• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN NO 11 Tahun 2021 tentang PENANGANAN Perkara tindak pidana narkotika dan/atau prekursor narkotika. Kelompok Kerja Akses Keadilan-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEDOMAN NO 11 Tahun 2021 tentang PENANGANAN Perkara tindak pidana narkotika dan/atau prekursor narkotika. Kelompok Kerja Akses Keadilan-"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN NO 11 Tahun 2021 tentang

PENANGANAN Perkara tindak pidana

narkotika dan/atau prekursor

narkotika

Kelompok Kerja Akses Keadilan-

(2)

1. HISTORI PENYUSUNAN PEDOMAN 2. PRAPENUNTUTAN DAN PENUNTUTAN.

1. Umum 2. Barang Bukti

3. Kualifikasi Tersangka.

4. Kualifikasi Tindak Pidana dan Keseusaian dengan pasal yang Disangkakan 5. Kesalahan (Mens Rea)

6. Pemeriksaan Tersangka

7. Pelimpahan Perkara dengan APS 3. PEMBUKTIAN

1. Umum

2. Tindak Pidana

3. Saksi Pelaku yang Bekerja Sama (Justice Collaborator) 4. PENUNTUTAN

1. Pembagian Tuntutan Pidana 2. Syarat Lampiran 1

3. Konstruksi Yuridis Pasal 127 4. Lampiran 2

5. UPAYA HUKUM & KETENTUAN PERALIHAN – KETENTUAN PENUTUP 1. Upaya Hukum

2. Ketentuan Peralihan – Ketentuan Penutup 6. LAMPIRAN 1

7. LAMPIRAN 2

TABLE OF CONTENTS

(3)

DISPARITAS

mengatasi persoalan disparitas dalam fakta hukum yang sama dari tuntutan

tindak pidana narkotika

UNIK

Karakteristik unik tindak pidana

narkotika

PERBAIKAN

Perbaikan Pedoman Tunt SE-

013

IRISAN ANCAMAN PIDANA

Irisan ancaman pidana yang menyebabkan tut

BB sedikit tidak ada bedanya dengan BB Banyak

01 02 03 04

MENGAPA TINDAK PIDANA NARKOTIKA PERLU DIATUR KHUSUS?

(4)

PRA PENUNTUTAN & PENUNTUTAN

01

Beberapa substansi terkait yang perlu diatur

(5)

A. UMUM-PENELITIAN BERKAS PERKARA

barang bukti tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor narkotika;

kualifikasi tersangka;

kualifikasi tindak pidana dan kesesuaian dengan pasal yang disangkakan;

unsur kesalahan (mens rea) pada diri tersangka; dan

pemeriksaan terhadap tersangka.

(6)

KETENTUAN B.

TERKAIT BARANG BUKTI

Untuk menghitung jumlah barang bukti narkotika digunakan standar satuan massa (berat).

Untuk menghitung barang bukti tanaman yang mengandung narkotika bukan tanaman (narkotika

sintetis), contohnya, tembakau gorila dikenakan ketentuan pidana narkotika bukan tanaman.

Untuk mengatasi mobilitas barang bukti Narkotika dan/atau prekursor narkotika yang tinggi, frasa

“setempat” dari pasal 38 KUHAP yang mutitafsir,

“Penyitaan barang bukti hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri

setempat” diatur dalam pedoman

(7)

APA YANG DIMAKSUD

DENGAN “SETEMPAT” dalam surat ketua pengadilan negeri setempat?

untuk benda bergerak, surat izin penyitaan dikeluarkan oleh:

ketua pengadilan negeri dalam wilayah hukum yang berdasarkan kompetensi relatif berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya; dan

untuk benda tidak bergerak, surat izin penyitaan dikeluarkan oleh:

ketua pengadilan negeri di tempat benda yang disita itu berada.

(8)

MENELITI JUMLAH PEMAKAIAN BARANG BUKTI NARKOTIKA 1 (SATU) HARI UNTUK MELAKUKAN SCREENING TERHADAP TERSANGKA

“PENGGUNA” ATAU “BUKAN PENGGUNA” SEBAGAI PENGEJAWANTAHAN DOMINUS LITIS

BB 1 HARI CEK APAKAH

“PENGGUNA”

Dalam hal barang bukti narkotika yang ditemukan tidak melebihi jumlah pemakaian 1 (satu) hari, terhadap tersangka wajib dilakukan

pemeriksaan laboratorium forensik untuk memeriksa apakah tersangka

menggunakan narkotika.

APABILA HASIL LABORATORIUM FORENSIK MENYATAKAN SEBAGAI

“PENGGUNA”, LENGKAPI DENGAN ASESMEN TERPADU

Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium forensik

tersangka dinyatakan positif menggunakan narkotika maka wajib

dilakukan asesmen terpadu guna menentukan kualifikasi tersangka

dan kualifikasi tindak pidananya.

(9)

C. KUALIFIKASI TERSANGKA

1

Dalam hal berdasarkan hasil asesmen terpadu tersangka termasuk dalam kualifikasi sebagai penyalah guna narkotika maka terhadap tersangka juga disangkakan melanggar Pasal 127

UU Narkotika dan dakwaan disusun secara alternatif

2

Dalam hal tersangka berdasarkan hasil asesmen terpadu direkomendasikan untuk

direhabilitasi maka Penuntut Umum mempertimbangkannya dalam tuntutan

pidana dengan memperhatikan:

fakta hukum di persidangan berdasarkan pemeriksaan alat bukti; dan

ketentuan mengenai tuntutan pidana bagi penyalah guna narkotika sebagaimana diatur dalam pedoman ini.

(10)

1.

permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor narkotika (juncto Pasal 132 ayat (1) UU

Narkotika);

2.

penyertaan melakukan tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor

narkotika;

3.

tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor narkotika yang dilakukan secara

terorganisasi (juncto Pasal 132 ayat (2) UU Narkotika);

4.

tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor narkotika yang dilakukan oleh korporasi (juncto Pasal 130 ayat (1) UU Narkotika);

5.

tindak pidana pencucian uang dalam dan perkara tindak pidana narkotika dan/atau tindak

pidana prekursor narkotika (juncto Pasal 137 UU Narkotika).

D. KUALIFIKASI TINDAK PIDANA DAN KESESUAIAN DENGAN PASAL YANG

DISANGKAKAN

(11)

Permufakatan Jahat merupakan

penyertaan bersifat khusus (bijzondere deelneming)

Pasal 132 ayat (1) Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika diterapkan pada delik persiapan (voorbereidingsdelicten) yaitu permufakatan jahat (samenspanning) yang merupakan perluasan perbuatan penyertaan yang dapat dipidana, atau

permufakatan jahat yang memiliki kemiripan dengan deelneming dalam pasal 55 dan 56 KUH Pidana, akan tetapi lebih bersifat khusus

DID YOU KNOW THIS?

