ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA
BARAT – INDONESIA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil
Program Studi Teknik Sipil S1
Oleh :
MUHAMMAD RIDWAN NURDIN 1100046
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MUHAMMAD RIDWAN NURDIN NIM 1100046
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA
BARAT – INDONESIA
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Drs. Odih Supratman, ST., MT. NIP. 19620809 199101 1 002
Pembimbing II
Drs. H. Rakhmat Yusuf, MT. NIP. 19640424 199101 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Sipil
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “ANALISIS
SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA
PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT –INDONESIA” ini
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya Saya sendiri. Saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
tersebut, Saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan
adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya Saya.
Bandung, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Muhammad Ridwan
Nurdin
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Muhammad Ridwan Nurdin 1100046, mridwannurdin@gmail.com,
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Aliran pada sungai, secara umum membawa sejumlah sedimen, baik sedimen suspensi (suspended load) maupun sedimen dasar (bed load). Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan proses alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai di samping berfungsi sebagai media untuk mengalirkan air, juga berfungsi untuk mengangkut material sebagai angkutan sedimen. Berdasarkan mekanisme pergerakannya, angkutan sedimen di sungai dibedakan seperti yang di atas ialah sedimen suspensi/layang (Suspended load) dan sedimen dasar (bed load). Angkutan sedimen yang dialirkan melalui saluran terbuka atau sungai dapat menyebabkan penumpukan sedimen terutama di bagian hulu sungai. Angkutan sedimen yang diangkut oleh sungai dapat menyebabkan pendangkalan pada sungai. Akibat dari pendangkalan sungai tadi, sungai tidak dapat memaksimalkan fungsinya sehingga dapat menyebabkan banjir atau dengan kata lain air melimpas ke permukaan dan dapat menggenang ke pemukiman warga sekitar bantaran sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui jumlah dan jenis karakteristik sedimen dasar (bed load) yang terdapat di sungai Cikapundung. (2) Untuk mengetahui alternatif pengendalian sedimen dasar (bed load) yang terdapat di sungai Cikapundung dengan mengaitkan antara jumlah sedimen dasar – biaya pengendalian – efektifitas pengendalian sedimen yang cocok dengan karakteristik sungai. Tempat yang dijadikan penelitian oleh penulis adalah di sungai Cikapundung tepatnya pada saluran Viaduct Bandung Kelurahan Braga Kecamatan Sumur Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan metode analisis data sekunder. Peneliti melakukan observasi atau survei di lokasi penelitian pada titik pengamatan daerah Viaduct Bandung serta analisa data sekunder yang didapat dari instansi terkait. Dari perhitungan yang telah dilakukan, jumlah sedimen dasar pada suatu titik sungai Cikapundung saluran Viaduct Kota Bandung, dengan panjang penelitian 214 m, terjadi penumpukan sedimen dasar sebanyak 971,2675 m3/tahun atau volume sedimen dasar di segmen penelitian sejumlah 4,539 m3/m’ sepanjang segmen 214 meter. Sedangkan untuk muatan bed load Sungai Cikapundung menurut hasil analisis penulis dengan panjang penelitian 14,9352 m memiliki rata-rata nilai Muatan (Gs) = 0,0119696 kg/s atau 377,4733056 ton/tahun. Selain itu volume sedimen dasar menurut analisis yang telah dilakukan didapat sebesar 1086,62544 m3/tahun atau sebesar 72,756 m3/m’ dengan panjang segmen 14,9352 m. Sedangkan konfigurasi dasar sungai yang didapatkan setelah dilakukan analisa ialah antidunes. Dan yang terakhir solusi pengendalian sedimen yang direkomendasikan untuk sedimen berikut adalah wall separator, dengan alasan mempertahankan ke aslian sungai.
BED LOAD ANALYSIS AND ITS ALTERNATIVE CONTROL ON CIKAPUNDUNG BANDUNG RIVER, WEST JAVA – INDONESIA
Muhammad Ridwan Nurdin 1100046, mridwannurdin@gmail.com
Civil Engineering Department, Faculty of Technology and Vocational Education Indonesia University of Education
ABSTRACT
The river’s flow, generally carries some sediment, either suspended load or bed load. The load of Sediment in river or open canal is a natural process that occur continously. In fact, river not only functionated as a pipeline water media but also functioned as a sediment material transporter. Based on its flowing mechanism, sediment load in river divided into suspended load and bed load as mentioned before. Sediment which coming through the open canal or river may cause over heap especially in the upper course. Sediment load which carried by the river may cause river’s shallowness. For the concequence of it, river can not firmly maximite its function to prevent flood or it may say overflaw and puddling the public area and resident around flood plain. The aims oh this research : (1) to known amount and kinds of bedload characteristic which is exist in Cikapundung River. (2) to known the alternatif controll of bed load that found Cikapundung by way of entails bed load amount-controll cost-sediment controll efectivity which suitable with river’s characteristics. Research took place in Cikapundung River as an object of research exactly in Viaduct Bandung canal in Kelurahan Braga Kec. Sumur Bandung. Research also used survey method and secondary data analysis. Research conducted in conservation or research location survey on the spot of Viaduct Bandung with barely secondary data analysis token from related institution from the calculation that had been done. The amount of bed load on the spot approxmately 214 m in Cikapundung River canal at Viaduct-Bandung City, occurs over heap of bed load as much 971,2675 m3/year or bed load volume as much 4,539 m3/m’ as long as 214 m. Segmentally research otherwise according to research result the substance of bed load in Cikapundung River with the lenght 14,9352 m has average proportion value (Gs) = 0,0119696 kg/s or as much 72,736 m3/m with segment lenght 14,9352 m in other hand, the configuration base of river that concluded after analysing is antidunes. And for the last is the recomended solution for sediment controll is Wall Separator, considenins to maintain as like the original river used to be.
