• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Mengenai Kemampuan Self Regulation Akademik pada Siswa SMA "X" di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Survei Mengenai Kemampuan Self Regulation Akademik pada Siswa SMA "X" di Bandung."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

i

dengan menggunakan teknik survei. Variabel penelitiannya adalah self-regulation

akademik. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di SMA “X” Bandung. Subjek dalam penelitian ini diperoleh sejumlah populasi siswa sebesar 194 orang.

Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data tentang kemampuan self-regulation adalah kuesioner self-regulation dengan jumlah item keseluruhan sebanyak 18 buah, yang mewakili 3 aspek self-regulation akademik. Data yang dibuat oleh peneliti dengan modifikasi berdasarkan skripsi Belinda dan data penunjang berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti.

Berdasarkan pengolahan data dengan validitas korelasi Pearson dan reliabilitas dengan Alfa Cronbach, melalui software SPSS 12.0 diperoleh 18 item yang diterima dengan reliabilitas sebesar 0,74 untuk fase forethought, 0,67 untuk fase performance/volitional control, dan 0,75 untuk fase self reflection. Dan nilai validitas dengan hasil berkisar antara 0,46-0,63 untuk fase forethought, 0,40-0,64 untuk fase performance/volitional control dan 0,42-0,75 untuk fase self reflection. Hasil pembahasan menggunakan teknik distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar sebanyak 63,9% siswa SMA“X” Bandung, berada pada kategori cenderung mampu melakukan self-regulation akademik. Untuk fase forethought, 51% siswa cenderung mampu, 35,1% mampu, 13,9% cenderung kurang mampu, dan 0% kurang mampu. Untuk fase performance/volitional control, 63,4% siswa cenderung mampu, 18% mampu, 17,5% cenderung kurang mampu, dan 1% kurang mampu. Sementara untuk fase self reflection, sebanyak 60,8% siswa cenderung mampu, sebanyak 29,4% mampu, sebanyak 9,8% cenderung kurang mampu, dan sebanyak 0% kurang mampu.

(2)

ii

berkat dan penyertaan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Psikologi di Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Skripsi ini mengambil judul:

“Survei Mengenai Self Regulation Akademik pada Siswa SMA “X” di Bandung. Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karenanya, peneliti sangat mengharapkan saran, pendapat maupun kritik yang dapat berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, kendala yang dihadapi peneliti dapat dilalui berkat dukungan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. R Sanusi Soesanto, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dra. Ria Wardani, selaku pembantu dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, serta dosen wali pengganti yang memberikan dorongan semangat

(3)

iii

meluangkan waktunya membimbing dan memberi masukan kepada peneliti selama penyusunan skripsi.

5. Drs. Robert O R, M.A, selaku dosen wali yang telah membimbing peneliti selama menjalani perkuliahan.

6. Dra. Endeh Azizah, M.Si. dan Trisna Kartika, M.Psi. selaku dosen pembahas pada seminar outline yang telah memberikan banyak masukan. 7. Seluruh staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

yang telah memberikan bekal ilmu kepada peneliti selama menjalani perkuliahan.

8. Bapak Alex, Ibu Eulis Yuningsih, selaku staf Perpustakaan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang membantu peneliti menyediakan bahan-bahan referensi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Trislowati, Ibu Idah Saidah, Bapak Juhara, Bapak Yudi, Ibu Nelly dan Pak Widi; selaku staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu proses administrasi, baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

(4)

iv

12. Belinda untuk setiap kasih, dukungan doa dan waktu-waktu yang diberikan dimana penulis merasa jenuh, lelah dan berkeluh kesah.

13. Ci Astrid, Cicilia, Eva, Engelyn, Feiliana, Joan, Natalia, Nanda, Ardi, Indra, Edu, Ko Ricky, selaku sahabat-sahabat yang selalu setia menjadi teman berdiskusi dan teman sharing disaat menghadapi tekanan serta sahabat yang senantiasa memberikan semangat, dukungan dan doa.

14. Teman-teman seperjuangan skripsi. Khususnya Monika, Abdiel, Yery, Christine, Samuel, Jomen, Dwi, Angel. Terima kasih untuk masukan, dan sarannnya sampai skripsi ini dapat selesai.

15. Teman-teman PMK khususnya seluruh pengurus PMK, Ardo, Anggian, David dan Josimar; Komisi Pemuda GKKKB Pos TKI yang telah membantu dalam memberikan dukungan, semangat, dan doa

16. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang namanya belum disebutkan, semoga Tuhan yang membalas segala kebaikan hati Bapak/Ibu dan saudara-saudara sekalian.

Akhir kata, peneliti berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang terkait.

Bandung, Juli 2006

(5)

v LEMBAR PERSEMBAHAN

Abstrak ---i

Kata Pengantar ---ii

Daftar Isi ---v

Daftar Skema ---viii

Daftar Tabel ---ix

Daftar Lampiran ---xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ---1

1.2 Identifikasi Masalah ---15

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ---15

1.3.1 Maksud Penelitian ---15

1.3.2 Tujuan Penelitian ---15

1.4 Kegunaan Penelitian ---15

1.4.1 Kegunaan Teoritis ---15

1.4.2 Kegunaan Praktis ---16

1.5 Kerangka Pemikiran ---17

(6)

vi

2.1.2 Batasan-Batasan Masa Remaja ---28

2.1.3 Perubahan Dasar Pada Masa Remaja Akhir ---29

2.1.4 Perubahan Perkembangan Kognitif ---31

2.1.5 Perubahan Perkembangan Decision Making ---32

2.1.6 Perubahan Perkembangan Konsep Diri ---33

2.1.7 Konteks Sosial Remaja ---34

2.1.8 Tugas-Tugas Perkembangan ---36

2.2. Self Regulation ---37

2.2.1. Definisi Triadic Self Regulation ---37

2.2.2. Struktur dari Sistem Self Regulatory ---39

A. Forethought Phase ---41

B. Performance/Volitional Control Phase ---45

C. Self Reflection Phase ---49

2.2.3. Pengaruh Sosial dan Lingkungan Terhadap Self Regulation ---53

2.2.4. Disfungsi dalam Self Regulatory ---54

2.2.5. Perkembangan Kemampuan Self Regulatory ---60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ---68

(7)

vii

3.3 Alat Ukur ---72

3.3.1 Kuesioner Self Regulation ---72

3.3.2 Sistem Penilaian ---76

3.3.3 Data Penunjang ---76

3.3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ---77

3.3.4.1 Validitas Alat Ukur ---77

3.3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ---78

3.4 Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi ---78

3.4.1 Populasi Sasaran ---78

3.4.2 Karakteristik Populasi ---78

3.4.3 Ukuran Populasi ---79

3.5 Teknik Analisa ---79

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ---83

4.2 Hasil Pengolahan Data ---84

4.3 Pembahasan ---95

(8)
(9)
(10)

x

Skema 2.1 Siklus Triadic Self Regulation ---39

Skema 2.2 Siklus Self Regulation ---40

Skema 3.1 Skema Desain Penelitian ---68

(11)

xi

Tabel 2.2. Tingkat Perkembangan Dalam Kemampuan Self Regulatory ---62

Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur ---73

Tabel 3.2. Keterangan Pilihan Jawaban ---76

Tabel 3.3. Keterangan Skor Option Item ---76

Tabel.4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ---83

Tabel.4.2.1 Tabel Persentase Self Regulation akademik ---84

Tabel.4.2.2. Tabel Persentase fase Forethought, fase Performance/Volitional Control, dan fase Self Reflection ---85