(12)

PERMUFAKATAN JAHAT PADA UU NOMOR 35 TH 2009

TENTANG NARKOTIKA

Permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika

dan/atau tindak pidana prekursor narkotika secara konseptual berbeda dengan delik penyertaan

PERLUASAN PERMUFAKATAN JAHAT PADA KUHP

Perluasan perbuatan penyertaan, yang dapat dipidana menyebabkan

permufakatan jahat pada tindak pidana narkotika bukan hanya merupakan perbuatan yang dilakukan

oleh dua orang atau lebih bersepakat atau bersekongkol “akan” melakukan

kejahatan, namun juga “untuk”

melakukan, membantu, turut serta melakukan, menyuruh,

menganjurkan) namun tetap merupakan tindak pidana yang tidak

selesai, semua unsur belum terpenuhi oleh fakta hukum (belum

voltooid) atau belum dilakukan (voorbereidingsdelicten).

(13)

Penyertaan (deelneming) diterapkan pada delik selesai (aflopende delic) tindak pidana narkotika, dalam hal delik dilakukan oleh beberapa orang atau lebih dari satu orang baik

melakukan (pleger atau dader), menyuruh melakukan (doen pleger), turut serta melakukan (medepleger), membujuk melakukan (uitlokker) maupun membantu melakukan (medeplichtige) dengan tetap

menggunakan konstruksi pasal 55 KUHP dan 56 KUHP, termasuk ketentuan pidananya.

TINDAK PIDANA DENGAN

KONSEP PENYERTAAN

(14)

PERJALANAN AKTIVITAS DELIK

(halaman 6 huruf D Kualifikasi Tindak Pidana dan Kesesuaian dengan Pasal yang Disangkakan)

STEP 1

Permufakatan Jahat (132 ayat (1)

STEP 2

Persiapan

STEP 3

Percobaan

STEP 4

Tindak Pidana Ikutan (delik ikutan)

STEP 5

Tindak Pidana (delik) termasuk yang dilakukan dengan

penyertaan

(15)

Permufakatan Jahat

132 ayat (1) Persiapan Percobaan Tindak Pidana (delik) Tindak Pidana Ikutan (delik ikutan)

A berunding dan berencana untuk memasok narkotika dengan B, dimana melalui chat menggunakan HP direncanakan, A akan memberikan sejumlah uang kepada B, untuk mengatur pengambilan paket dan menyuruh kurir C untuk menyelundupkan kepada A yang ada di Lapas

B kemudian datang ke agen jasa pengiriman paket untuk mengambil kiriman paket narkotika dari D yang ada di luar negeri

B pergi ke kantor agen jasa pengiriman paket hendak mengambil paket berisi narkotika, dengan menandatangani resi pengambilan paket, namun sebelum paket diserahkan oleh petugas agen jasa pengiriman, penyerahan tidak terlaksana karena penyidik datang lalu menangkap B maka meskipun kegiatan penerimaan paket narkotika sudah mulai dilakukan, tapi tidak selesai bukan karena kehendak B

A menginformasikan

kepada B waktu

pengiriman paket narkotika dan meminta B untuk mengambil paket narkotika tepat pada waktu kedatangan paket dan menginstruksikan agar paket diantarkan kepada A dengan cara menaruh dan meninggalkannya di suatu tempat. B kemudian mengambil paket narkotika dari agen jasa pengiriman paket, lalu menyerahkan paket narkotika kepada C untuk menyelundupkan ke Lapas tempat kediaman A

Hasil penjualan narkotika kemudian dibagi oleh A kepada B, dan B juga memberi bagian kepada C, lalu masing-masing menyamarkan harta hasil penjualan narkotika itu dengan menempatkan uang hasil rampokan itu sebagai modal usaha dan membeli beberapa asset

(16)

TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN DENGAN

TERORGANISIR

PELAKU PENYERTAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA

SECARA TERORGANISASI

delik penyertaan diabsorpsi dan ketentuan Pasal 55 atau Pasal 56

KUHP tidak dicantumkan

perbuatannya dikualifikasikan sebagai kejahatan terorganisasi (vide Pasal 1 angka 20 UU

Narkotika

tindak pidananya juncto Pasal 132

ayat (2) UU Narkotika

(17)

Subjek Hukumdan Tindak Pidana Korporasi

Ketentuan Pasal 130 ayat (1) UU Narkotika berbicara dan mengatur mengenai konstruksi subjek hukum korporasi, dimana korporasi merupakan subjek hukum yang berdiri sendiri. Ketika korporasi dianggap dader maka semua unsur deliknya dianggap dapat dipenuhi sendiri oleh Korporasi dan oleh karennya konstruksi tindak pidana yang

dilakukan oleh subjek Korporasi langsung dijunctokan dengan pasal pemidanaan terhadap korporasi yaitu pasal 130 ayat (1) UU Narkotika.

(18)

Dalam hal tindak pidana narkotika dan/atau prekursor narkotika, penyidikan dan penuntutannya dilakukan bersamaan dengan tindak pidana pencucian uangnya, maka dikonstruksikan kumulatif

Dalam hal perkara tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor narkotika dan tindak pidana pencucian uang tidak dilakukan penyidikan dan

penuntutan secara bersamaan maka tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor narkotika wajib dibuktikan terlebih dahulu.

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN TINDAK PIDANA ASAL NARKOTIKA DENGAN MENGGUNAKAN PASAL 137 UU NARKOTIKA

Dalam hal sudah ada bukti permulaan yang cukup untuk tindak pidana pencucian uangnya, agar penuntut umum mengkonstruksikan secara kumulatif tindak pidana narkotika dengan tindak pidana pencucian uang yang ada pada UU Narkotika pasal 137 UU Narkotika, melalui pemberian petunjuk kepada penyidik

(19)

Apabila menggunakan UU PTPPU, tindak pidana asal tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu sesuai dengan rezimnya.

Sesuai dengan pemaknaan pasal 69 UU PTPPU, oleh karena kejahatan asal merupakan syarat sebagai musabab adanya pencucian uang (causa proxima) maka kejahatan

pencucian uang selalu mensyaratkan kejahatan asal meskipun tidak harus

dibuktikan terlebih dahulu. Artinya tidak harus dapat dibuktikan di awal, atau dapat dilakukan penyidikan setelah Penyidik yang melakukan penyidikan tindak pidana narkotika, menemukan bukti permulaan tindak pidana pencucian uangnya.

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN TINDAK PIDANA ASAL NARKOTIKA

DENGAN MENGGUNAKAN UU Nomor 8 Tahun 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN tindak pidana pencucian uang (PTPPU)

(20)

TindakPidana PencucianUang padaUU TPPU memiliki

karakteristik elemenkesalahan yang berbeda dengan elemen kesalahanpadaUU Narkotika.

