• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manual Desain Pengaman Pantai SDC-R-90163-In

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manual Desain Pengaman Pantai SDC-R-90163-In"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Manual Desain Bangunan

Manual Desain Bangunan

Pengaman Pantai

Pengaman Pantai

Early Warning System Project

(2)
(3)

and Early Warning Project

and Early Warning Project

BRR Concept Note / INFRA 300GI

BRR Concept Note / INFRA 300GI

Manual Desain Bangunan

Manual Desain Bangunan

Pengaman Pantai

Pengaman Pantai

November 2009

November 2009

SDC-R-90163

SDC-R-90163

(4)

ATA

ATA

P

P

ENGANTAR 

ENGANTAR 

Buku ini dipersiapkan dengan “Sea Defence, Flood Protection, Escapes and Early Warning System Project” di Buku ini dipersiapkan dengan “Sea Defence, Flood Protection, Escapes and Early Warning System Project” di dalamnya, lebih jauh ditujukan terhadap SDC, dan merupakan bagian dari kerangka kerja dokumen ini. dalamnya, lebih jauh ditujukan terhadap SDC, dan merupakan bagian dari kerangka kerja dokumen ini. Kerangka kerja tersebut dan fungsi dari dokumen yang didalamnya dijelaskan secara lebih detil di bagian Kerangka kerja tersebut dan fungsi dari dokumen yang didalamnya dijelaskan secara lebih detil di bagian pendahuluan dan seharusnya bisa mengacu pada

pendahuluan dan seharusnya bisa mengacu pada standard nasional dalam penanganan proteksi pantai standard nasional dalam penanganan proteksi pantai sepanjangsepanjang pantai Indonesia.

pantai Indonesia.

Manual desain yang disajikan kepada anda memberikan sebuah peningkatan yang detil dari aturan desain dan Manual desain yang disajikan kepada anda memberikan sebuah peningkatan yang detil dari aturan desain dan perhitungan untuk jenis-jenis berbeda dari penanganan proteksi pantai. Manual tersebut ditujukan untuk para perhitungan untuk jenis-jenis berbeda dari penanganan proteksi pantai. Manual tersebut ditujukan untuk para ahli pantai yang bertanggungjawab pada desain rinci pekerjaan pantai di Indonesia, dan dipadukan dengan ahli pantai yang bertanggungjawab pada desain rinci pekerjaan pantai di Indonesia, dan dipadukan dengan Pedoman Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai. Panduan ini menyediakan latar belakang informasi yang Pedoman Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai. Panduan ini menyediakan latar belakang informasi yang sangat berguna bagi para ahli pantai khususnya pada pertimbangan desain fungsional pekerjaan pantai. Untuk sangat berguna bagi para ahli pantai khususnya pada pertimbangan desain fungsional pekerjaan pantai. Untuk pemahaman yang menyeluruh, maka direkomendasikan untuk menggunakan keduanya, Buku Pedoman dan pemahaman yang menyeluruh, maka direkomendasikan untuk menggunakan keduanya, Buku Pedoman dan Manual tersebut.

Manual tersebut.

SDC, November 2009 SDC, November 2009

(5)

D

AFTAR

I

SI

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi ... ii

Definisi Parameter Pantai ... iv

Daftar Gambar ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Simbol...vii

Daftar Persamaan ... ix

1

Pendahuluan ... 1

1.1 Coastal protection in Indonesia ... 1

1.2 Manfaat dan kegunaan dari Pedoman dan Manual Desain... 2

1.3 Lay-out Manual ... 3

2

Pengumpulan Data ... 4

2.1 Pendahuluan... 4 2.2 Batimetri... 4 2.3 Kondisi hidraulis ... 4 2.3.1 Data angin ... 4 2.3.2 Data gelombang... 4 2.3.3 Data pasut ... 5 2.3.4 Arus ... 5 2.4 Hasil ... 6

3

Penanganan Lunak ... 7

3.1 Rehabilitasi pantai dan bukit pasir ... 7

3.1.1 Pendahuluan... 7

3.1.2 Vegetasi pantai dan bukit pasir ... 7

3.1.3 Pemagaran pasir ... 9

3.2 Mangrove (Bakau)... 9

3.2.1 Pendahuluan... 9

3.2.2 Pengurangan gelombang badai ...10

(6)

4.2.5 Tanggul laut, tanpa peredam gelombang...56

4.3 Sea wall ...57

4.3.1 Pendahuluan...57

4.3.2 Pertimbangan desain dan proses ...58

4.3.3 Seawall tumpukan batu...61

4.3.4 Seawall tumpukan batu dengan kaki khusus...71

5

Penanganan Keras (lepas pantai) ... 73

5.1 Groin...73

5.1.1 Pendahuluan...73

5.1.2 Pertimbangan desain dan proses ...74

5.2 Groin tumpukan batu ...77

Skema layout ...77

5.3 Detached breakwater lepas pantai ...85

5.3.1 Pendahuluan...85

5.3.2 Pertimbangan desain...86

5.3.3 Detached breakwater tumpukan batu...90

Daftar Pustaka ... 98

Daftar Penerbit ... 99

(7)

DEFINISI

P

ARAMETER

P

ANTAI

PESISIR (coast): Daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.

− PANTAI (shore): Daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah.

− DAERAH DARATAN (hinterland ): Daerah yang terletak di belakang areal pantai yang tidak mendapat pengaruh pasang surut dan perembesan air laut.

DAERAH LAUTAN (coastal area): Daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari wilayah pesisir yang masih mendapat pengaruh pasang surut, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya.

− GARIS PANTAI (shoreline): Garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.

− SEMPADAN PANTAI (back zone area): Kawasan tertentu di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai; minimal 100 m dari titik pasang tertinggi kea rah daratan.

− LAUT LEPAS PANTAI (offshore): Daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut.

(8)

D

AFTAR

G

AMBAR 

Gambar 1-1: Kepulauan dan provinsi di Indonesia ... 1

Gambar 1-2: Susunan skema umum Manual Desain ... 3

Gambar 3-1: Iustrasi Ipomoea pes-carpae ... 8

Gambar 3-2: Ilustrasi rumput pantai ... 8

Gambar 3-3: Contoh pagar pasir dengan bamboo (Indonesia) atau ranting pohon/kayu (Tunisia) ... 9

Gambar 3-4: Penanaman bakau di sepanjang pantai dan sistem akar bakau ...10

Gambar 3-5: Transmisi gelombang angin pada bakau 100 m (Schiereck dan Booij, 1995) ...10

Gambar 3-6: Elemen desain utama isian pasir ...11

Gambar 3-7: Ilustrasi tinggi profil aktif dan penambahan lebar pantai setelah pengisian pasir ...12

Gambar 3-8: Ilustrasi untuk pilihan pada penempatan tampang melintang (catatan: pilihan lain juga mungkin untuk diterapkan) ...13

Gambar 3-9: Distribusi isian pasir yang berpindah pada arah sepanjang pantai ...14

Gambar 4-1: Posisi penempatan tembok laut pada profil melintang...16

Gambar 4-2: Contoh tembok laut (Singkil, Sumatra) ...16

Gambar 4-3: Tipikal tampang melintang dari tembok laut beton ...17

Gambar 4-4: Elemen utama mendesain bangunan tembok laut...18

Gambar 4-5: Set-up angin menambah tinggi permukaan air...21

Gambar 4-6: tinggi puncak tembok laut ...22

Gambar 4-7: keseimbangan vertikal di belakang struktur ...24

Gambar 4-8: Panjang piping pada tembok laut...26

Gambar 4-9: Gaya yang bekerja pada tembok laut ...28

Gambar 4-10: Kesalahan mekanisme pada tembok laut...28

Gambar 4-11: Gaya yang bekerja selama kondisi HAT dan LAT ...29

Gambar 4-12: Pelindung dasar dengan geo-tekstil, kerikil dan lapisan armour ...30

Gambar 4-13: Posisi Tembok laut di profil melintang ...32

Gambar 4-14: Tanggul tanah rubble mound di sepanjang pantai Belanda ...32

Gambar 4-15: Tipikal tampang melintang tanggul laut (dengan lapisan armour) ...33

Gambar 4-16: Elemen desain utama tanggul laut ...34

(9)

Gambar 4-29: Definisi desain permukaan air h dan tinggi jagaan Rcpada seawall ...61

Gambar 4-30: Ilustrasi dari ancaman limpasan gelombang pada revetment...71

Gambar 5-1: Skema Lay-out sistem groin...73

Gambar 5-2: Contoh sistem groin ...73

Gambar 5-3: Skema desain utama groin tumpukan batu...75

Gambar 5-4: Batang dan kepala groin...80

Gambar 5-5: Skema lay-out detached breakwater ...85

Gambar 5-6: Contoh sistem detached breakwater (Lakkopetra,Yunani) ...85

Gambar 5-7: Skema desain utama detached breakwater tumpukan batu...87

Gambar 5-8: Batang dan kepala breakwater ...93

D

AFTAR

T

ABEL

Tabel 4-1: Parameter Piping untuk jenis tanah yang berbeda ...25

(10)

D

AFTAR

S

IMBOL

Semua elevasi yang digunakan dalam manual ini mengacu terhadap MSL lokal. Jika menggunakan BM ‘Bakosurtanal’ di lokasi setempat, maka harus dikoneksikan terhadap data MSL lokal sesuai dengan data yang tersedia.

