• Tidak ada hasil yang ditemukan

Microsoft Word HAN SAMPUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Microsoft Word HAN SAMPUL"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank

Menurut Kuncoro (2002: 68), definisi dari bank adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan

kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan

jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu,

dalam melakukan kegiatan usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana

agar dapat memberikan kredit kepada masyarakat. Dana tersebut dapat

diperoleh dari pemilik bank (pemegang saham), pemerintah, Bank Indonesia,

pihak-pihak di luar negeri, maupun masyarakat dalam negeri. Dana dari

pemilik bank berupa setoran modal yang dilakukan pada saat pendirian bank.

Dana-dana masyarakat ini dihimpun oleh bank dengan menggunakan

instrumen produk simpanan yang terdiri dari Giro, Deposito dan Tabungan.

Sedangkan menurut Undang‐Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut pasal

1 (butir 2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dikatakan bahwa

(2)

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.

Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu usaha

pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana

simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk

kredit maupun bentuk-bentuk lainnya.Bank sebagai perantara keuangan

(financial intermediary), maksudnya adalah bank menjadi perantara keuangan

antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang

membutuhkan dana (defisit unit).

B. Penggolongan Bank

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, bank dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain:

1.Berdasarkan jenisnya:

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat adalah salah satu jenis bank yang

(3)

2.Berdasarkan kepemilikannya:

a. Bank milik Pemerintah

Bank milik Pemerintah adalah bank yang seluruh sahamnya

dimiliki oleh pemerintah.

b. Bank milik Pemerintah Daerah

Bank milik Pemerintah Daerah adalah bank yang sahamnya

dimiliki oleh pemerintah daerah.

c. Bank milik Swasta Nasional

Bank milik Swasta Nasional adalah bank yang seluruh atau

sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional.Hal ini dapat

diketahui dari akte pendiriannya, didirikan oleh swasta sepenuhnya

begitu pula dengan pembagian keuntungan.

d. Bank milik Koperasi

Bank milik Koperasi adalah bank yang kepemilikan

saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

e. Bank Asing

Bank Asing adalah bank yang kepemilikanya 100% oleh pihak

asing (luar negeri) di Indonesia.Bank ini merupakan cabang dari

bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun

(4)

3.Berdasarkan Kegiatan Usahanya:

a. Bank Devisa

Bank Devisa adalah bank dalam kegiatan usahanya dapat

melakukan transaksi dalam valuta asing, baik dalam hal

penghimpunan dan penyaluran dana, serta dalam pemberian jasa-jasa

keuangan yang berskala internasional.

b. Bank Bukan Devisa

Bank Bukan Devisa adalah bank umum yang hanya dapat

melayani transaksi dalam negeri (domestic).

C. Jenis-jenis Usaha Bank

Kegiatan usaha bank diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790) tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa usaha bank umum meliputi:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,

deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, danatau bentuk lain

yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.

4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk

(5)

a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang

masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam

perdagangan surat-surat tersebut.

b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa

berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan

surat-surat yang dimaksud.

c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.

d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

e. Obligasi.

f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.

g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan

1 (satu) tahun.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah.

6. Menempatkan dana, meminjam dana dariatau kepada bank lain, baik

dengan surat, sarana telekomuikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau

sarana lainnya.

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan

(6)

10.Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam

bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

11.Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit.

12.Menyediakan pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia.

13.Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang

tidak tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Bank Umum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan dapat pula melakukan kegiatan usaha lain,

antara lain:

1) Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di

bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan

efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,

dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi

akibat kegagalan kredit atau kegagalandengan syarat harus menarik

kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan

(7)

4) Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun

sesuai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun

yang berlaku.

Sedangkan usaha yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat yaitu:

a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupadeposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

b) Memberi kredit.

c) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana sesuai ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank

lain.

D. Asas, Fungsi, Tujuan Perbankan

Asas, fungsi, dan tujuan perbankan tercantum dalam Pasal 2, 3, dan 4

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. Asas perbankan Indonesia dalam

melakukan usahanya adalah berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama dari perbankan Indonesia

adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dan tujuan

(8)

dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan

stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejaheraan rakyat banyak.

E. Pengertian dan Karakteristik Jasa

Pengertian jasa menurut pendapat para ahli antara lain :

1. Menurut Kotler (2000:428),jasa ialah setiap tindakan atau unjuk kerja

yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip

tidak berwujud dan menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.

Produksinya bisa dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk.

2.Menurut Zeithaml (2000),jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas

ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi

dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan

secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.

Berdasarkan pengertian jasa di atas, Tjiptono (1997) mengutarakan

ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli pertamanya.

1.Intangibility (tidak berwujud),jasa berbeda dengan barang. Bila barang

merupakan suatu objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu

perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau

usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar,

atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para pelanggan,

ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya

search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli

(9)

yang akan diterima konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa

bersangkutan dikonsumsi.