Perbedaan

Pasal 3 UU PtPPU Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, ……….. yang diketahuinya atau patutdiduganyamerupakan hasil tindak pidana

…… dengan tujuan menyembunyikanatau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana

karena tindak pidana Pencucian Uang

Pasal 137 UU Narkotika: “Setiap orang yang: a.

menempatkan, membayarkan atau membelanjakan, menitipkan, menukarkan,

menyembunyikan atau menyamarkan, menginvestasikan, menyimpan, menghibahkan, mewariskan, dan/atau mentransfer uang, harta, dan benda atau aset

baik dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang berasal dari tindak pidana Narkotika dan/atau tindak pidana Prekursor Narkotika,

Berbedadengan tindak pidanapencucianuang padaUU Narkotika, tindak pidanapencucianuang padaUU TPPU tidakperlu harusmembuktikan bahwatersangka mengetahuidan berkehendakuangyang dicuciituhasil kejahatan, namun patut mendugahasil kejahatansajasudah cukup. Inilahyang disebutdengan “pro parte doluspro parte culpa”

(21)

E. KESALAHAN ( MENS REA )

Penelitian terkait unsur kesalahan (mens rea) pada diri tersangka dilakukan oleh Penuntut Umum untuk kepentingan penuntutan dan pembuktian terkait pertanggungjawaban pidana terdakwa

Hukum pidana mengenal konsep dualistis sebagai pengejawantahan asas geen straaf zonder schuld dimana tidak ada pertanggungjawaban pidana tanpa

kesalahan dan kesalahan tidak otomatis terbukti jika tindak pidananya sudah terbukti

(22)

Dalam hal tersangka mengajukan diri sebagai saksi pelaku yang bekerja sama (justice collaborator) pada tahap penyidikan, Penuntut Umum

meneliti kelengkapan formal dan

kelengkapan materiel sebagai berikut:

tersangka merupakan salah satu pelaku tindak pidana narkotika

dan/atau tindak pidana prekursor narkotika, mengakui kejahatan yang dilakukannya, dan bukan pelaku utama dalam kejahatan tersebut;

tersangka memberikan keterangan dan bukti-bukti yang sangat signifikan sehingga Penyidik dan/atau Penuntut Umum dapat mengungkap tindak pidana dimaksud secara efektif, mengungkap pelaku-pelaku lainnya yang memiliki peran lebih besar, dan/atau mengembalikan aset-aset/hasil suatu tindak pidana;

tersangka memberikan keterangan sebagai saksi dalam proses peradilan;

tersangka membuat surat pernyataan bermeterai yang ditandatangani tersangka untuk bekerja sama dengan aparat penegak hukum yang terlampir dalam berkas perkara; dan

melampirkan surat rekomendasi tertulis dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (selanjutnya disingkat dengan LPSK).

F. PEMERIKSAAN TERSANGKA

(23)

JC harus dikerangkakan dalam pernyataan diri bersedia bekerjasama dengan aparat penegak hukum untuk mengungkap kejahatan yang lebih besar bahkan memulihkan kerugian negara.

Oleh karenanya dibuktikan dengan

kelengkapan formil berupa surat pernyataan dari terdakwa atau kalau posisinya sudah terpidana, maka dia mengungkap kejahatan lainnya yang dia juga terlibat di dalamnya namun belum terkuak.

Jucticecolaborator

(24)

Pemeriksaan tersangkayang juga narapidana

Dalam hal tersangka tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor narkotika adalah narapidana, untuk kepentingan penyidikan maka pemeriksaan terhadap tersangka dilakukan berdasarkan surat perintah penyidikan dengan tembusan Kepala Lembaga Pemasyarakatan.

Terhadap tersangka tidak dilakukan penahanan selama masih menjalani masa pidana penjara di Lembaga Pemasyarakatan (selanjutnya disebut Lapas) atau dijatuhi pidana mati.

(25)

G. PELIMPAHAN PERKARA DENGAN ACARA

PEMERIKSAAN SINGKAT (APS)

Mengakomodir 2 (dua) surat JAM Pidum terkait APS yaitu:

surat JAM Pidum Surat Edaran Jaksa Agung Nomor: B-029/A/EJP/03/2019 tanggal 14 Maret 2014, perihal: Pelimpahan Perkara Tindak Pidana Narkotika dan

Penyalahgunaan Narkotika dengan Acara Pemeriksaan Singkat (APS); dan

surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: 250/E/Enz.2/01/2021

tanggal 27 Januari 2021, perihal: Pelimpahan Perkara Tindak Pidana Narkotika dan

Penyalahgunaan Narkotika dengan Acara Pemeriksaan Singkat (APS),

Dengan beberapa perbaikan

(26)

PEMBUKTIAN 02

Beberapa substansi terkait yang perlu diatur

(27)

a. uMUM

Kesalahan terdakwa dalam ajaran dualisits tidak secara otomatis terbuki ketika tindak pidananya telah terbukti.

Jika tindak pidana saja yang terbukti, tidak secara otomatis pidana dijatuhkan kepada terdakwa.

Syarat penjatuhan pidana adalah harus dibuktikan, berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan, bahwa terdakwa benar-benar memiliki

kesalahan/bersalah atas tindak pidana tersebut.

Meskipun karakteristik tindak pidana narkotika tidak mudah dibuktikan unsur kesalahannya, namun undang-undang Narkotika menganut sistem pertanggungjawaban pidana berdasarkan asas kesalahan dan bukan asas ketiadaan kesalahan.

(28)

Pembuktian perbuatan pidana (actus reus) termasuk pembuktian terkait:

unsur atau elemen dalam permufakatan jahat (vide Pasal 1 angka 18 UU Narkotika);

kualifikasi dan peran terdakwa dalam penyertaan (juncto Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP);

kualifikasi tindak pidana yang dilakukan secara terorganisasi/kejahatan terorganisasi (vide Pasal 1 angka 20 UU Narkotika); dan

kualifikasi tindak pidana korporasi (vide Pasal 1 angka 21 UU Narkotika).

b. Tindakpidana

(29)

C. PEMBUKTIAN SAKSI PELAKU YANG

BEKERJASAMA (JUSTICE

COLABORATOR)

Penuntut Umum harus membuktikan signifikansi kontribusi atau keterangan

terdakwa sebagai saksi pelaku yang bekerja sama (justice collaborator) dalam

mengungkap tindak pidana

(30)

Tuntutan Pidana

3

(31)

Tuntutan Pidana

Tuntutan Pidana (subjek hukum

orang)

Lampiran I TP Penyalahgunaan

narkotika Pasal 127

Penyalah guna

Pidana penjara dan rehabilitasi

< 1 tahun, pidana percobaan dan rehabilitasi (syarat

khusus) Korban

penyalahgunaa n TP Narkotika

Rehabilitasi

Pecandu Lampiran II

TP Peredaran gelap narkotika

Pasal 111 – Pasal 126

(32)

golongan dan berat barang bukti narkotika >>

jumlah pemakaian 1 (satu) hari;

kualifikasi terdakwa sebagai pecandu narkotika, korban penyalahgunaan narkotika, atau penyalah guna narkotika >> positif menggunakan narkotika;

keterlibatan terdakwa dalam jaringan peredaran gelap narkotika >> pengguna terakhir (end user), tidak terlibat jaringan; dan

klasifikasi objektif dan klasifikasi subjektif yang menyertai tindak pidana penyalahgunaan

narkotika >> sudah pernah dipidana, tidak

mengakui, APH/public figure/pejabat publik, tempat umum/rutan/lapas/di sekitar anak2

Lampiran 1

(33)

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika.

Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.

Pasal 4 huruf d, menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah gunadan pecandu narkotika.

Pasal 54, pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib

menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Rehabilitasi

(34)

Konstruksi YuridisPasal 127

Subjek tindak pidana: setiap penyalah guna (-), melawan hukum

Actus reus: menggunakan narkotika bagi diri sendiri

Mens rea: sengaja

Ancaman pidana : pidana penjara 1 s/d 4 tahun

Asas legalitas

Penyalah guna direhabilitasi ???

(35)

Konstruksi YuridisPasal127

Perhatikan Pasal 54, pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika wajib rehabilitasi

Pecandu narkotika:

menggunakan narkotika secara sah, alasan pembenar, menghapuskan sifat melawan hukumnya (actus reus), ketergantungan >> direhab

menyalahgunakan narkotika, ketergantungan, alasan pemaaf, menghapuskan kesalahan (mens rea) >> direhab, tidak dipidana tapi sebagai tindakan

Korban penyalahgunaan narkotika:

Tidak sengaja ‘dianggap’ tidak ada kesalahan

Ditipu, dipaksa, diancam >> tiada pidana tanpa kesalahan (asas culpabilitas), direhab

(36)

Konstruksi YuridisPasal 127

Perhatikan Pasal 55

Wajib lapor bagi Pecandu untuk mendapatkan rehabilitasi

Perhatikan Pasal 103 >> putusan hakim bagi Pecandu narkotika untuk menjalani rehabilitasi, amarnya:

memutus rehabilitasi, jika pecandu narkotika terbukti bersalah melakukan TP narkotika >>

menyalahgunakan narkotika/penyalah guna, vonis/hukuman, diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman >> rehabilitasi sebagai tindakan

menetapkan rehabilitasi, jika pecandu narkotika tidak terbukti bersalah melakukan TP narkotika >>

menggunakan narkotika secara sah/pengguna

(37)

Lanjutan rehabilitasi penyalah guna

ada kesenjangan antara das sollendan das sein

mengakomodasi praktik hukum penyalah guna direhab, dasarnya mana? Lihat juga definisi rehabilitasi

kebutuhan penyalah guna? rekomendasi TAT? aturan tidak jelas? multitafsir?

kesalahan pemaknaan? interpretasi sistematis, atau ada faktor lain?

Lampiran I

penyalah guna dipidana penjara 1 < x < 4 tahun, dapat disertai kewajiban menjalani rehabilitasi di lapas

< 1 tahun, dapat dituntut pidana bersyarat (voorwaardelijke veroordeling) dengan syarat khusus berupa kewajiban menjalani rehabilitasi >> rentut Kajati dan/atau JA

Syarat pidana bersyarat, belum pernah dipidana, tidak di bawah pengaruh narkotika ketika menjalankan pekerjaan yang berkaitan dengan keselamatan dan pendidikan

Konstruksi Yuridis Pasal 127

(38)

jenis, golongan, dan berat barang bukti narkotika >>

tanaman/bukan tanaman, 6 kategori berat, klustering tabel menggunakan pendekatan ancaman pidana dan pasal

klasifikasi objektif yang menyertai tindak pidana peredaran gelap narkotika >> mempertimbangkan peran terdakwa dan perbuatan yang menyertai tindak pidana

keadaan yang memberatkan dan yang meringankan >>

dipertimbangkan secara kualitatif dalam rentang tuntutan pidana; dan

ketentuan khusus terkait pemberat dan peringan tuntutan pidana berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan, misalnya concursus realis, pengulangan, JC, terdakwa anak, fidelis, dan pembantuan

Tuntutan pidana dalam rentang pidana penjara seumur hidup atau pidana mati >> rentut JA

Lampiran 2

(39)

Lain-lain

Justice Collaborator,

Keringanan tuntutan pidana dan/ atau menuntut pidana yang paling ringan di antara terdakwa lainnya

Tuntutanpidanadiajukandengan mempertimbangkanadanya kesalahanyang menjadidasardapatdipidananyaterdakwa

tiadapidanatanpakesalahan, dasarpertanggungjawaban pidanaterdakwa, putusanlepas

keadilan, kepastian, dankemanfaatanhukum>>

mengedepankankeadilan/kemanfaatan,

tuntutanpidanadi bawahancamanpidanaminimal >> rentut JAKSA AGUNG

L AI N - L AI N

(40)

Upaya Hukum 4

Ketentuan Peralihan

Penutup dan

(41)

Upaya hukum

Banding, dilakukan apabila:

pasal yang dibuktikan hakim berbeda dengan PU;

jenis pidana yang dijatuhkan hakim berbeda dengan PU;

pasal yang dibuktikan hakim tidak didakwakan PU >> kasasi, judex factie telah salah menerapkan hukum, yakni dengan tidak menerapkan atau menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya karena putusan yang dijatuhkan tidak didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang

(42)

Upaya hukum

Tidak didakwa Pasal 127, putusan hakim sesuai dengan pasal yang dibuktikan PU tapi di bawah minimum khusus, tidak wajib banding jika:

✓ Diputus 1/2 dan analisis yuridis PU dipertimbangkan sebagian; atau

✓ Diputus 2/3 meskipun analisis yuridis PU tidak dipertimbangkan

Penuntut Umum menguraikan alasan mengajukan upaya hukum dalam memori banding dan/atau kasasi.

(43)

Ketentuan Peralihan

Pada saat Pedoman ini mulai berlaku, perkara tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor narkotika yang masih dalam tahap prapenuntutan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan maka penanganan perkaranya dilakukan berdasarkan Pedoman Nomor 3 Tahun 2019 tentang Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum.

