EVALUASI RENCANA KEBUTUHAN POMPA PADA KEGIATAN
DEWATERING
PT KALTIM PRIMA COAL TAHUN 2017
(Studi Kasus Pit Inul Middle PT KPC, Sangatta, Kutim)
PROPOSAL TUGAS AKHIR
MUHAMMAD FATRAH NUR SEPTIAN SYAH
D621 11 260
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
PERMOHONAN TUGAS AKHIR
EVALUASI RENCANA KEBUTUHAN POMPA PADA KEGIATAN
DEWATERING
PT KALTIM PRIMA COAL TAHUN 2017
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS HASANUDDIN
Nama : Muhammad Fatrah Nur Septian Syah NIM : D621 11 260
Usulan Judul : Evaluasi Rencana Kebutuhan Pompa Pada Kegiatan Dewatering PT Kaltim Prima Coal Tahun 2017
Usulan Waktu : April – Oktober 2016
Makassar, 20 September 2016
Mahasiswa Bersangkutan
MUHAMMAD FATRAH NUR SEPTIAN SYAH
D621 11 260
Ketua Program Studi Koordinator LBE Lingkungan
Dr. Sufriadin, ST., MT. Dr. Eng. Ir. Muhammad Ramli, MT.
A. JUDUL PENELITIAN
EVALUASI RENCANA KEBUTUHAN POMPA PADA KEGIATAN DEWATERING
PT KALTIM PRIMA COAL TAHUN 2017 B. LATAR BELAKANG
PT Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara yang terletak di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Operasi penambangan batubara PT KPC menggunakan metode penambangan terbuka (Surface mining. Sistem tambang terbuka sangat berpotensi membentuk cekungan yang luas, sehingga menyebabkan air dapat terakumulasi pada lantai pit penambangan. Lokasi penambangan yang tergenang oleh air menjadi suatu masalah yang penting untuk ditangani bagi perusahaan, hal ini dapat mengganggu aktivitas penambangan dan mengakibatkan terhambatnya produksi tahunan yang telah direncanakan.
Peningkatan jumlah pengupasan overburden dan batubara mengkibatkan terjadinya perubahan dimensi front tambang yang semakin dalam serta arah penambangan yang menuju penyebaran batubara. Hal ini berdampak pada jumlah air yang masuk, head pompa dan dimensi kolam yang berubah. Selain itu seringnya terjadi hambatan kerja selama kegiatan penambangan di perusahaan PT. KPC akibat keadaan jalan tambang yang tergenang.
Untuk mencegah hambatan kerja dan menunjang target produksi dalam rencana aktivitas penambangan tahunan dibutuhkan evaluasi terhadap kebutuhan pompa dalam kegiatan dewatering. Melalui upaya ini, maka diharapkan kebutuhan pompa yang digunakan akan semakin efisien dan efektif.
C. PERMASALAHAAN
Rumusan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu : 1) Berapa besar curah hujan yang akan terjadi pada Tahun 2017. 2) Bagaimana keadaan aktual sistem pemompaan di PT KPC
3) Belum ada evaluasi mengenai bagaimana Pengaruh Keadaan saat ini terhadap rencana penambangan untuk tahun depan PT KPC
D. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini, yaitu:
1. Mengestimasi berapa besar air yang masuk masuk ke dalam tambang pada tahun yang akan datang.
2. Menentukan rencana kebutuhan pompa tahun 2017 sesuai dengan kondisi aktual.
E. MANFAAT PENELITIAN
Diharapkan penelitian Tugas Akhir ini bermanfaat bagi PT. Kaltim Prima Coal untuk penanganan air sehingga kegiatan penambangan tidak akan terganggu yang akan berujung pada target produksi yang tidak tercapai pada masa yang datang.