2.Inseparability (tidak dapat dipisahkan),barang biasa diproduksi, kemudian

dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu,

baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang

sama.

3.Variability / Heterogeneity (berubah-ubah),jasa bersifat variabel karena

merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk,

kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa

tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia

dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa

diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan

perilakunya.

4.Perishability (tidak tahan lama),jasa tidak tahan lama dan tidak dapat

disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni,

atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau

hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.

5.Lack of Ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang.

Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan

dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi,

menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa,

(10)

jangka waktu terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbagan

san pendidikan).

F. Definisi Pelayanan Prima

Definisi Pelayanan Prima adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya, dengan

diasumsikan bahwa kalau kinerja di bawah harapan, pelanggan akan merasa

kecewa, kalau kinerja sesuai harapan, pelanggan akan merasa puas, dan kalau

kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Kepuasan pelanggan

merupakan tujuan utama pelayanan prima. Setiap frontliner berkewajiban

untuk berupaya memuaskan pelanggannya. Kepuasan pelanggan dapat

dicapai apabila frontliner mengetahui siapa pelanggannya, baik pelanggan

internal maupun pelanggan external.

Dalam pelayanan prima terdapat dua elemen yang saling berkaitan,

yaitu pelayanan dan kualitas. Kedua elemen tersebut sangat penting untuk

diperhatikan oleh tenaga pelayanan (penjual, pedagang, pelayan, atau

salesman). Konsep pelayanan prima dapat diterapkan pada berbagai

organisasi, instansi, pemerintah, ataupun perusahaan bisnis.

Terdapat beberapa definisi tentang kualitas pelayanan yang

dikemukakan oleh para ahli. Dan dari sejumlah definisi tersebut terdapat

beberapa kesamaan, yaitu:

1. Kualitas merupakan usaha untuk memenuhi harapan pelanggan

(11)

3. Kualitas itu mencakup proses, produk, barang, jasa, manusia, dan

lingkungan

4. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan.

Sulistyo (2008) menyatakan bahwa kualitas pelayanan meliputi

dimensi-dimensi sebagai berikut:

a. Ketepatan waktu pelayanan berkaitan dengan waktu tunggu dan proses.

b. Kualitas pelayanan berkaitan dengan akurasi atau ketepatan pelayanan.

c. Kualitas pelayanan berkaitan dengan kesopanan dan keramahan pelaku

bisnis.

d. Kualitas pelayanan berkaitan dengan tanggung jawab dalam penanganan

keluhan pelanggan.

e. Kualitas pelayanan berkaitan dengan sedikit banyaknya petugas yang

melayani serta fasilitas pendukung lainnya.

f. Kualitas pelayanan berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan,

tempat parkir, ketersediaan informasi, dan petunjuk/panduan lainnya.

g. Kualitas pelayanan berhubungan dengan kondisi lingkungan, kebersihan,

ruang tunggu, fasilitas musik, AC, alat komunikasi, dan lain-lain.

G. Tujuan Pelayanan Prima

Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat

(12)

didasarkan pada aksioma bahwa pelayanan adalah pemberdayaan. Pelayanan

pada sektor bisnis berorientasi profit, sedangkan pelayanan prima pada sektor

publik bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat secara sangat baik atau

terbaik.

Perbaikan pelayanan sektor publik merupakan kebutuhan yang

mendesak sebagai kunci keberhasilan reformasi administrasi negara.

Pelayanan prima bertujuan memberdayakan masyarakat, bukan

memperdayakan atau membebani, sehingga akan meningkatkan kepercayaan

(trust) terhadap pemerintah. Kepercayaan adalah modal bagi kerjasama dan

partisipasi masyarakat dalam program pembangunan.

Tujuan pelayanan prima antara lain sebagai berikut Sulistyo (2008) :

1. Untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi kepada pelanggan.

2. Untuk menimbulkan keputusan dari pihak pelanggan agar segera membeli

barang/jasa yang ditawarkan pada saat itu juga.

3. Untuk menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap pelanggan terhadap

barang/jasa yang ditawarkan

4. Untuk menghindari terjadinya tuntutan-tuntutan yang tidak perlu

dikemudian hari terhadap produsen.

5. Untuk menciptakan kepercayaan dan kepuasan kepada pelanggan.

6. Untuk menjaga agar pelanggan merasa diperhatikan segala kebutuhannya.

7. Untuk mempertahankan pelanggan.

(13)

acuan pengembangan penyusunan standar pelayanan. Penyedia layanan,

pelanggan atau stakeholder dalam kegiatan pelayanan akan memiliki acuan

tentang bentuk, alasan, waktu, tempat dan proses pelayanan yang seharusnya.