19 Juli 2021

P R A T U T , P E N U N T U T A N , P E R S I D A N G A N

Pedoman Nomor 3 Tahun 2019

P E N E R I M A A N S P D P

Pedoman Nomor 11 Tahun 2021

T A H A P I / P R A T U T , D S T …

(44)

KetentuanPenutup

Pada saat Pedoman ini mulai berlaku:

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: R023/ E.4/ Ep1.1/ 10/ 1999 tanggal 25 Oktober 1999, perihal: Penanganan Perkara NAZA (Narkoba dan Zat Adiktif) dituntut berat;

Surat Edaran Jaksa Agung Nomor: B-029/A/EJP/03/2019 tanggal 14 Maret 2019, perihal:

Pelimpahan Perkara Tindak Pidana Narkotika dan Penyalahgunaan Narkotika dengan Acara Pemeriksaan Singkat (APS);

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: 163/E/ EJP/01/2021 tanggal 18 Januari 2021, perihal: Putusan Hakim di Bawah Ancaman Minimal dan Delik Tertinggal;

Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: B250/ E/Enz.2/01/2021 tanggal 27 Januari 2021, perihal: Pelimpahan Perkara Tindak Pidana Narkotika dan Penyalahgunaan Narkotika dengan Acara Pemeriksaan Singkat (APS), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;

Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Ketentuan atau petunjuk teknis yang mengatur tuntutan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, penempatan pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika ke lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, dan/atau ketentuan atau petunjuk teknis lainnya yang terkait dengan penanganan perkara tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekursor narkotika, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak ditentukan lain berdasarkan Pedoman ini.

(45)

5

LAMPIRAN 1

(46)

Klasifikasi Pelaku

Pelaku Tindak Pidana Narkotika

Pengedar

Narkotika Pengedar → Ps. 111 - 126 UU Narkotika

Penyalahguna Narkotika untuk

Diri Sendiri

Penyalahguna Biasa/Umum →

Ps. 127 (1)

Pecandu → Ps. 54 jo. Ps. 103 (1) a jo.

Ps. 127 (3)

Korban Penyalahgunaan

Ps. 54 jo. Ps. 103 (1) b jo. Ps. 127 (3)

Positif Narkotika

End User dan Tidak Terlibat Jaringan Peredaran Gelap Narkotika

Barang Bukti Narkotika Sekali Pakai

Bukan Pecandu; hanya rekreasional → PENJARA(/Pidana

Bersyarat)

Pecandu → REHABILITASI

Korban Penyalahgunaan:

Dibujuk

Diperdaya

Ditipu

Dipaksa

Diancam

REHABILITASI Lampiran 2

(47)
(48)

90% dari Putusan Pasal 127 adalah penjara

Dari Indeksasi 612 Putusan yang menjatuhkan Pasal 127:

Terdapat 554 Putusan yang dihukum penjara dan tidak lolos TAT Penyebab pertama: TAT dari tim medis menyatakan tidak ada ketergantungan dari pelaku sehingga bukan merupakan pecandu hanya sebagai ketergantungan

Sedangkan TAT dari tim hukum dan fakta persidangan menyatakan:

✓ pelaku telah memenuhi BB sekali pakai

✓ positif narkotika

✓ bukan jaringan pengedar narkotika

(49)
(50)
(51)
(52)
(53)

Tahapan Lampiran 1

TAHAPAN 2

Menentukan Kualifikasi Penyalahguna, Pecandu, Korban Penyalahgunaan Narkotika untuk Rehabilitasi TAHAPAN 1

Menentukan Kualifikasi Penyalahguna Narkotika, Melalui Syarat

TAHAPAN 6

Menentukan Tuntutan Pidana TAHAPAN 5

Menentukan Rentang Tuntutan Pidana TAHAPAN 4 ( Penyalahguna)

Mempertimbangkan Klasifikasi Objektif dan Subjektif PenyalahgunaNarkotika

TAHAPAN 3 (Pecandu dan Korban Penyalahguna Narkotika

Menentukan Tuntutan Rehabilitasi dan Tempat Rehabilitasi

(54)

L1 - Tahapan1

KualifikasiPenyalahgunaNarkotika

Lampiran 02

Lampiran 01

a. positif narkotika;

b. pengguna terakhir (end user) dan tidak terlibat jaringan peredaran gelap narkotika;

c. barang bukti

narkotika tidak melebihi jumlah pemakaian 1 (satu) hari;

Syarat Penyalahguna Narkotika [Ps. 127 UU Narkotika]

BARANG BUKTI NARKOTIKA Jumlah Jenis Narkotika

≤5 Gram Kelompok Ganja

≤5 Gram Daun Koka

≤5 Gram Meskalin

≤1,8 Gram Kelompok Heroin

≤1 Gram Kelompok Metamphetamine (shabu)

≤2,4 Gram Kelompok MDMA (Ekstasi)

≤3 Gram Kelompok Psilosybin

≤2 Gram Kelompok LSD (d-lysorgic acid diethylamide)

≤3 Gram Kelompok PCP (phencyclidine)

≤1 Gram Kelompok Fentanil

≤0,5 Gram Kelompok Metadon

≤1,8 Gram Kelompok Morfin

≤0,96 Gram Kelompok Petidin

≤72 Gram Kelompok Kodein

≤32 Miligram Kelompok Bufrenorfin

syarat tidak terpenuhi

syarat terpenuhi

(55)

Korban Penyalahgunaan

Narkotika L1 - Tahapan 3

TahapanSelanjutnya

Rehabilitasi Sanksi/Tindakan

01

Pecandu Narkotika Rehabilitasi

Sanksi/Tindakan

02

Penyalahguna Narkotika

a. positif narkotika;

b. pengguna terakhir (end user);

c. barang bukti narkotika tidak melebihi jumlah pemakaian 1 (satu) hari;

d. kesengajaan (opzet) untuk menyalahgunakan narkotika bagi diri sendiri; dan

e. tidak dalam keadaan ketergantungan pada

narkotika

Penjara, Pidana Bersyarat (voorwaardelijke veroordeling), Rehabilitasi Sanksi/Tindakan

03

L1 - Tahapan 2

KualifikasiPenyalahguna, Pecandu, Korban PenyalahgunaanNarkotika

a. positif narkotika;

b. pengguna terakhir (end user);

c. barang bukti narkotika tidak melebihi jumlah pemakaian 1 (satu) hari;

d. dalam keadaan ketergantungan pada

narkotika a. positif narkotika;

b. pengguna terakhir (end user);

c. barang bukti narkotika tidak melebihi jumlah pemakaian 1 (satu) hari;

d. tidak sengaja menggunakan narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/

atau diancam

L1 - Tahapan 3 Tahapan Selanjutnya

L1 - Tahapan 4 Tahapan Selanjutnya

(56)

L1 - Tahapan 3

TuntutanRehabilitasibagiPecanduatauKorban PenyalahgunaanNarkotika

Tuntutan Rehabilitasi

Lama Rehabilitasi Tempat Rehabilitasi

(57)

