DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Sistematika Penelitian ...9
BAB II LANDASAN TEORI SENI KRIYA PATUNG KAYU A. Konsep Seni dan Seni Kriya ...11
1. Pengertian Seni ...11
2. Seni Kriya Dalam Seni Rupa ...15
3. Pengertian Seni Kriya ...18
4. Seni Kriya sebagai Industri Kreatif ...20
5. Jenis-jenis Seni Kriya Indonesia ...25
a. Kriya Tekstil ...25
b. Kriya Anyaman ...29
c. Kriya Logam ...30
d. Kriya Ukiran ...31
e. Kriya Lukis ...32
B. Konsep Seni Kriya Patung Kayu ...33
1. Media Kriya Patung Kayu ...33
b. Jenis-jenis Kayu ...35
c. Sifat-sifat Fisik Kayu ...38
2. Teknik Pembuatan Kriya Patung Kayu ...42
a. Persiapan ...42
b. Pengolahan ...43
c. Penghalusan ...44
d. Finishing ...45
1) Menggunakan Lapisan Pengkilap ...45
2) Teknik Batik ...46
3) Teknik Mewarnai dengan Cat ...47
4) Teknik Pirografi ... 47
3. Unsur-unsur Estetik Kriya Patung Kayu ...55
a. Garis ...56
b. Bentuk ...56
c. Warna ...59
d. Tekstur ...60
e. Gaya ...60
f. Prinsip Desain ...62
4. Fungsi Kriya Kayu ...64
a. Sebagai Hiasan ...64
b. Sebagai Benda Pakai ...65
c. Untuk Keperluan Upacara ...65
C. Konsep Pembelajaran Seni ...66
1. Sistem Aprentisip ...67
2. Sistem Pewarisan ...67
3. Sistem Akademik ...69
4. Sistem Sanggar dan Otodidak ...69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian ...73
B. Lokasi Penelitian ...74
D. Teknik Pengumpulan Data ...75
1. Observasi ...76
2. Interviu ...77
3. Studi Dokumentasi ...79
4. Triangulasi ...79
E. Analisis Data ...80
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS KRIYA PATUNG KAYU STUDIO LUKMAN ART A. Gambaran Umum Sosial Budaya Desa Cikole ...83
B. Kriya Patung Kayu Studio Lukman Art ...89
1. Profil Studio Lukman Art ...89
2. Perkembangan Pirografi di Jawa Barat ...93
3. Perbandingan Kriya Patung Kayu Lukman Art dengan Kriya Patung Kayu dari Kabupaten Subang ...94
C. Analisis Media dan Teknik Kriya Patung Kayu Studio Lukman Art ...96
1. Media/Bahan ...96
2. Teknik Pembuatan Kriya Patung Kayu Studio Lukman Art ...97
a. Peralatan. ...97
b. Teknik Pembuatan ... 102
1) Pemilihan Bahan ... 102
2) Membentuk Secara Global ... 103
3) Menyambung ... 109
4) Proses Membuat Detail dan Mengerok ... 110
5) Proses Penghalusan ... 111
6) Pengeringan Kayu ... 111
7) Proses Menghias ... 112
D. Analisis Bentuk, Jenis, Gaya, dan Fungsi Kriya Patung Kayu Studio Lukman Art ... 114
1. Bentuk ... 114
2. Jenis ... 115
4. Fungsi ... 117
5. Rekapitulasi Analisis Estetika Kriya Patung Kayu Studio Lukman Art ... 119
E. Proses Transfer Pengetahuan dan Keterampilan pada Perajin Kriya Patung Kayu di Studio Lukman Art ... 140
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 149
B. Rekomendasi ... 151
DAFTAR PUSTAKA ... 154
DAFTAR ISTILAH ... 157
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Narasumber ... 78
Tabel 3.2 Instrumen Analisis Karya... 82
Tabel 4.1 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Cikole Tahun 2010... 84
Tabel 4.2 Data Perajin di Studio Lukman Art ... 90
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Seni kriya Sebagai Bagian Seni Rupa.. ... 16
Bagan 2.2 Seni Kriya Merupakan Ilmu Tersendiri. ... 17
Bagan 2.3 Struktur Kayu ... 34
Bagan 3.1 Faktor Penentu Fokus Observasi.. ... 77
Bagan 3.2 Evolusi Pertanyaan Interviu.. ... 78
Bagan 3.3 Model Kajian Estetis pada Karya Seni ... 81
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kriya Patung Kayu dengan Teknik Pirografi di Stand Pasar Seni
Ancol Jakarta ... 5
Gambar 2.1 Proses Membatik ... 26
Gambar 2.2 Alat Tenun Bukan Mesin ... ... 27
Gambar 2.3 Kebaya Bordir ... ... 28
Gambar 2.4 Kotak Anyaman dan Manik-manik Khas Suku Dayak Kenyah.... 29
Gambar 2.5 Peralatan Minum Bahan Perak dan Keris ... 30
Gambar 2.6 Dinding berukir dari Rumah Kudus Jawa Tengah ... ... 31
Gambar 2.7 Lukisan Kaca Abimanyu Gugur karya Warno dari Cirebon ... 32
Gambar 2.8 Pohon Jati (Tectona grandis [L]) ... .... 35
Gambar 2.9 Pohon Pulai/Lame (Alstonia scholaris [L]) ... ... 36
Gambar 2.10 Pohon Mahoni (Swietenia mahagoni[L.] )... ... 37
Gambar 2.11 Kriya Kayu dengan Lapisan Pengkilap ... ... 45