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 2
1.3. Pembatasan Masalah ... 2
1.4. Rumusan Masalah ... 2
1.5. Tujuan Penelitian ... 2
1.6. Manfaat Penelitian ... 3
1.7. Sistematika Penulisan ... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5
2.1. Sedimentasi... 5
2.2. Memperkirakan Volume Sedimen ... 6
2.3. Jenis-jenis Sedimentasi ... 7
2.4. Pembentukan Sedimentasi dan Faktor yang Mempengaruhinya... 10
2.5. Penggolongan dan Penamaan Sedimen ... 12
2.6. Dampak Sedimentasi Sungai ... 14
2.6.1. Secara Mekanik ... 19
2.6.2. Secara Kimia dan Organik ... 20
2.7. Upaya Penanggulangan Sedimen Sungai ... 22
2.7.1. Pengerukan Sedimen Sungai ... 22
2.7.2. Teknik Sabo ... 24
2.7.3. Alternatif Lain ... 25
2.8. Analisis Bed Load Einstein-Barbosa (1952) ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40
3.1. Lokasi Penelitian ... 40
3.2. Pengambilan Sampel Sedimen Dasar di Sungai ... 42
3.3. Proses Pengeringan Sampel Sedimen Dasar ... 44
3.4. Pengujian Laboratorium ... 47
3.4.1. Uji Berat Jenis ... 47
3.4.2. Uji Saringan (Sieve Analysis) ... 52
3.4.3. Uji Hidrometer ... 55
3.5. Metode Penelitian ... 62
3.5.1. Studi Literatur ... 62
3.5.2. Pengumpulan Data ... 62
3.5.3. Analisis Data dan Pembahasan ... 63
3.6. Teknik Analisis ... 63
3.7. Teknik Pengambilan Data ... 64
3.8. Validasi ... 64
3.9. Asumsi ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65
4.1. Hasil Penelitian ... 65
4.1.1. Metode Perhitungan Data Sekunder ... 65
4.1.2. Hasil Perhitungan ... 68
4.1.3. Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran ... 70
4.1.4. Pengukuran Profil Melintang Sungai ... 71
4.1.5. Klasifikasi Aliran ... 72
4.1.6. Hasil Pengujian di Laboratorium ... 76
4.1.7. Klasifikasi Jenis Karakteristik Bed Load ... 76
4.1.8. Total Muatan Sedimen Dasar (Total bedload Sediment Discharge) ... 79
4.2. Pembahasan Penelitian ... 93
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4.2.2. Hubungan Koefisien Kekasaran Sungai
Dengan Total Bed Load ... 94
4.2.3. Hubungan Antara Koefisien Kekasaran Sungai dan Jari-jari Hidrolis Sungai ... 96
4.2.4. Pengaruh Kecepatan Jatuh Terhadap Ukuran Butir d65 ... 97
4.2.5. Hubungan Debit Aliran dan Debit Bed Load ... 99
4.2.6. Formasi Sungai Cikapundung ... 100
4.2.7. Rekomendasi Alternatif Pengendalian Sedimen ... 100
4.2.7.1. Wall Separator... 100
4.2.7.2. Krib ... 102
4.2.8. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Sungai ... 106
4.2.9. Kendala-kendala Penelitian ... 108
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 110
5.1. Simpulan ... 110
5.2. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 UJI LABORATORIUM HIDROMETER
LAMPIRAN 2 UJI LABORATORIUM BERAT JENIS TANAH
LAMPIRAN 3 UJI LABORATORIUM SIEVE ANALYSIS
LAMPIRAN 4 DATA SEKUNDER DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN
LAMPIRAN 5 LEMBAR BIMBINGAN
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
Daftar Notasi
ψ = Psi
ρ = Rho
γ = Gamma
δ = Delta
= Viskositas kinematik
d50 = Lolos saringan diameter 50
d65 = Lolos saringan diameter 65
= Xi
ɸ = Phi
= Mu
π = Pi
= Lamda
∑ = Sigma
η = Eta
Gs = Muatan total sedimen dasar (Bed load discharge)
= Tau
= Sigma ʃ = Integral √ = Akar kuadrat ƒ = Fungsi dari U* = Shear velocity
g = Gaya gravitasi
F = Gaya dorong
n = Koefisien Manning
W = Kecepatan Jatuh
Z = Kemiringan sisi saluran
s = Berat spesifik partikel
T = Temperatur
R = Jari-jari hidrolik
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SF = Faktor bentur (butiran pasir)
S = Energi Gradien
w = Lebar atas
V = Volume sedimen
Daftar Singkatan
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Partikel
Dari Sedimen Klastik ... 14
Tabel 3.1. Ukuran Diameter Saringan Standar ASTM D-1140 ... 54
Tabel 3.2. Sifat Distilasi Air ... 58
Tabel 3.3. Koreksi Faktor Bobot Solid ... 59
Tabel 3.4. Properti Faktor Koreksi ... 59
Tabel 3.5. Nilai K untuk beberapa Satuan Berat Padat Tanah dan Suhu Kombinasi ... 60
Tabel 3.6. Nilai L (Kedalaman Efektif) untuk Penggunaan di Formula Stokes untuk Diameter Partikel dari ASTM Tanah Hydrometer 152 H ... 61
Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Jumlah Volume Sedimen Dasar Sungai ... 69
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Kecepatan dari Lapangan ... 71
Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Aliran Debit ... 72
Tabel 4.4. Perhitungan Bilangan Froude dan Reynolds ... 74
Tabel 4.5. Koefisien Kekasaran Sungai Cikapundung ... 75
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Laboratorium ... 76
Tabel 4.7. Jenis Klasifikasi Rata-rata Bedload di Cikapundung ... 77
Tabel 4.8. Total Muatan Sedimen Dasar pada 09 Juli 2015 (Pengambilan ke-1) ... 86
Tabel 4.9. Total Muatan Sedimen Dasar pada 10 Juli 2015 (Pengambilan ke-2) ... 87
Tabel 4.10. Total Muatan Sedimen Dasar pada 11 Juli 2015 (Pengambilan ke-3) ... 88
