• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Banding ke BNPB. Kapusdatin : Untuk Mendukung Program AWR Kementan. Daftar Isi. M. Subehi Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Banding ke BNPB. Kapusdatin : Untuk Mendukung Program AWR Kementan. Daftar Isi. M. Subehi Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Isi

pusdatin.setjen.pertanian.go.idatau akses link Scan QR Code

Volume 18 No. 6, Edisi Juni 2021 ISSN : 1411-9196

Studi Banding ke BNPB

Kapusdatin : Untuk Mendukung

Program AWR Kementan

M. Subehi

Studi Banding ke BNPB

Kapusdatin : Untuk Mendukung Program AWR Kementan

Halaman 1

Info Data Pertanian Halaman 12

Kunjungan Tim Asesor Internal Kementan Terkait Layanan Publik SISCOBETI Halaman 8

Pertumbuhan dan Peran Sektor Pertanian Lima Tahun Terakhir

Halaman 10

K

epala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Kapusdatin) Roby Darmawan melakukan studi banding ke Kantor Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Studi banding ini bertujuan mengetahui gambaran mengenai konsep Decision Support System (DSS) atau sistem sejenis lainnya yang mendukung pengambilan keputusan oleh pimpinan dalam pengembangan Agricultural War Room (AWR) milik kita,” kata Roby Darmawan, di kantor BNPB, Jumat (04/06/2021).

Studi banding Kapusdatin ini diterima oleh Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB dan beberapa pejabat dari Pusdatinkom. Ikut serta dalam studi banding ini Kepala Bagian Umum Pusdatin serta beberapa pejabat pranata humas, pranata komputer serta fungsional statistisi.

Angka Konversi Untuk Meningkatkan Akurasi Data Produksi Jagung

Halaman 3

Pengenalan Metode Estimasi Komoditas Perkebunan Menggunakan Software R dan RStudio

(2)

Tim

Redaksi

Penanggung jawab

Kapusdatin

Redaktur

Kepala Bagian Umum

Editor

Andry Polos, S.Kom Aulia Azhar Abdurachman, S.Si

Dra. P. Hanny Muliany, MM Hani Hanifah R, S. Kom

Fotografer

Iswadi Sri Lestari, SE

Sekretariat

Eli David, S.Sos, MM Apriadi Setiawan, S.Kom, MT Cahyani Wartianingsih, S.Kom Marwati Hotlanis Mangatur S, S.Kom

Musdino Priatna Sari Didik Pratama Saputra, S.Kom

Desain Grafis

Dhanang Susatyo, SE Rizky Purnama R, S.Kom

Alamat Redaksi

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN Jl. Harsono RM No.3 Gd D Lantai IV

Pasar Minggu - Jakarta 12550 Telp : 021- 7805305, 7816384

Fax : 021 - 7822638

e-mail : [email protected]

Dalam kesempatan tersebut, Roby Darmawan yang baru dilantik menjadi Kapusdatin pada 20 Mei 2021, berkesempatan menyaksikan langsung sejumlah fasilitas penunjang milik BNPB. Salah satunya Diorama Edukasi Bencana BNPB yang selama ini menjadi media edukasi kebencanaan kepada masyarakat, namun dikarenakan pandemi Covid-19 saat ini ditutup untuk masyarakat umum. Diorama edukasi bencana ini berupa miniatur gempa bumi, tsunami, gunung api, longsor, kebakaran hutan dan lain-lain.

Tim Pusdatin Kementan juga bisa melihat langsung sistem pendeteksi bencana BNPB dari ruang operator, call center serta radio komunikasi di Pusdalops BNPB. BNPB juga memiliki aplikasi

Indonesian All-hazards Warning and Risk Evaluation (InAWARE) yaitu aplikasi untuk

pemantauan peringatan dini bencana, kolaborasi dan koordinasi penanggulangan bencana, serta alat untuk memudahkan pengambilan keputusan dalam penanganan bencana. Selain InAWARE, juga terdapat aplikasi InaRISk yaitu portal hasil kajian risiko yang menggunakan Arcgis Server sebagai data services yang menggambarkan cakupan wilayah ancaman bencana, populasi terdampak, potensi kerugian fisik, potensi kerugian ekonomi, dan potensi kerusakan lingkungan dan terintegrasi dengan realisasi pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana sebagai tool monitoring penurunan indeks risiko bencana.