L1 - Tahapan 4

MempertimbangkanKlasifikasiObjektifdan SubjektifPenyalahgunaNarkotika

Klasifikasi Obyektif dan Klasifikasi Subyektif ( ✓ ) 1. Terdakwa sudah pernah dipidana;

2. Terdakwa tidak mengakui menyalahgunakan narkotika;

3. Terdakwa merupakan aparat penegak hukum/pejabat publik/figur publik atau tokoh masyarakat yang dipandang terhormat;

4. Terdakwa menyalahgunakan narkotika di tempat umum;

5. Terdakwa menyalahgunakan narkotika di dalam Rutan dan/atau Lapas;

6. Terdakwa menyalahgunakan narkotika di sekitar anak-anak.

JUMLAH [Q]

KATEGORI Rentang Kategori ( ✓ )

1 Jumlah [q] Klasifikasi Obyektif dan Klasifikasi Subyektif 3-6 2 Jumlah [q] Klasifikasi Obyektif dan Klasifikasi Subyektif 1-2

(58)

L1 - Tahapan 5

MemilihRentangTuntutanPidana

PASAL 127 AYAT (1)

( ✓ ) KATEGORI KLASIFIKASI OBYEKTIF DAN KLASIFIKASI SUBYEKTIF

1 2

GOLONGAN NARKOTIKA

1 Penjara:

1 Tahun - 4 Tahun

Penjara:

≤1 Tahun Pidana Bersyarat (Voorwaardelijke Veroordeling)

2 Penjara:

1 Tahun - 2 Tahun

Penjara:

≤1 Tahun Pidana Bersyarat (Voorwaardelijke Veroordeling)

3

Penjara:

6 Bulan - 1 Tahun

Penjara:

≤6 Bulan Pidana Bersyarat

(Voorwaardelijke Veroordeling)

Pidana Bersyarat (Voorwaardelijke Veroordeling)

(59)

L1 - Tahapan 6

MenjatuhkanTuntutanPidana

Tuntutan Pidana ( ✓ )

Pidana Penjara

Lama Rehabilitasi di Lapas

Pidana Penjara

Pidana Bersyarat (Voorwaardelijke Veroordeling)

Syarat Khusus Pidana Bersyarat (Voorwaardelijke Veroordeling)

Lama Rehabilitasi Tempat Rehabilitasi

Keadaan yang Meringankan Keadaan yang Memberatkan

(60)

01

tuntutan pidana penjara dapat disertai dengan kewajiban terdakwa menjalani rehabilitasi di LAPAS dengan mencantumkan lama rehabilitasi

02

dalam hal tuntutan pidana terhadap terdakwa berada dalam rentang pidana penjara

sampai dengan 1 (satu) tahun, Penuntut Umum dapat menuntut dengan pidana bersyarat (voorwaardelijke veroordeling).

03

tuntutan pidana bersyarat (voorwaardelijke veroordeling) tidak diajukan dalam hal:

a)terdakwa pernah dipidana melakukan tindak pidana narkotika dan/atau prekursor narkotika; dan/atau

b)terdakwa berada di bawah pengaruh narkotika ketika menjalankan pekerjaan yang berkaitan dengan:

1)keselamatan, antara lain di bidang transportasi dan kesehatan; atau 2)pendidikan.

04

syarat khusus pidana bersyarat (voorwaardelijke veroordeling) berupa kewajiban terdakwa menjalani rehabilitasi dengan mencantumkan lama rehabilitasi dan tempat rehabilitasi.

Beberapa Catatan tentang Pemidanaan

Penyalahguna Narkotika

(61)

6

LAMPIRAN 2

(62)

2

Mempertimbangkan Klasifikasi Objektif Perkara Narkotika Klasifikasi Objektif

4

Menjatuhkan Tuntutan Pidana Perkara Narkotika Tuntutan

Memilih Kategori Barang Bukti Narkotika

Kategori Barang Bukti

3

Memilih Rentang Tuntutan Pidana Perkara Narkotika Rentang Tuntutan

5 1

Menyesuaikan Tuntutan Pidana Perkara Narkotika Penyesuaian Tuntutan

Peredaran Gelap Narkotika

Path Analysis Lampiran 2

(63)

L2 - Tahapan 1

MenentukanKategoriBarangBukti Narkotika

KATEGORI

BARANG BUKTI NARKOTIKA

KATEGORI

( ✓ ) Tanaman Bukan Tanaman ( ✓ )

Kategori 1 >60 kilogram >9 kilogram Kategori 1

Kategori 2 >20 kilogram - 60 kilogram >3 kilogram - 9 kilogram Kategori 2

Kategori 3 >5 kilogram - 20 kilogram >250 gram - 3 kilogram Kategori 3

Kategori 4 >1 kilogram - 5 kilogram >5 gram - 250 gram Kategori 4

Kategori 5 >250 gram - 1 kilogram >1,5 gram - 5 gram Kategori 5

Kategori 6 ≤250 gram ≤1,5 Gram Kategori 6

(64)

KEL. KLASIFIKASI OBYEKTIF

KATEGORI

( ✓ )

A B C D

1

A1. Terdakwa merupakan pengendali peredaran gelap narkotika internasional;

B1. Terdakwa merupakan pengendali peredaran gelap narkotika nasional;

C1. Terdakwa terlibat dalam peredaran gelap narkotika internasional;

D1. Terdakwa terlibat dalam peredaran gelap narkotika nasional.

2

A2. Terdakwa merupakan penganjur/pembujuk/penggerak (uitlokker) atau penyuruh (doenpleger) dalam tindak pidana narkotika;

B2. Terdakwa merupakan orang yang turut serta (medepleger atau medepleger) dalam tindak pidana narkotika;

C2. Terdakwa melakukan tindak pidana narkotika tanpa adanya penyertaan;

D2. Terdakwa merupakan orang yang melakukan pembantuan (medeplichtige) dalam tindak pidana narkotika.

3

A3. Narkotika disamarkan atau disembunyikan ke dalam bentuk makanan, minuman, obat, atau barang yang ditujukan kepada anak;

B3. Narkotika disamarkan atau disembunyikan ke dalam bentuk makanan, minuman, obat, atau barang;

C3. Narkotika disamarkan dalam tembakau atau bentuk tanaman lainnya;

D3. Narkotika tidak disamarkan atau disembunyikan.

4

A4. Peredaran gelap narkotika dilakukan dalam proses penegakan hukum tindak pidana narkotika;

B4. Peredaran gelap narkotika yang dilakukan dengan menyalahgunakan kewenangan atau jabatannya terkait narkotika;

C4. Peredaran gelap narkotika dilakukan dengan menyalahgunakan izin dalam industri farmasi atau lembaga riset;

D4. Peredaran gelap narkotika selain A-4, B-4, dan C-4.