Tabel 4.11. Total Muatan Sedimen Dasar pada 12 Juli 2015 (Pengambilan ke-4) ... 89
Tabel 4.12. Total Muatan Sedimen Dasar pada 13 Juli 2015 (Pengambilan ke-5) ... 90
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.14. Resume Total Muatan Sedimen Dasar ... 92
Tabel 4.15. Rekap Rata-rata Ukuran Butir dan Kecepatan Jatuh ... 93
Tabel 4.16. Rekap Rata-rata Ukuran Butir dan Kecepatan Jatuh ... 98
Tabel 4.17. Hasil Analisis Formasi Sungai Cikapundung ... 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Mekanisme Transportasi Partikel di Dalam Aliran :
Rolling dan saltasi (bedload); dan suspended ... 18
Gambar 2.2. Alat Berat Eskavator ... 22
Gambar 2.3. Faktor x, pada persamaan grafik kecepatan distribusi ... 26
Gambar 2.4. Kehilangan gesekan terhadap saluran tidak teratur Menjadi sebuah fungsi dari angkutan sedimen ... 27
Gambar 2.5. Faktor Y, yaitu fungsi persamaan bedload (Einstein, 1950) dengan syarat nilai d65/δ ... 28
Gambar 2.6. Faktor i, yaitu fungsi persamaan bedload (Einstein, 1950) dengan syarat nilai dgi/X ... 29
Gambar 2.7. Fungsi ɸ = ƒ (1 �) dari persamaan Einstein Brown ... 31
Gambar 2.8. Integral I1 dengan syarat eksponen z dan dengan batas terendah ηoi Einstein (1950) ... 32
Gambar 2.9. Integral I2 dengan syarat eksponen z dan dengan batas terendah ηoi Einstein (1950) ... 33
Gambar 2.10. Bentuk dasar saluran yang disusun sesuai dengan meningkatnya perpindahan sedimen. Aliran semakin meningkat dari gambar a ke f... 35
Gambar 2.11. Kurva permukaan untuk pasir yang baik (D50 = 100 ~ 200µm) ... 35
Gambar 2.12. Kurva untuk jenis pasir yang baik sampai medium (D50 = 200 ~ 300µm) ... 36
Gambar 2.13. Kurva permukaan untuk pasir yang baik (D50 = 300 ~ 400µm) ... 36
Gambar 2.14. Kurva permukaan untuk pasir yang baik (D50 = 400 ~ 500µm) ... 37
Gambar 2.15. Penampang tegak batuan berpasir pada teranyam ... 38
Gambar 2.16. Grafik kriteria kekasaran pada saluran terbuka ... 39
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian ... 40
Gambar 3.2. Lokasi Penelitian ... 41
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengambilan sampel sedimen ... 42
Gambar 3.4. Pengambilan sampel di Sungai Cikapundung~Viaduct ... 43
Gambar 3.5. Sampel di Sungai Cikapundung~Viaduct ... 44
Gambar 3.6. Sedimen dasar yang masih basah ... 45
Gambar 3.7. Sedimen dasar masa pengeringan 1 hari ... 46
Gambar 3.8. Sedimen dasar masa pengeringan 2 hari ... 46
Gambar 3.9. Sedimen dasar masa pengeringan 3 hari ... 47
Gambar 3.10. Uji Berat Jenis Dengan Erlenmeyer ... 48
Gambar 3.11. Botol Erlenmeyer ... 49
Gambar 3.12. Memanaskan Larutan Tanah ... 51
Gambar 3.13. Penurunan Suhu Larutan Tanah ... 52
Gambar 3.14 Alat Sieve Shaker ... 53
Gambar 3.15 Bagan Alir Penelitian ... 63
Gambar 4.1. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 0 ... 65
Gambar 4.2. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 1 ... 65
Gambar 4.3. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 2 ... 65
Gambar 4.4. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 3 ... 66
Gambar 4.5. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 4 ... 66
Gambar 4.6. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 5 ... 66
Gambar 4.7. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 6 ... 67
Gambar 4.8. Sket Profil Memanjang Sungai ... 67
Gambar 4.9. Titik Pengukuran Kecepatan Aliran... 70
Gambar 4.10. Grafik Rata-rata Ukuran Butir ... 78
Gambar 4.11. Luas Cross-section Sungai ... 80
Gambar 4.12. Hasil nilai x berdasarkan dari fungsi persamaan ks/δ ... 81
Gambar 4.13. Hasil nilai x berdasarkan dari fungsi persamaan d65/δ ... 82
Gambar 4.14. Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Koefisien Kekasaran ... 94
Gambar 4.15. Grafik Hubungan Bed Load dengan Koefisien Kekasaran ... 95
Gambar 4.17. Kecepatan Jatuh Dengan Ukuran Butir... 97
Gambar 4.18. Grafik Hubungan Kecepatan Jatuh dan Ukuran Butir ... 98
Gambar 4.19. Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Total Bed Load Discharge ... 99
Gambar 4.20. Penampang Memanjang Sketsa Wall Separator ... 101
Gambar 4.21. Penampang Melintang Sketsa Wall Separator ... 101
Gambar 4.22. Penggunaan Krib ... 102
Gambar 4.23. Krib Tiang Pancang ... 105
1 Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aliran pada sungai, secara umum membawa sejumlah sedimen, baik sedimen
suspensi (suspended load) maupun sedimen dasar (bed load). Angkutan sedimen di
sungai atau saluran terbuka merupakan proses alami yang terjadi secara
berkelanjutan. Sungai di samping berfungsi sebagai media untuk mengalirkan air,
juga berfungsi untuk mengangkut material sebagai angkutan sedimen. Berdasarkan
mekanisme pergerakannya, angkutan sedimen di sungai dibedakan seperti yang di
atas ialah sedimen suspensi/layang (Suspended load) dan sedimen dasar (bed load).