Gambar 2.12 Menghias Kriya Kayu dengan Teknik Batik ... ... 46
Gambar 2.13 Menghias Kriya Kayu dengan Cat ... .... 47
Gambar 2.14 Pirografi pada Labu ... ... 49
Gambar 2.15 Pirografi pada Kayu Lapis (plywood) ... .... 49
Gambar 2.16 Pirografi pada Bahan Lempengan Kayu ... .... 50
Gambar 2.17 Pirografi pada Patung Kayu ... ... 50
Gambar 2.18 Regulator DC Power Suply ... ... 52
Gambar 2.19 Pena untuk Pirografi ... ... 53
Gambar 2.20 Ujung Elemen Logam untuk Pirografi ... ... 53
Gambar 2.21 Ujung Elemen untuk Kesan Bulu ... . 54
Gambar 2.22 Goresan Menggambarkan Kesan Bulu ... 54
Gambar 2.23 Patung Figur Kuda ... 55
Gambar 2.24 Patung Reclining Figure, karya Henry Moore, 1951 ... 57
Gambar 2.25 Patung Double Oval, karya Henry Moore, 1966. ... 58
Gambar 2.26 Stilasi Kupu-kupu. ... 61
Gambar 2.28 Furnitur dari Kayu Jati ... ... 65
Gambar 2.29 Peti Mati untuk Upacara Ngaben di Bali ... . 65
Gambar 4.1 Kriya Patung Kayu di Tangkuban Parahu ... 86
Gambar 4.2 Wisatawan di Tangkuban Parahu ... 87
Gambar 4.3 Foto Lukman Gumilar dengan Penulis. ... 89
Gambar 4.4 Maskot Jambore Nasional 2011 ... 91
Gambar 4.5 Mata Harimau Menggunakan Lensa Plastik ... 95
Gambar 4.6 Mata Harimau Tanpa Lensa Plastik ... 95
Gambar 4.7 Kayu Pulai (Alstonia scholaris) ... 96
Gambar 4.8 Gergaji ... 97
Gambar 4.9 Golok ... 97
Gambar 4.10 Kapak ... 98
Gambar 4.11 Pahat Ukir ... 98
Gambar 4.12 Palu Kayu ... 99
Gambar 4.13 Pisau Raut ... 99
Gambar 4.14 Amplas ...100
Gambar 4.15 Regulator DC Power Suply ...100
Gambar 4.16 Solder ...101
Gambar 4.17 Proses Memotong Kayu ...103
Gambar 4.18 Proses Membelah Kayu ...103
Gambar 4.19 Proses Membuat Pola ... ..104
Gambar 4.20 Proses Ngabakalan Awal dan Hasilnya ...105
Gambar 4.21 Proses Ngabakalan Lanjutan dan Hasilnya ...105
Gambar 4.22 Menyiapkan Bahan ...106
Gambar 4.23 Proses Ngabakalan Awal dan Hasilnya ...107
Gambar 4.24 Proses Ngabakalan Lanjutan dan Hasilnya ...108
Gambar 4.25 Alat dan Bahan untuk Menyambung ...109
Gambar 4.26 Memasang Paku ...109
Gambar 4.27 Mengoleskan Lem ...109
Gambar 4.28 Menyambung ...110
Gambar 4.30 Membuat Detail dan Hasilnya ...110
Gambar 4.31 Proses Menghaluskan dan Hasilnya ...111
Gambar 4.32 Proses Pengeringan dengan Dijemur...111
Gambar 4.33 Proses Membuat Sketsa/Pola Hiasan dan Hasilnya ...112
Gambar 4.34 Proses Pirografi dan Hasilnya ...113
Gambar 4.35 Perbandingan Karya “Sapi” dengan Sapi Sebenarnya ...114
Gambar 4.36 Perbandingan Karya “Ayam” dengan Ayam Sebenarnya ...115
Gambar 4.37 Pola Garis Pada Harimau Loreng ...116
Gambar 4.38 Pola Hias pada Angsa ...116
Gambar 4.39 Patung Harimau untuk Hiasan Meja dan Lemari Pajangan ...117
Gambar 4.40 Dakon dan Patung Kelinci...118
Gambar 4.41 Burung ...119
Gambar 4.42 Ayam ...120
Gambar 4.43 Pelikan ...121
Gambar 4.44 Bebek Duduk ...122
Gambar 4.45 Penguin ...123
Gambar 4.46 Angsa ...124
Gambar 4.47 Bebek ...125
Gambar 4.48 Sapi ...126
Gambar 4.49 Kerbau ...127
Gambar 4.50 Gajah ...128
Gambar 4.51 Gajah ...128
Gambar 4.52 Gajah ...129
Gambar 4.53 Kelinci ...130
Gambar 4.54 Kelinci ...130
Gambar 4.55 Kucing ...131
Gambar 4.56 Jerapah ...132
Gambar 4.57 Jerapah ...132
Gambar 4.58 Harimau Loreng ...133
Gambar 4.59 Harimau Loreng ...133
Gambar 4.61 Kuda ...134
Gambar 4.62 Kodok ...135
Gambar 4.63 Penyu ...136
Gambar 4.64 Penyu Dilihat dari Atas ...136
Gambar 4.65 Penyu ...136
Gambar 4.66 Naga ...137
Gambar 4.67 Semut ...138
Gambar 4.68 Dakon/Congklak ...139
Gambar 4.69 Motif Mawar ...139
Gambar 4.70 Figuratif Kaki dan Kepala Macan ...139
Gambar 4.71 Pola Garis pada Harimau Loreng ...142
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama kehidupan masyarakat mempunyai andil besar dalam menopang perekonomian. Hasil yang diperoleh umumnya sangat besar sehingga dapat menumbuhkan perekonomian di daerah-daerah tertentu. Kekayaan seni dan budaya dari berbagai etnis di Indonesia tersebar pada ribuan pulau yang merupakan sumber ide yang tidak akan pernah habis untuk digali dan apabila dimunculkan dalam benda-benda seni dan kriya sehingga akan tercipta beragam jenis yang berbeda.