F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah suatu tahapan siklus pergerakan air dari atmosfer jatuh ke permukaan bumi dan kembali ke atmosfer. Siklus ini melalui beberapa tahapan mulai dari proses evaporasi, evapotranspirasi dan presipitasi. Air laut yang mengalami pemanasan oleh sinar matahari akan menguap menajadi awan. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju dan kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda (Soemarto, 1995):
a. Evaporasi / transpirasi
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. b. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah
Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
c. Air Permukaan
Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya
pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan di sekitar daerah aliran sungai menuju laut
2. Mine Dewatering
Mine dewatering merupakan suatu penanganan masalah air tambang dengan cara mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan (dengan memanfaatkan beda tinggi dan gaya gravitasi) melalui saluran penyaliran menuju kolam penampungan (sump). Sistem ini biasa diterapkan untuk penanganan limpasan dari air hujan. Kegiatan dewatering dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Penyaliran dengan tunnel/adit method, Sistem ini dilakukan dengan cara, air yang masuk kedalam tambang dikeluarkan dengan cara mengalirkan air dari dasar tambang keluar daerah tambang melalui terowongan (tunnel/adit). Cara penyaliran ini hanya dapat diterapkan untuk tambang yang terletak di daerah pegunungan atau yang berbukit. Kelemahan dari sistem ini adalah dapat menyebabkan lereng kurang stabil..
b. Open Sump, Sistem ini dilakukan dengan cara, air yang masuk ke dalam tambang dikumpulkan ke suatu sumuran (sump) yang dibuat di dasar tambang. Dari sumuran tersebut air kemudian dipompa dan dialirkan dengan pipa untuk dikeluarkan dari tambang. Sistem penyaliran air pada umumnya banyak digunakan di tambang-tambang terbuka.
c. Sistem saluran terbuka, Penyaliran dengan sistem saluran terbuka yaitu dengan membuat suatu paritan untuk mengalirkan air ke tempat yang lebih rendah (kolam penampungan). Penyaliran sistem saluran terbuka termasuk dalam penyaliran gaya berat, yaitu air mengalir ke tempat yang lebih
rendah karena gaya gravitasi akibat dari perbedaan ketinggian tempat. Kolam penampungan ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat yang ikut dalam aliran air, sehingga tidak terbawa keluar dari daerah penambangan.
3. Analisa Hidrologi
3.1 Curah Hujan
Curah Hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu satuan luas, dinyatakan dalam satuan mm. 1 mm berarti pada luasan 1 m2 jumlah
air hujan yang jatuh adalah sebanyak 1 liter. Curah hujan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu sistem penyaliran, karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus diatasi. Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah hujan biasanya akan berulang pada suatu periode tertentu, yang dikenal dengan periode ulang hujan. Periode ulang hujan adalah periode (tahun) dimana suatu hujan dengan tinggi intensitas yang sama kemungkinan bisa terjadi lagi. Kemungkinan terjadinya adalah satu kali dalam batas periode (tahun) ulang yang ditetapkan (Sosrodarsono dan Takeda, 1993).
Dalam satu periode pengambilan data hujan pada stasiun hujan, data output belum bisa sepenuhnya dipakai karena dalam kurun periode pencatatan kemungkinan terjadi kesalahan baik dari segi manusia dalam waktu pengambilan data.
Kesalahan yang mungkin terjadi selama proses pengambilan data hujan seperti pemindahan alat penakar hujan, tertutupnya alat penakar hujan oleh vegetasi atau bentuk penghalang lainnya tentunya dapat mengakibatkan perubahan data hujan yang tercatat. (Asdak, 2001:71).
3.2 Catchment Area
Catchment area merupakan suatu area atau daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya membentuk suatu polygon tertutup yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti kecenderungan arah gerak air (Suwandhi. 2004:9).
Dengan pembatasan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap akan terkonsentrasi pada elevasi terendah pada daerah tersebut. Pembatasan catchment area biasa dilakukan pada peta topografi dan untuk perencanaan system penyaliran dianjurkan dengan menggunakan peta rencana penambangan dan peta situasi tambang.
4. Metode Thiessen
Metode Poligon Thiessen didasarkan retata timbang (weighted average). Masing – masing stasiun penakar diasumsikan dipengaruhi oleh luasan tertentu. Dibentuk dengan menggambarkan sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua stasiun yang berdekatan (Soemarto,1987: 32).
Berdasarkan metode Thiessen, penggambaran dilakukan dengan cara meletakkan titik-titik stasiun pada peta. Selanjutnya menghubungkan titik tiap stasiun sehingga membentuk jaringan segitiga-segitiga. Pada setiap segitiga dibentuk garis-garis bagi tegak lurus sehingga membentuk poligon-poligon di sekitar masing-masing stasiun. Sisi-sisi setiap poligon merupakan batas luas efektif yang diasumsikan untuk stasiun tersebut. Luas masing-masing poligon dapat ditentukan dengan planimetri dan dinyatakan sebagai persentase dari luas total.
