• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Lokasi lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penentuan Lokasi lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Pembangunan bangunan tinggi di Surabaya Pusat berlangsung dengan gencar. Keberadaan bangunan tinggi akan mengancam keberadaan bangunan cagar budaya, menambah beban jalan dan dikarenakan ketidaktersediaan lahan tidak menutup kemungkinan akan menggusur perkampungan penduduk dan bangunan cagar budaya. Perlu diteliti mengenai lokasi - lokasi yang potensial bagi pembangunan bangunan tinggi di Surabaya Pusat. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis delphi untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi pembangunan bangunan tinggi. Analisis likert untuk menentukan faktor pertimbangan prioritas dalam penentuan lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi.

Selanjutnya, dilakukan analisis tingkat bangkitan dan terakhir dilakukan penentuan rangking lokasi – lokasi. Dari hasil analisis didapatkan lokasi yang sangat potensial untuk bangunan tinggi I di Jl Tunjungan yang memiliki luas 19526 m2 dengan ketinggian 6 lantai, sedangkan lokasi yang sangat potensial untuk bangunan tinggi II di Jl Basuki Rahmat yang memiliki luas 10122 m2 dengan ketinggian 11 lantai.

Kata Kunci— bangunan tinggi, lokasi potensial

I. PENDAHULUAN

kspansi investor dalam membangun bangunan tinggi di Surabaya Pusat sangat gencar. Investor berlomba – lomba untuk membangun bangunan tinggi sebagai wujud penanaman investasinya.

Permasalahan yang dihadapi adalah pembangunan bangunan tinggi di kawasan urban heritage yang mengancam keberadaan bangunan cagar budaya.

Permasalahan berikutnya adalah pembangunan vertikal yang tidak diimbangi dengan pelebaran jalan akan menyebabkan terjadinya kemacetan. Kehadiran bangunan tinggi akan meningkatkan tarikan dan bangkitan bagi ruas jalan di sekitarnya karena akan diikuti oleh mobilitas penghuninya.

Permasalahan lain adalah dengan kondisi fisik perkotaan Surabaya Pusat yang sudah sangat padat, keberadaan lahan kosong menjadi hal yang sangat langka, di Surabaya Pusat yang ada hanyalah lahan – lahan terlantar, lahan – lahan inilah yang akan ditempati oleh bangunan tinggi. Dalam membangun bangunan tinggi di lahan terlantar, pedoman yang dilakukan oleh investor adalah optimasi harga lahan, hal ini akan menciptakan ketinggian bangunan yang cukup tinggi. Permasalahan lainnya adalah tidak menutup kemungkinan para investor akan melakukan pembebasan kavling – kavling yang sudah terdapat bangunan, dalam hal ini adalah perkampungan penduduk, selain itu tidak menutup kemungkinan akan menggusur keberadaan bangunan cagar budaya.

Pada dasarnya pembangunan bangunan tinggi tidak dapat dilakukan di sembarang tempat, tetapi harus mempertimbangkan kriteria – kriteria tertentu. Oleh karena itu perlu ditentukan lokasi – lokasi yang potensial untuk dibangun bangunan tinggi.

II. URAIANPENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasionalisme, sedangkan jenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Untuk data primer dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, observasi dan wawancara.

Sedangkan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dari instansi terkait dan studi literatur.

Untuk tahapan analisis, terdapat 5 tahapan analisis yang digunakan yaitu: Analisis deskriptif kualitatif untuk mendapatkan faktor – faktor dari variabel terkait. Pada analisis kedua digunakan Analisis Delphi untuk menentukan faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi. Pada analisis ketiga digunakan Analisis Likert untuk menentukan faktor pertimbangan prioritas dalam penentuan lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi. Pada analisis keempat digunakan analisis tingkat bangkitan lalu lintas untuk menentukan jumlah lantai maksimal di setiap lokasi.

Pada analisis terakhir digunakan analisis penentuan rangking lokasi untuk didapatkan lokasi yang potensial untuk bangunan tinggi I dan II.