Tabel.4.2.3. Tabel Persentase tabulasi silang antara self regulation dengan fase forethought ---86

Tabel.4.2.4. Tabel Persentase tabulasi silang antara self regulation dengan fase performance ---87

Tabel.4.2.4. Tabel Persentase tabulasi silang antara self regulation dengan fase self reflection ---88

Tabel.4.2.6 Tabel Persentase tabulasi silang antara fase Forethought dengan aspek task analysis ---89

(12)

xii

(13)

xiii Lampiran 1 Kata Pengantar

Lampiran 2 Data Penunjang Lampiran 3 Alat Ukur SR

Lampiran 4 Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur SR

Lampiran 5 Data SR Setiap Responden Lampiran 6 Hasil Data Penunjang

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Seiring dengan berjalannya waktu, setiap individu akan mengenal proses belajar yang dikenal melalui tiga jenis pendidikan yaitu pendidikan non formal (keluarga), pendidikan formal (institusi pendidikan), dan pendidikan informal (masyarakat). Masa pendidikan formal sendiri dilewati seorang individu dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK), pendidikan Sekolah Dasar (SD), pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai Universitas. Setiap tingkat pendidikan formal tersebut memiliki derajat kesulitan yang berbeda untuk perkembangan bidang pengetahuan atau pemahaman, bidang keterampilan, serta bidang nilai atau sikap yang lebih tinggi (Winkel, 1986).

(15)

yang mampu bergaul dengan teman sebayanya, akan lebih menunjukkan prestasi yang lebih tinggi, dibandingkan dengan remaja yang kurang mampu bergaul (Savin-Williams, 1990). Sekolah juga menjadi pengembangan persiapan karir bagi seorang remaja (Steinberg, 2002), remaja mulai mengenal minat pada bidang-bidang tertentu yang menjadi alternatif dari karir yang akan dipilihnya.

Secara umum, pendidikan SMA menjadi satu posisi pendidikan menengah yang penting bagi seorang remaja. Para siswa SMA akan mendapatkan tuntutan pendidikan yang berbeda dibandingkan tingkat pendidikan sebelumnya. Pendidikan SMA akan mempersiapkan siswa menjadi lebih fokus pada bidang kajian ilmu pengetahuan tertentu. Bidang pengetahuan di taraf SMA akan menjadi dasar seorang siswa memilih jurusan yang akan diminati untuk dipelajari lebih mendalam di pendidikan tinggi nantinya.

(16)

sosiologi, antropologi, tata negara, ekonomi. Begitu juga dengan jurusan bahasa (yang biasanya tidak selalu tersedia di setiap sekolah dan tergantung permintaan siswa-siswa yang meminatinya) akan difokuskan kepada pelajaran bahasa seperti bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Perancis, dan bahasa lainnya tergantung kebijakan sekolah.

Tuntutan pelajaran di kelas satu sampai kelas tiga ini, diharapkan siswa dapat mampu mengarahkan diri untuk dapat berprestasi. Prestasi akademik siswa ini dipengaruhi oleh faktor internal seperti intelektual, minat, bakat, kondisi fisik, sikap dan kebiasaan belajar, maupun faktor eksternal seperti dukungan orang tua, guru, teman sebaya dan fasilitas dari lingkungan rumah ataupun sekolah (Winkel, 1986). Interaksi berbagai faktor ini akan mempengaruhi optimalnya tidaknya prestasi akademik seorang siswa. Bila seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal seperti intelektual, minat, bakat sedemikian rupa, maka prestasinya akan lebih optimal dengan adanya fasilitas maupun orang-orang di sekitarnya. Dengan pengenalan akan faktor internal-eksternal yang mempengaruhi prestasinya, maka seorang siswa akan lebih terbantu untuk memanfaatkan dukungan faktor internal-eksternal dalam meraih prestasi yang optimal, dan mengatasi hambatan dan tantangan yang ada.

(17)

internal seperti intelegensi, minat untuk diarahkan dalam mencapai prestasi, terlepas mendukung tidaknya faktor eksternal untuk mereka berprestasi secara optimal. Sebaliknya, siswa yang kurang mampu membuat kegiatan belajar secara terencana dan sistematis ini, akan kurang mampu untuk memanfaatkan faktor internal seperti intelegensi, minat untuk diarahkan dalam mencapai prestasi secara optimal, terlepas ada tidaknya dukungan dari faktor eksternal.

Dengan kombinasi antara keunikan dukungan faktor internal seorang siswa dan karakteristik dukungan eksternal yang berbeda, akan mempengaruhi pengembangan siswa dalam kegiatan belajar yang sistematis dan terencana. Sebagian siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi merupakan salah satu kegiatan terencana yang telah dilakukan secara berulang-ulang dan telah berhasil membuat pemahamannya akan materi lebih baik, namun bagi sebagian siswa lagi memerlukan kegiatan tambahan yaitu mencatat selengkap-lengkapnya dan semenarik mungkin materi pelajaran yang disampaikan guru.

(18)

Efektivitas kegiatan belajar ini bergantung kepada proses regulasi diri, yaitu proses adaptasi yang dihasilkan dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian diri yang dilakukan oleh siswa itu. Kegiatan belajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian diri ini yang senada diungkapkan oleh Zimmerman dalam konsep self-regulation yaitu kegiatan pengontrolan pikiran, perasaan, dan tingkah laku untuk mencapai kegiatan yang terencana, dan mencapai tujuan belajarnya.

Menurut seorang Guru BP SMA “Y” bukan hal yang mudah bagi seorang siswa untuk mengatur kegiatan belajar sedemikian rupa seperti membuat PR, mempersiapkan ulangan. Para siswa mungkin dapat menghadapi ulangan dalam satu hari sampai sebanyak dua sampai tiga mata pelajaran, disamping terdapat PR mata pelajaran lainnya yang harus dikerjakan pula. Siswa SMA tersebut memerlukan regulasi diri yang efektif untuk mengarahkan diri tetap dalam kegiatan belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

(19)

juga sebanyak 23% siswa yang tidak mampu untuk menganalisa tugas. Dengan kata lain siswa kurang mampu ini memang menginginkan lulus namun tanpa target nilai yang jelas.