B : Lebar bangunan [m]

B prot : Lebar pengaman dasar [m]

C creep : Koefisien piping [-]

d : Kedalaman air [m]

d n50 : Diameter nominal batu [m]

Diameter batu d n  adalah diameter ekuivalen kubikasi batu (note: batu tidak diterjemahkan berbentuk lingkaran dengan diameter d s). Diameter nominal batu d n50  adalah 50% lebih besar dari diameter sebenarnya.

d s : Kedalaman gerusan [m]

g : Percepatan gravitasi [m/s2]

h : Desain permukaan air [m +MSL]

H 1/1 : Tinggi gelombang dengan frekuensi kejadian 1/1 tahun [m] H 1/25 : Tinggi gelombang dengan frekuensi kejadian 1/25 tahun [m]

HAT : High Astronomical Tide [m]

hc  : Tinggi tanggul [m]

H d  : Gaya gerak horizontal [kN]

H r  : Gaya tahan horizontal [kN]

H s : Tinggi gelombang signifikan lokal [m]

L0  : Panjang gelombang laut dalam [m]

LAT : Low Astronomical Tide (relatif terhadap MSL) [m]

L p : Panjang piping [m]

LS : Penurunan muka tanah (land subsidence) [m]

Lt  : Lebar proteksi kaki [m]

Md : Momen gerak [kNm]

M r  : Momen diam [kNm]

MSL : Muka Air Rerata (MSL)

N : Jumlah gelombang [-]

P : Koefisien permeable [-]

P c vert : Tekanan tanah vertical [N/m

2]

P w vert : Tekanan air vertical [N/m

2]

Rc : Tinggi jagaan [m]

R u2% : Tinggi runup gelombang [m]

(11)

 ρc  : Berat jenis tanah [kg/m3]

 ρs : Berat jenis batu [kg/m3]

 ρw  : Berat jenis air (laut) [kg/m

(12)

D

AFTAR

P

ERSAMAAN

{parameter} based on {source} Modified?

[Eq. 1] : Elevasi muka air rencana Kajian Dasar Volume IV, 2009 N

[Eq. 2] : Set-up angin Rock Manual, 2007 N

[Eq. 3] : Tinggi puncak bangunan Kajian Dasar Volume IV, 2009 N

[Eq. 4] : Tekanan air vertikal Verruijt, 2004 N

[Eq. 5] : Tekanan tanah vertikal Verruijt, 2004 N

[Eq. 6] : Tinggi tanggul minimal Van Baars, 2006 N

[Eq. 7] : Panjang piping Schiereck, 2001 N

[Eq. 8] : Panjang piping Schiereck, 2001 Y

[Eq. 9] : Faktor keamanan terhadapuplifting Van Baars, 2006 N

[Eq. 10] : Faktor keamanan terhadapsliding Van Baars, 2006 N

[Eq. 11] : Faktor keamanan terhadap

overturning Van Baars, 2006 N

[Eq. 12] : Faktor keamanan terhadap

ketidak-stabilan tanah Van Baars, 2006 Y

[Eq. 13] : Ketebalan lapisan Schiereck, 2001 N

[Eq. 14] : Lebar proteksi kaki Best practice

-[Eq. 15] : Tinggi puncak SDC, Baseline Volume IV, 2009 N

[Eq. 16] : Parameter gelombang pecah Rock manual, 2007 N

[Eq. 17] : Panjang gelombang laut dalam Schiereck, 2001 N

[Eq. 18] : Tinggi gelombang signifikan Expert judgement

-[Eq. 19] : Run-up gelombang Rock manual, 2007 N

[Eq. 20] : Run-up gelombang Rock manual, 2007 N

[Eq. 21] : Run-up gelombang maksimal Rock manual, 2007 N

[Eq. 22] : Debit limpasan Rock manual, 2007 Y

[Eq. 23] : Debit limpasan maksimum Rock manual, 2007 Y

[Eq. 24] : Stabilitas batu, plunging(d<3H) Rock manual, 2007 N [Eq. 25] : Stabilitas batu,surging(d<3H) Rock manual, 2007 N

[Eq. 26] : Parameter gelombang pecah kritis Rock manual, 2007 N

[Eq. 27] : Berat batu Schiereck, 2001 N

[Eq. 28] : Ketebalan lapisan Schiereck, 2001 N

[Eq. 29] : Ukuran batu lapisan filter Rock manual, 1994 N

[Eq. 30] : Ukuran batu lapisan filter Rock manual, 1994 N

[Eq. 31] : Pengurangan ukuran batu proteksi

(13)

[Eq. 41] : Jarak (gap) antar breakwater CEM, 2002 Y

(14)

1

P

ENDAHULUAN

1.1

COASTAL PROTECTION IN

INDONESIA

Indonesia merupakan Negara kepulauan terdiri lebih dari 17.000 pulau dan lebih dari 80.000 km garis pantai (lihat Gambar 1-1). Dengan garis pantai sepanjang ini, erosi pantai dan banjir pasang merupakan ancaman alami yang sering terjadi dan sangat signifikan. Ancaman ini diharapkan mengalami peningkatan di masa-masa mendatang akibat dampak dari pemanasan global dan penurunan muka tanah. Untuk menangani ancaman pantai ini, baik dengan pencegahan atau adaptasi, program perlindungan pantai diperlukan di berbagai wilayah di Indonesia. Suatu uraian singkat permasalahn erosi dan banjir pasang di Indonesia disajikan dalam Kotak 1-1.

Gambar 1-1: Kepulauan dan provinsi di Indonesia

Penanggulangan pantai dapat menimbulkan kerugian atau dapat menimbulkan efek yang berlawanan apabila desain, pembangunan dan perawatan tidak dilakukan dengan tepat. Pengetahuan mengenai proses pantai dan fungsi dari perbedaan fungsi dari bangunan pantai merupakan kunci utama dalam perencanaan bangunan pantai dan kunci sukss dalam program pengamanan pantai yang berkesinambungan.

Ketika perencanaan bangunan pantai sudah siap untuk diiplementasikan, penanganan yang dilakukan harus didesain dengan saksama untuk mendapatkan manfaat desain bangunan. Manual ini bertujuan memberikan petunjuk bagi para ahli pantai yang bertanggung jawab dengan pekerjaan pantai yang dapat dijadikan sebagai data tambahan, pertimbangan desain (misal untuk jenis material, ketersediaan material, dll), rumus

(15)

Kotak 1-1: Erosi dan banjir pasang di Indonesia

1.2

MANFAAT DAN KEGUNAAN DARI

PEDOMAN DAN

MANUAL

DESAIN

Buku pedoman memberikan petunjuk-petunjuk khusus bagi pengelola local (Dinas Sumber Daya Air, Bappeda, dll), dan LSM dan pihak swasta, sedangkan manual ini memberikan langkah-langkah desain untuk para insinyur yang terlibat dalam pe kerjaan desain bangunan pantai.

Perlu diingat bahwa Pedoman dalam mengelola pantai juga memberikan informasi dasar yang sangat bermanfaat untuk para insinyur dan berbagai pertimbangan desain secara khusus. Untuk mendapatkan

Erosi pantai

Permasalahan erosi pantai meningkat di Indonesia sejak tahun 1970-an, dikarenakan konfersi hutan-hutan mangrove menjadi areal tambak udang dan aktifitas perikanan lainnya. Penyeban lainnya adalah pengembangan kawasan pantai yang tidak terkelola dengan baik, pengalihan/pembagian aliran daratan dan pembendungan sungai-sungai. Berdasarkan sumber-sumber yang berbeda, erosi pantai dilaporkan telah terjadi di banyak lokasi di Indonesia, termasuk diantaranya Lampung, timur-laut Sumatra, Kalimantan, Sumatra Barat (Padang), Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi Selatan, Jawa bagian Utara dan Bali.

Di Bali, beberapa skema proteksi pantai telah direncanakan dan diterapkan untuk melindungi kawasan dan asset wisata. Penanganan yang dilakukan berupa breakwater, jetti, revetment dan juga isian pasir. Bangunan pengaman pantai ini telah efektif dalam menghentikan erosi pantai di beberapa lokasi; namun konstruksi-konstruksi ini dianggap sebagai pengganggu keindahan pantai Bali.

Banjir pasang (rob)

Ada dua tipe banjir pasang yang identifikasikan; banjir akibat pasang dan banjir akibat tsunami. Normalnya terjadi banjir pasang dalam skala kecil untuk wilayah dataran rendah (dibawah elevasi pasang normal tinggi). Banjir pasang dalam skala besar dapat terjadi pada saat kondisi ekstrim dan diperkirakan akan meningkatkan kejadiannya di masa mendatang akibat dari penurunan muka tanah. Sebagai contoh di Jakarta dan Semarang, penurunan muka tanah yang signifikan dan masih terus berlangsung akibat dari pemakaian air tanah yang berlebihan. Banjir pasang besar pernah terjadi selama masa purnama ekstrim tahun 2007 dan 2008, namun akibat dari penurunan muka tanah yang masih terus berlangsung dalam beberapa decade ini juga dapat mengakibatkan banjir pasang pada masa-masa purnama normal. Penurunan elevasi muka tanah dan peningkatan banjir pasang juga dapat dipicu oleh gempa bumi, sebagaimana yang sering terjadi di Indonesia.

Banjir tsunami biasanya terjadi dalam frekwensi kecil namun berdampak besar. Pengurangan resiko tsunami memerlukan penanganan yang berbeda. Hal ini telah disimpulkan dan beberapa kajian bahwa bangunan teknis proteksi tsunami untuk melindungi dari serangan gelombang besar tsunami adalah merupakan suatu hal yang sulit diterapkan dan sangat mahal. Leih lanjut, kejadian tsunami untuk menentukan suatu tinggi gelombang tsunami juga sangat sukat diprediksikan dan selalu terjadi di luar dugaan. Jika gelombang tsunami terjadi lebih tinggi dari tinggi desain yang digunakan, bangunan pelindung atau breakwater dapat meningkatkan serangan gelombang (kerusakan dan kehilangan jiwa) akibat dari kesalahan menyedikan rasa aman di belakang bangunan pelindung. Kesimpulannya, untuk perlindungan tsunami direkomendasikan dengan upaya mengurangi korban jiwa. Bangunan perlindungan tsunami tidak dipertimbangkan dalam desain baik dari segi ekonomis dan keamanan.

