama hebatnya. Jadi sudah sepantas nya para pejuang laut menjadi
pahlawan nasional. Kebanyakan pahlawan nasional yang diangkat kebanyakan berasal dari
pejuang-pejuang darat. Sementara masih banyak pejuang-pejuang yang berjuang dilaut
Daftar Pustaka
Nasution, A. H. 1954. Pokok-Pokok Gerilja. Jakarta. Perdana
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Ombak
Soekanto, Soejono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Grafindo Persada
Simanjuntak. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Jusuf, Sudono. 1971. Sedjarah Perkembangan Angkatan Laut. Jakarta.
Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sedjarah ABRI Markas Besar Tentara Nasional
Indonesia Pusat Sejarah dan Tradisi TNI. 2000. Sejarah TNI Jilid I
Sentosa, A Jaka. 2006. Perjuangan Laskar Laut Sibolga Dalam Mempertahankan