Adanya target yang jelas, akan menolong siswa untuk berusaha mencapainya. Keseriusan dan usaha pencapaian target ini terlihat dari satu atau lebih strategi yang efektif untuk mencapai target tersebut. Adapun beberapa strategi belajar yang efektif seperti belajar dan membuat tugas untuk memahami materi pelajaran lebih dalam, mengatur waktu, mencari mentor untuk pemahaman materi (Zimmerman, 1994). Melalui preliminary study yang telah dilakukan kepada siswa SMA "Y" ini, diperoleh sebanyak 77% siswa mampu untuk membuat satu atau lebih strategi belajar efektif dalam mencapai target seperti membuat tugas dan belajar dengan kualitas yang optimal (45,9%), mengatur waktu dengan lebih baik (21,6%), dan mengikuti bimbingan belajar (21,6%). Sedangkan sebagian lagi sebanyak 23% siswa yang tidak mampu membuat target, tidak mampu untuk membuat strategi efektif.

Ketika seorang siswa telah membuat target dan juga strategi pencapaian target, maka ada tidaknya self motivation beliefs siswa akan menunjang tidaknya seorang siswa untuk melakukan strategi dalam pencapaian target. Self motivation beliefs ini akan menjadi peralihan dari analisa tugas ke proses pelaksanaan, dengan kata lain fase perencanaan menuju fase pelaksanaan (Zimmerman, 1994).

(20)

dipertahankan untuk pencapaian target. Dalam penelitian Zimmerman dan

Martinez-Pons (1990) menemukan bahwa siswa yang memiliki keyakinan akan kemampuan diri yang tinggi, akan melakukan aktivitas yang tinggi, kerja keras, tekun menghadapi masalah, menggunakan strategi belajar yang efektif dalam belajar, memiliki prestasi yang tinggi.

Melalui preliminary study, diperoleh sebagian besar sebanyak 62,2% siswa mampu memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya untuk mencapai target. Adanya keyakinan ini diungkapkan oleh sebagian besar siswa didasarkan pada adanya pembuatan target yang realistis namun menantang (19%) dan pengalaman keberhasilan mencapai target (43,2%). Sementara untuk sebagian lagi sebanyak 37,8% siswa tidak mampu memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya (37,8%). Ketidakmampuan ini berkaitan dengan penghayatan siswa bahwa faktor lingkungan yang tidak mendukung (27%), dan juga dipengaruhi oleh pengalaman kegagalan dalam mencapai target (10,8%).

(21)

mampu untuk memikirkan adanya manfaat lebih bila target tercapai 57,9%. Mereka mempunyai pendapat bahwa pelajaran SMU tidak diperlukan untuk masuk universitas.

Selanjutnya adanya self motivation beliefs siswa ditandai dengan adanya kemampuan untuk memiliki minat untuk belajar, serta rasa ingin tahu terhadap bidang studi yang akan dipilih. Berdasarkan preliminary study, diperoleh bahwa sebanyak 78,9% siswa mampu untuk memiliki minat untuk belajar, serta rasa ingin tahu terhadap bidang studi yang akan dipilih. Dengan adanya minat dan rasa ingin tahu ini mereka dapat memilih jurusan di perguruan tinggi. Sementara sebagian lagi siswa yang tidak mampu untuk memiliki minat untuk belajar dan rasa ingin tahu terhadap bidang studi yang akan dipilihnya (21,1%). Hal ini sehubungan dengan tidak adanya target jurusan yang ingin dimasuki (79,9%)

Bentuk self motivation beliefs lainnya yang juga tak kalah penting adalah dengan adanya kemampuan siswa mempertahankan motivasi untuk pencapaian target dalam keadaan yang tidak mendukung sekalipun. Berdasarkan preliminary study diperoleh sebagian kecil siswa mampu untuk mempertahankan motivasi untuk pencapaian target (21,6%) dengan cara menetapkan diri untuk tetap fokus terhadap target. Sementara sebagian besar siswa yang tidak mampu mempertahankan motivasi untuk pencapaian target (78,4%) menghayati banyaknya fluktuasi kehidupan emosional (moody) yang menghambat siswa dalam mempertahankan motivasi.

(22)

cukup kuat, maka pelaksanaan dari rencana kegiatan belajar akan relatif lebih mudah dilakukan. Namun bila kemampuan penganalisaan tugas kurang ditunjang dengan self motivation belief, maka pelaksanaan rencana kegiatan belajar yang dilakukan siswa tersebut tidak akan optimal. Berdasarkan preliminary study

diperoleh sebanyak 57,6% besar siswa mampu untuk melaksanakan rencana kegiatan belajar yaitu mengontrol diri untuk mengerjakan kegiatan belajar sesuai dengan rencana, dan mengamati hal-hal yang terjadi selama proses pelaksanaan. Sementara sebagian sebanyak 42,4% siswa yang tidak mampu melaksanakan kegiatan belajar, yaitu tidak mampu mengontrol diri untuk mengerjakan kegiatan belajar sesuai dengan rencana, ataupun mengamati hal-hal yang terjadi selama proses pelaksanaan.

Pelaksanaan kegiatan belajar siswa ini menyangkut dengan dua hal yaitu kemampuan pengontrolan diri untuk mengarahkan mengerjakan perencanaan dan kemampuan pengamatan diri untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan. Seorang siswa yang dikatakan mampu mengontrol diri akan berusaha memastikan menjalankan apa yang telah direncanakan. Berdasarkan

(23)

Seorang siswa yang mampu melaksanakan rencana bukan hanya mampu untuk memastikan dirinya akan melakukan kegiatan belajar sesuai dengan rencana saja, namun juga terkait dengan kemampuan membayangkan langkah-langkah yang akan dilakukan. Berdasarkan preliminary study diperoleh sebanyak 56,8% siswa menyatakan bahwa dirinya mampu untuk membayangkan langkah-langkah yang akan dilakukan. Langkah yang dibayangkan oleh siswa yang mampu ini ada yang hanya secara garis besar saja (43,2 %), namun juga ada yang mampu membayangkan langkah-langkahnya secara lebih detail (13,6%). Sementara sebanyak 43,2% siswa menyatakan dirinya tidak mampu membayangkan langkah-langkah yang akan dilakukan.

Siswa SMA ‘Y” dituntut juga untuk dapat memusatkan perhatian selama melakukan kegiatan belajarnya, melakukan apa yang telah direncanakannya walaupun menghadapi rintangan, gangguan yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Berdasarkan preliminary study diperoleh sebagian kecil siswa menyatakan dirinya mampu memusatkan perhatian untuk bertahan melakukan apa yang telah direncanakannya (48,6%), dan sebagian besar lagi, siswa menyatakan dirinya tidak mampu memusatkan perhatian untuk bertahan melakukan apa yang telah direncanakannya (51,4%)..