(16)

Gambar 1-2: Susunan skema umum Manual Desain

Decision for intervention Coastal protection

Regional strategy

Design Manual

Rehabilitation, Nourishment, etc. Tidal wall, Sea dike,

Sea wall, etc. Detached breakwater,

Groyne system, etc. Hard measures

(onshore) Hard measures

(offshore) Soft measures

Warning System, Raising houses, Relocation, etc. Adaptation.

Data collection for specific measure

Guidelines

Database

Databooks

Kerangka Manual Desain

Manual Desain Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai disusun sebagai bagian dari kerangka kerja beberapa dokumen yang lain. Buku ini disusun berdasarkan strategi kawasan dan pedoman perencanaan bangunan pengaman pantai, sebuah keputusan yang dapat digunakan dalam menerapkan berbagai intervensi pantai di dalam system pantai. Pengumpulan data diperlukan untuk meningkatkan akurasi yang lebih memadai mengenai kondisi local (pasut, gelombang, elevasi muka air, dll), bergantung pada jenis penanganan yang akan dilakukan. Sebuah database yang digabungkan dengan Buku Data dapat menyuguhkan berbagai informasi. Penanganan yang dilakukan bergantung pada pendekatan dari strategi kawasan. Hal tersebut dibahas juga dalam buku pedoman (bahasan mengenai adaptasi).

Pedoman Guidelines for Coastal Protection

Pedoman Desan Bangunan Proteksi Pantai disertai dengan Manual Desain Bangunan Proteksi Pantai. Buku Manual menawarkan suatu tahapan desain yang mendetail dan luas untuk tipe-tipe penanganan pantai, berdasarkan data lokal. Manual ini bermanfaat untuk para insinyur yang bertanggung jawab terhadap

(17)

2

P

ENGUMPULAN

D

ATA

2.1

PENDAHULUAN

Desain pekerjaan perlindungan pantai dibuat berdasarkan data spesifikasi tempat/kondisi pantai. Kualitas dan ketersediaan data untuk lokasi proyek dapat dievaluasi dengan database geo yang online, dimana pada setiap 10 km bentang garis pantai Indonesia dispesifikasikan. Jika data atau database tidak ada atau tidak tersedia maka dapat dilakukan dengan data yang diperlukan sebagaimana yang disebutkan di bawah ini.

2.2

BATIMETRI

Batimetri lokal mempengaruhi kondisi hidraulik seperti parameter gelombang, perambatan pasut, transport sediment dan set-up permukaan air. Kondisi hidraulik ini menentukan kondisi desain seperti serangan gelombang dan desain permukaan air yang digunakan untuk pekerjaan perlindungan pantai. Data batimetrik yang reliabel merupakan hal yang prnting bagi desain pekerjaan perlindungan pantai.

Batimetri dapat dibuat dengan peta laut digital (terdapat pada “Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut” atau “Dinas Hidro-Oseanografi”) atau dengan membuat survey batimetrik. Batimetri lepas pantai yang berdasarkan data satelit dapat diperoleh pada institusi internasional seperti NOAA.

Karena zona pantai adalah sebuah sistem yang dinamis, maka batimetri dapat berubah selama terjadi berbagai macam musim atau setelah terjadinya badai yang ekstrim dengan konsekuensi morfologis (badai, tsunami, dll). Perlu diingat bahwa peta laut dibuat berdasarkan observasi historis dan bisa jadi berbeda dengan batimetri terkini dan/atau hasil dari survey batimetrik yang dibuat berdasarkan observasi instan.

Perangkat lunak interpolasi memiliki alat yang dapat mentransformasi kedalaman sampel dari survey atau peta laut dalam peta dasar laut. Profil melintang tegak lurus terhadap pantai normal diambil dari peta l aut ini, atau disurvei secara terpisah.

2.3

ONDISI HIDRAULIS

2.3.1 Data angin

Data angin diperlukan untuk pertanian pantai, untuk melihat pengaruh angin terhadap gelombang lokal yang tercipta dan kalkulasi set-up pe rmukaan air. Karena Indonesia terletak di garis katulistiwa, maka pengaruh dari rotasi bumi (efek Coriolis) terhadap sistem atmosfir angin adalah kecil. Kekuatan angin adalah kecil dan tidak begitu berpengaruh terhadap keadaan sekitar.

(18)

gelombang besar dan karakteristiknya berubah sesuai dengan perambatannya pada air dangkal. Iklim gelombang di area dekat pantai (lihat Definisi pada Parameter Pantai) ditentukan oleh iklim gelombang lepas pantai.

Iklim gelombang dekat pantai yang reliabel ditentukan dari pengukuran periode waktu (beberapa tahun) yang memasukkan variasi musiman selama monsoons, dll. Dengan bantuan analisa statistik data gelombang (seperti Analisa Nilai Ekstrim), maka tinggi gelombang ekstrim dan periode gelombang dapat ditentukan untuk arah gelombang yang berbeda. Kondisi gelombang maksimum harus digunakan untuk kondisi gelombang ekstrim dekat pantai.

Jika pengukuran gelombang di area dekat pantai tidak tersedia, maka pemodelan gelombang 2D harus diaplikasikan untuk mentransfer parameter gelombang lepas pantai ke parameter gelombang dekat pantai. Seri waktu lepas pantai berdasar pada model prakiraan cuaca dan tersedia pada institusi internasional seperti ECMWF (European Centre for the Medium-range Weather Forecast) atau berdasarkan observasi satelit (contohnya dari Argoss). Untuk data gelombang yang diukur, analisis statistikal digunakan untuk menentukan parameter gelombang ekstrim lepas pantai untuk berbagai arah gelombang. Parameter ini ditransfer ke lokasi dekat pantai dengan model 2D. Kondisi gelombang maksimum di lokasi dekat pantai digunakan sebagai kondisi gelombang dekat pantai yang e kstrim.

Dalam manual ini, penggunaannya dibuat dari tinggi gelombang H s dan periode galombang T p dengan 1/tahun periode ulang, seperti H s danT p dengan periode ulang dari permukaan desain aman yang terpilih.

2.3.3 Data pasut

Observasi pasut jangka panjang (~30 tahun) memberikan data yang sangat reliabel dan akurat untuk fluktuasi permukaan air termasuk bulanan-, musiman- dan variasi tahunan. Data pasut yang kurang akurat dapat terjadi dalam pengumpulan set konstituen pasut dari Tabel Pasut Indonesia (ITT), database IHO atau  Admiralty Tide Tables (ATT). Namun, set konstituen pasut ini hanya terdiri dari konstituen utama yang berkontribusi terhadap sinyal pasut dan hanya tersedia untuk lokasi tertentu seperti pelabuhan utama dan kota-kota besar yang terletak di sepanjang pantai. Umumnya, fluktuasi musiman dan tahunan dari sinyal pasut tidak dapat diderivasi tersendiri dari konstituen ini. Dari lokasi tertentu, bulanan- dan harian, variasi permukaan air juga tersedia dalam peta laut. Data ini tidak termasuk variasi musiman dan tahunan dan hanya terdiri dari permukaan air maksimum dan minimum dimana tidak ada seri waktu atau konstituen pasut yang dapat diderivasi.

Jika tidak ada data reliabel yang tersedia (mungkin dikarenakan oleh tidak adanya konstituen untuk lokasi tertentu yang diperoleh atau tidak dilakukannya observasi), maka cara terbaik untuk memperoleh data pasut yang reliabel adalah menseting program pengukuran, disarankan untuk menggunakan periode yang panjang (~beberapa tahun). Konstituen pasut dapat diderivasi dari permukaan air yang diukur dengan analisa perangkat lunak Delft3D-TIDE.

Karena dalam pekerjaan perlindungan pantai waktu yang tersedia adalah terbatas, maka seting program observasi jangka panjang umumnya tidak berjalan. Pemodelan pasut dalam kasus ini adalah pilihan terbaik untuk menentukan data pasut. Model ini memberikan data dengan level akurasi yang minimum. Kondisi batas untuk suatu model pasut adalah konstituen pasut lepas pantai (berdasarkan observasi satelit global, contohnya dari model Tpxo6.2) dan/atau konstituen pasut pada lokasi terdekat. Konstituen pasut yang diukur dan permukaan air dapat digunakan untuk memvalidasi hasil pemodelan.

(19)

2.4

HASIL

Hasil dari perolehan data haruslah diorganisasi agar dapat diimplementasikan dalam proses desain. Sebagai contoh, hasilnya ditunjukkan untuk lokasi X2. kondisi pantai digunakan dalam contoh dan terdapat pada Lampiran A.

Batimetri

Profil pantai (dalam [m +MSL]) digambarkan dari peta laut. Dibawah ini hanya sebagian hingga 100 m ke struktur kaki yang ditampakkan. Dalam praktek, profil dengan jarak lebih ke area dekat pantai (dimana parameter gelombang ditentukan) haruslah dibuat.

-3.5 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 -20 0 20 40 60 80 100 120 MSL Coastal profile: location X2

Kondisi hidraulis

Kondisi hidraulis ditentukan dari program pengukuran atau hasil model yang ditabulasi di bawah ini. Dalam kasus ini, periode ulang 25 tahun diadopsi sebagai permukaan aman.