2
Dalam Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015 yang disusun oleh Studi Industri Kreatif Indonesia (2008:i) Departemen Perdagangan RI dinyatakan:
Ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif, di berbagai negara di dunia saat ini, diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya secara signifikan. Indonesia pun mulai melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan, karena Bangsa Indonesia memiliki sumberdaya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya.
Ekonomi kreatif diyakini dapat menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek dan menengah: (1) relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi pasca krisis (rata-rata hanya 4,5% per tahun; (2) masih tingginya pengangguran (9-10%), tingginya tingkat kemiskinan (16-17%), dan (4) rendahnya daya saing industri di Indonesia. Selain permasalahan tersebut ekonomi kreatif juga diharapkan dapat menjawab tantangan seperti isu global warming, pemanfaatan energi yang terbarukan, deforestasi, dan pengurangan emisi karbon, karena arah pengembangan industri kreatif ini akan menuju pola industri ramah lingkungan dan penciptaan nilai tambah produk dan jasa yang berasal dari intelektualitas sumber daya insani yang dimiliki oleh Indonesia, di mana intelektualitas sumber daya insani merupakan sumber daya yang terbarukan.
Dengan demikian ekonomi kreatif yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual, adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global.
3
kayu lainnya. Banyak variasi bentuk patung kayu meniru bentuk dari jenis hewan seperti harimau, bebek, kura-kura, burung, ular, kuda, kerbau, sapi, dan lainnya, dengan ukuran yang bervariasi dari yang kecil sampai yang berukuran besar. Tekniknya diukir menggunakan pisau raut sehingga membentuk wujud berbagai hewan. Untuk menghaluskannya digunakan amplas dan “pewarnaannya” menggunakan bara api dari kawat filamen solder listrik yang digoreskan pada permukaan kayu sehingga sehingga menimbulkan tanda warna kecoklat-coklatan berbentuk garis-garis pada kayu yang terbakar.
Teknik membuat motif dengan menggunakan bara api dikenal dengan istilah Pirografi (Pyrography). Dalam ensiklopedia bebas dari Wikipedia (2007) ditulis, “Pyrography is the art of decorating wood or other materials with burn marks resulting from the controlled application of a heated object.” Pirografi adalah seni dekorasi dari kayu atau bahan lain dengan membakar tanda yang dihasilkan dari aplikasi yang dikendalikan dari objek yang dipanaskan. Pirografi berarti "menulis dengan api" dan merupakan kesenian tradisional yang sudah digunakan di beberapa kebudayaan seperti di Mesir, dan beberapa suku Afrika. Di Eropa penggunaan teknik pirografi juga berkembang di Rumania dan Hongaria, sedangkan di Amerika Selatan di antaranya di Argentina.
4
Kriya patung kayu dengan teknik pirografi banyak diminati oleh konsumen karena keunikannya. Hasil karya patung kayu ini menampilkan sifat alami kayu tetap terlihat karena proses finishing tidak menutup permukaan kayu dengan cat tetapi dihias menggunakan alat solder listrik (wood burner) yang dipola sedemikian rupa sehingga tampak artistik. Penggunaan teknik pirografi pada pembuatan kriya patung kayu merupakan sesuatu yang kreatif. Munandar (1987) dalam Amir dkk. (2007: 49) menyatakan kreativitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia untuk menemukan alternatif jawaban/tindakan terhadap suatu masalah yang penekanannya adalah pada originalitas, ketepatgunaan dan keragaman. Sementara itu Mangunhardjana mengadopsi dari Campbel dalam Amir dkk. (2007:50) menyatakan bahwa: “kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru (novelty), inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan dan berguna”.
Proses transfer pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh para perajin di studio Lukman Art, dilakukan dengan sistem magang, yakni pembelajaran dilakukan bertahap apabila sudah mampu dan mahir menggunakan alat dan dengan hasil baik maka diperbolehkan membuat kriya patung kayu untuk dipasarkan.
sebagai cinderamata, h dan memasarkan prod
Keberadaan memberikan peluang Kabupaten Subang un wisatawan baik dari negeri. Selain tempat pirografi juga dijual d Pasar Seni Ancol Jaka
Gambar 1.1: Kriya Patung
Dengan adany kayu dengan teknik p negara seperti Austral
a, hal ini tentu saja merupakan peluang untuk m roduk kriya patung kayu tersebut.
Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban ng untuk para perajin di daerah sekitarnya untuk menjual hasil karya kriya kepada para p
ri dalam negeri (wisatawan lokal) maupun pat wisata di Jawa Barat, kriya patung kayu l di stand-stand pameran di beberapa tempat te akarta.
ng Kayu Dengan Teknik Pirografi di Stand Pasar Seni A (Foto: Edi Setiawan, 2011)
anya pameran dan dan promosi maka pemin k pirografi tidak hanya dari dalam negeri tetap
ralia, Belanda, Iran dan tempat-tempat lainnya.
5
k memperkenalkan
ban Parahu juga ya termasuk dari ra pengunjung dan wisatawan luar yu dengan teknik termasuk di stand
i Ancol Jakarta
6
Teknik menghias permukaan patung kayu dengan menggunakan solder (teknik pirografi) juga berkembang di daerah Subang, tingginya permintaan karya kriya patung kayu dengan bahan kayu pulai mampu menjadi andalan untuk meningkatkan perekonomian khususnya perajin. Dalam profil Dekranasda Kabupaten Subang yang diterbitkan oleh Dekranasda Propinsi Jawa Barat pada http://www.dekranasjabar.com/profil/kota-kabupaten/61/kabupaten-subang.html yang diakses pada 21 Mei 2011 dinyatakan bahwa Kriya Unggulan Kabupaten Subang menghasilkan produk kerajinan kayu solder. Keberadaan kriya kayu dan kelompok perajin di masyarakat mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran.
Fenomena kriya kayu khususnya kriya patung kayu dengan teknik menghias menggunakan solder (pirografi) yang berkembang di masyarakat menarik perhatian penulis untuk menelitinya, karena keunikan karyanya baik dalam bahan, teknik, bentuk, gaya, dan jenis maupun fungsinya.
7
B. FOKUS PENELITIAN DAN PERTANYAAN PENELITIAN
Dari fenomena di atas maka penelitian ini memfokuskan pada: Bagaimana media dan teknik, nilai estetik bentuk, jenis, gaya, fungsi, serta sistem pembelajaran dalam proses transfer pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan para perajin kriya patung kayu di Studio Lukman Art Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Berdasarkan fokus di atas maka dapat diuraikan dalam tiga pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah media dan teknik dalam pembuatan seni kriya patung kayu di Studio Lukman Art Desa Cikole Kec. Lembang Kab. Bandung Barat?
2. Bagaimanakah nilai estetik bentuk, jenis, gaya dan fungsi kriya patung kayu di studio Lukman Art di Desa Cikole Kec. Lembang Kab. Bandung Barat? 3. Bagaimanakah sistem pembelajaran dalam proses transfer pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan para perajin di studio Lukman Art di Desa Cikole Kec. Lembang Kab. Bandung Barat?
C. TUJUAN PENELITIAN
8
Lebih spesifik lagi penelitian ditujukan untuk:
1. Mendeskripsikan media dan teknik dalam pembuatan kriya patung kayu di studio Lukman Art di Desa Cikole Kec. Lembang Kab. Bandung Barat.
2. Menganalisis nilai estetik bentuk, jenis, gaya dan fungsi kriya patung kayu di Studio Lukman Art Desa Cikole Kec. Lembang Kab. Bandung Barat.
3. Menemukan prinsip-prinsip sistem pembelajaran dalam proses transfer pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan para perajin di studio Lukman Art di Desa Cikole Kec. Lembang Kab. Bandung Barat.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak karena hasil kriya patung kayu merupakan salah satu sumber perekonomian masyarakat baik perajin maupun penjual hasil kriya patung kayu.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis sebagai pendidik, dapat memperoleh pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang proses pembuatan produk kriya patung kayu dan jenis-jenis hasil karya kriya patung kayu sehingga diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi dalam pengembangan bahan ajar mata pelajaran Seni Budaya di sekolah-sekolah.
9
3. Bagi UPI sebagai Lembaga Pendidikan hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya, yang dapat melahirkan suatu sistem untuk mengembangkan kriya patung kayu.
4. Bagi pemerintah dan instansi terkait, hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan kriya patung kayu sehingga pemberdayaan perekonomian masyarakat bisa meningkat.
E. SISTEMATIKA PENELITIAN
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah yang membahas hal-hal yang akan mendasari fokus tesis ini, fokus penelitian yang berisi persoalan yang akan dikaji, tujuan penelitian yang menjelaskan tujuan umum penelitian dan tujuan khusus penelitian ini, manfaat penelitian menjelaskan pentingnya tesis ini bagi dunia pendidikan khususnya bagi peneliti, masyarakat/perajin, lembaga pendidikan dan pemerintahan atau instansi terkait.
sistematika penulisan yang menguraikan secara singkat pokok-pokok bahasan setiap babnya.
2. Bab II Landasan Teori Seni Kriya Patung Kayu
Bab ini terdiri dari teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian secara teoritis.
Adapun landasan-landasan teori yang peneliti paparkan, diantaranya: a. Konsep Seni dan Seni Kriya.
10
c. Unsur Estetik pada Kriya Patung Kayu. d. Sistem Pembelajaran Seni.