Hal terakhir dari rangkaian pengontrolan diri yang dituntut dari seorang siswa adalah kemampuan untuk menyusun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang akan memudahkan pelaksanaan rencana kegiatan belejar. Berdasarkan

(24)

saja, dan sebagian lagi sebanyak (32,4%) siswa menyatakan tidak dapat menyusun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan untuk mencapai target dan lebih memilih menjalani kegiatan tanpa langkah-langkah pelaksanaan.

Di samping kemampuan pengontrolan diri sepanjang pelaksanaan rencana kegiatan belajar, dibutuhkan juga kemampuan pengamatan terhadap kegiatan belajarnya. Pengamatan ini mencakup dalam kemampuan mengingat pengalaman berhasil tidaknya rencana belajarnya itu dilaksanakan. Berdasarkan preliminary study diperoleh sebanyak 75,7% siswa menyatakan mampu untuk mengingat pengalaman keberhasilan dan kegagalan mereka, seperti pengalaman keberhasilan mereka berupa mendapat nilai bagus (67,6%), dan pengalaman mereka yang masuk SMA tanpa tes (8,1%). Sementara sebanyak 24,3% siswa menyatakan lupa pengalaman keberhasilan dan kegagalan mereka.

Disamping perlunya kemampuan mengingat ini dalam pelaksanaan kegiatan belajarnya, diperlukan juga kemampuan siswa untuk merubah cara lama dan menggunakan cara baru dalam mencapai target. Berdasarkan preliminary study diperoleh sebanyak 70,3% siswa menyatakan dirinya akan melakukan perubahan dengan menggunakan cara baru dalam kegiatan meraih target bila cara lama atau cara yang dipakainya itu tidak berhasil atau kurang efektif. Sementara sebanyak 29,7% siswa yang lain menyatakan tidak akan merubah cara lama mereka dalam mencapai target.

(25)

penilaian dan pemberian reaksi terhadap hasil belajar. Kegiatan penilaian ini berupa kegiatan membandingkan hasil dengan target awal, mengkaji faktor-faktor penyebab dirinya mendapatkan hasil. Berdasarkan preliminary study diperoleh sebanyak 73% siswa yang mampu untuk melakukan refleksi diri, akan membandingkan hasil yang dicapai dengan target awal untuk mendapatkan tolok ukur perbaikan kinerja usaha mereka atau perubahan target. Sementara sebanyak 27% siswa menyatakan tidak mampu membandingkan hasil yang dicapai dengan target. Ketidakmampuan untuk membandingkan ini berkaitan dengan anggapan bahwa membandingkan itu bukanlah sesuatu yang penting (6,3%), dan ketidaksukaan mereka terhadap kegiatan membandingkan tersebut (10,6%).

Setelah membandingkan kinerja dengan target, kegiatan penilaian ini juga berkaitan dengan kemampuan siswa untuk tahu penyebab akan hasil yang didapatkan. Penyebab ini akan mempersiapkan siswa untuk mengantisipasi, memperbaiki dan melakukan perencanaan kegiatan belajar selanjutnya. Berdasarkan preliminary study diperoleh sebanyak 50% siswa menyatakan faktor lingkungan yang menyebabkan hasil yang didapatkan, sebanyak 30% siswa menyatakan bahwa faktor diri sendirilah yang menyebabkan hasil yang didapatkan, dan sebanyak 20% siswa menyatakan bahwa faktor lingkungan dan diri sendiri yang menyebabkan hasil yang didapatkan.

(26)

diperoleh sebanyak 48,6% siswa yang menyatakan dirinya telah puas dengan hasil yang didapatkan karena usaha mereka telah dikerahkan seoptimal mungkin. Sebagian siswa lainnya sebanyak 51,4% siswa menyatakan tidak puas karena usaha mereka belum maksimal..

Proses refleksi diri juga akan menimbulkan kepuasan atau ketidakpuasan siswa yang akan mempengaruhi respon siswa selanjutnya terhadap perencanaan kegiatan belajarnya nanti. Siswa yang sudah merasa tidak puas dengan target akan berusaha meningkatkan usaha belajarnya, sedangkan siswa yang sudah merasa puas dengan target akan berusaha mempertahankan, juga dapat berupa untuk terus meningkatkan. Berdasarkan preliminary study diperoleh hampir sebagian besar sebanyak 83,8% siswa menyatakan ingin meningkatkan usaha belajarnya, dan sebanyak 16,2% siswa lainnya menyatakan ingin mempertahankan usaha belajarnya. Adapun masalah-masalah yang dihayati siswa dapat lebih dari satu ketika berusaha meningkatkan dan mempertahankan adalah rasa malas (70,3%), terlalu banyak tuntutan tugas maupun ulangan (21,6%), mengalami kesulitan berkonsentrasi (18,9%), kesulitan dalam mengatur waktu (18,9%), dan siswa lainnya menghayati lingkungan kurang mendukung (5,4%).

(27)

siswa menyatakan tidak puas dengan hasil dan akan mengubah strategi belajar, dan sisanya sebanyak 27% siswa menyatakan puas dengan hasil dan akan mempertahankan strategi belajar

Melalui uraian di atas diperoleh gambaran dari siswa pada SMA “Y” yang dikelola oleh yayasan Kristen dan memiliki tuntutan sekolah yang tinggi, bahwa siswa yang memiliki kemampuan meregulasi diri yang beragam dalam bidang akademik yaitu kegiatan merencanakan, melakukan dan mengevaluasinya. Terlihat ada yang memiliki kemampuan meregulasi diri yang efektif dan yang lain masih belum memiliki kemampuan meregulasi diri yang efektif dalam bidang akademiknya. Regulasi diri akademik siswa SMA “Y” yang diperoleh diatas masih jauh dari harapan sebagai para siswa pada salah satu SMA dengan karakteristik sekolah favorit dengan tuntutan sekolah tinggi, yang diharapkan sudah mampu meregulasi dirinya.

Dengan melihat hasil preliminary study di SMA “Y” yang beragam derajat kemampuan meregulasi diri inilah, peneliti tertarik meneliti kemampuan meregulasi diri di SMA “X” yang juga dikelola oleh Yayasan Kristen. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA “X”, karakteristik SMA “X” ini tergolong sekolah yang memiliki tuntutan sekolah yang tinggi juga, dan siswa SMA “X” ini sebagian melanjutkan kuliah, langsung bekerja, menikah. Ternyata tidak semua siswa mempunyai target yang jelas dalam kegiatan akademik mereka, dan hal ini akan mempengaruhi kemampuan self regulation

(28)

akademik siswa SMA "X" di Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran self regulation akademik pada siswa kelas satu sampai tiga SMA “X” di Bandung

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan self regulation

akademik pada siswa SMA “X” di Bandung

1.3.2. Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh informasi yang rinci dan mendalam tentang kemampuan self regulation akademik pada siswa SMA “X” di Bandung

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

• Memberikan informasi tambahan yang berguna bagi perkembangan

(29)

• Memberikan informasi sebagai rujukan bagi penelitian lebih lanjut

mengenai kemampuan self regulation akademik kepada para mahasiswa yang tertarik dengan topik ini .