(3)

“Aplikasi InaRISK dikembangkan oleh BNPB bertujuan untuk menyajikan informasi potensi bencana di seluruh wilayah Indonesia, dan memberi rekomendasi antisipasi bencana bagi masyarakat,” jelas Bambang Wisnu Widjaja. Kepala Pusdalops menambahkan, sesuai dengan rencana strategis BNPB tahun 2020 – 2024 yakni Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan mempunyai

Angka Konversi Untuk Meningkatkan Akurasi Data

Produksi Jagung

P. Hanny Muliany

tugas koordinasi dan pelayanan di bidang pengelolaan data dan informasi, pengembangan basis data dan informasi, serta pelaksanaan komunikasi kebencanaan. Dalam kesempatan tersebut juga dijelaskan struktur organisasi, tugas dan fungsinya di Pusdatinkom serta infrastruktur informasi teknologi dan komunikasi di saat terjadi bencana.

U

ntuk meningkatkan kualitas data produksi jagung, diperlukan data dukung berupa angka konversi jagung tongkol basah/kering panen tanpa kulit dan tangkai menjadi jagung pipilan kering yang akurat dan terkini. Angka produktivitas jagung yang terus meningkat menjadi salah satu alasan untuk melakukan Indepth Study Konversi Jagung agar mengetahui apakah angka konversi yang digunakan selama ini masih relevan. Hasil survei ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk meningkatkan akurasi data produksi jagung.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) dan Direktorat Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian pada tahun ini telah berkolaborasi dengan BPS melaksanakan Survei Konversi Jagung

(SKJG 2021). Workshop hasil survei konversi jagung telah dipaparkan pada tanggal 8 Juni 2021 di Hotel Santika Depok. Workshop dihadiri Direktorat Pakan Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian dan BPS dari 34 Provinsi, Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT). Pelaksanaan workshop secara tatap muka dan virtual. Dalam kata sambutan oleh Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Bapak Dr.Ir. Moh. Ismail Wahab MSi, angka konversi jagung ikut berperan penting dalam menghitung produksi jagung. Target pencapaian produksi jagung tahun 2021 sebesar 23 juta ton, sesuai

Road Map Direktorat Serealia kadar air (KA)

(4)

mencermati dan memberi masukan terhadap hasil SKJG yang akan disampaikan oleh BPS” kata Kapusdatin Roby Darmawan, M.Eng.

Sebelum pemaparan hasil SKJG, Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan BPS Bapak Kadarmanto, M.Eng menyampaikan Metodologi Indepth Study Survei Konversi Jagung. Dalam paparanya disebutkan bahwa tujuan dari Survei Konversi Jagung untuk memperoleh gambaran terkini angka konversi jagung tongkol basah/kering panen tanpa kulit dan tangkai menjadi jagung pipilan kering. Angka konversi jagung dari berkulit basah/tongkol basah dengan kulit ke pipilan kering yang digunakan selama ini sebesar 56,73% kadar air 20% dan untuk mendapatkan angka konversi jagung pipilan kering dengan kadar air 15% maka dikalikan dengan 87% sehingga menjadi 49,36%. Untuk memperoleh angka konversi, tahapan perhitungan yang dilakukan yaitu (1) Konversi pipil merupakan perbandingan berat bersih jagung setelah dipipil dengan berat bersih jagung sebelum dipipil, (2) Konversi kering (%) merupakan perbandingan berat bersih jagung pada KA maksimal 14% dengan berat bersih jagung setelah dipipil, (3) Konversi Akhir (%) merupakan perbandingan berat bersih jagung pada KA maksimal 14% dengan berat bersih jagung sebelum dipipil.

Cakupan Survei Indepth Study Survei Konversi Jagung dilaksanakan di 33 provinsi. Kabupaten yang terkena sampel merupakan kabupaten yang memiliki panen tanaman jagung subround III (September-Desember) 2020 sampai dengan subround I (Januari-April) tahun 2021 berdasarkan hasil listing pada Bulan Agustus 2020 dan Desember 2020, sampel SKJG merupakan sub sampel Survei Ubinan.