Gambar 4.1 Pembagian Luas Metode Thiessen
Hujan daerah Metode Poligon Thiessen dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :
⋯
⋯
………. (4.1) Dimana : A = Daerah Pengaruh (km2) X = Kedalaman Hujan (mm)5. Analisis Periode Ulang
Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa yang luar biasa, seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Besaran peristiwa berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar biasa ekstrim kejadiaannya sangat langka (Suripin, 2003:32).
Periode Ulang (return period) merupakan waktu hipotetik dimana debit atau hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Tujuan dari analisis periode ulang hujan adalah menentukan besaran peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Penentuan periode ulang hujan untuk perencanaan sarana penyaliran tambang dapat dilakukan berdasarkan harga acuan periode ulang ( 10-25 tahun).
Analisis periode ulang hujan ini berdasarkan pada sifat statistic data kejadian yang telah terjadi untuk memperoleh probabilitas besaran hujan dimasa yang akan dating. Dengan anggapan bahwa sifat statistic kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statisttik kejadian hujan masa lalu. Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi :
a. Distribusi Normal
Distribusi normal banyak digunakan dalam analisis hidrologi, missal dalam analisis frekuensi curah hujan, analisis statistic dari distribusi rata-rata curah hujan tahunan, debit rata-rata tahunan dan sebagainya. Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss. Distribusi ini mempunyai rumus :
= + . ………..(5.1) Dimana,
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang tertentu
X = Nilai rata-rata hitung variat
k = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang periode ulang s = Deviasi standar variat
Nilai factor frekuensi k umumnya sudah tersedia dalam table untuk
mempermudah perhitungan, yang umum disebut sebagai table nilai variable reduksi Gauss (variable reduce Gauss).
Tabel 5.1 Nilai variabel reduksi Gauss
Periode Ulang T (tahun) Peluang k
1,001 0,999 -3.05 1,250 0,800 -0.84 2,000 0,500 0 2,500 0,400 0,25 3,330 0,300 0,52 4,000 0,250 0,67
5,000 0,200 0,84 10,000 0,100 1,28 20,000 0,050 1,64 50,000 0,020 2,05 100,000 0,010 2,33 200,000 0,005 2,58 500,000 0,002 2,88 1,000,000 0,001 3,09
b. Distribusi Log Normal
Distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal, yaitu dengan mengubah nilai variat X menjadi nilai logaritmik variat X. distribusi ini mempunyai rumus :
Yt = Y + k . S……….. (5.2)
Dimana,
Yt = Nilai logaritmik nilai X
Y = Rata-rata hitung nilai Y S = Standar deviasi nilai Y
K = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang periode ulang
6. Pengujian
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji apakah jenis distribusi yang dipilih sesuai dengan data yang ada, yaitu uji Chi-Kuadrat dan Smirnov Kolmogorov (Sri Harto, 1991).
1. Uji Chi Kuadrat
Uji Chi Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistic sampeldata yang dianalisis (Seowarno, 1995:194). Adapun langkah-langkah perhitungan dari uji chi kuadrat ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah jumlah kelas dengan menggunakan persamaan Sturgess (Usman, 1995:71).