III. HASILDANPEMBAHASAN

Penelitian ini mengambil wilayah studi di Surabaya Pusat yang terletak di pusat Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, memiliki total luas 14,78 Km2. Wilayah Surabaya Pusat terdiri dari 4 (empat) kecamatan, diantaranya Kecamatan Tegalsari dengan luas 4,29 Km2, Kecamatan Bubutan dengan luas 3,86 Km2, Kecamatan Genteng dengan luas 4,04 Km2, dan Kecamatan Simokerto dengan luas 2,59 Km2. Sasaran pertama adalah menganalisis faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi di Surabaya Pusat. Tahapan pertama adalah melakukan analisis deskriptif kualitatif untuk memperoleh faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan variabel hasil dari kajian pustaka dengan fakta empiris di Surabaya Pusat. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi potensial

Penentuan Lokasi – lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat

Brian Biondy, Heru Purwadio

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: heru@urplan.its.ac.id

E

(2)

pembangunan bangunan tinggi di Surabaya Pusat yaitu:

Penyesuaian terhadap keberadaan bangunan cagar budaya, penyesuaian ruang yang dapat dibangun terhadap kapasitas jalan, penyesuaian terhadap luas dan letak kavling dan optimasi harga.

Tahapan selanjutnya adalah analisis delphi untuk menentukan faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi dengan melibatkan stakeholder: Bappeko Kota Surabaya, Dinas Cipta Karya & Tata Ruang Kota Surabaya, UPN “Veteran” Jawa Timur, Komunitas Cagar Budaya Surabaya Tempo Dulu dan PT Pemuda Central Investindo Surabaya. Hasil dari tahapan ini adalah keempat faktor menjadi faktor pertimbangan dalam penentuan lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi di Surabaya Pusat.

Sasaran kedua adalah menganalisis faktor pertimbangan prioritas dalam penentuan lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi. Dalam analisis ini menggunakan teknik analisis likert yang melibatkan 30 responden yang terbagi ke dalam 5 stakeholder. Hasil dari analisis ini adalah pembobotan dari setiap faktor pertimbangan dimana Faktor penyesuaian ruang yang dapat dibangun terhadap kapasitas jalan menjadi faktor pertimbangan prioritas dalam penentuan lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi di Surabaya pusat dengan bobot 3,86. Selanjutnya Faktor penyesuaian dengan perbandingan biaya konstruksi vertikal dan harga lahan dengan bobot 3,63. Berikutnya Faktor penyesuaian terhadap keberadaan bangunan cagar budaya dengan bobot 3,17. Yang terakhir adalah Faktor penyesuaian terhadap luas dan letak kavling dengan bobot 2,9.

Sasaran terakhir adalah menentukan lokasi – lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi dengan faktor prioritas terpilih. Diawali dengan analisis tingkat bangkitan kemudian dilanjutkan dengan analisis penentuan rangking lokasi.

Untuk melakukan analisis tingkat bangkitan, tahapan pertama adalah mengidentifikasi lokasi – lokasi yang dipandang sebagai lokasi potensial untuk pembangunan bangunan tinggi. Lokasi – lokasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Lokasi dan Luasan Lokasi Potensial

No Lokasi Lokasi Luasan (m2) Status Lahan 1 Jl Sidotopo 3961 Lahan terlantar 2 Jl Pegirian 2766 Perkampungan 3 Jl Johar 10120 Lahan terlantar 4 Jl Johar 1032 Lahan terlantar 5 Jl Johar 3002 Lahan terlantar 6 Jl Demak 2457 Perkampungan 7 Jl Gentengkali 1044 Lahan terlantar 8 Jl Gentengkali 3363 Bangunan cagar

budaya 9 Jl Ngemplak 1500 Lahan terlantar 10 Jl Tunjungan 3597 Lahan terlantar 11 Jl Tunjungan 19526 Lahan terlantar 12 Jl Embong Malang 11100 Perkampungan 13 Jl Embong Malang 2494 Lahan terlantar 14 Jl Embong Malang 2668 Lahan terlantar 15 Jl Embong Malang 8591 Lahan terlantar 16 Jl Gubernur Suryo 4440 Lahan terlantar 17 Jl Yos Sudarso 4018 Lahan terlantar 18 Jl Pemuda 3355 Lahan terlantar 19 Jl Pemuda 4581 Lahan terlantar 20 Jl Pemuda 2275 Lahan terlantar 21 Jl Embong 1377 Lahan terlantar