1.4.2. Kegunaan Praktis

• Memberikan informasi bagi wali kelas dan guru BP agar dapat

mendukung siswa dalam meningkatkan kemampuan self regulation

akademik para siswa.

• Memberikan informasi bagi orang tua agar dapat mendukung siswa dalam

meningkatkan self regulation akademik para siswa.

• Memberikan informasi bagi siswa SMA “X” Bandung sehingga

(30)

1.5. Kerangka Pemikiran

Siswa SMA Kalam Kudus Ciateul Bandung yang berusia 16-19 tahun dan berada di tahap remaja tengah dan remaja akhir (Santrock, 1996) dituntut untuk sudah dapat mengontrol diri mereka sendiri dalam hal kegiatan belajar. Hal ini didukung oleh salah tugas tahap perkembangan remaja untuk mampu mencapai kemandirian, dan mengembangkan pengambilan keputusan terhadap kegiatan belajar (Havighurst, 1951). Selain itu juga, remaja berada dalam tahap perkembangan kognitif yang sudah memungkinkan untuk mampu berpikir abstrak. Berpikir abstrak di sini mengacu kepada perencanaan kegiatan belajar, karir di masa depannya, pemikiran tentang profesi yang ingin dijalani. Di samping itu, seorang remaja juga dituntut untuk dapat mengembangkan identitas dirinya, yaitu penilaian diri tentang sejauhmana diri yang sekarang bergerak ke arah diri yang diinginkan. Penilaian diri ini menyangkut penilaian terhadap kemampuan dan minatnya menghadapi penjurusan di tingkat SMA yang hendak diambil, yaitu IPA, IPS, atau Bahasa.

(31)

dan sesuai dengan kapasitas serta minat siswa akan menolong siswa dalam proses belajar sebagai proses pembekalan diri untuk merencanakan masa depannya.

Di dalam proses belajar ini, siswa dituntut untuk melewati serangkaian tahap belajar berupa mengerjakan tugas sehari-hari seorang siswa seperti menghadiri kelas, menyimak guru, mencatat, bertanya untuk meminta kejelasan materi kepada teman atau guru, mengerjakan tugas baik di rumah maupun di sekolah, dan menghadapi berbagai evaluasi yang merupakan proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai oleh seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan (Tardif, 1989). Hasil evaluasi atau nilai pada setiap siswa SMA Kalam Kudus Ciateul Bandung , yang akan memiliki daya pembeda kualitas prestasi belajar siswa SMA tersebut.

(32)

satu strategi yang tepat sehingga lebih mudah dipanggil kembali dalam memori jangka panjang mengenai materi tersebut. (Reber, 1988).

Siswa SMA Kalam Kudus Ciateul Bandung ini memiliki kapasitas mental, salah satunya kemampuan kognitif yang cukup tinggi untuk belajar (Steinberg, 2002) dan dituntut juga mampu untuk meregulasi motivasi dalam proses belajar mereka guna pencapaian target belajar mereka di tingkat pendidikan SMA. Pengaturan diri inilah yang disebut regulasi diri yang mengacu kepada pemikiran diri yang terus berkembang, perasaan dan tindakan yang digerakkan dari dalam diri yang telah direncanakan, dan secara berulang diadaptasi sebagai kebutuhan untuk mempengaruhi kebutuhan belajar dan motivasi guna mencapai targetnya berupa lulus dari tingkat pendidikan SMA (Zimmerman, 1995).

(33)

kemampuan pengambilan keputusan akan menunjang siswa untuk melakukan pengontrolan diri dalam tetap melakukan kegiatan belajar yang sesuai perencanaan. Kemampuan penilaian diri akan menunjang siswa untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajarnya dibandingkan perencanaan kegiatan belajar.

Adapun tahapan self regulation dalam diri harus dilalui terlebih dahulu yaitu tahap pertama adalah forethought, tahap kedua adalah

performance/volitional control dan tahapan ketiga adalah self reflection. Ketiga tahap ini akan secara triadic, terus berulang setiap tahap atau fase ini sampai tujuan belajar tercapai, bahkan untuk hal lain yang lebih umum untuk bertahan hidup seumur hidupnya.

(34)

Bila seorang siswa telah membuat task analysis, selanjutnya diperlukan

self motivation beliefs sebagai daya penggerak, yang akan memacu siswa untuk meraih target dengan menjalankan strategic planning yang telah dibuatnya. Self motivation beliefs terdiri dari self efficacy, outcome expectation, intrinsic interest/value, dan goal orientation. Siswa SMA Kalam Kudus Ciateul Bandung yang memiliki self efficacy yang menunjang kegiatan belajarnya, akan memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya untuk mencapai apa yang ditargetkannya,

mengantisipasi kelemahan diri dalam belajar. Dengan adanya kepercayaan akan kemampuan diri, siswa akan melakukan outcome expectations yaitu antisipasi siswa tersebut bahwa target nilainya akan dapat dicapai akan memberikan manfaat lebih. Setelah siswa tersebut percaya akan kemampuan dirinya dan sudah mampu mengharapkan manfaat dari target yang tercapai, maka bergantung kepada sejauhmana target belajar menjadi minat internal/nilai siswa tersebut. Bila self efficacy, outcome expectation, intrinsic interest/value telah menunjang, maka siswa akan lebih mudah mencapai target bila mampu melakukan goal orientation,

yaitu mempertahankan perilaku dan kegiatan belajarnya untuk mencapai target.

(35)

pengejaran target dan menjalankan rencana strateginya dalam fase forethought. Pengontrolan diri ini terdiri dari menginstruksikan kepada diri sendiri untuk melakukan kegiatan belajarnya sesuai strategic planning-nya (self instruction), kemampuan membayangkan apa yang dilakukan akan secara konkrit (imagery), pemusatan perhatian (attention focusing) , membuat langkah-langkah kegiatan belajar (task strategies). Seorang siswa SMA Kalam Kudus Ciateul Bandung yang memiliki goal orientation, akan memutuskan diri tetap melakukan atau tidak kegiatan belajar sesuai rencana. Jika siswa tersebut sudah bulat mengambil keputusan, maka siswa akan melakukan self instruction yaitu, menginstruksikan diri untuk melakukan kegiatan belajar tersebut. Selanjutnya, siswa akan melakukan imagery, yaitu membayangkan kegiatan belajar yang akan dijalankan, misalnya trik-trik pengerjaan soal ujian. Dengan self instruction dan imagery, siswa akan melakukan pemusatan perhatian pada pelajaran, ulangan sebagai target (attention focusing), dan akan membuat langkah-langkah kegiatan belajar yang konkrit (task strategies).