3. Bab III Metodologi Penelitian
Menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian populasi dan sampel, menentukan sumber data, teknik pengumpulan data dan jenis instrumen, penyusunan instrumen dan analisis data.
a. Pendekatan /Metode. b. Pengumpulan Data. c. Analisis Data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menjelaskan apa, bagaimana dan mengapa hasil penelitian ini diperoleh serta menjelaskan hasil penelitian yang dilengkapi dengan fakta dan data.
5. Bab V Kesimpulan
73
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif, alasannya karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui media dan teknik, nilai estetis bentuk, jenis, gaya, fungsi, serta sistem pembelajaran dalam proses transfer pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan para perajin kriya patung kayu di Studio Lukman Art Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Sejumlah pakar metodologi penelitian kualitatif (misalnya Bogdan dan Biklen, 1992; Denzim dan Lincoln, 1994; Glesne & Peshkin, 1992 dalam Alwasilah 2009:26) memberikan asumsi yang saling berhubungan bahwa penelitian ini pertama berdasarkan realitas (pengetahuan) dibangun secara sosial, kedua karena realitas (pengetahuan) dibentuk secara kognitif, tidak terpisahkan dari diri peneliti, yang ketiga seluruh entitas saling mempengaruhi, dan yang keempat bahwa peneliti tidak bisa dipisahkan dari yang ditelitinya, maka peneliti tersebut selalu terikat nilai.
74
penelitian jika memerlukan tambahan atau pengurangan untuk mendapatkan data yang diinginkan. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk laporan deskriptif yang berupa kajian nilai estetik bentuk, jenis, gaya, fungsi dan teknik serta media yang digunakan dalam kriya patung kayu produksi studio Lukman Art dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Salah satu ciri utama penelitian kualitatif menurut Gall dalam Setyosari (2010:34) terletak pada fokus penelitian, yaitu kajian secara intensif tentang keadaan tertentu, yang berupa kasus, atau fenomena. Menurut Setyosari (ibid) dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak hanya mendeskripsikan data tetapi harus memberikan penafsiran atau interpretasi dan pengkajian secara mendalam setiap kasus dan mengikuti perkembangan kasus tersebut. Dalam tesis ini penulis meneliti fenomena kriya patung kayu dengan teknik hias solder atau pirografi di Studio Lukman Art.
B. LOKASI PENELITIAN
75
C. OBJEK PENELITIAN
Objek yang diteliti adalah produk kriya patung kayu yang diproduksi Studio Lukman Art. Penelitian ini membatasi objek yang diteliti pada produk patung kayu dengan teknik finishing menggunakan teknik pirografi sebagai sampel. Sampel ini dipilih karena menjadi produk khas di studio ini yang mempunyai banyak variasinya, baik bentuk, jenis maupun gaya. Dari sampel ini akan diteliti bagaimana media dan teknik, nilai estetis bentuk, jenis, gaya, serta fungsi kriya patung kayu di Studio Lukman Art.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data adalah hal yang utama dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data ini sesuai dengan tahapan penelitian yang dilakukan dan kebutuhan data untuk menjaring data yang diperlukan. Observasi dan wawancara (interviu) dilakukan untuk mendapatkan data utama tentang kriya patung kayu di Studio Lukman Art. Selain data utama ada pula data pendukung yang merupakan gambaran yang lebih luas tentang kriya patung kayu dengan teknik pirografi. Disebut sebagai data pendukung karena kehadirannya membantu menjelaskan data utama yang didapat sekaligus menjadi dasar penelitian ini.
76
1. Observasi
Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana dengan tujuan untuk memperoleh data yang validitas dan reliabilitasnya terkontrol. Berdasarkan definisi itu, maka penulis melakukan beberapa langkah yang dijadikan rujukan dalam melakukan observasi dengan mengadaptasi yang disarankan oleh Alwasilah (2009: 211) yaitu:
1) Melakukan observasi pendahuluan yang bersifat informal dan impresionistik, sebagai pemanasan sebelum melakukan observasi sesungguhnya.
2) Membuat pertanyaan penelitian yang sesuai kerangka konseptual digunakan untuk panduan observasi, sehingga berguna untuk identifikasi objek observasi, penyusunan instrumen observasi, pemilahan data observasi sampai dengan pemaknaan data dan pelaporan hasilnya.
3) Hasil observasi ditulis secara deskriptif, membuat catatan lapangan (field notes), memilah dan memilih yang relevan dengan fokus penelitian, membuat dokumentasi foto dan video.
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif yang bersifat moderat sehingga dalam observasi ini peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif yaitu melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya kegiatan dipilih melainkan sesuai kebutuhan penelitian.
77
Berikut ini pada Bagan 3.1. digambarkan faktor penentu fokus observasi menurut Alwasilah (2009:212).