Wind Wave Tide Current

U 10  [m] H 1/1 [m] T 1/1 [s] H 1/25 [m] T 1/25 [m] LAT  [m +MSL] HAT[m +MSL] v max  [m/s]

(20)

3

P

ENANGANAN

L

UNAK 

3.1

EHABILITASI PANTAI DAN BUKIT PASIR 

3.1.1 Pendahuluan

Pantai dan bukit pasir memiliki nilai yang besar untuk habitat yang ada di sekitarnya, berfungsi seperti pelindung pantai dan pemeliharaan. Persambungan bukit pasir berfungsi sebagai barrier yang fleksibel terhadap gelombang badai dan gelombang adalah nilai yang sama dalam mengusahakan perlindungan pada area pantai rendah dalam membantu menjaga integritas pulau low barrier. Pantai dan bukit pasir memberikan perlindungan yang lebih efektif dan lebih murah dibandingkan seawall. Sebagai contoh, pada area padat penduduk di Belanda, dan berada di bawah permukaan air laut, dapat terlindungi dari banjir pantai/laut hanya dengan bukit pasir.

Bukit pasir bergantung pada pasir pantai untuk formasinya dan pantai membutuhkan reservoir/tampungan bukit pasir selama badai. Konsekuensinya, pantai dan bukit pasir harus dikelola sebagai unit sendiri untuk keseimbangan pasir. Harus ada area yang luas untuk pantai dengan pasir kering dimana angin dapat meniup dan mengangkat butiran pasir yang bertujuan untuk membangun bukit pasir. Jika tidak ada pasir kering, maka formasi bukit pasir tidak dapat terjadi.

Vegetasi juga dapat memainkan peranan penting dalam memegang sedimen bersama/menahan dan mengurangi rerata erosi pantai dan bukit pasir. Restorasi bukit pasir merujuk pada proses yang bertujuan untuk mengembalikan sistem garis pantai ke sistem bukit pasir yang ada sebelumnya (asli atau tidak). Tujuan proses ini adalah untuk menyamai atau melebihi struktur, pemfungsian, keanekaragaman dan dinamika ekosistem bukit pasir dengan menggunakan referensi sistem bukit pasir sebagai model. Buki tpasir dapat memberikan perlindungan terhadap banjir dan erosi saat terjadi badai dan genangan pasut di daratan. Penghijauan kembali area pantai terdiri dari vegetasi buatan di atas bukit pasir dan pantai yang lebih tinggi dengan tujuan untukmemerangkap pasir dan membuatnya tersedia bagi proses dinamis pantai dan untuk perlindungan pantai. Vegetasi bukit pasir mampu memerangkap pasir dalam skala besar.

3.1.2 Vegetasi pantai dan bukit pasir

Tumbuhan/vegetasi pantai dan bukit pasir memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

− Tumbuhan pantai mengurangi kecepatan angin pada wilayah antara angin dan pasir. Pasir tidak dapat terbawa oleh angin dan tetap akan berada di tempatnya (pasir terperangkap).

− Akar tumbuhan membentuk suatu jenis geo-tekstil alami pada lapisan atas pasir. Hal ini menambah kekuatan tumbuhan hingga tahan terhadap erosi.

(21)

Gambar 3-1: Iustrasi Ipomoea pes-carpae

Ipomoea pes-caprae Merambat hingga menutupi area yang ada

Cabang di atas permukaan Ipomea yang dipotongIpomoea yang dipotong

Rumput pantai

Rumput pantai adalah rumput yang tumbuh bersamaan dengan Ipomoea dan memiliki batang yang bagus dimana akarnya membentuk cabang-cabang baru, tumbuh keluar di atas permukaan pasir. Rumput ini tumbuh terus-menerus dari akarnya (bukan batangnya) hingga membentuk jaringan akar yang sempurna di atas pasir dan mencegah terjadinya erosi.

− Rumput pantai bisa didapatkan dengan mudah di sepanjang pantai Aceh hingga tidak diperlukan proses penyemaian dan pembibitan.

(22)

3.1.3 Pemagaran pasir

Membuat pagar di atas pasir pantai dan bukit pasir untuk perlindungan terhadap pantai memiliki beberapa fungsi, yaitu:

− Pagar pasir memerangkap pasir dan hal ini dapat menghentikan terbawanya pasir dari pantai. Pasir terperangkap pada jajaran pagar yang terbuat dari tongkat kayu, dan material lainnya.

Pembuatan pagar pasir dapat dilakukan oleh komunitas masyarakat. Material yang tersedia di area yang bersangkutan dapat digunakan seperti ranting, cabang poon atau material alam lainnya yang memakan biaya sedikit.

Gambar 3-3: Contoh pagar pasir dengan bamboo (Indonesia) atau ranting pohon/kayu (Tunisia)

Sesuai dengan (GTZ, 2007) maka pertimbangan berikut ini patut digunakan: − Pagar harus berada di dekat garis vegetasi alami atau garis pagar pasir

− Pagar pasir biasanya terdiri dari kayu vertical dan diikat dengan tali dan setiap 1 m dipakai tiang besar yang ditanamkan dengan dalam ke pasir.

− Jarak antara kayu haruslah sama sehingga pagar dapat menyerap sekitar 50%

− Pagar dengan tinggi 1 m dengan 50% daya serap akan bertahan sekitar 1-2 years. Bukit pasir yang dibuat di belakang pagar pasir harus lebih tinggi dari pagar.

− Deposisi pasir lama-kelamaan akan tertutup, oleh karena pe rlu dibuat pemeliharaan yang baik.

3.2

MANGROVE

(BAKAU)

(23)

− Adanya ukuran lebar area hijau bakau yang akan ditanami − Pengawasan proses penanaman kembali.

Gambar 3-4: Penanaman bakau di sepanjang pantai dan sistem akar bakau

3.2.2 Pengurangan gelombang badai

Mazda dkk (1997) menyatakan bahwa perlindungan oleh bakau sangat bergantung oleh tinggi batang dan kepadatan vegetasi pohon (cabang submerge, batang dan daun). Tipikal kepadatan hutan untuk bakau dewasa adalah sekitar 1000 batang per hektar (1 batang per 10 m2), dan kepadatang yang kurang akan mengurangi kapasitas basah gelombang dan kurangnya perlawanan terhadap gerakan aliran air.

Kapasitas basah gelombang pada hutan bakau untuk gelombang badai dapat diekspresikan dalam koefisien transmisi gelombang K T , dimana tinggi gelombang yang dipancarkan dibagi dengan tinggi gelombang datang. Schiereck dan Booij (1995) menemukan hubungan antara K T , kepadatan dan kedalaman air ditunjukkan dalam Gambar 3-5. nilai K T  dapat berkurang dengan penambahan lebar area hijau (“greenbelt”), penunjukan bidang tanah untuk hutan bakau.

Gambar 3-5: Transmisi gelombang angin pada bakau 100 m (Schiereck dan Booij, 1995)

0.6 0.8 1.0

K T  [-]

(24)

lebar sama dengan panjang gelombang dari gelombang 1/tahun yang secara signifikan mengurangi gelombang datang maksimum tahunan. Jika area hijau didesain untuk mengurangi dampak tsunami, maka lebar area hijau harus berukuran beberapa kilometer. Kalkulasi panjang gelombang digunakan untuk menentukan lebar area hijau yang lebih jauh dibicarakan dalam subbab 4.2.3.

3.3

ISIAN PASIR PANTAI

3.3.1 Pendahuluan

Menambahkan pasir atau bukit pasir juga dikenal dengan istilah isian pasir (nourishment), yaitu tambahan artifisial dari pasir atau kerikil pada pantai untuk memperbaiki kondisi pantai atau bukit pasir. Dalam konteks strategi pertahanan pantai Indonesia, kondisi ini berkenaan dengan kapasitas pantai atau bukit pasir yang berfungsi sebagai penahan badai, kemunduran garis pantai atau genangan pasang surut untuk melindungi area daratan di belakangnya.

Elemen desain utama ditunjukkan dalam diagram alir pada Gambar 3-6. Gambar 3-6: Elemen desain utama isian pasir

Isian Pasi r

1. Volume penimbunan yang diperlukan

Jaringan transpor sedimen sepanjang pantai

Ketersediaan sedimen 2. Borrow area

(25)

3.3.2 Isian Pasir

Volume isian pasir yang diperlukan

Volume pengisian yang dibutuhkan bergantung pada fungsi yang dapat dipenuhi oleh isian itu sendiri. Volume isian yang dibutuhkan untuk fungsi yang berbeda digambarkan di bawah ini:

1. Perlindungan terhadap banjir

Volume isian yang diperlukan dapat ditentukan dengan menaksir profil pantai dan bukit pasir. Pantai atau bukit pasir haruslah lebih tinggi dan tersedianya penahan yang cukup ketika terjadinya badai. Pemodelan transportasi sedimen tegak lurus pantai (cross-sediment transport) harus dibuat untuk mendapatkan penampang pantai saat kondisi badai yang dibutuhkan dalam perencanaan.

2. Membuat pantai baru

Jika kebutuhan lebar pantai direncanakan dengan lebar tertentu, volume isian pada pantai dapat dihitung dengan mengalikan lebar pantai yang dibutuhkan dengan tinggi total profil aktif (tinggi muka air – closure depth). Profil aktif pantai ke arah laut dibatasi oleh area closure depth, yang didefinisikan sebagai kedalaman air di luar area pengaruh transportasi sedimen akibat gelombang ataupun arus (lihat Gambar 3-7 and Subbab 4.2.4).). Dalam metode ini, diasumsikan bahwa profil keseimbangan slope pantai yang baru (setelah pendistribusian ulang isian pasir pada profil melintang pantai) adalah sama dengan slope pantai sebelumnya. Asumsi ini menjadi benar jika sedimen isian sama dengan sedimen aslinya. Perlu rekomendasi untuk menggunakan sedimen yang sama atau yang lebih kasar sebagai isian.