L2 - Tahapan 2

MempertimbangkanKlasifikasiObjektifPeredaranGelapNarkotika

(65)

L2 - Tahapan 2

MempertimbangkanKlasifikasiObjektifPeredaranGelapNarkotika

KEL. KLASIFIKASI OBYEKTIF

KATEGORI

( ✓ )

A B C D

5

A5. TINDAK PIDANA NARKOTIKA DILAKUKAN DENGAN PERBARENGAN TINDAK PIDANA (CONCURSUS): TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG; TINDAK PIDANA PERLINDUNGAN ANAK; TINDAK PIDANA KORUPSI; TINDAK PIDANA TERORISME; ATAU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG;

B5. TINDAK PIDANA NARKOTIKA DILAKUKAN DENGAN PERBARENGAN TINDAK PIDANA (CONCURSUS) YANG TIDAK TERMASUK DALAM A-5 DAN C-5;

C5. TINDAK PIDANA NARKOTIKA DILAKUKAN DENGAN PERBARENGAN TINDAK PIDANA (CONCURSUS): TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA ATAU TINDAK PIDANA NARKOTIKA LAINNYA;

D5. TINDAK PIDANA NARKOTIKA DILAKUKAN TANPA PERBARENGAN TINDAK PIDANA LAINNYA (CONCURSUS).

6

A6. TERDAKWA TELAH MENIKMATI HASIL TINDAK PIDANA NARKOTIKA (BAIK SELURUHNYA ATAU SEBAGIAN) DAN ADA UPAYA UNTUK MENYEMBUNYIKAN ATAU MENYAMARKAN HASIL TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DIGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA;

B6. TERDAKWA TELAH MENIKMATI HASIL TINDAK PIDANA NARKOTIKA (BAIK SELURUHNYA ATAU SEBAGIAN) DAN ADA UPAYA UNTUK MENYEMBUNYIKAN ATAU MENYAMARKAN HARTA KEKAYAAN HASIL TINDAK PIDANA;

C6. TERDAKWA TELAH MENIKMATI HASIL TINDAK PIDANA NARKOTIKA (BAIK SELURUHNYA ATAU SEBAGIAN);

D6. TERDAKWA BELUM MENIKMATI HASIL TINDAK PIDANA NARKOTIKA.

7

A7. TERDAKWA MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI DALAM RUTAN DAN/ATAU LAPAS SERTA BEKERJA SAMA DENGAN PEGAWAI/PETUGAS RUTAN DAN/ATAU LAPAS;

B7. TERDAKWA MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LUAR RUTAN DAN/ATAU LAPAS SERTA BEKERJA SAMA DENGAN PEGAWAI/PETUGAS RUTAN DAN/ATAU LAPAS;

C7. TERDAKWA MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI DALAM RUTAN DAN/ATAU LAPAS;

D7. TERDAKWA MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LUAR RUTAN DAN/ATAU LAPAS.

JUMLAH [q] KLASIFIKASI OBYEKTIF

(66)

KATEGORI FORMULA PENGHITUNGAN HASIL PEMBOBOTAN Jumlah [q] Klasifikasi Obyektif Bobot

A qA dikali 4

B qB dikali 3

C qC dikali 2

D qD dikali 1

TOTAL PEMBOBOTAN

KATEGORI Rentang Bobot Klasifikasi Obyektif ( ✓ )

1 Total Pembobotan > 21

2 Total Pembobotan 17 – 21

3 Total Pembobotan 12 – 16

4 Total Pembobotan < 12

L2 - Tahapan 2

MempertimbangkanKlasifikasiObjektifPeredaranGelapNarkotika

(67)

PASAL 117; 120; 123; 124; 126

( ✓ ) KATEGORI KLASIFIKASI OBYEKTIF

1 2 3 4

KATEGORI BARANG

BUKTI NARKOTIKA

1 Penjara:

13 Tahun - 15 Tahun

Penjara:

11 Tahun - 13 Tahun

Penjara:

9 Tahun 6 Bulan - 11 Tahun

Penjara:

8 Tahun - 9 Tahun 6 Bulan

2 Penjara:

11 Tahun - 13 Tahun

Penjara:

9 Tahun 6 Bulan - 11 Tahun

Penjara:

8 Tahun - 9 Tahun 6 Bulan

Penjara:

7 Tahun - 8 Tahun

3 Penjara:

9 Tahun 6 Bulan - 11 Tahun

Penjara:

8 Tahun - 9 Tahun 6 Bulan

Penjara:

7 Tahun - 8 Tahun

Penjara:

6 Tahun - 7 Tahun

4 Penjara:

8 Tahun - 9 Tahun 6 Bulan

Penjara:

7 Tahun - 8 Tahun

Penjara:

6 Tahun - 7 Tahun

Penjara:

5 Tahun - 6 Tahun

5 Penjara:

7 Tahun - 8 Tahun

Penjara:

6 Tahun - 7 Tahun

Penjara:

5 Tahun - 6 Tahun

Penjara:

4 Tahun - 5 Tahun

6 Penjara:

6 Tahun - 7 Tahun

Penjara:

5 Tahun - 6 Tahun

Penjara:

4 Tahun - 5 Tahun

Penjara:

3 Tahun - 4 Tahun

L2 - Tahapan 3

MemilihRentangTuntutanPidana

(68)

Rentang Tuntutan Pidana

Terdapat 5 (lima) Tabel Tuntutan Pidana yang dibagi berdasarkan ancaman pidana (strafmaat) dalam UU Narkotika

Rentang Tuntutan

L2 Tahapan 2

Kategori Klasifikasi Objektif L2 Tahapan 1

Kategori Barang Bukti Narkotika

Tahapan 1 + Tahapan 2 = Tahapan 3

(69)

TABEL TUNTUTAN PIDANA 1 Penjara Seumur Hidup

Penjara 4-20 Tahun

Ps. 123 Ps. 124

Ps. 125

Ps. 126 Ps. 119

Ps. 120 Ps. 121

Ps. 122 Ps. 115

Ps. 116

Ps. 117 Ps. 118 Ps. 111

Ps. 112

Ps. 113 Ps. 114

5 Tabel Tuntutan Pidana

TABEL TUNTUTAN PIDANA 2 Penjara Seumur HidupMati

Penjara 4-20 Tahun

TABEL TUNTUTAN PIDANA 3 Mati

Penjara Seumur Hidup Penjara 5-20 Tahun

TABEL TUNTUTAN PIDANA 4 Penjara 3-15 Tahun

TABEL TUNTUTAN PIDANA 4 Penjara 2-10 Tahun

(70)

KATEGORI KLASIFIKASI OBJEKTIF

KATEGORI BARANG

BUKTI NARKOTIKA

( ✓ ) 1 2 3 4

1 IX

max. (2) VIII VII VI

2 VIII VII VI V

3 VII VI V IV

4 VI V IV III

min. (2)

5 V

proposional (1) IV III II

6 IV III II I

min. (1)