Bagan 3.1. Faktor Penentu Fokus Observasi Sumber: Alwasilah (2009:212)
2. Interviu
Interviu atau wawancara adalah proses memperoleh keterangan atau pengumpulan data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara penulis dengan narasumber. Pertanyaan interviu digunakan untuk mendapatkan jawaban yang ingin diperoleh dari berbagai pihak yang dijadikan narasumber pada penelitian ini. Dalam melakukan interviu penulis berusaha menyesuaikan dengan patokan langkah-langkah melakukan interviu menurut Lincoln & Guba (1985) dalam Alwasilah (2009:195) yaitu:
a) Menentukan siapa yang akan diinterviu; b) Menyiapkan bahan-bahan interviu; c) Langkah-langkah pendahuluan;
d) Mengatur kecepatan menginterviu dan mengupayakannya agar tetap produktif;
e) Mengakhiri interviu. Intuisi, Ilham
peneliti
Fokus obsersasi
Data hasil interaksi peneliti di lapangan Kerangka
konseptual
78
Pertanyaan-pertanyaan itu merupakan hasil evolusi (Alwasilah 2009:193) seperti tampak dalam bagan 3.2 berikut:
Bagan 3.2. Evolusi Pertanyaan Interviu Sumber: Alwasilah (2009:193)
Interviu dilakukan kepada perajin di Studio Lukman Art, secara langsung dan mendalam sesuai dengan fokus penelitian. Interviu juga dilakukan kepada dan perajin di Kabupaten Subang yang mempunyai keterkaitan dalam proses produksi kriya kayu Studio Lukman Art dan sebagai pembanding karya kriya kayu yang dihasilkan di Kabupaten Subang. Adapun daftar narasumber pada penelitian ini adalah:
TABEL 3.1
DAFTAR NARASUMBER
No. Nama Usia Alamat Keterangan
1. Lukman Gumilar 30 Tahun
Jl. Tangkuban Perahu No.23 Cikole Lembang
Perajin/Pimpinan Studio Lukman Art
2. Edi Tio Saputra 23 Tahun Cikole Perajin Studio Lukman Art
3. Sigit Sodikin 22 Tahun Cikole Perajin Studio Lukman Art
4. Nana Hernaya 24 Tahun Sagalaherang Subang
Perajin Studio Lukman Art
5. Ucu Sugiyanto 22 Tahun Sagalaherang Subang
Perajin Studio Lukman Art
79
7. Oman 39 Tahun Pagaden Subang Perajin Karya Mandiri
8. Bosil 30 Tahun Pagaden Subang Perajin Karya Mandiri
9. Yusef 35 Tahun Sagalaherang Subang
Perajin Kalong Malam
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan sebagai pelengkap dalam observasi dan interviu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono. 2010:329). Dalam penelitian ini dilakukan studi dokumen berupa karya-karya yang dibuat di Studio Lukman Art dan karya-karya yang dibuat di tempat lain yaitu di daerah Pagaden dan Subang. Selain itu dilakukan telaah pustaka yang berkaitan dengan seni kriya kayu. Telaah pustaka ini untuk menguatkan dan memperjelas pemahaman tentang kriya kayu, baik dari segi bahan, teknik, nilai estetika, dan fungsinya. Dalam studi dokumentasi penulis juga melalukan pencarian di media maya (internet) mengenai kriya kayu yang berkembang di berbagai tempat di Indonesia dan luar negeri.
4. Triangulasi
80
E. ANALISIS DATA
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang sudah dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu dari hasil observasi, interviu dan hasil studi dokumentasi. Analisis data yang dilakukan menggunakan analisis kualitatif. Miles dan Humberman dalam (Sugiyono, 2010:337) mengemukakan aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification atau reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan.
81
Bagan 3.3. Model Kajian Estetis pada Karya Seni Sumber: Sachari (2005:121)
Dari bagan 3.3 kajian estetik pada suatu karya seni menurut Sachari(2005:121) secara keseluruhan kajian-kajian nilai estetis sebuah karya seni dan desain
melingkupi hal yan lebih luas seperti kajian tematik, kajian bahasa rupa, kajian proses kreasi, kajian teknik berkarya, kajian gaya estetis, autobiografi seniman, nilai kebaruan sebuah karya seni, kajian aspek komunikasi hingga kajian nilai estetik dengan aspek ekonomi.
Kritik dalam segala bentuknya dapat digunakan dalam pemahaman dan evaluasi dalam berbagai ragam makna dan permasalahan. Tujuan kritik seni seperti yang diungkapkan Feldman dalam Kartika (2007:50) menyatakan: “kritik seni sebagai usaha pemahaman seni guna peningkatan ‘kenikmatan’ dalam menghayati karya seni”. Menilai karya seni termasuk karya kriya bukan sekadar menyampaikan ungkapan senang dan tidak senang terhadap karya tersebut dan menilai berdasarkan keinginan kita sendiri, melainkan didasari oleh suatu langkah-langkah tertentu, dengan demikian penilaian tidak bersifat subjektif melainkan diusahakan mendekati nilai objektif seperti yang diharapkan. Fieldman dalam Kartika (2007:63) mengemukakan empat tahapan dalam struktur kritik,
Tema
Bahasa RRupa Teknik Berkarya
Gaya Seni
Proses
Autobiografi
Nilai Kebaruan
Aspek Komunikasi
Nilai Sejarah
Aspek Ekonomi KARYA
82
yaitu: 1). Deskripsi; 2). Analisis formal; 3) Interpretasi; dan 4) Evaluasi atau keputusan.