Pada survei ini, Kementan berkontribusi melalui penambahan sampel sebanyak 155 sampel/plot yang tersebar di 8 provinsi yakni yaitu Jawa Barat (15 plot), Jawa Tengah (16 plot), Lampung (39 plot), Sumatera Barat (8 plot), Sumatera Utara (15 plot), Nusa Tenggara Timur (27 plot), Sulawesi Selatan (24 plot) dan Sulawesi Utara (11 plot), sehingga total seluruh sampel BPS dan Kementan sebanyak 1.514 plot. Instrumen dalam pelaksanaan SKJG meliputi (1) Kuesioner, (2) Pedoman Indepth

Study Konversi Jagung 2020, Timbangan

dan Alat Moisture Meters. Keterangan yang dikumpulkan melalui pengukuran yaitu berat jagung saat panen, berat jagung setelah dipipil dan berat jagung setelah pengeringan hingga kadar air maksimum 14% sedangkan keterangan yang dikumpulkan melalui wawancara meliputi keterangan varietas benih yang digunakan dan keterangan cara pengeringan hasil panen yang bisa dilakukan petani.

(5)

14%, menunjukkan rata-rata 5,12 hari dan paling banyak waktu penjemuran selama 3 hari.

Hasil akhir dari SKJG berupa angka konversi jagung kering panen menjadi jagung pipilan kering serta memperoleh informasi kadar air jagung dalam berbagai bentuk hasil disampaikan oleh Fungsional Statistik Tanaman Pangan BPS, Widyo Pura Buana, S.Si.,MMG.MT sebagai berikut :

a) Berat (kg), Kadar Air (%) dan Konversi Pipil (%)

b) Ilustrasi Hasil Survei Konversi Jagung

Pengenalan Metode Estimasi Komoditas Perkebunan

Menggunakan Software R dan RStudio

Mohammad Chafid

S

ubsektor perkebunan memberikan

kontribusi yang signifikan dalam Produk Domestik Bruto (PDB), dan memiliki peluang untuk terus ditingkatkan kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan terutama perkebunan rakyat. PDB sektor perkebunan selama periode 2010 – 2019 rata-rata tumbuh 4,70% per tahun (atas dasar harga konstan 2010). Pada tahun 2010, PDB sektor perkebunan sebesar Rp. 268,20 triliun, dan naik menjadi Rp. 345,16 triliun pada tahun 2015, pada tahun 2020 (angka sangat sementara) kembali meningkat menjadi Rp. 410,55 triliun. Sub sektor perkebunan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar, sehingga dapat diandalkan dalam upaya perbaikan perekonomian nasional khususnya di daerah pedesaan.

Komoditas perkebunan juga merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia bagi pendapatan nasional dan devisa negara, yang dapat dilihat dari nilai ekspor pada tahun 2020 mencapai US$ 28,24 milyar atau setara dengan Rp. 395,3 triliun. Kontribusi sub sektor perkebunan terhadap perekonomian nasional semakin meningkat dan diharapkan dapat memperkokoh pembangunan perkebunan secara menyeluruh.

(6)

kondisi satu tahun yang lalu merupakan angka tetap (ATAP), data tahun berjalan merupakan angka sementara (ASEM), dan data satu tahun yang akan datang merupakan angka estimasi (AESTI).

Metode yang digunakan selama ini untuk menyusun AESTI menurut Buku Pedoman Pelaksanaan PDKP adalah metode pemulusan eksponensial tunggal atau Single Exponential

Smoothing (SES) dan pemulusan eksponensial

ganda atau Double Exponential Smoothing (DSS). Pemilihan model terbaik dilakukan dengan membandingkan besaran MAPE (Mean

Absolut Percentage Error) dan kerealistisan

hasil estimasi dibandingakn dengan data series sebelumnya.