Ayat (2)

Ayat (1)

(71)

Irisan Ancaman Pidana Delik Narkotika (Contoh: Ps. 112 UU Narkotika)

Ayat (2)

4 TAHUN 12 TAHUN

5 TAHUN 20 TAHUN

IRISAN ANCAMAN PIDANA 5-12 TAHUN

Ayat (1)

(72)

PASAL 113; 114; 116

( ✓ ) KATEGORI KLASIFIKASI OBYEKTIF

1 2 3 4

KATEGORI BARANG

BUKTI NARKOTIKA

1

MATI/

SEUMUR HIDUP/

PENJARA:

16 TAHUN - 20 TAHUN

PENJARA:

13 TAHUN - 16 TAHUN

PENJARA:

11 TAHUN - 13 TAHUN

PENJARA:

9 TAHUN 6 BULAN - 11 TAHUN

2 PENJARA:

13 TAHUN - 16 TAHUN

PENJARA:

11 TAHUN - 13 TAHUN

PENJARA:

9 TAHUN 6 BULAN - 11 TAHUN

PENJARA:

8 TAHUN - 9 TAHUN 6 BULAN

3 ✓ PENJARA:

11 TAHUN - 13 TAHUN

PENJARA:

9 TAHUN 6 BULAN - 11 TAHUN

PENJARA:

8 TAHUN - 9 TAHUN 6 BULAN

PENJARA:

7 TAHUN - 8 TAHUN

4

PENJARA:

9 TAHUN 6 BULAN - 11 TAHUN

PENJARA:

8 TAHUN - 9 TAHUN 6 BULAN

PENJARA:

7 TAHUN - 8 TAHUN

PENJARA:

6 TAHUN - 7 TAHUN

5

PENJARA:

8 TAHUN - 9 TAHUN 6 BULAN

PENJARA:

7 TAHUN - 8 TAHUN

PENJARA:

6 TAHUN - 7 TAHUN

PENJARA:

5 TAHUN 6 BULAN - 6 TAHUN

6 PENJARA:

7 TAHUN - 8 TAHUN

PENJARA:

6 TAHUN - 7 TAHUN

PENJARA:

5 TAHUN 6 BULAN - 6 TAHUN

PENJARA:

5 TAHUN - 5 TAHUN 6 BULAN

Ayat (2) delik

Ayat (1) delik

(73)

TUNTUTAN PIDANA ( ✓ ) PIDANA MATI

PIDANA PENJARA DAN PIDANA DENDA

PIDANA PENJARA PIDANA DENDA

KEADAAN YANG MERINGANKAN KEADAAN YANG MEMBERATKAN

L2 - Tahapan 4

MenjatuhkanTuntutanPidana

PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP

(74)

Terdakwa dapat dituntut pidana yang paling ringan di antara terdakwa lainnya

Justice Collaborator

Tuntutan pidana dapat diperberat 1/3 (dari tuntutan pidana yang paling berat) Concursus [Ps. 65 KUHP]

Tuntutan pidana diperberat 1/3 Pengulangan [Ps. 144 UU Narkotika]

Tuntutan pidana diperberat 1/3 Kejahatan Terorganisasi [Ps. 132 (2) UU Narkotika]

Tuntutan Pidana diperingan 1/2 Anak [Ps. 81 (2) UU SPPA]

Tuntutan Pidana dapat diperingan 1/3

Pembantuan [Ps. 56 & 57 KUHP]

L2 - Tahapan 5

MenyesuaikanTuntutanPidana

(75)

SIMULASI KASUS

(76)

Kasus Pertama

1. Terdakwa yang merupakan selebriti ditangkap oleh pihak kepolisian ketika sedang menggunakan heroin di rumahnya

2. Berdasarkan hasil penyidikan ditemukan sejumlah barang bukti 1,5 gram heroin

3. Terdakwa juga diperiksa positif telah menggunakan narkotika

4. Berdasarkan hasil pemeriksaan TAT, terdakwa

dinyatakan merupakan pecandu dan membutuhkan rehabilitasi

5. Berdasarkan TAT dan fakta persidangan, terdakwa

tidak terlibat jaringan serta pengguna akhir (end

user)

(77)

Kasus kedua

1. Terdakwa adalah laki-laki berumur 19 tahun, seorang siswa

2. Barang Bukti Narkotika adalah Shabu 1,5 gram

3. Terdakwa adalah pengecer kecil (pelaku seorang diri), yaitu dengan menjual Narkotika Shabu di gang jalan atau perumahan

4. Terdakwa tertangkap tangan Ketika akan

menyerahkan shabu nya dan belum menerima uang pembayaran

5. Terdakwa belum pernah dipidana sebelumnya;

6. Terdakwa berasal dari keluarga tidak mampu, serta

memiliki keadaan finansial yang buruk;

(78)

Kasus ketiga

1.

Terdakwa adalah laki-laki berumur 24 tahun, seorang pegawai swasta

2.

Barang Bukti Narkotika adalah Ganja 2,5 gram; dan untuk digunakan sendiri

3.

Terdakwa tidak terlibat dalam jaringan peredaran gelap Narkotika

4.

Hasil Labfor menyatakan Terdakwa (+) positif menggunakan Narkotika

5.

Hasil Pemeriksaan Medis dari tim TAT menyatakan:

“Terdakwa tidak kecanduan dengan Narkotika sehingga tidak perlu untuk di rehabilitasi“

6.

Berdasarkan pemeriksaan di persidangan, ternyata fakta- fakta menunjukkan bahwa Terdakwa bukan Pecandu, dan menggunakan Narkotikanya untuk sesekali pakai atau

rekreasional.

Gambar

TABEL TUNTUTAN PIDANA 1 Penjara Seumur Hidup

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan pembelajaran yang menerap- kan pendidikan karakter sama seperti perencanaan pembelajaran sebelum-sebelumnya yaitu dengan menyiapkan pembuatan rencana pelaksanaan

Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untukmenekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan

menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Kesesuaian Komponen Desa Wisata Candirejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Terhadap Konsep Ekowisata ”.. Tugas Akhir ini

menyeluruh tentang dirinya, yang bersumber dari pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri maupun dari cara pandang orang lain tentang diri individu tersebut. 

Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,

Pada penelitian ini hanya menggunakan sensor percepatan untuk deteksi pergerakan tanah, sehingga diharapkan adanya pengembangan dengan melengkapi sistem menggunakan sensor

Hasil yang dicapai pada penelitian ini adalah sambungan balok kolom yang berdasarkan PBI 1971 mampu menahan kapasitas beban siklik sampai dengan 7,47 tf untuk beban tekan dan 5,19

Fhitung =0,597615 &lt; F0,05(3,8)= 4,07 sehingga H diterima dan tidak ada perbedaan yang bermakna antar formula.. 65