Tanjung

22 Jl Embong Sawo 6466 Lahan terlantar 23 Jl Embong Wungu 5227 Lahan terlantar 24 Jl Basuki Rahmat 10122 Lahan terlantar 25 Jl Basuki Rahmat 1242 Lahan terlantar 26 Jl KombesPol M

Duriyat

1204 Lahan terlantar

27 Jl Pandegiling 1056 Lahan terlantar 28 Jl HOS

Cokroaminoto

425 Lahan terlantar

29 Jl Sawunggaling 156 Lahan terlantar 30 Jl Kartini 995 Lahan terlantar 31 Jl Ronggolawe 1913 Lahan terlantar 32 Jl Ronggolawe 3304 Lahan terlantar 33 Jl Bintoro 3430 Lahan terlantar 34 Jl Ketampon 2414 Lahan terlantar 35 Jl Darmokali 5563 Bangunan cagar

budaya 36 Jl Darmokali 3350 Lahan terlantar

Sumber: Survey Primer, 2012

Tahapan selanjutnya adalah menganalisis kelayakan lokasi berdasarkan ukuran panjang dan lebar. Analisis yang dilakukan adalah dengan mengeliminasi lokasi lahan yang sisi terpendeknya kurang dari 18 m, hal ini merujuk pada teori Neufert (1970) yang menyatakan lebar sisi minimal untuk bangunan gedung harus 18 m [1]. Lokasi – lokasi yang dinilai layak dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

Lokasi yang Memenuhi Secara Dimensi bagi Bangunan Tinggi No Lokasi Luas (m2)

1 Jl Sidotopo 3961 2 Jl Pegirian 2766

3 Jl Johar 10120

4 Jl Johar 1032

5 Jl Johar 3002

6 Jl Demak 2457

7 Jl Gentengkali 1044 8 Jl Gentengkali 3363 9 Jl Ngemplak 1500 10 Jl Tunjungan 3597 11 Jl Tunjungan 19526 12 Jl Embong Malang 11100 13 Jl Embong Malang 2494 14 Jl Embong Malang 2668 15 Jl Embong Malang 8591 16 Jl Gubernur Suryo 4440 17 Jl Yos Sudarso 4018 18 Jl Pemuda 3355 19 Jl Pemuda 4581 20 Jl Pemuda 2275 21 Jl Embong Sawo 6466 22 Jl Embong Wungu 5227 23 Jl Basuki Rahmat 10122 24 Jl Basuki Rahmat 1242 25 Jl Ronggolawe 1913 26 Jl Ronggolawe 3304 27 Jl Bintoro 3430 28 Jl Ketampon 2414 29 Jl Darmokali 5563 30 Jl Darmokali 3350

Sumber: Analisis, 2012

Dari hasil analisis tingkat bangkitan didapatkan nilai bangkitan zona di setiap jalan. Nilai bangkitan zona dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(3)

Tabel 3 Nilai Bangkitan Zona No Nama Jalan Bangkitan

zona (smp/jam) 1 Jl Sidotopo 589,01 2 Jl Pegirian 818,85

3 Jl Johar 1260

4 Jl Demak 538,5

5 Jl Gentengkali 442,35 6 Jl Ngemplak 393,08 7 Jl Tunjungan 1311,7 8 Jl Embong

Malang

1560

9 Jl Gubernur Suryo

995,81

10 Jl Yos Sudarso 1128,1 11 Jl Pemuda 604,19 12 Jl Embong

Wungu

1129,8

13 Jl Embong Sawo 1457,4 14 Jl Basuki Rahmat 1188,5 15 Jl Ronggolawe 849,7 16 Jl Bintoro 1441,9 17 Jl Ketampon 502,17 18 Jl Darmokali 1484,9

Sumber: Analisis, 2012

Berikutnya dihitung luas yang dapat dibangun berdasarkan masing – masing guna lahan. Rumus yang digunakan adalah [3]:

Tingkat bangkitan:

Perkantoran : 1 smp/m2 Pertokoan : 1,45 smp/m2

Perhotelan : 0,81 smp/m2 Apartemen : 0,42 smp/m2

Tabel di bawah ini merupakan tinggi lantai di setiap lokasi berdasarkan perhitungan luas ruang:

Tabel 4

Tinggi Lantai di Setiap Lokasi Berdasarkan Perhitungan Luas Ruang

No Jalan Luas

ruang (m2)

Luas lokasi (m2)

KDB (m2)

Tinggi (lantai)

1 Jl Sidotopo 40621 3961 2772,7 14 2 Jl Pegirian 56472 2766 2212,8 25

3 Jl Johar 125996 10120 8096 12

1032 825,6 5 3002 2401,6 10

4 Jl Demak 37138 2457 1965,6 19

5 Jl Gentengkali 30507 1044 835,2 8 3363 2690,4 9 6 Jl Ngemplak 39308 1500 1200 32 7 Jl Tunjungan 90460 3597 2517,9 5

19526 13668,2 6 8 Jl Embong

Malang

107588 11100 7770 6 2494 1745,8 5 2668 1867,6 5 8591 6013,7 7 9 Jl Gubernur

Suryo

99581 4440 3552 28

10 Jl Yos Sudarso 77802 4018 2812,6 27 11 Jl Pemuda 60419 3355 2348,5 7

4581 3206,7 11 2275 1820 5 12 Jl Embong

Wungu

112976 5227 4181,6 27

13 Jl Embong Sawo 145744 6466 5172,8 28 14 Jl Basuki Rahmat 81967 10122 7085,4 11

1242 869,4 5

15 Jl Ronggolawe 104901 1913 1530,4 20 3304 2643,2 28 16 Jl Bintoro 99441 3430 2744 36 17 Jl Ketampon 50217 2414 1931,2 26 18 Jl Darmokali 148492 5563 4450,4 21

3350 2680 20 Sumber: Analisis, 2012

Gambaran mengenai persebaran lokasi potensial pada bangunan tinggi I dan II dapat dilihat pada peta di bawah ini:

Gambar 1

Peta Klasifikasi Bangunan Tinggi Sumber: Analisis, 2012

Tahapan yang terakhir adalah penentuan rangking untuk setiap lokasi potensial bangunan tinggi dengan kriteria luas lahan [4], sudut pandang [5] dan status lahan.

Rangking untuk bangunan tinggi I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5

Klasifikasi Tingkat Potensial Lokasi bagi Bangunan Tinggi I

No Klasifikasi Lokasi Luas

(m2)

Ketinggian (lantai) 1 Sangat

potensial

Jl Tunjungan 19526 6

2 Potensial Jl Johar 1032 5

Jl Gentengkali 1044 8 Jl Embong Malang 11100 6 Jl Embong Malang 2494 5 Jl Embong Malang 2668 5 Jl Embong Malang 8591 7

Jl Pemuda 3355 7

Jl Pemuda 2275 5

3 Kurang potensial

Jl Tunjungan 3597 5 Jl Basuki Rahmat 1242 5 Sumber: Analisis, 2012

Luas Ruang . Tingkat bangkitan/100 = bangkitan

(4)

Gambaran mengenai persebaran lokasi potensial pada bangunan tinggi I dapat dilihat pada gambar 2 sampai dengan 5:

Gambar 2

Peta tingkat potensial lokasi bagi bangunan tinggi I di Kecamatan Bubutan Sumber: Analisis, 2012

Gambar 3

Peta tingkat potensial lokasi bagi bangunan tinggi I di Kecamatan Genteng Sumber: Analisis, 2012

Gambar 4

Peta tingkat potensial lokasi bagi bangunan tinggi I di Kecamatan Simokerto

Sumber: Analisis, 2012

Gambar 5

Peta tingkat potensial lokasi bagi bangunan tinggi I di Kecamatan Tegalsari Sumber: Analisis, 2012

Rangking untuk bangunan tinggi II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6

Klasifikasi Tingkat Potensial Lokasi bagi Bangunan Tinggi II No Klasifikasi Lokasi Luas (m2) Ketinggian

(lantai) 1 Sangat potensial Jl Basuki

Rahmat

10122 11

2 Potensial Jl Sidotopo 3961 14

Jl Johar 10120 12

Jl Johar 3002 10

Jl Gentengkali 3363 9 Jl Gubernur

Suryo

4440 28

Jl Yos Sudarso 4018 27

Jl Pemuda 4581 11

Jl Embong Sawo

6466 28

Jl Embong Wungu

5227 27

Jl Ronggolawe 1913 20 Jl Ronggolawe 3304 28 Jl Darmokali 5563 21 Jl Darmokali 3350 20 3 Kurang potensial Jl Pegirian 2766 25