Metode untuk menghasilkan AESTI data perkebunan perlu dikaji kembali, agar didapatkan metode yang lebih akurat, lebih objektif dan lebih baik secara statistik dari metode sebelumnya. Kegiatan pengembangan metode estimasi data perkebunan dimulai tahun 2020, diharapkan akan dihasilkan metode yang paling sesuai untuk masing-masing komoditas dan masing-masing-masing-masing provinsi sesuai dengan karakteristik dan historis data yang sudah disajikan. Metode alternatif yang dikembangkan untuk menyusun angka estimasi data perkebunan adalah Model Autoregresif Integrated Moving

Average (ARIMA), Model Regresi, Model Fungsi

Transfer, dan Model Vector Autoregressive (VAR).

Setelah dilakukan pengembangan metode estimasi tahun 2020, maka tahun 2021 dilakukan sosialisasi metode estimasi perkebunan bagi petugas Dinas Perkebunan provinsi atau yang membidangi perkebunan, serta BPS Provinsi. Sosialisasi metode estimasi perkebunan direncanakan akan

dilaksanakan bersamaan dengan acara Rapat Koordinasi ATAP Perkebunan tahun 2021, yang direncanakan dilaksanakan di Kota Yogyakarta tanggal 14 – 18 Juni 2021.

Untuk mempersiapkan agar kegiatan sosialisasi pengembangan metode estimasi ini, dilakukan pertemuan secara intensif baik melalui rapat/pertemuan langsung, maupun menggunakan video conference. Rangkaian rapat/pertemuan, atau video

conference yang telah dilakukan antara lain :

(7)

dijadikan contoh untuk sosialisasi metode estimasi data perkebunan. Untuk provinsi yang tidak mempunyai komoditas kelapa sawit antara lain NTB, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, Maluku Utara, Jawa Tengah, Bali dan Sulawesi Utara melakukan estimasi komoditas kelapa. Saran adanya video tutorial instalasi Program R dan disosialisasikan terlebih dahulu. Daerah diinfokan untuk dapat menyiapkan data series di wilayahnya masing-masing. Jadwal webinar Persiapan Pra Sinkronisasi direncanakan tanggal 25 Mei 2021, agenda yang disampaikan nanti Setditjen Perkebunan adalah persiapan sinkronisasi perkebunan, agenda Pusdatin adalah persiapan data series oleh daerah, pengenalan aplikasi RStudio untuk estimasi data perkebunan, agenda BPS akan menyampaikan persiapan sinkronisasi data perusahaan. Pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 29 April 2021 di Wisma Hijau – Depok. Tujuan pertemuan adalah untuk finalisasi Buku Petunjuk Teknis Metode Estimasi Data Perkebunan dan persiapan sosialisasi Metode Estimasi Data Perkebunan ke Dinas Provinsi.

Rundown acara pra-ATAP pada tanggal 25 Mei

2021 telah disepakati untuk sesi Pusdatin diisi dengan tayangan Rencana Sosialisasi Metode Estimasi Data Perkebunan, pemutaran video tutorial instalasi R dan RStudio, dan tayangan tata cara instalasi R dan RStudio.

Pertemuan selanjutnya adalah Webinar yang dilaksanakan oleh Setditjen Perkebunan pada tanggal 25 Mei 2021 di Hotel Savero Style Bogor. Pada pertemuan itu dibuka oleh Sekretaris Ditjen. Perkebunan, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, dan Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan – BPS. Sekretaris Ditjen Perkebunan Dr. Ir. Antarjo Dikin, M.Sc menekankan pentingnya transparasi data

yang akurat sangatlah diperlukan sampai dengan lokasi pekebun, nama-nama petani, dan informasinya lainnya, karena komoditas yang akan diekspor harus bisa ditelusuri asal usulnya sampai tingkat petani guna menuju produk perkebunan Indonesia ke pasar global. Verifikasi dan validasi data haruslah dilakukan terkait kebenaran dan keakuratan data, yang sangat dibutuhkan karena data digunakan sebagai dasar pengambil kebijakan. Pada saat ini Ditjen Perkebunan bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BPSDLP) terkait dengan data tutupan kelapa sawit.