Angkutan sedimen yang dialirkan melalui saluran terbuka atau sungai dapat
menyebabkan penumpukan sedimen terutama di bagian hulu sungai. Angkutan
sedimen yang diangkut oleh sungai dapat menyebabkan pendangkalan pada sungai.
Akibat dari pendangkalan sungai tadi, sungai tidak dapat memaksimalkan
fungsinya sehingga dapat menyebabkan banjir atau dengan kata lain air melimpas
ke permukaan dan dapat menggenang ke pemukiman warga sekitar bantaran sungai.
Sedimentasi mempengaruhi banyak aspek lingkungan-erosi tanah, kualitas
air, pasokan air, pengendali banjir, pengaturan sungai, umur rencana waduk,
permukaan air tanah, irigasi, navigasi, perikanan, pariwisata dan lain-lain.
Dengan banyaknya timbunan sedimen dalam sistem irigasi sering dijumpai,
biasanya dari sungai yang terbebani sedimen. Pengerukan dan pembersihan
endapan tersebut dalam saluran irigasi memakan biaya yang sangat besar.
Dari banyaknya faktor masalah yang disebabkan sedimen, maka penulis
tertarik ingin meneliti lebih dalam mengenai sedimen dalam bentuk jumlah dan
pengendaliannya dengan judul “ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD)
DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI
2
1.2. Identifikasi Masalah
Sedimen dasar (bed load) memiliki peran penting terjadinya sedimentasi di bagian hilir
sungai. Faktor-faktor penyebabnya bisa terjadi karena faktor alami maupun aktivitas manusia.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Sedimen dapat menyebabkan tidak maksimalnya fungsi sungai, dalam hal ini adalah daya
angkut sehingga dapat menyebabkan pendangkalan sungai dan dapat mengakibatkan
banjir.
b. Terjadinya perubahan morfologi sungai saat aliran maksimal (banjir).
1.3. Pembatasan Masalah
Luasnya permasalahan yang telah dipaparkan di atas serta panjangnya sungai
Cikapundung membuat penulis menyadari keterbatasan yang ada, maka perlu diadakan
pembatasan masalah pada ruang lingkup dalam Tugas Akhir ini yaitu dengan aspek sebagai
berikut :
a. Menganalisa data jumlah sedimen dasar sungai Cikapundung-Viaduct yang didapat dari
Dinas Bina Marga dan Pengairan Jl. Cianjur No. 34 Bandung dan data primer yang didapat
langsung dari sampel sedimen dasar Sungai Cikapundung -Viaduct.
b. Alternatif pengendalian sedimen dasar sungai Cikapundung.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah yang diteliti dalam studi ini adalah :
a. Bagaimana jumlah dan karakteristik sedimen dasar sungai Cikapundung.
b. Bagaimana alternatif pengendalian sedimen dasar sungai Cikapundung.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
(1) Untuk mengetahui jumlah dan jenis karakteristik sedimen dasar (bed load) yang terdapat
di sungai Cikapundung.
(2) Untuk mengetahui alternatif pengendalian sedimen dasar (bed load) yang terdapat di
3 Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk :
Memberi masukan terhadap instansi terkait seperti dinas Pengairan Kota Bandung
maupun dinas-dinas lainnya untuk beberapa jenis pengendalian yang cocok terhadap
karakteristik sungai Cikapundung dengan sedimen dasarnya yang ada, serta menjadi bahan
ajar khususnya untuk penulis, umumnya untuk masyarakat luas mengenai sedimen dasar
sungai dan alternatif pengendaliannya.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada laporan penelitian ini terdiri dari 5 bab, di mana uraian dari
masing-masing bab adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan laporan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini mencakup segala hal yang dapat mencakup dasar tema penelitian, penentu langkah dan
metode penganalisaan yang diambil dari beberapa pustaka yang memiliki tema yang sesuai
dengan penelitian, untuk melihat perbandingan tujuan, metode dan hasil analisa yang ada.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan metode-metode yang digunakan untuk mendukung penelitian yang
akan dilakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi data-data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini dinas
Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. Hasil analisa ini selanjutnya dibahas secara rinci
untuk memudahkan penarikan kesimpulan hasil penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini disampaikan hasil analisis yang telah dilakukan. Setelah itu penyusunan
rekomendasi guna penanggulangan selanjutnya.
40 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Tempat yang akan dijadikan penelitian oleh penulis adalah di sungai
Cikapundung tepatnya pada saluran Viaduct Bandung Kelurahan Braga Kecamatan
Sumur Bandung, dengan panjang segmen penelitian 15 m di mulai dari titik awal
sebelah hulu yaitu belakang kantor PLN dan PT KAI ke arah hilir yaitu depan
masjid Persis Bandung.
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
41
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Lokasi Penelitian
42
3.2. Pengambilan Sampel Sedimen Dasar di Sungai
Pengambilan sedimen dasar sungai dilakukan di tiga titik, yaitu
tepi-tengah-tepi. Tiga titik pengambilan ini diharapkan mewakili sedimen dasar pada daerah
lokasi penelitian. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan sebuah
kaleng.
Gambar 3.3 Alat yang akan digunakan untuk pengambilan sampel sedimen
43
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.4 Pengambilan sampel di Sungai Cikapundung ~ Viaduct
44
Gambar 3.5 Sampel Sedimen Dasar di Sungai Cikapundung ~ Viaduct
(Sumber : Foto asli penulis di lokasi penelitian Sungai Cikapundung, Viaduct)
Sampel yang telah diambil akan dikeringkan dengan panas matahari sebelum
masuk ke fase berikutnya yaitu masuk ke Laboratorium Mekanika Tanah
Universitas Pendidikan Indonesia.