Dalam analisis karya seni kriya patung kayu, penulis mengelompokkan karya berdasarkan media dan teknik yang digunakan serta menganalisis nilai estetis visualisasi karya dalam bentuk, jenis, gaya, dan fungsi kriya patung kayu di Studio Lukman Art. Dari semua item tersebut suatu karya dideskripsikan dan dianalisis dengan langkah-langkah struktur kritik seni.
[image:30.595.113.517.249.643.2]Berikut ini format instrumen untuk analisis karya: TABEL 3.2
INSTRUMEN ANALISIS KARYA
No. Karya Aspek Yang Dianalisis
Bentuk Gaya Fungsi
Gambar Karya. Deskripsi Karya: Teknik:
149
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan imajinasi keindahan telah direspon positif oleh masyarakat sebagai apresiator dan kolektor. Hal ini memberikan harapan bagi perekonomian masyarakat pada umumnya, perajin pada khususnya karena dengan adanya sirkulasi hasil kriya maka perputaran uang di lingkungan perajin terus berjalan hal ini akan memberi dampak positif pada kelangsungan dan keberadaan seni kriya di masyarakat. Pada dasarnya pelestarian seni tradisi yang berkembang di masyarakat termasuk seni kriya patung kayu bukan semata-mata karena bernilai adi luhung, dapat membentuk karakter dan ciri khas budaya tetapi juga karena kepentingan ekonomi, para perajin terus bertahan dalam profesinya untuk menyalurkan kesenimanannya dan merupakan mata pencaharian yang diharapkan mampu menopang kebutuhan hidup dan keluarganya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Studio Lukman Art terhadap karya yang dihasilkan maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
150
Studio Lukman Art adalah dengan teknik diukir dan diraut sehingga membentuk wujud berbagai hewan. Untuk menghaluskannya digunakan amplas dan proses finishing “pewarnaannya” menerapkan teknik hias menggunakan solder (pirografi) pada karyanya berupa bara api dari kawat filamen solder listrik yang digoreskan pada permukaan kayu sehingga menimbulkan tanda warna kecoklat-coklatan berbentuk garis-garis pada kayu yang terbakar.
Tahapan dalam proses pembuatan kriya patung kayu terdiri dari 1) pemilihan bahan, 2) pembuatan secara global, 3) pembuatan detil, 4) penghalusan, 5) proses menghias.
2. Studio Lukman Art membuat kriya patung kayu dengan bentuk figuratif hewan, dengan variasi bentuk patung kayu meniru bentuk dari jenis hewan seperti bebek, kura-kura, burung, ular, harimau, kuda, kerbau, sapi, dan lainnya, dengan ukuran yang bervariasi dari yang kecil sampai yang berukuran besar dengan gaya realistis dan dekoratif. Adapun fungsi kriya patung kayu di Studio Lukman Art adalah 1) sebagai hiasan diatas meja atau di lemari pajangan, 2) sebagai cinderamata berupa gantungan kunci, dan maskot, 3) sebagai benda pakai berupa alat permainan anak.
151
menguasai keterampilan tergantung adanya bakat dan kesungguhan ketika melakukan proses pembelajaran. Untuk menguasai satu jenis keterampilan finishing menggunakan solder dipelajari sekitar tiga bulan pembelajaran secara intensif. Bagi peserta magang/calon perajin yang sudah menguasai teknik dalam pembuatan patung kayu baik membentuk/mengukir maupun menghias dengan solder dalam proses penyelesaian akhir maka hasil karya bisa dijual bersama-sama dengan karya perajin yang sudah senior.
Perpaduan sistem pembelajaran yang terjadi secara informal memungkinkan seorang perajin menekuni sesuai kebutuhannya. Adanya interaksi yang intens di antara perajin mengembangkan kemampuannya dengan caranya sendiri terhadap substansi sesuai dengan kebutuhan sendiri-sendiri pula.
Kemampuan mengembangkan kreativitas dalam berkesenian dipengaruhi oleh motivasi intrinsik yang timbul dari dalam diri atau mtivasi batin, dan motivasi ekstrinsik yang ditimbulkan dari luar oleh lingkungannya.
B. REKOMENDASI
Kriya patung kayu sebagai salah satu industri kreatif dengan teknik pirografi berkembangan di masyarakat mendapat perhatian yang cukup dari konsumen/ kolektor, hal ini merupakan peluang untuk mengembangkan usaha kriya patung kayu sehingga perajin dapat meningkatkan tarap hidupnya dengan mengandalkan profesi perajin sebagai mata pencaharian pokoknya.
152
1. Bagi Perajin
Karya kriya kayu yang dibuat dengan finishing menggunakan teknik pirografi sebagian besar merupakan bentuk figuratif hewan dengan fungsi digunakan sebagai hiasan baik pajangan di atas meja maupun ditempatkan di lemari pajangan. Untuk meningkatkan variasi karya maka meningkatkan desain dan menambah fungsi karya kriya patung dengan fungsi karya seni rupa terapan merupakan alternatif pilihan, dengan tanpa mengurangi nilai keunikan dan artistiknya. Dengan demikian konsumen/kolektor mendapatkan pilihan lebih banyak baik dalam keindahan bentuknya maupun fungsinya.