(26)

− Ketersediaan material isian merupakan faktor yang sangat penting untuk kelayakan isian pasir. Jika sedimen tersedia sangat banyak dan dekat dengan lokasi perencanaan, dapat mengurangi biaya pelaksanaan. Lebih jauh lagi, sedimentasi berlebihan juga dapat menjadi masalah untuk beberapa tempat, hingga akhirnya dua permasalahan dapat terselesaikan dengan satu solusi. Contoh dari kasus ini adalah sedimentasi di muara sungai, yang mengakibatkan pendangkalan muara sungai dan tidak dapat masuknya kapal. Hal ini menjadi permasalahan yang sering dijumpai setelah tsunami dimana aktifitas morfologi dan tingginya transpor sedimen tegak lurus pantai.

− Jika material isian tidak tersedia dalam jumlah besar di muara sungai atau berada di sepanjang pantai terdekat, maka material isian dapat diambil di lokasi lepas pantai. Lokasi tersebut haruslah dipilih dengan benar dan berada di luar zona aktif (berada di luar zona gelombang besar pada kondisi yang ekstrim) hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya efek negatif di garis pantai dan pantai terdekat. − Pertimbangan penting lainnya untuk borrow area adalah aspek lingkungan. Prakiraan negatif terhadap

lingkungan akibat dari pengambilan pasir di lokasi borrow area yang dipilih harus dilakukan. Penempatan dan bentuk

Penempatan pada tampang yang ada seperti penempatan sepanjang pantai perlu dipertimbangkan. Desain utama untuk kedua hal di atas akan digambarkan sebagai berikut:

A. Penempatan pada tampang melintang

Ada pilihan yang berbeda dalam penempatan pada tampang melintang. Pilihan tersebut diindikasikan pada Gambar 3-8 dan digambarkan secara ringkas sebagai berikut.

Gambar 3-8: Ilustrasi untuk pilihan pada penempatan tampang melintang (catatan: pilihan lain juga mungkin untuk diterapkan)

(27)

ke kedalaman akhir dan akan bergerak menuju laut. Lihat Gambar 3-7. Pengisian berikutnya menimbulkan pemahaman bahwa pengisian pasir ini tidaklah efektif.

3. Penempatan pada zona lepas pantai

Pasir secara terus-menerus menjadi material yang melawan gelombang dan arus. Setelah proses penempatan terjadi, pasir akan dibentuk kembali oleh gelombang dan arus dan dengan demikian terjadi redistribusi melalui tampang melintang yang aktif. Bagian sedimen yang ditempatkan di lepas pantai akan dibawa ke pantai. Lihat Gambar 3-7. Metode ini terbilang sangat murah karena sedimen dapat ditumpahkan langsung dari boat. Namun aplikasinya bergantung pada bisa atau tidaknya boat mencapai zona aktif dimana pasir yang melimpah akan memberi keuntungan pada tampang melintang yang aktif. Resiko dari metode ini adalah terbawanya pasir dari lepas pantai ke lokasi yang lebih dalam sebelum dapat diambil dan diredistribusi di pantai.

B. Penempatan di sepanjang pantai

Sesuai dengan penempatannya di tampang melintang, dalam hal ini juga ada pilihan yang berbeda untuk penempatan sepanjang pantai. Jika sedimen berada di tampang aktif pantai (di pantai atau lepas pantai, bukan di bukit pasir), maka sedimen akan terdistribusi secara alami. Hal ini memberikan pilihan yang berbeda untuk penempatan sepanjang pantai:

1. Penempatan langsung di tempat yang dibutuhkan

Sedimen ditempatkan langsung di tempat yang dibutuhkan. Biasanya pantai harus dilindungi pada jarak tertentu hingga pengisian pantai terbentuk secara memanjang.

2. Penempatan stockpile

Stockpile ditempatkan pada lokasi tertentu. Dari lokasi stockpile, pasir diangkut dan didistribusikan sepanjang pantai dengan gaya hidrolik alami. Distribusi bahan cadangan ditunjukkan pada gambar di bawah, dimana garis berwarna menunjukkan posisi garis pantai setelah 1 dan 5 tahun. Redistribusi sepanjang pantai yang diinginkan dapat dilihat dengan jelas pada gambar ini.

3. Pengisian terus-menerus

Pada satu atau dua titik lokasi, pengisian yang berkesinambungan dapat dikerjakan. Dari titik-titik lokasi ini, kita bisa melihat bahwa pasir disebarkan sepanjang pantai seperti yang disebutkan sebelumnya.

(28)

Isian pasir

Kotak 1: Isian pasir dikombinasikan dengan struktur keras

Seperti yang didiskusikan dalam Subbab 3.3.2 dan ditunjukkan dalam 3. Pengisian terus-menerus

Pada satu atau dua titik lokasi, pengisian yang berkesinambungan dapat dikerjakan. Dari titik-titik lokasi ini, kita bisa melihat bahwa pasir d isebarkan sepanjang pantai seperti yang disebutkan sebelumnya.

Gambar 3-9, sediment yang terisi akan didistribusi kembali pada arah melintang dan sepanjang pantai. Setelah beberapa tahun, sebagian besar sediment yang terisi akan terdistribusi kembali ke bentang terdekat pantai dan garis pantai akan berubah posisi menuju keseimbangan profil awal kembali. Untuk mempertahankan posisi tertentu garis pantai maka program pemeliharaan isian pasir ini harus dijalankan. Untuk mengurangi keperluan dan volume dari program pemeliharaan isian pasir, maka dapat dikombinasikan (awalnya) isian pasir dengan sistem groin atau dengan breakwater lepas pantai (dapat dilihat pada Subbab 5.1 dan 5.3). Groin akan “memerangkap” sediment yang terisi dan akan mencegah terdistribusi kembali kea rah sepanjang pantai. Breakwater akan memberi perlindungan dari gerak gelombang di garis pantai yang akan mengurangi kapasitas transport (saat terdistribusi kebali) di arah sepanjang pantai. Pilihan lain dapat membuat breakwater sub-gabung sebagai ambang untuk mengurangi transport pada arah melintang pantai dari pantai menuju air yang lebih dalam.

Solusi kombinasi ini tidak dapat didesain lebih detil dalam manual ini, namun contoh kombinasi isian pasir dan sistem groin/detached breakwater adalah Bali, Indonesia. Groin dan breakwater lepas pantai dibuat lebih awal daripada program isian pasir. Dibawah ini adalah gambar groin sebeum adanya isian di sebelah kiri dan di sebelah kanan setelah adanya isian pasir. Groin akan membantu menyimpan pasir pada teluk groin dan mengurangi volume perawatan yang diperlukan.

(29)

4

P

ENANGANAN

ERAS

(

DI PANTAI

)

4.1

TEMBOK LAUT

4.1.1 Pendahuluan

Tujuan dari dibuatnya tembok laut beton adalah untuk mengurangi/menghentikan air banjir. Bangunan ini sebaiknya ditempatkan di daerah agak jauh dari pantai dan disarankan untuk membuatnya di daerah perumahan penduduk (lihat Gambar 4-1). Karena penempatan ini, serangan ombak yang signifikan menuntun pada limpasan gelombang yang tidak diperhitungkan di depan tembok laut. Serangan gelombang kecil mungkin saja terjadi, dan memberikan pertimbangan pada perlunya menambah beberapa dasar pelindung di depan tembok. Pada lokasi dimana sering ada serangan badai, solusi lainnya selayaknya dipilih (seperti tanggul/tembok laut).

Gambar 4-1: Posisi penempatan tembok laut pada profil melintang

Gambar 4-2 menunjukkan contoh tembok laut di Singkil. Gambar 4-2: Contoh tembok laut (Singkil, Sumatra)

(30)

Desain Standar

Tembok laut beton (concrete tidal wall) pada umumnya berukuran standar, hanya tinggi puncak saja yang dihitung berdasarkan kondisi hidrolis setempat. Desain dasar untuk tidal wall tersebut ditunjukkan pada Gambar 4-3.

Gambar 4-3: Tipikal tampang melintang dari tembok laut beton

Tanggul tanah beton Tiang kayu 1.80 m 1.50 m 1  .  5   0  m 1:1.5  0 .  3  m

Jika pondasi tiang (sheet pile) diperlukan, bergantung pada parameter tanah seperti tegangan geser (shear capacity ) dan daya dukung tanah (bearing capacity). Hal ini harus ditentukan oleh ahli geoteknik, dan ini tidak dapat diekspresikan dalam aturan desain yang standar. Perlu diingat bahwa bangunan dengan pondasi tiang pancang harus berlokasi di bawah elevasi LAT,  untuk mencegah terjadinya keadaan yang memburuk karena adanya proses pembusukan. Contoh yang ada pada bab ini dibahas bangunan tidal wall tanpa menggunakan pondasi tiang.

4.1.2 Pertimbangan desain dan proses

Contoh desain dan variasinya

Elemen desain utama ditunjukkan pada Gambar 4-4. Elemen-elemen tersebut dijelaskan secara berurutan pada bab ini. Contoh kalkulasi juga dijabarkan dalam kotak hijau pada bab ini. Sebagai tambahan, beberapa variasi yang memungkinkan (dibuat berdasarkan kondisi atau keperluan lainnya) dijabarkan dalam kotak kuning.