Gambar 1. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian dan Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan BPS

(8)

Kunjungan Tim Asesor Internal Kementan Terkait

Layanan Publik SISCOBETI

Lilik W

S

istem Pemerintahan Berbasis

Elektronik (SPBE) merupakan penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi berdasarkan Peraturan Presiden nomor 95 tahun 2018 disusun agar tata kelola pemerintah saat ini dan kedepannya dikelola dengan bersih, efektif, transparan dan akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya. Visi SPBE berdasarkan Perpres 95/2018 adalah terwujudnya sistem pemerintahan berbasis elektronik yang terpadu dan menyeluruh untuk mencapai birokrasi dan pelayanan publik yang berkinerja tinggi. Untuk mencapai hal tersebut maka dibentuklah tim Koordinasi SPBE Nasional yang bertugas untuk melakukan

koordinasi dan penerapan kebijakan SPBE pada instansi Pusat dan Daerah, terdiri atas Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai Ketua Tim Koordinasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri PPN/Bappenas, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sebagai Anggota Tim Koordinasi. Tim Koordinasi ini dibentuk untuk meningkatkan keterpaduan pelaksanaan Tata Kelola SPBE, Manajemen SPBE, dan Audit Teknologi Informatika dan Komunikasi, serta pemantauan dan evaluasi SPBE nasional dengan melibatkan menteri atau kepala lembaga terkait bila memang dibutuhkan.

Direktur Statistik Tanaman Pangan Hortikultura dan Tanaman Perkebunan (STPHTP) BPS Dr. Kadarmanto, MA, pada pembukaan webinar Persiapan Atap dan Sosialisasi Metode Estimasi Data Perkebunan tanggal 25 Mei 2021, menyampaikan bahwa sosialisasi metode estimasi data perkebunan baru pertama kali dilakukan dan akan dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2021. PDB Tanaman Perkebunan masih mampu tumbuh 2,17% ditopang adanya program Rencana Aksi Nasional Sawit berkelanjutan dan meningkatnya harga sawit. Perlunya keseriusan pengumpulan dan penyusunan data perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan swasta dan negara, untuk support data dalam menghitung pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan kebutuhan data terkini yang akurat dari subsektor perkebunan menjadi kebutuhan

karena kontribusi yang semakin mendominasi sektor pertanian.

(9)

Adanya perubahan dasar hukum SPBE yang awalnya mengacu ke Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (PermenPAN RB) nomor 5 Tahun 2018 tentang pedoman evaluasi SPBE yang memiliki 3 domain (kebijakan, tata kelola, layanan), meliputi 7 aspek dan 35 indikator menjadi PermenPAN RB nomor 59 tahun 2020 tentang pemantauan dan evaluasi SPBE yang memiliki 4 domain (Kebijakan, Tata Kelola, Manajemen, Layanan) meliputi 8 Aspek dan 47 Indikator pada tahun 2021, serta amanat PermenPAN Rb nomor 95 tahun 2020 maka tahun ini akan dilakukan pemantauan dan evaluasi dengan melibatkan satuan kerja lingkup Kementerian Pertanian (Kementan). Kandidat yang diajukan untuk dilakukan evaluasi SPBE indikator 47 yaitu Layanan Publik Sektor 3 terkait kegiatan sektoral pemerintah adalah aplikasi milik Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor yaitu Sistem Layanan Customer Online BET Cipelang (SISCOBETI). Guna menindaklanjuti proses evaluasi mandiri sebelum dilakukan proses evaluasi oleh tim Koordinasi SPBE Nasional, tim asesor Kementan mengunjungi BET Cipelang pada hari Senin (31/05/2021) berkoordinasi dengan Sri Wahyuni Siswanti, S.Pt, M.Si selaku Kasi Informasi dan Penyebaran Hasil dan didampingi oleh Menik Setyarini, A.Md sebagai pengelola dan penanggung jawab sistem SISCOBETI untuk mensosialisasikan evaluasi mandiri serta menjelaskan kelengkapan evidence yang dapat disiapkan oleh BET Cipelang untuk memenuhi tingkat kematangan yang sudah ditetapkan dalam PermenPAN RB 95/2020. SISCOBETI merupakan aplikasi yang mulai digunakan oleh BET Cipelang tahun 2017 untuk mengatasi kesulitan stake holder dalam mendapatkan pelayanan dari BET Cipelang disebabkan susahnya sinyal telepon seluler

sehingga satu-satunya yang dapat diandalkan adalah menggunakan sinyal WiFi. Aplikasi SISCOBETI dapat diakses oleh stake holder melalui pranala http://sibeti.ditjenpkh. pertanian.go.id/.