Selanjutnya pada fase performance/volitional control ini dilakukan pula

(36)

self experimentation, yaitu menggunakan cara baru yang dapat diterapkan ketika kegiatan belajar menghadapi kendala.

Setelah tingkah laku pelaksanaan (performance/volitional control) telah dilakukan, siswa akan memasuki fase self reflection yang terdiri dari self judgement dan self reaction. Kemampuan self reflection siswa ini ditunjang oleh kemampuan penilaian diri yang berkembang bersamaan dengan self concept yang membandingkan diri yang aktual dengan diri yang ideal. Penilaian diri inilah yang menunjang siswa untuk membandingkan kegiatan belajar dengan perencanaan kegiatan belajar mereka. Self judgement ini terdiri dari self evaluation, dan causal attribution. Melalui hasil self recording, siswa tersebut akan mampu membandingkan hasil recording-nya dengan perencanaan (self evaluation). Kemudian siswa akan melakukan pencarian penyebab hasil kegiatan yang diperolehnya dalam diri maupun luar diri (causal attribution). Evaluasi ini biasanya membandingkan kegiatan pelaksanaan dengan perencanaan, yang khususnya berdasarkan values maupun outcome expectation yang berada pada tahap perencanaan tersebut.

(37)

penghayatan emosi yang negatif (Bandura, 1991), maka adaptive-defensive inferences akan dikembangkan oleh siswa tersebut. Adaptive inferences akan dilakukan guna menghasilkan self regulation akademik yang lebih baik lagi oleh siswa tersebut bila mendapati kepuasan dan penghayatan emosi yang positif. Sedangkan defensive inferences akan dilakukan siswa tersebut bila mendapati ketidakpuasan dan penghayatan emosi yang negatif, dan akan mempertahankan kegiatan belajar yang telah ada. Namun bila ketidakpuasan yang muncul itu kuat, siswa tersebut juga mungkin akan melakukan defensive inferences, berupa menghindari tugas dan kegiatan belajar, dan bersikap apatis.

Dalam tahap self reflection ini, didapati juga judgement yang berasal dari

environmental (orang tua, guru, teman sebaya) mengenai self regulation akademik siswa tersebut. Judgement lingkungan disini berupa penilaian langsung sekitar mengenai kegiatan belajar dan hasil ujian, masukan-masukan, dan tak jarang teguran atau celaan yang dapat menimbulkan penghayatan emosi positif atau negatif pada diri siswa. Judgement tersebut juga akan menjadi feedback untuk self regulation siswa.

(38)
(39)

SELF-REGULATION AKADEMIK SISWA

• Tuntutan Sekolah

Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran

(40)

1.6. Asumsi

• Siswa SMA “X” Bandung akan memperlihatkan kemampuan self

regulation akademik secara bertahap dan siklus yang dimulai dari fase

forethought, performance/volitional control, self reflection, lalu kembali lagi ke fase forethought.

• Siswa SMA “X” Bandung akan memperlihatkan kemampuan self

regulation akademik yang meliputi fase forethought,

performance/volitional control dan self reflection yang berbeda-beda pada kategori mampu, cenderung mampu, cenderung kurang mampu, dan kurang mampu.

• Kemampuan self regulation akademik siswa SMA “X” Bandung

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai kemampuan self regulation akademik siswa di SMA “X’ Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Siswa di SMA “X’ Bandung cenderung mampu, dan mampu dalam melakukan

self regulation akademik yang meliputi merencanakan, melaksanakan kegiatan belajar dan mengevaluasi hasil belajar. Hal ini terkait dengan berbagai kemampuan siswa yang menunjang self regulation itu sendiri seperti kemampuan kognitif siswa, kemampuan decision making siswa, kemampuan penilaian diri siswa. Namun kemamapuan yang dimiliki siswa ini belumlah optimal difungsikan oleh siswa SMA “X” ini.

2. Dalam fase forethought, siswa di SMA “X’ Bandung menunjukkan kategori cenderung mampu, dan mampu dalam merencanakan dalam kegiatan belajar. Hal ini terkait dengan kemampuan kognitif siswa yang pada dasarnya telah matang yaitu telah berada pada tahap Formal Operational, namun belum difungsikan secara optimal oleh siswa “X” dalam merencanakan kegiatan belajarnya.

(42)

memutuskan untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar, namun tidak difungsikan secara optimal oleh siswa SMA “X” ini.

4. Dalam fase self reflection, siswa di SMA “X’ Bandung cenderung mampu dan dalam mengevaluasi kegiatan belajar yang telah dilaksanakan. Hal ini terkait dengan kemampuan penilaian diri yang bersamaan dengan perkembangan konsep diri yang menbandingkan gambaran diri yang ideal dengan gambaran diri yang aktual. Namun kemampuan penilaian diri ini tidaklah difungsikan secara optimal oleh siswa SMA “X”.

5. Faktor lingkungan baik orang tua, guru, teman sebaya, tuntutan sekolah dihayati siswa di SMA “X’ Bandung sebagian besar kurang mendukung siswa dalam melakukan self regulation akademik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

5.2. Saran

Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah:

1. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti hubungan antara variabel

self regulation akademik ini dengan variabel lainnya, seperti dukungan orang tua, dukungan guru, dan dukungan teman sebaya.

(43)

tentang peran orang tua dalam pencapaian prestasi siswa.

3. Disarankan kepada orang tua untuk memberikan teladan dan pengarahan kepada anak-anak seperti membantu menetapkan target, memberi masukan strategi-strategi yang efektif, serta memberi feedback terhadap kegiatan akademik, sehingga penghayatan yang positif terhadap dukungan dari orang tua dapat berkembang dan menunjang kemampuan mereka dalam meregulasi diri.

(44)

Boekaerts, Monique; Pintrich, Paul. R. Aeidner, Moshe. 2002. Handbook of Self-Regulation. California, USA: Academic Press.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santrock, John W. 1998, Adolescence, Seventh edition, United States of America: Mc Graw-Hill Companies, Inc.

Shaffer, David R. 1999. Developmental Psychology: Chilhood and Adolescence 5 th edition. USA: Brooks/Cole Publishing Company.

Steinberg, Laurence. 2002. Adolescence: International edition 6th . edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

(45)

Skripsi Abdiel Elpis Nawono. 2005. Suatu Survei Mengenai Kemampuan Behavior Self-Regulation Pada Mahasiswa Anak Pendeta di Universitas “X” di Bandung.

Skripsi Elizabeth Monika. 2005. Studi Eksploratif Mengenai Kemampuan Self-Regulation Akademik Pada Siswa-siswi Kelas 5 SD “X” di Bandung.

(46)
(47)

Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian mengenai self regulation dari siswa SMA. Oleh karena itu, saya bermaksud untuk mengambil data dalam rangka melengkapi penelitian ini.