(31)

Gambar 4-4: Elemen utama mendesain bangunan tembok laut

Tembok laut

Inspeksi erosi 4. Pelindung dasar 1. Tinggi puncak Tinggi jagaan Keseimbangan vertikal 2. Tanggul tanah Panjang piping

3. Stabilitas geoteknikal Kesalahan mekanisme Desain permukaan air

(32)

Tembok laut

Pertimbangan desain

Elemen desain yang ditunjukkan pada Gambar 4-4 dipengaruhi oleh pertimbangan desain dan kondisi batas berdasarkan seperti lokasi struktur, ketersediaan material dan/atau kemungkinan pemeliharaan. Karena semua pertimbangan desain ini mempengaruhi satu sama lain, maka mereka merupakan bagian yang terintegrasi dari desain. Beberapa pertimbangan penting didiskusikan di bawah ini.

Lokasi dan penggunaan material

Lokasi struktur menentukan variable spesifik seperti karakteristik tanah, kepala air pada struktur dan jumlah gerakan gelombang. Dengan cara ini akan mempengaruhi dimensi tanggul tanah, stabilitas geoteknik dan keperluan akan perlindungan dasar. Umumnya, lokasi tembok laut harus dipilih setinggi mungkin dengan gerak gelombang seminimal mungkin dan tanah berpasir dengan kapasitas pikul yang layak.

Ruang konstruksi juga bergantung pada lokasi, yang mana akan mempengaruhi penggunaan material dan metode konstruksi (seperti tidak adanya ruang untuk tambak sehingga tembok cut-off diperlukan, gunakan konkrit daripada bagian tanah yang besar dan/atau pondasi tiang). Penggunaan konkrit/semen pada tembok laut sangat karena hal ini memerlukan kualitas semen yang khusus.

Biaya konstruksi, daya tahan dan pemeliharaan

Tanpa adanya pemeliharaan, kekuatan akan berkurang dan kerusakan akan meningkat. Program pemeliharaan yang layak untuk struktur akan menambah daya tahan dan keamanan. Hal ini ditunjukkan dalam gambar di bawah dimana kondisi vertical akan menambah kekuatan dalam grafik yang menunjukkan pemeliharaan dan perbaikan. Kekuatan struktur sangatlah perlu selama terjadinya badai ekstrim (desain kondisi) pada setiap waktu, sementara kekuatan struktur tanpa adanya perwatan akan berkurang hingga akhirnya rusak walaupun tidak ada badai.

Beban normal Beban ekstrim Kuat dengan pemeliharaan

Kuat tanpa pemeliharaan K   e  u  a   t   a n /  k   e  a m  a n  a n waktu

Jika fasilitas perbaikan cepat tersedia maka beberapa kerusakan selama terjadi badai ekstrim dapat diatasi selama tidak menginduksi kerusakan yang langsung. Kekuatan struktur dapat terus terjaga dengan adanya pemeliharaan dan perbaikan. Hal ini akan mnegurangi biaya konstruksi. Perlu dicatat bahwa untuk menentukan biaya keseluruhan, biaya untuk pemeliharaan rutin dan pekerjaan perbaikan juga harus diperhitungkan.

(33)

Penjelasan kotak-kotak di atas yang dibuat untuk mengarahkan kita cara mendesain tembok laut beton adalah: − Kotak 1: Asumsi desain untuk contoh kalkulasi (lihat halaman selanjutnya)

− Kotak 2. Contoh kalkulasi untuk tinggi puncak

− Kotak 3. Contoh kalkulasi untuk tanggul tanah, keseimbangan vertikal − Kotak 4. Contoh kalkulasi untuk tanggul tanah, panjang piping

− Kotak 5: Contoh kalkulasi untuk konstruksi cutoff- wall − Kotak 6: Contoh kalkulasi untuk pelindung dasar

Tembok laut beton

Kotak 1. Asumsi desain untuk contoh kalkulasi

Ilustrasi contoh kalkulasi aturan desain dibuat berdasarkan asumsi berikut:

 Tampang melintang berikut ini dengan kedalaman sesuai dengan MSL adalah representatif untuk lokasi: -1,6 -1,2 -0,8 -0,4 0,0 0,4 0,8 -20 30 80 130 180

 Lokasi ini disebut Location X1. kondisi hidraulik dapat ditemukan pada 0.

 Strukturnya adalah lapisan pasir dengan kapasitas pikul yang cukup. Namun tidak ada pondasi tiang yang diperlukan dalam contoh ini *.

 Permukaan pondasi struktur adalah pada LAT.

 Dimensi tembok laut yang standard ditunjukkan dibawah ini. Hanya tinggi puncak yang dihitung untuk berdasarkan kondisi lokal.

1.50 m 1.80 m 1  .  5   0  m 1:1.5 crest height

(34)

4.1.3 Tembok laut, tanpa pelindung dasar

Tinggi puncak

Desain permukaan air dan tinggi jagaan Rcmenentukan tinggi puncak dari struktur konkrit. Desain permukaan air (dengan permukaan aman 25 tahun)adalah:

dengan h permukaan air, sesuai dengan MSL [m]

HAT High Astronomical Tide, mengacu terhadap MSL [m] SLR Estimasi kenaikan permukaan air laut untuk 25 tahun [m] LS Estimasi penurunan muka tanah untuk 25 tahun [m] = 0.1 m hset-up Set-up angin [m]

Estimasi untuk SLR dan LS dalam manual ini diasumsikan sama di Indonesia yaitu 0.1 m untuk 25 tahun yang akan datang. Untuk informasi lebih lanjut pada bagian ini dapat merujuk pada Petunjuk Perlindungan Pantai. Set-up angin

Set-up angin adalah salah satu hal yang membuat permukaan air naik karena tekanan desakan permukaan air oleh kekuatan angin. Pada beberapa lokasi di sepanjang pantai Indonesia, set-up angin dapat diabaikan dan kecil karena tidak adanya kecepatan angin tinggi dan/atau adanya muka pantai yang curam. Namun ini bukanlah permasalahan rumit dan set-up angin perlu diperhitungkan.

Total set-up anginhset-up ditunjukkan dalam Gambar 4-5, dengan ambilannya adalah ajarak antara batas tanah. Gambar 4-5: Set-up angin menambah tinggi permukaan air

up set  h LS SLR  HAT  h= + + + − [Eq. 1]

(35)

Tinggi jagaan

Perlu diingat bahwa serangan gelombang selalu diperkiarakan terbatas untuk tembok laut (karena penempatannya di area terlindung gelombang). Jika diperlukan, perlindung dasar rubble mound bertujuan untuk hanay mengurangi gerusan di depan struktur. Limpasan gelombang dan run-up tidaklah signifikan. Untuk tinggi jagaanRc nilai minimal 0.5 digunakan (lihat Gambar 4-6):

dimana Rc tinggi jagaan 0.50 m

z tinggi puncak di atas MSL [m] Gambar 4-6: tinggi puncak tembok laut

R c z h MSL c  R  h z = + [Eq. 3]

(36)

Tanggul tanah

Tanggul tanah bertujuan untuk membuat struktur menjadi tahan air. Dimensi ini ditentukan dengan kriteria:

Tekanan air tanah (Uplifting);Aliran air bawah tanah (piping).

Tekanan air tanah

Tanggul tanah yang berada di belakang bangunan tidal wall harus memiliki tinggi minimal untuk mencegah

Tembok laut

Kotak 2. contoh kalkulasi tinggi puncak

Parameter berikut diasumsikan untuk Lokasi X1:

F  = 20 km

h = 40 m

φ = 0°

dengan menggunakan kondisi hidraulik dari 0, maka set-up angin dihitung dengan [Eq. 2]:

(

)

( )( )

 (

20.10

)

0.05 40 8 . 9 25 10 . 3 2 1 cos 2 1 2 6 2 3 = ⎟ ⎟  ⎠  ⎞ ⎜ ⎜ ⎝  ⎛  ⎟  ⎠  ⎞ ⎜ ⎝  ⎛  = = − − κ  F  ϕ  gh u hset  up m

denganSLR =LS = 0.1, desain permukaan air dihitung dengan [Eq. 1]: 25 . 1 05 . 0 1 . 0 1 . 0 0 . 1 + + + = = + + + =HAT  SLR  LS hset up h m +MSL

Dengan menambahkan tinggi jagaan 0.50 m, desain t inggi puncak z  adalah: 75 . 1 5 . 0 25 . 1 + = = + = h R  z  m +MSL MSL z = MSL+ 1.75 m h = MSL+ 1.25 m

(37)

Gambar 4-7: keseimbangan vertikal di belakang struktur

 ΔH Tekanan

tanggul tanah

water pressure

Tekanan vertikal air (atas) ditentukan oleh perbedaan permukaan air pada bangunan:

dengan P w (vert) Tekanan vertikal air [N/m2]

ρw  Volume berat jenis air [kg/m3] (=1025 kg/m3)  g Percepatan gravitasi [m/s2] (=9.8 m/s2)

ΔH  permukaan air (water head ) [m]

Tekanan vertikal tanah bagian bawah ditentukan oleh beratnya:

dengan P c(vert) Tekanan tanah vertikal [N/m2]

ρc Volume berat jenis tanah [kg/m3] (= approx. 1600 kg/m3) hc Tinggi timbunan [m]

Kombinasi [Eq. 4] dan [Eq. 5] dan penambahan factor pengaman 1.5, yaitu tinggi minimal tanggul tanah untuk mencegah dorongan/rusak yaitu:

H  g  P (vert ) = ρ  Δ [Eq. 4] c  c  vert  c  gh P ( ) = ρ  [Eq. 5] g  H  g  h c  w  c   ρ   ρ  Δ =1.5 [Eq. 6]

(38)

Piping

Panjang timbunan yang berada di belakang bangunan ditentukan oleh kebutuhan piping: panjang pola aliran di bawah bangunan harus cukup besar untuk mencegah terbentuknya saluran-saluran kecil. Aliran air ini dapat merusak bangunan. Lebih jauh lagi, jika panjang timbunan terlalu pendek maka air akan merembes dan terjadilah banjir di daratan.

Bligh mengembangkan formula berikut untuk menghitung panjang piping yang terjadi:

dengan Ccreep Koefisien rambat [-]

L p Panjang piping [m]

Error! Reference source not found. menunjukkan nilai Ccreepuntuk material tanah. creep

 p HC 

L ≥1.5Δ [Eq. 7]

Tembok laut

Kotak 3. contoh kalkulasi tanggul tanah, keseimbangan vertikal

Selisih tinggi muka air ΔH   merupakan perbedaan antara muka air rencana h pada bagian laut dan

permukaan tanah pada bagian tanah h pasir(pada contoh ini: MSL +0.4 m, lihat Kotak 1) pada bagian tanah:

m m m sand  h h  H  = − =1.25 −0.4 = 0.85 Δ

Denganρw =1025 kg/m3 danρc=1600 kg/m3, minimal tinggi puncak hc ditentukan oleh:

( )( )( )

( )( )

1600 9.8 0.8 85 . 0 8 . 9 1025 5 . 1 5 . 1 = = Δ = g c  H  g w c h  ρ   ρ  m MSL h = 1.25 m +MSL  Δ 0.8 m 0.4 m MSL +0.4 m

(39)

Gambar 4-8: Panjang piping pada tembok laut  ΔH a b c d

Tembok laut

Kotak 4. Contoh kalkulasi tanggul tanah, panjang piping

Dengan asumsi bahwa material tanah adalah pasir kasar (Ccreep = 12) Sesuai dengan [Eq. 8], panjang piping adalah:

( )(

1.5 0.85

)( )

12 15 5 . 1 Δ = = ≥   creep  p HC  L m

Elevasi pondasi bangunan beton adalah LAT= -0.9 m, sehingga: a = 0.3 + 0.9 = 1.2 m b = 1.80 m c = 0.4+ 0.9 = 1.3 m 7 . 10 3 . 1 8 . 1 2 . 1 15− − − = = − − − = L p a b c d   m

Panjang tanggul tanah harus berukuran minimal 10.7 + 0.3 (lebar kaki) = 11 m.

1.80 m

11 m

d = 10.7 m

(40)

Stabilitas geoteknik

Stabilitas geoteknikal ditentukan oleh gaya horizontal dan vertikal dari tanah dan air. Kalkulasi kedua gaya ini berada di luar cakupan Manual ini. Referensi dibuat untuk deskripsi teoritikal mekanik tanah (e.g. Verruijt, 2004). Perlu dicatat bahwa perhitungan mekanika tanah harus dilakukan oleh ahli geoteknik. Manual ini hanya menjelaskan deskripsi kualitatif aspek geoteknik saja, menjelaskan kondisi bangunan tanpa menggunakan

Tembok laut

Kotak 5: variasi dengan konstruksi

c u t o f f - w a l l  

Jika panjang tanggul tanah terlalu memakan tempat di daratan, satu pilihan untuk mengurangi hal ini adalah dengan membuat cutoff-wall di bawah bangunan beton. Hal ini akan menambah flow path dengan dua kali kedalaman cutoff-wall  (lihat gambar di bawah). Cutoff-wall  adalah sekat yang sederhana yang mudah untuk dikonstruksikan.

11 m - 2 ΔL

 ΔL  ΔL

Jika kita mengasumsikan sekat dengan kedalaman 2 m, maka ukuran tanggul tanah berubah menjadi:

7 . 6 3 . 3 8 . 1 2 . 3 15− − − = = − − − = L a b c d   piping  m

Panjang timbunan menjadi 6.7 + 0.3 = 7 m

Pendekatan lainnya adalah dengan memindahtempatkan keseluruhan tanggul tanah dengan cutoff-wall. Dalam kasus di atas, panjang sekat dapat dikalkulasi sebagai:

(41)

Gambar 4-9: Gaya yang bekerja pada tembok laut

Kesalahan mekanisme

Dengan adanya perhitungan mekanika tanah maka kita dapat mengetahui apakah bangunan sesuai dengan stabilitas yang diinginkan. Hal ini ditentukan oleh daya tahan terhadap kesalahan mekanisme berikut ini: (lihat juga Error! Reference source not found.):

1. Terangkat(uplifting)

2. Bergeser (sliding)

3. Tidak stabil (overturning)

4. Terbalik (eccentricity)

Gambar 4-10: Kesalahan mekanisme pada tembok laut

(42)

Gambar 4-11: Gaya yang bekerja selama kondisi HAT dan LAT

1600 kg/m3

1800 kg/m3 2000 kg/m

1600 kg/m 1025 kg/m3

Selama terjadinya LAT , gaya gerak dimulai dari kanan ke kiri. Titik baliknya adalah pada bangunan kaki. Selama terjadinya HAT , kondisi sekitarnya sesuai dengan tekanan air. Titik balik adalah kemiringan bangunan dan gaya gerak berubah dari kiri ke kanan.

Hal di atas dijelaskan sebagai berikut:

1. Terangkat (u p l i f t i n g  ):

Tekanan air di bawah bangunan menginduksi tekanan di atasnya. Tekanan di atas ini adalah gaya gerak untuk mengangkat bangunan ke atas. Tanpa pondasi tiang, gaya tekan hanya terdiri dari berat bangunan saja:

dengan H r  gaya tahan horizontal [kN] H d  gaya gerak horizontal [kN]

2. Bergeser/longsor(s l i di ng ):

Selama LAT, tanah yang lebih tinggi pada satu sisi ‘mendorong’ bangunan ke sisi lain. Tekanan tanah ini adalah gaya gerak yang mengakibatkan longsor di dasar tanah. Tekanan tanah pada sisi lain dan potongan antara bangunan dan tanah adalah gaya tentang. Dengan adanya pondasi tiang pancang maka dapat mempertinggi perlawanan terhadap longsor:

dengan H r  gaya tahan horizontal [kN] H d  gaya gerak horizontal [kN]

3. Tidak stabil (o v e r t u r n i n g  ):

Tekanan pada setiap sisi menyebabkan bangunan cenderung berotasi pada bangunan kaki. Perubahan momen 5 . 1 > =

d  r  uplifting  V  V  F  [Eq. 9] 5 . 1 > =

d  r  sliding  H  H  F  [Eq. 10]

(43)

atas, ‘tidak stabil’ pada satu sisi bangunan. Pada awal estimasi untuk keamanan hal ini telah diperhitungkan, maka untuk itu gaya residual pada bangunan harus diperhatikan:

dengan B lebar bangunan [m]

Seperti yang telah diindikasikan sebelumnya, mekanisme ini harus dapat diperhitungkan oleh ahli mekanika tanah. Jika bangunan tidak sesuai dengan daya dukung ta nah, maka hal seperti di bawah ini dapat dilakukan:

− Menambahkan pondasi tiang pancang tambahan (untuk menambah daya tahan dasar tanah, atau untuk menambah gaya tahan);

− Menambah ukuran dinding beton (untuk menambah gaya tahan)

Pada pondasi tiang pancang, bangunan berada pada lapisan pasir yang lebih dalam dimana. Daya dukung suatu pondasi pancangan tergantung pada tipe pondasi yang digunakan dan meningkatkan stabilitas daya dukung bangunan secara kseluruhan.

4.1.4 Tembok laut dengan lapisan pelindung dasar (

r ubble mound 

)

Jika bangunan ditujukan untuk menghalangi gelombang berukuran sedang, maka pelindung dasar di depan bangunan diperlukan. Keperluan ini bisa diprediksikan berdasarkan kalkulasi gelombang, walaupun interval regular juga dapat mengindikasikan keperluan tersebut. Perlu dicatat bahwa serangan gelombang yang besar tidak diinginkan terjadi pada tembok laut beton, karenanya pemilihan lokasi bangunan sebaiknya berada di lokasi daratan.

Desain tembok laut beton dengan pelindung tanah sama dengan tembok laut beton lainnya yang digambarkan pada subbab 4.1.3. Sebagai tambahan, dasar pelindung tanah harus diletakkan di depan bangunan. Teknik desain untuk jenis pelindung ini dibuat berdasarkan beberapa asumsi, yaitu:

− Bangunan pelindung tidak ada kaitannya dengan hal stabilitas mekanika tanah. Apabila ada kesalahan pada lapisan pelindung maka hal tersebut tidak mengakibatkan bangunan lainnya rusak;

− Bangunan tidak diletakkan di garis pantai dan hanya didesain untuk mencegah banjir (bukan erosi). Gelombang yang terjadi di depan bangunan bersifat sedang, tidak besar. Jika serangan gelombang membesar, maka harus mempertimbangkan jenis bangunan proteksi lainnya.

− Pelindung dasar dipantau kondisinya secara beraturan dan jumlah batu pondasi dapat ditambah jika diperlukan.

Pelindung dasar terdiri dari geo-tekstil, lapisan kerikil dan lapisan terluar/armour (lihat Gambar 4-12).

Gambar 4-12: Pelindung dasar dengan geo-tekstil, kerikil dan lapisan armour

(

)

6 2 B V  M  M  B F eccentrici ty  r  d  < − − ⎟  ⎠  ⎞ ⎜ ⎝  ⎛  =

∑ ∑

[Eq. 12]

(44)

dengan t ketebalan lapisan atas [m]

d n50  diameter nominal [m]

Tipikal diameter d n50 dari 100-250 kg berat batu adalah d n50  = 0.4 m. Lebar pelindung berukuran setidaknya 1,5 m dari bangunan kaki.

dimana B prot lebar pelindung [m] 50 2d n t  = [Eq. 13] 5 . 1 >  prot   B [Eq. 14]

Tembok laut beton

Kotak 6: Contoh kalkulasi pelindung dasar

Tembok laut beton pada contoh ini sama dengan desain final pada Bab Error! Reference source not found., hanya diberikan satu pelindung dasar tambahan. Dengan mengikuti aturan yang diberikan di atas, maka ketebalan lapisan pelindung dasar yang diperlukan adalah:

( )( )

2 0.4 0.8 2 50 = =

= n

t  m

Lebarnya dipilih sebagai as B prot = 1.5 m.