Gambar 1. Sosialisasi Evaluasi Mandiri dan Evidence SPBE Layanan Publik Sektor 3

Gambar 2. Aplikasi SISCOBETI

Layanan yang diberikan oleh SISCOBETI adalah layanan penjualan embrio, penjulan ternak bibit, permohonan bimtek/magang, kunjungan wisata peternakan, pelayanan aktif Produksi/Transfer Embrio (TE), Layanan Juri Kontes, Jasa Narasumber/instruktur, penelitian dan pengembangan, WhatsApp, layanan pengaduan masyarakat dan layanan laporan anak hasil TE. Proses pengajuan untuk setiap layanan, dilakukan pemohon dengan

login pada situs melalui surat elektronik

(10)

Pertumbuhan dan Peran Sektor Pertanian Lima Tahun

Terakhir

Sabarella

S

ektor pertanian menjadi sektor penting

dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional, sejalan dengan hal tersebut Kementerian Pertanian menerapkan strategi dengan memposisikan pertanian sebagai motor penggerak pembanguan nasional diantaranya melalui peningkatan produksi komoditas pertanian dan peningkatan daya saing produk pertanian yang diarahkan agar mampu mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian dan hasilnya dirasakan oleh petani dengan adanya kenaikan tingkat kesejahteraan petani. Orientasi pertumbuhan ekonomi bukan hanya mengejar kepada target pertumbuhan, tetapi bagaimana kualitas dan distribusi ekonomi (kesejahteraannya) semakin merata.

Selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, maka sektor pertanian diharapkan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di Indonesia. Secara nasional, diperkirakan pertumbuhan ekonomi lima tahun ke depan diharapkan meningkat 5,7% sampai 6,0% per tahun, yang didorong oleh peningkatan produktivitas, investasi berkelanjutan, perbaikan pasar tenaga kerja dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi makro, peran sektor pertanian secara konvensional ditunjukkan oleh besarnya persentase Nilai Tambah Bruto (NTB) yang diciptakan sektor pertanian terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB). PDB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Dalam penyajian angka PDB Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mulai tahun 2015 dengan tahun dasar 2010 berdasarkan 17 kelompok lapangan usaha, salah satunya adalah PDB pertanian secara luas yang mencakup tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, jasa pertanian dan perburuan, kehutanan dan penebangan kayu serta perikanan. Namun mengingat Kementerian Pertanian tidak termasuk kehutanan dan perikanan sehingga dalam penyajian PDB sektor Pertanian tanpa kehutanan dan perikanan dengan istilah “PDB Pertanian Sempit”. Selain itu juga PDB dihitung dengan 2 pendekatan yaitu (1) harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun (2) harga konstan merupakan nilai tambah barang dan jasa yang nomor token yang hanya bisa diakses selama

beberapa waktu tertentu.

Aplikasi SISCOBETI akan diajukan untuk proses penilaian SPBE masuk ke dalam

Domain 4 (Layanan SPBE), Aspek 8 (Layanan

Publik Berbasis Elektronik), Indikator 47 (Layanan Publik Sektor 3) karena dianggap mampu memenuhi tiga unsur penting

(11)

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar, sehingga pengaruh harga telah dihilangkan oleh karena itu laju pertumbuhan ekonomi dihitung dari PDB harga konstan.

