perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, bukan hanya polusi
air dan udara saja yang menjadi permasalahan di kehidupan sehari-hari umat
manusia. Polusi suara juga menjadi masalah yang sulit untuk dihindari.
Peralatan modern semacam mesin, alat-alat transportasi, dan robotik
menyebabkan terjadinya polusi suara (kebisingan) (Deni et al., 2007).
Kemajuan dalam bidang teknologi menyebabkan peningkatan bahaya
bising baik dari segi jumlah dan intensitas bising serta jumlah orang yang
terpajan bising, terutama di negara industri dan negara maju. Sumber bising
tidak hanya berasal dari lingkungan kerja saja akan tetapi dapat juga dari
bidang hiburan, olah raga, rekreasi, bahkan lingkungan pemukiman dapat
juga terkontaminasi oleh bising (Bashirudin, 2009). Lingkungan pemukiman
manusia yang sering terpapar bising antara lain terdapat didekat jalan raya, rel
kereta api, bandara, serta tempat industri dan pabrik (Corbett et al., 2004).
Bising dapat memicu terjadinya stres. Stres yang timbul merupakan
respon tubuh terhadap ketidaknyamanan yang disebabkan oleh bising. Bising
adalah stressor yang berasal dari lingkungan (Stansfeld & Matheson, 2003).
Stres akibat kebisingan ini mencakup efek fisiologis dan efek psikologis
(Bashirudin, 2009). Efek negatif kebisingan terhadap fungsi fisiologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
(Gary et al., 1998), gangguan hormonal, supresi sistem imun (Bedanova et
al., 2010), hipertensi, infark miokard (Stefan et al., 2006), resistensi insulin,
gangguan kognitif, dan menurunnya daya ingat (Bo Cui et al., 2009).
Sedangkan efek negatif psikologis dapat berupa stres, kecemasan, dan
kegelisahan (Seidman & Standring, 2010).
Stres bising juga berdampak negatif terhadap sistem reproduksi pria.
Berdasarkan penelitian, stres menurunkan kadar hormon testosteron
(Fathollahi et al., 2013), mengganggu proses spermatogenesis serta
penurunan jumlah dan motilitas sperma (Jalali et al., 2012). Munculnya
dampak negatif dari kebisingan membuat sejumlah pakar dari berbagai negara
memikirkan konsep terapi yang efisien bagi subjek yang rentan (Lundberg,
1999).
Akupunktur telah ada sejak 3.000 tahun yang lalu di Cina dan semakin
banyak digunakan di seluruh dunia (Gao et al., 2012). Akupunktur
merupakan warisan penting ilmu kedokteran tradisional Cina. Sampai
beberapa dekade lalu, terapi ini masih merupakan pengobatan tradisional
karena minimnya bukti-bukti ilmiah. Namun kini akupunktur telah menjadi
sebuah teori yang terbukti secara empiris melalui evidence based medicine
(EBM). World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan lebih
dari 42 indikasi terapi akupunktur pada tahun 1980 (Kiswojo, 2007).
Negara yang kini banyak menggunakan akupunktur selain Cina adalah
Inggris, Amerika Serikat, Australia dan Jepang (Gao et al., 2012). Di
komplementer-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
alternatif, seperti yang sudah diatur dalam PERMENKES Nomor
1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan (Depkes, 2007).
Salah satu teknik akupunktur dengan menggunakan stimulasi listrik
disebut sebagai EA, dimana jarum yang telah ditusukkan ke titik akupunktur
dihubungkan ke alat elektrik yang berfungsi mengatur frekuensi dan
intensitas gelombang sesuai dengan kebutuhan (Saputra, 2000).
Hingga saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk
membuktikan efek EA terhadap perbaikan fertilitas sistem reproduksi pria.
Seperti penelitian dari Tjipto (2010) dan Gao et al. (2012) yang membuktikan
bahwa EA dapat meningkatkan kadar hormon testosteron. Namun penelitian
tentang EA dalam kaitannya dengan bising dan jumlah spermatid belum
pernah dilakukan.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh EA pada titik
Sanyinjiao (SP 6) danZusanli(ST 36) terhadap jumlah spermatid tikus putih
(Rattus novergicus) yang dipapar bising intermiten. Jumlah spermatid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh elektroakupunktur (EA) titik Sanyinjiao (SP 6) dan
Zusanli (ST 36) terhadap jumlah spermatid tikus putih (Rattus novergicus)
yang dipapar bising intermiten?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui adanya pengaruh elektroakupunktur (EA) titik Sanyinjiao
(SP 6) dan Zusanli (ST 36) terhadap jumlah spermatid tikus putih (Rattus
novergicus) yang dipapar bising intermiten.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh elektroakupunktur
(EA) pada titik Sanyinjiao (SP 6) dan Zusanli (ST 36) terhadap jumlah
spermatid tikus putih (Rattus novergicus) yang dipapar bising intermiten.
2. Manfaat Terapan
Memberi informasi kepada masyarakat mengenai manfaat
elektroakupunktur (EA) sebagai pertimbangan terapi untuk memperbaiki