K = 1+3,322 log n ... (6.1) 2. Menghitung X2dengan rumus
= ( ) ... (6.2) Dimana,
X2 = Nilai chi square hitung
K = Jumlah kelas
Oi = Frekuensi pengamatan kelas Ei = Frekuensi teoritis kelas
3. Menentukan nilai X2 dari table dengan menentukan taraf signifikan (α)
dan derajat kebebasan (v)
4. Menyimpulkan hasil perhitungan apabila X2 hitung < X2cr maka
distribusi terpenuhi dan apabila nilai X2 hitung > X2cr maka distribusi
tidak terpenuhi. Besarnya nilai X2cr dapat dilihat pada table 2.2
Tabel 6.1 Nilai kritis untuk distribusi Chi kuadrat
dk Alfa (α) 0.005 0.010 0.025 0.050 0.100 0.250 1 7.879 6.635 5.024 3.841 2.706 1.323 2 10.597 9.210 7.378 5.991 4.605 2.773 3 12.838 11.345 9.348 7.815 6.251 4.108 4 14.860 13.277 11.143 9.488 7.779 5.385 5 16.750 15.086 12.833 11.070 9.236 6.626 6 18.548 16.812 14.449 12.592 10.645 7.841 7 20.278 18.475 16.013 14.067 12.017 9.037 8 21.955 20.090 17.535 15.507 13.362 10.219 9 23.589 21.666 19.023 16.919 14.684 11.389 10 25.188 23.209 20.483 18.307 15.987 12.549 11 26.757 24.725 21.920 19.675 17.275 13.701 12 28.300 26.217 23.337 21.026 18.549 14.845 13 29.819 27.688 24.736 22.362 19.812 15.984 14 31.319 29.141 26.119 23.685 21.064 17.117 15 32.801 30.578 27.488 24.996 22.307 18.245 16 34.267 32.000 28.845 26.296 23.542 19.369 17 35.718 33.409 30.191 27.587 24.769 20.489
18 37.156 34.805 31.526 28.869 25.989 21.605 19 38.582 36.191 32.852 30.144 27.204 22.718 20 39.997 37.566 34.170 31.410 28.412 23.828 21 41.401 38.932 35.479 32.671 29.615 24.935 22 42.796 40.289 36.781 33.924 30.813 26.039 23 44.181 41.638 38.076 35.172 32.007 27.141 24 45.559 42.980 39.364 36.415 33.196 28.241 25 46.928 44.314 40.646 37.652 34.382 29.339 26 48.290 45.642 41.923 38.885 35.563 30.435 27 49.645 46.963 43.195 40.113 36.741 31.528 28 50.993 48.278 44.461 41.337 37.916 32.620 29 52.336 49.588 45.722 42.557 39.087 33.711 30 53.672 50.892 46.979 43.773 40.256 34.800 2. Uji Smirnov Kolmogorov
Uji Smirnov Kolmogorov digunakan untuk membandingkan peluang yang paling maksimum antara distribusi empiris dan teoritisnya (Roostrianawaty, 2000). Prosedur perhitungan Uji Smirnov Kolmogorov adalah sebagai berikut (Soetopo, 1998:12) :
1. Data diurutkan dari kecil ke besar
2. Menghitung peluang empiris (Sn) dengan rumus Weibull ( ) = ... (6.3) Dimana,
Sn (X) = posisi data X menurut data pengamatan m = nomor urut data
m = banyak data
3. Menghitung peluang teoritis (Pt) dengan rumus
Pt = 1 – Pr... (6.4) 4. Menghitung simpangan maksimum (∆) dengan rumus
5. Menentukan nilai ∆cr dari Tabel 6.2
Menyimpulkan hasil perhitungan yaitu apabila ∆ < cr maka distribusi terpenuhi dan apabila ∆ > cr maka distribusi tidak terpenuhi.
Tabel 6.2 Nilai Kritis Smirnov-Kolmogorov
N α 0,20 0,10 0,05 0,01 5 0,45 0,51 0,56 0,67 10 0,32 0,37 0,41 0,49 15 0,27 0,30 0,34 0,40 20 0,23 0,26 0,29 0,36 25 0,21 0,24 0,27 0,32 30 0,19 0,22 0,24 0,29 35 0,18 0,20 0,23 0,27 40 0,17 0,19 0,21 0,25 45 0,16 0,18 0,20 0,24 50 0,15 0,17 0,19 0,23 N > 50 1,07, 1,22, 1,36, 1,63, 7. Volume Limpasan
Hujan yang terjadi mengakibatkan air hujan yang kemungkinan sebagian besar menggenang dan mengalir di permukaan tanah (run off) dan sebagian kecil meresap kedalam lapisan tanah (infiltrasi). Debit aliran maksimum dianalisis berdasarkan metode rasional berikut ini :
Q = C . A . R. 1000 ... (7.1) Dimana,
Q = Debit (m3/s)
C = Koefisien Limpasan R = Curah hujan (mm/day) A = Luas Daerah aliran (km2)
Tabel. 7.1Runoff Coefficient of KPC Design Flood Estimation Manual
Surface Cover/Land Use C
Coal seam, Haul road, Pit floor & Loading point 1.00 Active dumping area 0.75
Clearing area 0.70
Rehab area before re-vegetated/fresh rehab area 0.65 Re-vegetated rehab area 0.55 Natural rainforest 0.50
8. Pompa
Pompa berfungsi untuk memindahkan atau mengeluarkan air dari tempat yang rendah yaitu air yang ada pada kolam penampungan (sump) pada lantai kerja penambangan ke tempat yang lebih tinggi (keluar tambang) (Amin, 2002). Sesuai dengan prinsip kerjanya, pompa dibedakan atas :
1) Reciprocating Pump
Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan umumnya dapat mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi. Kerugiannya adalah beban yang berat serta perlu perawatan yamg teliti. Pompa jenis ini kurang sesuai untuk air berlumpur karena katup pompa akan cepat rusak. Oleh karena itu jenis pompa ini kurang sesuai untuk digunakan di tambamg.
2) Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi air akan dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa jenis ini banyak digunakan di tambang, karena dapat
melayani air berlumpur, kapasitasnya besar, dan perawatannya lebih muda.
3) Axial Pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros) melalui kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling-baling kapal. Pompa ini dapat beroperasi secara vertikal maupun horizontal. Jenis pompa ini digunakan untuk julang yang rendah.
Dalam pemompaan dikenal istilah julang (head), yaitu energy yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang dipompa, maka head juga akan semakin besar.
Perhitungan head yang digunakan adalah perhitungan yang didapat di lapangan, yaitu dengan mengacu pada spesifikasi pipa yang digunakan dan untuk debit pemompaan (flow rate) disimulasikan. Head total pompa dapat ditulis dengan rumus :
H = Hf+ Hs... (8.1)
Dimana,
H = Total Dynamic Head Hf = Head Gesekan Hs = Head Statis a. Head Statis Hs= h2– h1 ...(8.2) Dimana, Hs = Head Statis (m) h2 = Elevasi outlet (m) h1 = Elevasi Inlet (m)
b. Head Gesekan
Hf = (L/100) . Head Loss Sesuai Spesifikasi Pipa... (8.3)
Dimana,
Hf = head gesekan (m)
L = Panjang pipa (m)
G. METODE PENELITITAN
Tahapan penelitian yang dilakukan sebagai berikut : 1. Studi Literatur
Studi literatur dibutuhkan untuk mempelajari masalah yang akan diteliti. Studi literatur dilakukan pada buku buku teks, jurnal penelitian yang terkait, laporan laporan sebelumnya yang mendukung penelitian serta informasi dari media berupa internet.
2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Tahapan ini dilakukan pengamatan lebih lanjut untuk mengindentifikasi masalah yang bisa diangkat menjadi topik penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Data yang dikumpulkan adalah semua data yang berkaitan dan mendukung penelitian baik berupa data aktual maupun data histori.
4. Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan beberapa metode yang nantinya akan digunakan untuk melakukan perancangan sistem penirisan tambang.
5. Penyusunan Laporan
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dalam rangkaian kegiatan penelitian, dimana keseluruhan data yang telah diperoleh dan diolah, diakumulasikan dan kemudian dituangkan dalam bentuk draft laporan hasil penelitian (skripsi) sesuai dengan format dan kaidah penulisan tugas akhir yang telah ditetapkan Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.
6. Seminar dan Penyerahan Laporan
Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasekan dalam seminar Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin, setelah melalui penyempurnaan berdasarkan masukan – masukan yang diperoleh dari seminar. Laporan akhir dalam bentuk final kemudian di serahkan kepada Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin. Berikut ini adalah diagram alir penelitian yang akan dilakukan.
H. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Pelaksanaan tugas akhir ini direncanakan selama kurang lebih 6 bulan yaitu bulan April 2015 – Oktober 2016
I. DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah aliran Sungai. Lembaga Ekologi. Universitas Padjajaran. Fakultas Pertanian. Bandung.
Asiyanto, 2006,Metode Konstruksi Dewatering, Universitas Indonesia Press, Jakarta Bennett. Shane, 2015, Guideline of Mine Water Management, Mining Development PT
Kaltim Prima Coal, Sangatta
Soemarto. 1995.Hidrologi Teknik. Jakarta : Erlangga.
_________., 1987. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional, Surabaya.
Soewarno. 1995. Hidrologi: Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data. (Jilid I). Bandung: Penerbit Nova.
Sosrodarsono, S., dan K. Takeda. 2003. Hidrologi untuk Pengairan. PT. pradaya Paramita. Jakarta.