Lapisan kerikil geo-tekstil

B prot  = 1.5 m

t = 0.8 m

Gerusan yang terjadi di depan tembok harus selalu dimonitor. Jika pelindung dasar ternyata tidak cukup untuk melindungi stabilitas tembok laut beton, maka diperlukan tambahan material batu.

(45)

4.2 TANGGUL

LAUT

(

SEA DIK E 

)

4.2.1 Pendahuluan

Tanggul laut dapat berfungsi sebagai proteksi banjir atau dapat juga berfungsi sebagai proteksi erosi. Bangunan ini dapat berupa beberapa tipe. Bisa berupa tanggul tanah (clay dike), yang bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap serangan banjir yang disebabkan oleh limpasan gelombang dan elevasi pasang surut yang ekstrim. Walau demikian, bangunan ini dapat juga menjadi tanggul besar yang bisa ditempatkan di garis pantai, untuk menanggulangi banjir harian dan melindungi dari erosi jangka panjang dan jangka pendek. Tanggul besar harus lebih kuat daripada serangan gelombang dan juga harus lebih tinggi dari elevasi muka air tertinggi di sekitar tanggul. Gambar 4-13 menunjukkan posisi dari salah satu tembok laut tersebut

Gambar 4-13: Posisi Tembok laut di profil melintang

Gambar 4-14 memperlihatkah sebuah contoh bangunan tanggul laut rubble mound di pantai Belanda

(46)

perlindungan terhadap banjir pasang). Tipe-tipe tanggul laut dapat dilihat pada Kotak 10. Apabila tidak difungsikan sebagai proteksi banjir maka seawall rubble mound seawall dapat dijadikan pilihan.

Gambar 4-15: Tipikal tampang melintang tanggul laut (dengan lapisan armour)

Inti dasar tanah Pengaman gelombang

rubble mound

Konstruksi kaki

4.2.2 Pertimbangan desain dan proses

Contoh desain dan variasi bangunan

Elemen desain utama ditunjukkan pada diagram di Gambar 4-16. Elemen ini dijabarkan secara berurutan dalam bab ini. Satu contoh kalkulasi dijelaskan dalam bab ini dan dijabarkan dalam kotak hijau. Sebagai tambahan, beberapa variasi yang memungkinkan (berdasarkan kondisi atau keperluan lainnya) dijabarkan dalam kotak kuning.

Desain fungsional penting lainnya adalah bangunan kaki tanggul. Khusus untuk tanggul kuat penahan laut yang berada di zona serangan gelombang, bangunan kaki yang bagus dan kuat sangat diperlukan untuk stabilitas tanggul. Tipe bangunan kaki yang diperlukan bergantung pada tipe dan rerata erosi yang diestimasi untuk lokasi pekerjaan.

(47)

Gambar 4-16: Elemen desain utama tanggul laut

6. lebar puncak

Desain permukaan air

Tanggul laut

2. Lapisan penguat Ukuran batu

Ketebalan lapisan

3. Geo-tekstil dan lap. filter

Dimensi lap filter

Ketebalan lapisan filter 5. material inti 7. kemiringan dalam impermeabilitas Panjang pemipaan 1.Tinggi puncak Tinggi jagaan

4. Struktur kaki Kedalaman kaki

Lebar kaki

Lebar puncak

(48)

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa lokasi dan fungsi tanggul mengarahkan kita pada desain dimensi dan tipe Sebelumnya telah dijelaskan bahwa lokasi dan fungsi tanggul mengarahkan kita pada desain dimensi dan tipe yang sangat berbeda. Pada bab ini, perbedaan dibuat pada:

yang sangat berbeda. Pada bab ini, perbedaan dibuat pada:

4.2.3: 4.2.3: Tanggul laut, dengan Tanggul laut, dengan lapisan pelindulapisan pelindungng

4.2.4: Tanggul laut, dengan 4.2.4: Tanggul laut, dengan lapisan pelindung dan proteksi kaki khususlapisan pelindung dan proteksi kaki khusus

− 4.2.5: Tanggul laut, tanpa peredam gelombang4.2.5: Tanggul laut, tanpa peredam gelombang Adapun penjelasan kotak di atas adalah:

Adapun penjelasan kotak di atas adalah:

− Kotak 1. Asumsi desain untuk contoh kalkulasi (lihat halaman selanjutnya)Kotak 1. Asumsi desain untuk contoh kalkulasi (lihat halaman selanjutnya)

− Kotak 2. Contoh desain kalkulasi permukaan airKotak 2. Contoh desain kalkulasi permukaan air

Kotak 3. Contoh kalkulasi tinggi jagaanKotak 3. Contoh kalkulasi tinggi jagaan

− Kotak 4. Variasi dengan lKotak 4. Variasi dengan l impasan gelombangimpasan gelombang

− Kotak 5. Contoh kalkulasi tinggi puncakKotak 5. Contoh kalkulasi tinggi puncak

Kotak 6. Contoh kalkulasi lapisan perkuatanKotak 6. Contoh kalkulasi lapisan perkuatan

Tanggul laut

Tanggul laut

Pertimbangan desain

Pertimbangan desain

Elemen desain yang ditunjukkan dalam Gambar 4-16 dipengaruhi oleh pertimbangan desain dan kondisi Elemen desain yang ditunjukkan dalam Gambar 4-16 dipengaruhi oleh pertimbangan desain dan kondisi batas berdasarkan seperti lopkasi struktur, pemilihan levelkeamanan dan/atau ketersediaan material. batas berdasarkan seperti lopkasi struktur, pemilihan levelkeamanan dan/atau ketersediaan material. Karena semua pertimbangan desain ini saling

Karena semua pertimbangan desain ini saling mempengaruhi maka mereka merupakan bagian integral darimempengaruhi maka mereka merupakan bagian integral dari desain. Beberapa pertimbangan penting

desain. Beberapa pertimbangan penting didiskusikan dibawah ini.didiskusikan dibawah ini.

Lokasi dan penggunaan material Lokasi dan penggunaan material

Lokasi tanggul laut mempengaruhi jumlah serangan gelombang, kepala air pada dike dan konstruksi kaki Lokasi tanggul laut mempengaruhi jumlah serangan gelombang, kepala air pada dike dan konstruksi kaki khusus. Lokasi sea dike juga mempengaruhi ketersediaan material seperti quarry-run, batu penguat dan khusus. Lokasi sea dike juga mempengaruhi ketersediaan material seperti quarry-run, batu penguat dan tanggul. Pada contoh disini, sea dike dibuat dengan pelindung rubble mound dan badan tanggul yang tanggul. Pada contoh disini, sea dike dibuat dengan pelindung rubble mound dan badan tanggul yang padat. Variasi lapisan penguat dibuat dari material lain seperti elemen beton yang dapat dilihat pada 4.3, padat. Variasi lapisan penguat dibuat dari material lain seperti elemen beton yang dapat dilihat pada 4.3, sementara penggunaan inti didiskusikan dalam Kotak 10.

sementara penggunaan inti didiskusikan dalam Kotak 10.

Biaya konstruksi, ketahanan dan pemeliharaan Biaya konstruksi, ketahanan dan pemeliharaan

Tanpa pemeliharaan, kekuatan akan berkurang dan kerusakan akan bertambah. Program pemeliharaan Tanpa pemeliharaan, kekuatan akan berkurang dan kerusakan akan bertambah. Program pemeliharaan yang layak untuk struktur akan

yang layak untuk struktur akan menambah ketahanan dan keamanan. Hal ini menambah ketahanan dan keamanan. Hal ini akan dibicarakan lebih lanjutakan dibicarakan lebih lanjut dalam Subbab 4.1.2.

dalam Subbab 4.1.2.

Jika fasilitas perbaikan yang layak dan cepat tersedia,

Jika fasilitas perbaikan yang layak dan cepat tersedia, maka kerusakan selama badai dapat di atasi selamamaka kerusakan selama badai dapat di atasi selama tidak menginduksi kerusakan utama. Untuk sea dike, hal in idapat juga aplikatif pada pelindung rubble tidak menginduksi kerusakan utama. Untuk sea dike, hal in idapat juga aplikatif pada pelindung rubble mound. Batu penguat dapat berpindah ketika badai dan juga dapat kembali ke tempat semula secara mound. Batu penguat dapat berpindah ketika badai dan juga dapat kembali ke tempat semula secara sendirinya dan tidak mengakibatkan kerusakan langsung. Hal ini akan menghasilkan stabilitas yang rendah sendirinya dan tidak mengakibatkan kerusakan langsung. Hal ini akan menghasilkan stabilitas yang rendah untuk batu penguat dan mnegurangi berat serta biaya konstruksi. Hal yang sama berlaku pada puncak dan untuk batu penguat dan mnegurangi berat serta biaya konstruksi. Hal yang sama berlaku pada puncak dan kemiringan dalam: pemeliharaan yang layak akan menambah banyak limpasan selama

kemiringan dalam: pemeliharaan yang layak akan menambah banyak limpasan selama terjadi badai selamaterjadi badai selama struktur ini diperbaiki terus menerus.

struktur ini diperbaiki terus menerus.

Asemua pertimbangan ini haruslah diperhitungkan untuk mengurangi biaya dan meningkatkanketahanan Asemua pertimbangan ini haruslah diperhitungkan untuk mengurangi biaya dan meningkatkanketahanan struktur.

Referensi

Dokumen terkait