Kriya patung kayu merupakan karya yang rentan pecah dan patah terutama karya dengan bentuk dan ukuran yang kecil. Dalam proses pengemasan yang dilakukan oleh perajin maupun penjual di stand penjualan masih sederhana belum dilakukan secara baik dan menarik. Untuk menjaga kualitas hasil karya kriya patung kayu dan memudahkan dalam penyusunan dan penyimpanan maka peningkatan bahan dan teknik proses pengemasan agar menarik perlu untuk dilakukan.
153
pengetahuan dan keterampilan dalam proses produksi dan pemasaran akan meningkat kualitas dan kuantitasnya.
2. Bagi Lembaga Pemerintahan
Program pemerintah dalam menggalakan industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual. Pemerintah setempat atau instansi terkait hendaknya melakukan pembinaan dan bantuan dana sebagai modal usaha dengan demikian keberadaan dan kelangsungan kriya kayu sebagai industri kreatif dapat meningkat baik dalam kualitas karya maupun kuantitasnya. Untuk meningkatkan penjualan dan pemasaran maka pemerintah setempat atau instansi terkait hendaknya melakukan promosi dalam pemasaran berupa pameran dan pembuatan kios dalam lingkungan sentra kerajinan.
3. Bagi Lembaga Pendidikan
Bagi lembaga pendidikan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pengembangan bahan ajar di sekolah dalam melakukan apresiasi dan kreasi pada mata pelajaran Seni budaya baik di tingkat SMP maupun SMA.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
154
DAFTAR PUSTAKA
Achjadi, Judi. (2009). Exquisite Indonesia Kriya Nusantara Nan Elok. Jakarta: Dekranas.
Ali, Lukman dkk.(1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Amir dkk. (2007). Apresiasi Bahasa dan Seni. Bandung: Basen Press.
Effendhie, Machmoed. (1999). Sejarah Budaya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Enget dkk. (2008). Kriya Kayu untuk SMK Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Gabriel, AK. (2009). Batik Kayu Krebet, Gong Majalah Seni Budaya edisi 106/X/2009. Yogyakarta: Yayasan Tikar Media Nusantara.
Haviland, William A. (1999). Antropologi, Edisi keempat Jilid 2 Alih Bahasa R.G. Soekadijo. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Herniwan, Wawan. (2010). Analisis Transmisi Kemampuan Kriya Mebel Pada Masyarakat Gobras Tasikmalaya. Tesis Magister pada S.Ps. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Hornby, AS. (1987). Oxford Advanced Dictionary of Current English. Oxford: Oxford University Press.
Iensufiie, Tikno. (2008). Mengenal Teknik Pengawetan Kayu. Jakarta: Esensi divisi Erlangga.
Iskandar, Popo. (2000). Alam Pikiran Seniman. Yogyakarta. Yayasan Popo Iskandar dengan Yayasan Aksara Indonesia.
Kartika, Dharsono Sony. (2007). Kritik Seni. Bandung. Rekayasa Sains.
--- (2007). Budaya Nusantara Kajian Konsep Mandala dan Konsep Tri-loka terhadap Pohon Hayat pada Batik Klasik. Bandung: Rekayasa Sains.
155
Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta. Rineka Cipta.
Rais, S. dan Suhirman. (2000). Penuntun Belajar Mengukir Kayu bagi Pemula. Jakarta: Adi Cita Karya Nusa
Sachari, Agus. (2005). Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa (Desain, Arsitektur. Seni Rupa dan Kriya).Jakarta. Erlangga.
Setyosari, Punaji (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slamento. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.
Soedarso SP. (1990). Tinjauan Seni Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta: Saku Dayar Sana.
Soehardjo, A.J. (2005). Pendidikan Seni dari Konsep Sampai Program. Malang: Balai Kajian Seni dan Desain Jurusan Pendidikan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Soemardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung. ITB.
Tarjo, E. dan N.G. Prawira. (2009). Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa. Bandung. Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI dan CV. Bintang Warli Artika.
Toekio M, Soegeng. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Waluyo, E. Hadi. (2006). Lukisan Kaca Cirebon dari Masa Awal Hingga Kini. Bandung: P4ST UPI.
Sumber Internet:
156
Menendez, Kathleen. (2010). Pyrography: Decorative Art. Tersedia http://pyromuse.org/garvey.html. [10 Maret 2011]
Merta, I D. Putu. (2011, 19 April). Proses Pembuatan Seni Kerajinan Kayu di Desa Singakerta. Tersedia http://www.isi-dps.ac.id. [10 Mei 2011]
Pangestu, M. Elka. (2009) Buku 1 Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015. Jakarta: Departemen Perdagangan RI. Tersedia: http:// dgi-indonesia.com/ .../ buku-1-rencana-pengembangan-ekonomi-kreatif-indonesia-2009.pdf [23 Desember 2010]
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tersedia:http://www.setneg.go.id/ [10 Pebruari 2011]
Webster. (1913). Pyrografi. Tersedia: http: askdefine.com [ 20 Maret 2011] (2007). Pyrography. Tersedia: http:// en.wikipedia.org/ [10 Maret 2011] (2009). Pulai. Tersedia: http://www.dephut.go.id/files/Imam_pulai.pdf
(2009, 5 Oktober) Yogyakarta Gagas Wisata Batik. Tersedia: http://travel.kompas. com/read/
(2010). Jenis Kayu Komersial Indonesia – Pulai. Tersedia http://informasikehutanan.blogspot.com. [22 April 2011]