3.3. Proses Pengeringan Sampel Sedimen Dasar
Sampel yang diambil dari sungai sebelum dibawa ke laboratorium akan
dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu kurang
lebih 3 hari lamanya pada saat musim panas, dimaksudkan untuk mendapatkan
45
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penjemuran di bawah matahari ini juga dapat dikatakan sebagai proses pengeringan
normal di bawah matahari.
Gambar 3.6 Sedimen dasar yang masih basah
46
Gambar 3.7 Sedimen dasar masa pengeringan 1 hari
(Sumber : Foto asli penulis di lokasi pengeringan sampel FPTK UPI)
Gambar 3.8 Sedimen dasar masa pengeringan 2 hari
47
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.9 Sedimen dasar masa pengeringan 3 hari
(Sumber : Foto asli penulis di lokasi pengeringan sampel FPTK UPI)
3.4. Pengujian Laboratorium 3.4.1. Uji Berat Jenis
Percobaan ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah
dengan menggunakan botol Erlenmeyer. Tanah yang diuji harus lolos saringan No.
4. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji
hidrometer, maka tanah harus lolos saringan # 200 (diameter = 0.074 mm). Berat
jenis (specific gravity) tanah adalah perbandingan antara berat isi butir tanah
terhadap berat isi air pada temperatur 4°C, tekanan 1 atmosfir. Berat jenis tanah
digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara, air, dan butiran dalam tanah
dan oleh karenanya diperlukan untuk perhitungan-perhitungan parameter indeks
48
Gambar 3.10 Uji berat jenis dengan Erlenmeyer
(Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
a) Peralatan
Alat-alat yang digunakan :
Botol Erlenmeyer Aquades
Timbangan dengan ketelitian 0.01 g Termometer
Alat pemanas berupa kompor listrik Oven
Evaporating dish dan mangkok porselin Pipet
Batang pengaduk yang terbuat dari gelas
49
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.11 Botol Erlenmeyer
(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
b) Ketentuan
Botol Erlenmeyer harus mempunyai volume sekurang-kurangnya 100 mL.
Contoh tanah yang diuji dapat berupa tanah basah (pada kadar air alami) atau tanah kering oven. Berat contoh tanah dalam kondisi kering oven
sekurangnya 25 gr sedangkan bila contoh tanah yang digunakan adalah
tanah basah (pada kadar air alami), maka berat keringnya harus
ditentukan kemudian.
a) Persiapan Uji
Dilakukan kalibrasi terhadap Erlenmeyer, yaitu dengan melakukan:
1. Erlenmeyer yang kosong dan bersih ditimbang, kemudian diisi aquades
sampai batas kalibrasi (calibration mark).
2. Keringkan bagian luar Erlenmeyer dan juga di daerah leher botol.
3. Erlenmeyer yang berisi aquades ditimbang dan diukur suhunya. Harus
50
4. Erlenmeyer dan aquades tadi dipanaskan di atas kompor sampai suhunya
naik 5 - 10° C. Maka air akan naik melewati batas kalibrasi. Kelebihan
air diambil dengan pipet, kemudian ditimbang.
5. Dalam melakukan pengukuran suhu, air aquades dalam botol harus kita
aduk dengan batang pengaduk agar suhunya merata.
6. Dengan cara di atas, suhunya dinaikkan lagi 5 - 10° C, kelebihan air
diambil, ditimbang lagi. Dilakukan terus sampai suhunya ± 60°.
7. Hasil yang didapat digambarkan dalam suatu grafik dengan temperatur
sebagai absis, berat Erlenmeyer + aquades sebagai ordinat.
b) Prosedur Uji
1. Ambil contoh tanah seberat ± 60 g. Contoh tanah diremas dan dicampur
dengan aquades di dalam suatu cawan sehingga menyerupai bubur yang
homogen.
2. Adonan tanah ini kita masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan
aquades.
3. Erlenmeyer yang berisi contoh tanah ini dipanaskan di atas kompor listrik
selama ± 10 menit supaya gelembung udaranya keluar.
4. Sesudah itu Erlenmeyer diangkat dari kompor dan ditambah dengan
aquades sampai batas kalibrasi, lalu diaduk sampai suhunya merata.
5. Jika suhunya kurang dari 45° C, Erlenmeyer dipanaskan sampai 45 - 50°
C. Muka air akan melewati batas kalibrasi lagi, kelebihan air diambil
dengan pipet. Sebelum pengukuran suhu, selalu diaduk supaya suhunya
merata.
6. Erlenmeyer direndam dalam suatu dish yang berisi air agar subunya
turun.
7. Aduk agar temperaturnya merata. Setelah mencapai suhu 35° C
dikeluarkan dari dish, bagian luar dikeringkan. Di sini permukaan air
turun (dari batas kalibrasi) maka perlu ditambahkan aquades sampai
51
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8. Suhu diturunkan lagi hingga mencapai 25° C dengan cara yang sama,
lalu Erlenmeyer dikeluarkan, bagian luar dikeringkan, ditambah air
hingga batas kalibrasi dan ditimbang.
9. Larutan tanah tersebut kemudian dituangkan dalam dish yang telah
ditimbang beratnya. Tidak boleh ada tanah yang tersisa dalam
Erlenmeyer, jika perlu bilas dengan aquades hingga bersih.
10. Dish + larutan contoh tanah dioven selama 24 jam dengan suhu 110° C.
11. Berat dish + tanah kering ditimbang sehingga didapatkan berat kering
tanah (Ws).