Jl Demak 2457 19

Jl Ngemplak 1500 32 Jl Bintoro 3430 36 Jl Ketampon 2414 26 Sumber: Analisis, 2012

(5)

Gambaran mengenai persebaran lokasi potensial pada bangunan tinggi II dapat dilihat pada gambar 6 sampai dengan 9:

Gambar 6

Peta tingkat potensial lokasi bagi bangunan tinggi II di Kecamatan Bubutan Sumber: Analisis, 2012

Gambar 7

Peta tingkat potensial lokasi bagi bangunan tinggi II di Kecamatan Genteng Sumber: Analisis, 2012

Gambar 8

Peta tingkat potensial lokasi bagi bangunan tinggi II di Kecamatan Simokerto

Sumber: Analisis, 2012

Gambar 9

Peta tingkat potensial lokasi bagi bangunan tinggi II di Kecamatan Tegalsari

Sumber: Analisis, 2012

IV. KESIMPULAN

Dari penelitian didapatkan faktor yang menjadi pertimbangan prioritas dalam penentuan lokasi – lokasi potensial pembangunan bangunan tinggi di Surabaya Pusat adalah faktor penyesuaian ruang yang dapat dibangun terhadap kapasitas jalan.

Hasil dari penelitian didapatkan lokasi yang sangat potensial untuk dibangun bangunan tinggi I (5 – 8 lantai) adalah lokasi di Jl Tunjungan yang memiliki luas 19526 m2 dengan ketinggian 6 lantai. Sedangkan lokasi yang sangat potensial untuk dibangun bangunan tinggi II (≥9 lantai) adalah lokasi di Jl Basuki Rahmat 10122 m2 dengan ketinggian 11 lantai.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedua orang tua, Alm kakak tercinta, Bapak Ir Heru Purwadio, MSP, selaku pembimbing, Ibu Dr. Ir. Rima Dewi S, MIP, selaku dosen wali, Bappeko Kota Surabaya, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya, UPN Veteran Jawa Timur, Komunitas Surabaya Tempo Dulu dan PT Pemuda Central Investindo serta pihak lain yang membantu dalam pengumpulan data terkait.

DAFTARPUSTAKA

[1] Neufert, Ernst (1970). Architect’s Data. Bookprint Limited. Germany [2] Anonim (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ).

Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.

Jakarta

[3] LPPM ITB (1994). Kajian Tingkat Bangkitan: BNI City dan Denayasa City.

[4] Shirvani, Hamid (1985). The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold. New York

[5] Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan

Gambar

Tabel 3  Nilai Bangkitan Zona  No  Nama Jalan  Bangkitan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pengaruh jumlah uang beredar di luar negeri terhadap nilai tukar domestik adalah, jika jumlah uang beredar di luar negeri mengalami kenaikan melebihi kenaikan jumlah

Hari minggu hingga sabtu wuku wayang termasuk ke dalam hari yang dianggap mendapatkan pengaruh alam yang kurang baik yang dikarenakan Dewa Siwa mengijinkan Sang Hyang

FOLLOWER DENGAN SEL SURYA ” yang dibuat untuk memenuhi persyaratan ujian skripsi di Program Studi Sarjana Terapan Teknik Elektro.

Hasad adalah menginginkan hilangnya sebuah nikmat yang ada pada saudaramu seiman, dan perbuatan ini adalah sebuah keharaman dengan nash al-Qur'an dan sunnah, adapun yang di

Untuk tindak pidana korupsi berdasarkan profesi dan jabatannya profesi advokat ikut menjadi subyek dalam menambah jumlah perkara tindak pidana korupsi bersama dengan

Analisis cost-volume- profit merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan yang menekankan keterkaitan antara biaya, volume

Segala puji bagi Allah SWT yang telah yang telah melimpahkan berkah serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Status

Sedikit uraian di atas bisa menjadi contoh bahwa dalam pertunjukkan wayang, Bahasa Jawa yang digunakan disesuaikan dengan konteks sosial, termasuk menyimak siapa