Selama tahun 2016 sampai 2020 terlihat terjadi peningkatan nilai PDB pertanian sempit atas dasar harga berlaku yakni tahun 2016 sebesar Rp 1,27 triliun menjadi Rp 1,58 triliun pada tahun 2020. Selama kurun waktu lima tahun tersebut bila dilihat laju pertumbuhan terlihat PDB pertanian sempit menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup signifikan, tahun 2017 dan 2018, masing-masing tumbuh di atas 3,6%, yang berarti kedua tahun tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan pada tahun 2016 yang tumbuh 3,26%. Namun pada tahun 2019, terjadi pelambatan laju pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya, disebabkan terjadinya penurunan laju produksi tanaman pangan akibat musim kemarau yang panjang, diantarnya penurunan produksi padi tahun 2019 dibandingkan 2018 menurun 7,76% menjadi 54,6 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) yang sebelumnya 59,2 juta ton GKG. Selanjutnya tahun 2020 berdasarkan angka sangat sementara kembali terjadi pelambatan laju pertumbuhan menjadi 2,11% yang disebabkan oleh tekanan akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang telah berpengaruh terhadap perekonomian secara global, namun terlihat sektor pertanian masih cukup kuat yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang masih positif dibandingkan laju PDB nasional yang mengalami kontraksi atau tumbuh negatif sebesar 2,07% pada tahun 2020. Memasuki triwulan 1 tahun 2021 Laju pertumbuhan PDB pertanian sempit makin menggembirakan tumbuh positif sebesar 4,81 % yang diakibatkan oleh laju pertumbuhan

PDB tanaman pangan mencapai 10,32% mengingat Maret mulai panen raya padi, dan sebaliknya PDB nasional masih berkontraksi atau tumbuh negatif 0,74%

Sementara itu, dilihat dari struktur PDB Indonesia atas dasar harga berlaku perekonomian Indonesia, sektor pertanian menduduki peringkat kedua setelah sektor industri pengolahan, dengan kontribusi pertanian sempit menyumbang PDB nasional pada tahun 2016 sebesar 10,22%, Pada tahun 2017-2019 sumbangan pertanian sempit terhadap PDB nasional semakin menurun menjadi 9,4% tahun 2019. Menurunnya sumbangan sektor pertanian dalam arti sempit menunjukkan adanya transformasi perekonomian nasional, yang awalnya didominasi oleh hasil produk primer pertanian dalam arti sempit bergeser ke sektor lainnya. Namun tahun 2020 terlihat meningkat kembali menjadi 10,2% terhadap PDB nasional, yang berarti pertanian sempit makin menguat peranannya dalam perekonomian Indonesia pada masa Pandemi Covid 19.

(12)

Info Data Pertanian

Nilai Tukar Petani (NTP)

• NTP nasional Mei 2021 sebesar 103,39 atau naik 0,44 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,66 persen, lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,21 persen.

• Secara nasional, NTP Januari–Mei 2021 sebesar 103,20 dengan nilai It sebesar 111,01 sedangkan Ib sebesar 107,58.

• Pada Mei 2021, NTP Provinsi Sulawesi Utara mengalami kenaikan tertinggi (2,00 persen) dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Papua mengalami penurunan tertinggi (1,21 persen) dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya.

• Pada Mei 2021, terjadi kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia sebesar 0,22 persen yang disebabkan oleh kenaikan indeks pada sepuluh kelompok pengeluaran.

• Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional Mei 2021 sebesar 104,04 atau naik 0,48 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

Inflasi

• Pada Mei 2021, terjadi inflasi sebesar 0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,63. Dari 90 kota IHK, 78 kota mengalami inflasi dan 12 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi

di Manokwari sebesar 1,82 persen dengan IHK sebesar 109,47 dan terendah terjadi di Tembilahan sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 106,82. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen dengan IHK sebesar 107,24 dan terendah terjadi di Palembang sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 105,50. • Inflasi terjadi karena adanya kenaikan

harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,38 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,52 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,27 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,07 persen; kelompok transportasi sebesar 0,71 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,12 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,01 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,44 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,59 persen.

• Tingkat inflasi tahun kalender (Januari– Mei) 2021 sebesar 0,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2021 terhadap Mei 2020) sebesar 1,68 persen.

Gambar

Gambar 1. Command Center Penanggulangan  Bencana, BNPB
Gambar 1. Sekretaris Direktorat Jenderal  Perkebunan, Kepala Pusat Data dan Sistem  Informasi Pertanian dan Direktur Statistik  Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman  Perkebunan BPS
Gambar 1. Sosialisasi Evaluasi Mandiri dan  Evidence SPBE Layanan Publik Sektor 3

Referensi

Dokumen terkait