H. Dimensi Pelayanan Prima

Kualitas pelayanan frontlinekepada nasabah sangat menentukan

kualitas dan mutu perusahaan. Untuk memperbaiki kualitas pelayanan pada

nasabah, sangat penting untuk dipahami dimensi- dimensi yang

harusdiutamakan dalam peningkatan kualitas pelayanan.

Sulistyo (2008) menyebutkan pihak perbankanhendaknya

memperhatikan beberapa dimensi yang layak diperhatikan

dalammeningkatkan penerapan kualitas pelayanan prima. Beberapa dimensi

tersebut antara lain :

1. Ketepatan waktu pelayanan

Yaitu berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.

Dalammelayani nasabah, seorang pegawai bank dituntut untuk

cekatandalam bekerja, mulai dari persiapan awal, melayani setiap

nasabahdengan cepat dan tepat, hingga selesai. Jangan membiarkan

nasabahmenunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas, hal tersebut

akanmenyebabkan nasabah berpersepsi negatif dalam hal

kualitaspelayanan.

2. Akurasi pelayanan

(14)

bankuntuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan

secaraakurat dan terpercaya, sehingga diharapkan akan terhindar

darikesalahan.

3. Kesopanan dan Keramahan

Dalam melayani nasabah hendaknya selalu bersikap sopan

danhormat, karena dengan demikian maka nasabah akan merasa

lebihdihargai. Selain itu dalam bersikap, berbicara, dan melayani

nasabahselalu lemah lembut dan ramah tamah, sehingga dapat menarik

minattamu dan nasabah merasa betah berhubungan dengan pihak bank.

4. Tanggung Jawab

Dalam hal ini, pegawai harus mematuhi segala ketentuan

yangberlaku. Selain itu, pegawai mempunyai rasa tanggung jawab

terhadappekerjaannya dari mulai menerima nasabah sampai nasabah

merasapuas terhadap pelayanan yang diberikan. Jangan sampai

nasabahmerasa kecewa karena kelalaian pegawai, misalnya melayani

nasabahsambil mengobrol dengan pegawai lain, hal tersebut dapat

menjadikanpandangan yang negatif bagi nasabah terhadap pelyanan

yangdiberikan.

5. Kelengkapan

Kelengkapan dalam hal ini, yaitu dalam ketersediaan sarana

danprasarana yang digunakan dalam proses pelayanan, sehingga

(15)

6. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan

Dalam hal ini meliputi kemudahan untuk dihubungi dan

ditemui,yang berarti lokasi yang mudah dijangkau, waktu tunggu yang

tidakterlalu lama, dan saluran komunikasi yang mudah dihubungi.

7. Variasi Pelayanan

Variasi model pelayanan berkaitan dengan inovasi

untukmemberikan pola-pola baru pelayanan, misalnya

berinisitaifmelakukan penyempurnaan, dan berorientasi menciptakan

nilaitambah.

8. Kenyamanan

Dalam melayani hendaknya pegawai berperilaku baik,

misalnyadengan sikap ramah, simpatik, sopan, dan menghindari tindakan

yangdapat membuat nasabah merasa tidak nyaman saat

pelayananberlangsung. Misalnya, dalam melayani memperlihatkan raut

mukacemberut, nada bicara yang keras dan kasar, penampilan

yangsembarangan dan hal– hal lain yang dapat mengganggu

kenyamanannasabah. Sedapat mungkin menciptakan suasana yang

kondusif agartercipta suasana yang tenang dan nyaman.

9. Pelayanan Pribadi

Berkaitan dengan fleksibilitas pelayanan, dalam hal ini

pegawaisenantiasa memberikan pengertian dan sifat suka mengalah

(16)

sopan,saat nasabah berbicara dengarkan baik– baik dan beri perhatian

penuh,perhatikan dan berilah tanggapan yang dapat membantu

nasabahuntuk memperoleh apa yang diinginkan.

10.Atribut pendukung dasar, seperti lingkungan yang bersih dan rapi,ruang

tunggu yang nyaman, AC dan lain sebagainya.

I. Pengertian Kualitas Pelayanan

Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa

yang dia konsumsi dapat diterima atau dinikmatinya dengan pelayanan yang baik

atau memuaskan. Dengan perkataan lain para pelanggan menginginkan mutu

pelayanan yang diberikan adalah baik dan memuaskan. Perusahaan harus

memperhatikan mutu dari jasa (service quality) dan pelayanan yang diberikan

oleh perusahaannya. Dalam hal ini perusahaan tentunya berupaya untuk

memberikan jasa atau pelayanan (service quality) yang baik kepada

pelanggannya. Hal ini merupakan upaya perusahaan untuk dapat tampil bedanya

perusahaan tersebut dengan para pesaingnya.

Menurut Tjiptono (1997) kualitas jasa atau kualitas pelayanan yang

mendefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan.