Saya sangat mengharapkan kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dalam pengisian angket ini. Harapan saya, partisipasi Saudara dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya pada penelitian ini.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Saudara yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Bandung, 2006

(48)

dengan kejadian sehari-hari yang Saudara alami. Pada setiap pernyataan terdapat 4 pilihan jawaban, yaitu:

S (Sesuai) berarti, pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan Saudara.

CS (Cukup Sesuai) berarti, pernyataan tersebut lebih banyak kesesuaiannya dengan keadaan Saudara.

KS (Kurang Sesuai) berarti, pernyataan tersebut lebih sedikit kesesuaiannya dengan keadaan Saudara.

TS (Tidak Sesuai) berarti, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan Saudara.

Pada setiap pernyataan Saudara diminta untuk mengisinya sesuai dengan keadaan Saudara. Caranya adalah dengan memberikan tanda check list ( ) pada pilihan jawaban yang menggambarkan diri Saudara. Selain itu, Saudara juga diminta untuk mengisi bagian isian pada item-item tertentu. Usahakan Saudara mengisi semua pernyataan dan isian, jangan sampai ada yang terlewat.

Jawaban Saudara tidak akan dinilai benar atau salah. Hendaknya setiap jawaban yang diberikan benar-benar mewakili keadaan Saudara. Setiap jawaban yang diberikan akan DIJAGA KERAHASIAANNYA.

(49)

2. Usia : _____ tahun

3. Siapa yang menjadi panutan Saudara dalam hal akademik?

ayah ibu guru teman sebaya ………..

4. Orang tua memberikan dukungan kepada Saudara : Mengajari Saudara dalam mata pelajaran yang sulit

Menanyakan dalam kegiatan dan hasil akademik

Memfasiltitasi dengan guru les/bimbingan belajar

Memfasiltitasi dengan peralatan belajar

Acuh tak acuh terhadap kegiatan dan hasil akademik Saudara

______________________________________________

5. Dengan dukungan orang tua tersebut :

Membantu Saudara dalam kegiatan belajar, membuat Saudara semangat

dalam melakukan kegiatan belajar yang lebih terencana dan terarah. Tidak membantu Saudara dalam kegiatan belajar yang lebih terencana

dan terarah

Membuat Saudara tidak melakukan kegiatan belajar yang lebih

terencana dan terarah, bahkan malas belajar

______________________________________________

6. Guru Saudara memberikan dukungan kepada Saudara : Menanyakan kegiatan dan hasil akademik

Mau membantu bila Saudara tidak mengerti pelajaran

Memberi masukan saat mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar

Bersikap tidak peduli saat Saudara tidak mengerti pelajaran

(50)

terencana

Membuat Saudara tidak melakukan kegiatan belajar yang lebih terencana

dan terarah, bahkan malas belajar

_______________________________________

8. Teman sebaya Saudara memberikan dukungan kepada Saudara : Mengajak belajar bersama

Mau membantu bila Saudara tidak mengerti mata pelajaran

Memberi masukan saat mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar

Bersikap tidak peduli saat Saudara tidak mengerti pelajaran

_______________________________________

9. Dengan dukungan teman tersebut :

Membantu Saudara dalam kegiatan belajar, membuat Saudara semangat

dalam melakukan kegiatan belajar yang lebih terencana dan terarah. Tidak membantu Saudara dalam kegiatan belajar yang lebih terencana dan

terarah.

Membuat Saudara tidak melakukan kegiatan belajar yang lebih terencana

dan terarah, bahkan malas belajar.

_______________________________________

10. Menurut penghayatan Saudara, tuntutan sekolah Saudara itu berupa : Disiplin aturan yang ketat

Ulangan/ujian yang sulit

Materi pelajaran yang banyak

_______________________________________

11. Menurut penghayatan Saudara, tuntutan sekolah itu: Lebih banyak terasa menjadi beban untuk Saudara

Lebih banyak terasa menjadi tantangan untuk Saudara

Terasa menjadi beban sekaligus tantangan untuk Saudara

(51)

terarah.

Membuat Saudara tidak melakukan kegiatan belajar yang lebih terencana

dan terarah, bahkan malas belajar.

(52)

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai

2. Agar mendapatkan nilai yang baik saat ujian, saya berencana akan membuat strategi belajar tertentu.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai

3. Saya yakin bahwa saya cukup mampu untuk mempelajari setiap materi pelajaran yang ditempuh untuk mendapatkan nilai yang baik.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai

4. Saya yakin lulus dengan nilai yang tinggi akan memberikan bekal untuk kuliah di univeristas yang saya inginkan.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 5. Saya merasa tertantang untuk mendapatkan nilai yang tinggi.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 6. Saya akan berusaha mempertahankan motivasi belajar agar nilai yang saya

tetapkan tercapai.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 7. Saya menetapkan diri saya untuk bersungguh-sungguh dalam mempelajari

mata pelajaran apapun.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 8. Saya sudah dapat membayangkan hal apa yang akan dipelajari.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 9. Saya tetap berusaha untuk berkonsentrasi mendengarkan guru yang sedang

menerangkan materi pelajaran, meskipun suasana di kelas ribut.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 10. Saya dapat menerapkan strategi belajar yang sudah saya buat agar

mendapatkan nilai yang tinggi.

(53)

menjadi lebih baik.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 13. Saya akan membandingkan nilai yang saya dapat saat ini dengan target nilai

yang sudah saya tentukan.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 14. Saya dapat menentukan hal-hal apa saja yang mempengaruhi saya untuk

mendapatkan nilai yang tinggi.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 15. Saya merasa puas dan bangga dengan nilai rata-rata yang saya capai semester

kemarin.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 16. Jika saya berhasil mendapatkan nilai yang sesuai dengan target nilai yang

ingin saya capai, maka saya akan mempertahankan nilai tersebut.

Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 17. Jika saya berhasil mendapatkan nilai yang sesuai dengan target nilai yang

ingin saya capai, maka saya akan meningkatkan lagi target nilai tersebut. Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai 18. Jika nilai saya kurang dari target nilai yang ingin saya capai, maka saya merasa

(54)

Aspek Skor Kesimpulan

Forethought 0.741 Tinggi

Performance/Volitional Control 0.677 Tinggi

Self Reflection 0.752 Tinggi

Tabel Validitas item

Nomor item Skor Kesimpulan

(55)

Kurang mampu 0 0%

Tabel 4.3.2. Tabel Persentase Indikator Goal Setting

Goal Setting N Persentase

Mampu 26 13,4%

Cenderung mampu 112 57,7%

Cenderung kurang mampu 49 25,3%

Kurang mampu 7 3,6%

Tabel 4.3.3. Tabel Persentase Indikator Strategic Planning Strategic Planning N Persentase

Mampu 49 25,3%

Cenderung mampu 108 55,7%

Cenderung kurang mampu 34 17,5%

Kurang mampu 3 1,5%

Tabel 4.3.4 Tabel Persentase Indikator Self Efficacy Self Efficacy N Persentase

Mampu 33 17%

Cenderung mampu 128 66%

Cenderung kurang mampu 32 16,5%

Kurang mampu 1 0,5%

Tabel 4.3.5 Tabel Persentase Indikator Outcomes Expectations Outcomes Expectations N Persentase

Mampu 50 25,8%

Cenderung mampu 92 47,4%

Cenderung kurang mampu 51 26,3%

Kurang mampu 1 0,5%

Tabel 4.3.6 Tabel Persentase Indikator Intrinsic interest/value Intrinsic interest/value N Persentase

Mampu 76 39,2%

Cenderung mampu 82 42,3%

Cenderung kurang mampu 35 18%

(56)

Tabel 4.4.1 Tabel Persentase Fase Performance/Volitional Control Performance/Volitional Control N Persentase

Mampu 35 18%

Cenderung mampu 123 63,4%

Cenderung kurang mampu 34 17,5%

Kurang mampu 2 1%

Tabel 4.4.2 Tabel Persentase Indikator Self Instruction Self Instruction N Persentase

Mampu 45 23,2%

Cenderung mampu 101 52,1%

Cenderung kurang mampu 45 23,2%

Kurang mampu 3 1,5%

Tabel 4.4.3 Tabel Persentase Indikator Imagery

Imagery N Persentase

Mampu 27 13,9%

Cenderung mampu 82 42,3%

Cenderung kurang mampu 76 39,2%

Kurang mampu 9 4,6%

Tabel 4.4.4 Tabel Persentase Indikator Attention Focusing Attention Focusing N Persentase

Mampu 33 17%

Cenderung mampu 83 42,8%

Cenderung kurang mampu 60 30,9%

Kurang mampu 16 9,3%

Tabel 4.4.5 Tabel Persentase Indikator Task Strategies Task Strategies N Persentase

Mampu 29 14,9%

Cenderung mampu 103 53,1%

Cenderung kurang mampu 56 28,9%

(57)

Tabel 4.4.7 Tabel Persentase Indikator Self-Experimentation

Self Experimentation N Persentase

Mampu 53 27,3%

Cenderung mampu 101 52,1%

Cenderung kurang mampu 37 19,1%

Kurang mampu 3 1,5%

Tabel 4.5.1 Tabel Persentase Fase Self Reflection Self Reflection N Persentase

Mampu 57 29,4%

Cenderung mampu 118 60,8%

Cenderung kurang mampu 19 9,8%

Kurang mampu 0 0%

Tabel 4.5.2 Tabel Persentase Indikator Self Evaluation Self Evaluation N Persentase

Mampu 58 29,9%

Cenderung mampu 94 48,5%

Cenderung kurang mampu 36 18,6%

Kurang mampu 6 3,1%

Tabel 4.5.3 Tabel Persentase Indikator Causal Attribution Causal Attribution N Persentase

Mampu 41 21,1%

Cenderung mampu 104 53,6%

Cenderung kurang mampu 43 22,2%

Kurang mampu 6 3,1%

Tabel 4.5.4 Tabel Persentase Indikator Self Satisfaction Self Satisfaction N Persentase

Mampu 14 7,2%

Cenderung mampu 66 34%

Cenderung kurang mampu 68 35,1%

(58)

Tabel 4.5.6 Tabel Persentase Indikator Adaptive

Adaptive N Persentase

Mampu 78 40,2%

Cenderung mampu 93 47,9%

Cenderung kurang mampu 19 9,8%

Kurang mampu 4 2,1%

Tabel 4.5.7 Tabel Persentase Indikator Defensive

Defensive N Persentase

Mampu 103 53,1%

Cenderung mampu 45 23,2%

Cenderung kurang mampu 36 18,6%

(59)

Laki Perempuan

Tabel 5.1.2 Tabel persentase tabulasi silang antara self regulation dengan usia

Self reflection

Tabel 5.1.3 Tabel persentase tabulasi silang antara self regulation dengan panutan

Self-regulation

Panutan

Total orang

tua

ayah ibu Kakak guru teman

(60)

2,6% 12,6% 4,6% 3,1% 1,5% 24,7%

Tabel 5.1.5 Tabel persentase tabulasi silang antara self regulation dengan efek dukungan orang tua terhadap self regulation

Self regulation efek dukungan orang tua Total

Bantu Tidak bantu Hambat

Tabel 5.1.6 Tabel persentase tabulasi silang antara self regulation dengan dukungan guru

Self regulation dukungan guru Total Masukan Menanyakan Tidak peduli

(61)

Cenderung mampu 103

Tabel 5.1.8 Tabel persentase tabulasi silang antara self regulation dengan dukungan teman

Self regulation dukungan teman

Total

Tabel 5.1.9 Tabel persentase tabulasi silang antara self regulation dengan efek dukungan teman terhadap self regulation

Self regulation Efek dukungan teman Total Bantu Tidak bantu Hambat

(62)

13,4% 3,1% 6,2% 2,1% 24,7%

Tabel 5.1.11 Tabel persentase tabulasi silang antara self regulation dengan penghayatan terhadap tuntutan sekolah

Tabel 5.1.12 Crosstab antara self regulation dengan efek tuntutan sekolah terhadap self regulation

Self regulation efek tuntutan sekolah Total Bantu Tidak bantu Hambat

Gambar

Gambar 1.1.  Skema Kerangka Pemikiran
Tabel Reliabilitas Alat Ukur Per Aspek
Tabel 4.3.3. Tabel Persentase Indikator Strategic Planning
Tabel 4.4.3 Tabel Persentase Indikator Imagery
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komponen, Subjek dan Objek Undang-Undang. Berdasarkan komponen-komponen yang terkandung dalam UU Kearsipan maupun UU tentang keterbukaan informasi yakni mengenai konsideran,

Upaya pelestarian lingkungan hidup yang dilakukan di Indonesia mengacu pada Undang Undang No 23 tahu 1997, yaitu Pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian

Syntactic and Morphological Errors Analysis in Spoken English of Micro Teaching Students of the Academic Year 2010/2011.. Yogyakarta: Sanata

Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sebelum melaksanakan pratik mengajar dikelas, mahasiswa terlebih dahulu menyusun silabus sesuai dengan kurikulum

[r]

Pembelajaran kooperatif tidak lepas dari berbagai unsur seperti yang telah disebutkan di atas. Pada dasarnya unsur pembelajaran kooperatif adalah dimana setiap

Uji multilokasi sembilan galur kedelai hasil pemilihan dari uji daya hasil pendahuluan, satu varietas introduksi dan empat varietas pem- banding dilaksanakan di lahan kering

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah mencurahkan kasih, kemurahan dan karuniaNya, se- hingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan tesis