12. Dari percobaan di atas akan didapatkan 4 harga Gs yang kemudian
[image:31.595.231.400.357.583.2]dirata-rata.
Gambar 3.12 Memanaskan larutan tanah
52
Gambar 3.13 Penurunan suhu larutan tanah
(Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
3.4.2 Uji Saringan (Sieve Analysis)
Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang
tertahan oleh saringan No. 200.
Tanah butir kasar (coarse grained soils) : ukuran butirnya > 0.075 mm (tertahan oleh saringan no 200)
Tanah butir halus (fine grained soils) : ukuran butirnya < 0.075 mm (lolos dari saringan no 200)
Gradasi : distribusi ukuran butir tanah
(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
Percobaan ini dimaksudkan untuk menegtahui distribusi ukuran butir tanah
butir kasar. Tujuannya adalah mengklasifikasikan tanah butir kasar berdasarkan
nilai koefisien keseragaman (Cu) dan kurva distribusi ukuran butir. Manfaatnya
Diperoleh perkiraan umum sifat teknis tanah berdasarkan jenis tanah yang
53
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bentuk butir tanah pada umumnya adalah bulat dan atau runcing, dimana
bentuk butir ini menentukan menentukan sifat mekanisnya. Uji ini tidak
mempertimbangkan bentuk butiran tersebut.
a) Peralatan
Alat-alat yang digunakan :
Satu set ayakan (sieve), yang lengkap dengan saringan dengan urutan ukuran diameter lubang sesuai dengan standar, yaitu no 4, 10, 20, 40, 80,
120, 200, dan pan Stopwatch
Timbangan dengan ketelitian 0.01 g
Kuas
Mesin pengayak (sieve shaker) Palu karet
[image:33.595.223.525.462.703.2](Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
Gambar 3.14 Alat Sieve Shaker
(Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
Shaker (Pengayak)
54
b) Ketentuan
Ukuran diameter saringan harus mengikuti standar ASTM. Ukuran ayakan
[image:34.595.212.413.212.426.2]yang standar adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Ukuran Diameter Saringan Standar ASTM D-1140
No. Saringan Ukuran Lubang (mm)
4 4.750
10 2.000
20 0.850
40 0.425
80 0.180
120 0.125
200 0.075
(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
c) Prosedur Uji
1. Ayakan dibersihkan dengan menggunakan kuas kering, sehingga lubang-lubang dari ayakan bersih dari butir-butir yang menempel
2. Masing-masing ayakan dan pan ditimbang beratnya.
3. Kemudian ayakan tadi disusun menurut nomor ayakan (ukuran lubang terbesar diatas)
4. Ambil contoh tanah seberat 500 gram, lalu masukkan ke dalam ayakan teratas dan kemudian ditutup.
5. Susunan ayakan dikocok dengan bantuan sieve shaker selama kurang lebih 10 menit.
6. Diamkan selama 3 menit agar debu-debu mengendap.
55
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4.3 Uji Hidrometer
Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang
lolos saringan No. 200
Silt/lanau adalah tanah dengan ukuran butir antara 0.002 mm - 0.075 mm Clay/lempung adalah tanah dengan ukuran butir lebih kecil dari 0.002 mm Aktivitas tanah :
A IP
% fraksi tanah lempung
Analisis hidrometer adalah metode untuk menghitung distribusi ukuran
butir tanah berdasarkan sedimentasi tanah dalam air, kadang disebut juga uji
sedimentasi. Analisis hidrometer ini bertujuan untuk mengetahui pembagian
ukuran butir tanah yang berbutir halus. Manfaat hasil uji ini adalah untuk
perbandingan dengan sifat tanah yang ditentukan dari uji batas-batas Atterberg dan
untuk menentukan aktivitas tanah.
Dasar perhitungan di atas adalah hukum Stokes; yang mempunyai keberatan
antara lain :
1. Butir-butir tanah dianggap seperti bola, sedangkan kenyataannya tidak
demikian. Untuk mengatasi hal ini maka digunakan diameter ekuivalen yaitu
diameter dari bola fiktif yang terdiri dari material yang sama dan mempunyai
kecepatan pengendapan yang sama dengan butir tanah yang sesungguhnya.
2. Tempat dimana butir tanah mengendap adalah semi tak berhingga dan hanya
ditinjau satu butir saja, pada kenyataannya tempatnya adalah terhingga dan
butirnya saling mempengaruhi satu sama lain; hal ini diatasi dengan hanya
mengambil jumlah tanah yang relatif sedikit 50 gram dalam 1 liter, sehingga
keberatan di atas dapat diabaikan
3. Berat jenis yang dipergunakan adalah berat jenis rata-rata, dalam kenyataannya
berat jenis masing-masing butir tanah adalah tidak sama dengan rata-ratanya,
tetapi dalam hal ini tidak merupakan keberatan yang berarti
56
Alat-alat yang digunakan :
Satu buah hidrometer tipe ASTM - 152 H Dua buah tabung gelas dengan volume 1000 cc Stopwatch
Mixer dan mangkoknya
Air gelas (defloculating agent atau dispersing agent), digunakan dengan maksud mencegah penggumpalan butir-butir tanah dalam larutan.
Timbangan dengan ketelitian 0.01 g Termometer
Dish
Oven
Aquades
(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
b) Ketentuan
Alat pengaduk (mixer) harus dilengkapi dengan striring paddle yang dapat diputar dengan kecepatan lebih dari 10000 rpm.