Mengenai pengukuran kualitas, Tjiptono (1997) telah mengembangkan

suatu alat ukur kualitas layanan yang disebut SERVQUAL(Service Quality).

(17)

yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas kualitas layanan

meliputi 5 dimensi, yaitu:

1. Reliability(kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan para karyawan untuk

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

3. Assurance, yaitu kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang

dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.

4. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang

baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan.

5. Tangibles, yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

J. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas

performance suatu produk atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan.

Pelanggan merasa puas bila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas bila

harapan pelanggan terlampui yang di ukur dengan beberapa indikator,yaitu

(Tjiptono,1997) :

1. Kualitas Produk

Indikatorpertama adalah kualitas produk. Pelanggan puas kalau

setelah membeli dan menggunakan produk tersebut, ternyata kualitas

produknya baik. Kualitas produk ini adalah dimensi yang global dan

(18)

Pelanggan akan puas terhadap televisi yang dibeli bila

menghasilkan gambar dan suara yang baik, awet atau tidak cepat rusak,

memiliki banyak fasilitas, tidak ada gangguan, dan desainnya menawan.

Pelanggan puas dengan motor yang dibeli bila mesinnya dapat

dihandalkan, akselerasinya baik, tidak ada cacat, awet, dan lain-lain.

2. Harga

Indikatoryang kedua adalah harga. Untuk pelanggan yang sensitif,

biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting. Komponen

harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak sensitif terhadap

harga. Untuk industri ritel, komponen harga ini sungguh penting dan

kontribusinya terhadap kepuasan relatif besar.

Kualitas produk dan harga seringkali tidak mampu menciptakan

keunggulan bersaing dalam hal kepuasan pelanggan. Kedua aspek ini

relatif mudah ditiru. Dengan teknologi yang hampir standar, setiap

perusahaan biasanya mempunyai kemampuan untuk menciptakan kualitas

produk yang hampir sama dengan pesaing. Oleh karena itu, banyak

perusahaan yang lebih mengandalkan indikatoryang ketiga yaitu

3. Service Quality

Service quality sangat tergantung dari tiga hal yaitu system,

teknologi dan manusia.Tidak mengherankan, kepuasan terhadap kualitas

pelayanan biasanya sulit ditiru. Pembentukan attitude dan perilaku yang

(19)

mudah. Pembenahan harus dilakukan mulai dari proses rekruitmen,

training, budaya kerja.

Sama seperti kualitas produk, maka kualitas pelayanan mempunyai

banyak dimensi.

4. Kemudahan

Indikator kelima adalah berhubungan dengan biaya dan

kemudahan untuk mendapat produk atau jasa tersebut. Pelanggan akan

semakin puas bila relatif mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan

(20)

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah Singkat PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Dengan maksud mendidik masyarakat agar gemar

menabung,Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27

tanggal16 Oktober 1897 mendirikan Postspaarbank, yang kemudian

terushidup dan berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 telah

memiliki 4(empat) cabang yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar.

Padatahun 1940 kegiatannya terganggu sebagai akibat penyerbuan

Jermanatas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan

besar-besarandalam waktu yang relatif singkat (rush). Namun, demikian

keadaankeuangan postspaarbank pulih kembali pada tahun 1941.

Tahun 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat

kepadaPemerintah Jepang. Jepang membekukankegiatan

postspaarbankdan mendirikan Tyokin Kyoku sebuah bank yang bertujuan

untukmenarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha Pemerintah

Jepang initidak sukses karena dilakukan dengan paksaan.Tyokin Kyoku

hanyamendirikan satu cabang yaitu cabang Yogyakarta.

Proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 telah

memberikaninspirasi kepada Bp. Darmosoetanto untuk

Referensi

Dokumen terkait

Telah kami dapati pada umat ini terkhusus yang bersuku Holimombo dari Buton, mereka berlebih-lebihan dalam memuliakan plasenta ini, ketika seorang wanita akan

Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, serta pertimbangan klinis. c) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep. d)

Tuntutan seseorang yang berkelut di bidang pendidikan khususnya adalah mampu mencipatakan karya ilmiah baik tuntutan tugas maupun yang hendak melakukan penelitian. Dalam

Pernikahan Nabi Muhammad Saw dalam menikahi wanita-wanita mulia yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, adalah sebagian besar istri Nabi Muhammad Saw adalah dari

namun dalam MLM seperti terlihat dari mekanisme transaksinya, baik itu MLM syariah maupun MLM konvensional, segala bentuk bisnis MLM dengan menggunakan jaringan

Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,090 yang dalam hal ini berarti variabel perilaku kepemimpinan

Seperti jumlah armada pengangkutan sampah yang masih kurang seimbang dengan volume sampah yang dihasilkan, cuaca yang seringkali tidak mendukung sehingga