Hidrometer menggunakan standar ASTM untuk membaca berat jenis larutan atau gram per liter larutan
Larutan tanah harus diendapkan pada temperatur konstan (20 C), salah satu metodenya adalah dengan menggunakan water bath.
c) Persiapan Uji
Siapkan contoh tanah dengan mengayak contoh tanah tersebut hingga lolos saringan No. 200
Contoh tanah yang digunakan 50 gr, diberi air dan larutan tanah dicampur dengan dispersing agent berupa sodium hexametaphospate sebanyak 40 gr
untuk tiap liter larutan. Air yang digunakan harus aquades. Kemudian
57
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sambil menunggu larutan di-mixer, dilakukan koreksi pembacaan hidrometer, Meniscus Correction dan Zero Correction, dengan cara :
Isi tabung gelas dengan aquades volumenya 1000 cc.
Masukkan hidrometer dalam tabung gelas tersebut lalu dilakukan pembacaan pada ujung permukaan air yang menempel pada pada
permukaan hidrometer. Pembacaan ini yang disebut zero correction,
dengan ketentuan bila di atas angka 0 (nol) berharga negatif dan bila
di bawah angka 0 (nol) berharga positif.
Meniscus correction diperoleh dengan cara pembacaan permukaan air
yang mendatar dikurangi dengan zero correction.
d) Prosedur Uji
1. Larutan dimasukkan ke dalam satu tabung gelas dan tambah air hingga volumenya 1000 cc. Tabung gelas yang satu lagi diisi dengan air untuk
tempat hidrometer.
2. Tabung yang berisi larutan tanah dikocok selama 30 detik, hidrometer dimasukkan. Pembacaan dilakukan pada menit ke 0, 1, 2, 4 dengan catatan
untuk tiap-tiap pembacaan, hidrometer hanya diperkenankan 10 detik dalam
larutan, selebihnya hidrometer dimasukkan dalam tabung yang berisi
aquades. Temperatur juga diukur pada setelah pembacaan.
3. Tabung dikocok lagi dan pembacaan diulang seperti di atas; ini dilakukan 3 kali dan diambil harga rata-ratanya.
4. Setelah ini dilanjutkan pembacaan tanpa mengocok, pembacaan dilakukan pada menit ke 8, 60, 30, 45, 90, 210, 1290, 1440. Pada tiap-tiap pembacaan
hidrometer diangkat dan diukur temperaturnya.
5. Setelah semua pembacaan selesai, larutan dituang dalam dish yang telah ditimbang beratnya; kemudian dimasukkan dalam oven selama 24 jam pada
temperatur 105 -110C untuk mendapatkan berat keringnya.
58
[image:38.595.154.472.163.517.2]7. Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuat grain size distribution curve-nya.
Tabel 3.2 Sifat Distilasi Air
Temperatur
(ᵒC) Specific Gravity of Water, Gw Viscocity of Water, h
4 100.000 0.01567
16 0.99897 0.01111
17 0.99889 0.01083
18 0.99862 0.01056
19 0.99844 0.01030
20 0.99823 0.01005
21 0.99802 0.00981
22 0.99780 0.00958
23 0.99757 0.00936
24 0.99733 0.00914
25 0.99708 0.00894
26 0.99682 0.00874
27 0.99655 0.00855
28 0.99627 0.00836
29 0.99598 0.00818
30 0.99568 0.00801
(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
59
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Unit Weight of Soil Solid, Gs
Correction Factor, a
2.85 0.96
2.80 0.97
2.75 0.98
2.70 0.99
2.65 1.00
2.60 1.01
2.55 1.02
2.50 1.04
[image:39.595.198.440.112.278.2](Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
Tabel 3.4 Properti Faktor Koreksi
Temperatur (ᵒC) Ct
15 -1.10
16 -0.90
17 -0.70
18 -0.50
19 -0.30
20 0.00
21 0.20
22 0.40
23 0.70
24 1.00
25 1.30
26 1.65
27 2.00
28 2.50
29 3.05
30 3.80
60
Tabel 3.5 Nilai K untuk beberapa Satuan Berat Padat Tanah dan Suhu Kombinasi
Temperatur Unit Weight of Soil Solid
(°C) 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136 17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0131 20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.0133 0.0131 0.0129 21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0128 0.0126 23 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123 25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122 26 0.0131 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120 27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119 28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117 29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.0120 0.0118 0.0116 30 0.0128 0.012.6 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115
(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
61
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk Diameter Partikel dari ASTM Tanah Hydrometer 152 H
Original Hyd. Reading (Corrected for Meniscus Only)
Effective Depth, L (cm)
Original Hyd. Reading (Corrected for Meniscus Only)
Effective Depth, L (cm)
0 16.3 31. 11.2
1 16.1 1 11.1
2 16.0 2 10.9
3 15.8 3 10.7
4 15.6 4 10.5
5 15.5 5 10.4
6 15.3 6 10.2
7 15.2 7 10.1
8 15.0 8 9.9
9 14.8 9 9.7
10 14.7 10 9.6
11 14.5 11 9.4
12 14.3 12 9.2
13 14.2 13 9.1
14 14.0 14 8.9
15 13.8 15 8.8
16 13.7 16 8.6
17 13.5 17 8.4
18 13.3 18 8.3
19 13.2 19 8.1
20 13.0 20 7.9
21 12.9 21 7.8
22 12.7 22 7.6
23 12.5 23 7.4
24 12.4 24 7.3
25 12.2 25 7.1
26 12.0 26 7.0
27 11.9 27 6.8
28 11.7 28 6.6
29 11.5 29 6.5
30 11.4
(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)
62
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan
metode analisis data sekunder. Peneliti melakukan observasi atau survei di lokasi
penelitian pada titik pengamatan daerah Viaduct Bandung serta analisa data
sekunder yang didapat dari instansi terkait.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian adalah sebagai
berikut :
3.5.1. Studi Literatur
Studi literatur adalah studi kepustakaan guna mendapatkan teori-teori yang
berkaitan dengan sedimen dasar sungai dan alternatif pengendaliannya.
3.5.2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi instansi terkait seperti
untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Data
yang dibutuhkan berupa:
1) Peta situasi sungai Cikapundung-Viaduct.
2) Data penampang memanjang dan melintang sungai
Cikapundung-Viaduct.
3) Pengambilan sampel sedimen dasar Sungai Cikapundung titik
pengamatan Viaduct Bandung.
63
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk memperoleh jumlah volume sedimen dasar di sungai
[image:43.595.103.525.163.576.2]Cikapundung-Viaduct, dapat peneliti uraikan dalam bagan alir sebagai berikut :
Gambar 3.15 Bagan Alir Penelitian
(Sumber : Gambar Flowchart MS. Word 2010)
3.6. Teknik Analisis
Dalam penelitian ini, penulis menganalisa penelitiannya menggunakan rumus
persamaan angkutan sedimen dasar Einstein-Barbosa (1952) seperti yang sudah
dijelaskan pada kajian pustaka sebelumnya.
3.7. Teknik Pengambilan Data
Mulai
Sampel Sedimen Survey Lokasi
Selesai
Perhitungan Jumlah Sedimen
Peta Topografi Data
penampang memanjang & melintang
Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai
Perhitungan Kedalam rerata ruas sungai Uji Laboratorium
Mendapatkan Karakteristik Butiran Sedimen
64
Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi instansi terkait seperti
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Jl. Cianjur No. 34 Bandung, untuk
memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang
dibutuhkan berupa:
Peta situasi sungai Cikapundung-Viaduct,
Data Penampang Memanjang dan Melintang Sungai Cikapundung-Viaduct.
Dan untuk pengambilan data primer, peneliti langsung melakukan survei dan
mengambil sampel di titik pengamatan yang tepat di daerah Viaduct Bandung
untuk kemudian dilakukan uji laboratorium.
3.8. Validasi
Validasi yang digunakan adalah Validasi Triangulasi Data, dimana data yang
digunakan diambil dari instansi lain dan menggunakan pula validasi triangulasi
teoritis yang menggunakan teori-teori yang berbeda.
3.9. Asumsi
Pada penelitian ini, akan terhitungnya perkiraan jumlah sedimen di Sungai
Cikapundung dalam satuan m3.
Jalan keluarnya untuk pembahasan sedimentasi yang sudah menumpuk
berpuluh-puluh tahun di sungai Cikapundung ini adalah, pemerintah dan warga
setempat harus melakukan perjanjian dan kesepakatan bersama agar terus menjaga
kelestarian sungai demi kepentingan bersama dan setelah itu pemerintah harus
segera membenahi keadaan sungai sebelum memasuki fase kritis dan tak layak
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari perhitungan yang telah dilakukan, jumlah sedimen dasar pada suatu titik
sungai Cikapundung saluran Viaduct Kota Bandung, dengan panjang penelitian 214
m, terjadi penumpukan sedimen dasar sebanyak 971,2675 m3/tahun atau volume
sedimen dasar di segmen penelitian sejumlah 4,539 m3/m’ sepanjang segmen 214
meter, itu menurut perhitungan yang dilakukan dengan data yang diberikan Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. Sedangkan untuk muatan bed load
Sungai Cikapundung menurut hasil analisis penulis dengan panjang penelitian
14.9352 m memiliki rata-rata nilai Gs = 0,0119696 kg/s atau 377,4733056
ton/tahun. Untuk volume sedimen dasar menurut analisis yang telah dilakukan
didapat sebesar 1086,62544 m3/tahun atau sebesar 72,756 m3/m’ dengan panjang
segmen 14,9352 m.
Pengendalian sedimen yang direkomendasikan untuk sedimen dasar berikut
adalah dengan dibangunnya wall separator di tiap tikungan, dengan alasan
mempertahankan ke aslian sungai.
5.2. Saran
Sungai Cikapundung memiliki jumlah sedimen yang tak sedikit, hanya dari
satu segmen penelitian saja jumlahnya mencapai 1000 m3/tahun dengan panjang
segmen penelitian 15 meter.
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan data
yang lebih banyak dan komplek, sehingga didapatkan hasil data analisis yang lebih
maksimal. Selain itu peneliti pun menyarankan agar dapat memodelkan flushing
bedload di tikungan dengan menggunakan pengendali sedimen yang
direkomendasikan, adalah wall separator.
Penelitian lanjutan dapat mengambil topik identifikasi bed load di Sungai
Muhammad Ridwan Nurdin, 2015
ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2011) Pengaruh Besar Butir Sedimen Terhadap Karakteristik Mangrove.
[Online]. Tersedia di:
http://azryfebriawan.blogspot.com/2014/04/pengaruh-besar-butir-sedimen-terhadap.html. Diakses 30 Desember 2014.
Asdak, Chay. (2004) Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung
Dibyosaputro, S., (1997) Catatan Kuliah Geomorfologi Dasar. Yogyakarta :
fakultas Geografi UGM.
Djojodihardjo, Harijono. (1982) Diktat Bahan Kuliah Mekanika Fluida. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Gross, M. G. (1990) Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc.
Englewood Cliff. New Jersey.
http://digilib.itb.edu/
http://digilib.upi.edu/
https://id.wikipedia.org/
Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI
Pettijohn, FJ, PE Potter, dan R Siever. (1972) Sand and Sandstone. New York :
Springer. 618 h.
Pipkin, B.W. (1977) Laboratory Exercise in Oceanography. San Fransisco : W.H.
Freeman and Company
Rahayu dkk. (2009) Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor: World
Agroforestry Centre - Southeast Asia Regional Office. 104 P, Bogor.
Soemarto, C. D., (1995) Hidrologi Teknik Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga.
Suyono Sosrodarsono, Ir. (1981) Bendungan Type Urugan. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita
Suryati, Vivin. (2010) Laporan Hidrologi Teknik. Makassar: Faperta UNHAS.
Umi M dan Agus S. (2002) Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut. Jakarta: