ARTIKEL
JudulPersepsi Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
( Studi Kasus di Kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja)
Oleh
NI WAYAN SURATNI 1014021005
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
1
Persepsi Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
( Studi Kasus di Kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja) Oleh:
Ni Wayan Suratni, (NIM 1014021005) (
(ee--mmaaiill::wwyyssuurraattnnii@@ggmmaaiill..ccoomm)) T
TuuttyyMMaarryyaattii**))
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui permasalahan dalam pembelajaran IPS di kelas VIII A; (2) Mengetahui model-model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru IPS di kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja; (3) Mengetahui persepsi peserta didik terhadap model pembelajaran IPS yang dikembangkan oleh guru di kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan langkah-langkah: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, kuisioner, studi dokumentasi dan studi pustaka); (4) teknik penjaminan keabsahan data; dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Permasalahan dalam pembelajaran IPS adalah beban mengajar guru, kualifikasi pendidikan guru IPS yang belum berlatar belakang Sarjana Pendidikan IPS, permasalahan dalam menerapkan konsep IPS Terpadu, kurangnya fasilitas pembelajaran IPS yaitu kurangnya ketersediaan buku penunjang pembelajaran IPS yang dimiliki siswa dan input (Siswa), kurangnya semangat belajar; (2) Model-model Pembelajaran yang Dikembangkan oleh Guru IPS sudah cukup variatif tidak hanya pada metode ceramah tetapi sudah mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (3) persepsi peserta didik terhadap pembelajaran IPS secara umum mengarah ke arah positif, hal ini tampak pada komponen minat kesukaan siswa terhadap pelajaran IPS, dan pandangan siswa mengenai pentingnya pelajaran IPS. Persepsi siswa terhadap model pelajaran IPS, guru sudah menggunakan model pembelajaran inovatif yang menyebabkan minat belajar siswa semakin meningkat.
2 ABSTRACT
The purpose of this research (1) Knowing the problem of IPS subject in class VIII A; (2) Knowing the learning models which were developed by the teacher of IPS in class VIII A, Bhaktiyasa Singaraja Junior High School; (3) Knowing the perception of learners to learning model of IPS which was developed by the teacher from class VIII A, Bhaktiyasa Singaraja Junior High School. This research is using a qualitative approach with some steps: (1) determination of research location, (2) determination informant technique, (3) collection data technique (observation, interview, questionnaire, documentation study and literature study), (4) guaranty of validity data technique, and (5) data analysis technique. The result of this research showing that: (1) the problem of IPS teaching load of teachers, education qualification of IPS teacher who don’t have IPS scholars background, the problem of applying concept IPS integrated, lack of IPS studying facilities, availability of the IPS books which is owned by the students dan input (students), lack of studying spirits, (2) the learning model which is developed by the IPS teachers are varied enough and not only a lecture method but it has developed a cooperative learning method STAD, (3) the students perception of IPS subject generally aims to positive thing, this can be seen from the component of studens interest to IPS subject, and the vision important that IPS subject. The studens perception about IPS subject that teachers have been using innovative learning model which effects studens interest is increasing
Key words: perception, the learner, learning process. *)
3
Belajar merupakan bagian dari
sistem pendidikan, tujuan belajar
hakikatnya merupakan proses perubahan kepribadian meliputi kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan itu bersifat menetap dalam tingkah laku sebagai hasil latihan atau pengalaman. Proses belajar tidak menghafal konsep atau fakta belaka, tetapi lebih merupakan kegiatan internalisasi
antar konsep guna menghasilkan
pemahaman yang utuh. Agar tercapai
pembelajaran bermakna, guru harus
berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan memadukannya dengan pengetahuan baru. Proses pembelajaran dari hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pendidikan. (Ahmadi dan Amri, 2011: 1).
Salah satu masalah pokok dalam
pembelajaran pada pendidikan formal
(sekolah) dewasa ini adalah masih
rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini Nampak pada hasil belajar peserta didik
yang senantiasa masih sangat
memprihatinkan. Permasalahan dalam proses pembelajaran disebabkan karena ketika proses belajar mengajar masih
memberi dominasi guru dan tidak
memberikan akses bagi anak didik untuk
berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikirnya. Seiring
berkembangnya kurikulum dalam
pendidikan menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang
semula berpusat pada guru (teacher
centered) beralih berpusat pada murid
(student centered). Perubahan ini
menyebabkan semakin terlihat posisi peserta
didik sebagai subyek pembelajaran
(Trianto,2007: 1).
Salah satu dari mata pelajaran yang didapat oleh peserta didik di tingkat SMP adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), mata pelajaran ini dijenjang sekolah mulai diperkenalkan dalam struktur pendidikan di Indonesia pada tahun 1975 (Sapriya, 2011: 11).
Pendidikan IPS adalah salah satu seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan. Pendidikan IPS merupakan pemaduan antara berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial yang terdiri dari mata pelajaran Geografi, Sosiologi/Antropologi, Ekonomi
4 pelaksanaan pembelajaran semestinya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas agar dapat memadukan semua disiplin ilmu IPS menjadi satu keterpaduan (Hasan, 1995: 27).
Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, Mata pelajaran IPS dalam sistem pendidikan di Indonesia diberikan untuk peserta didik mulai jenjang sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA), serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Mata pelajaran IPS pada
setiap jenjang pendidikan memiliki
pengembangan pembelajaran yang berbeda dalam setiap tingkatan pendidikan.
Tingkat SD pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah-pisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata. Untuk jenjang SMP/MTs, pengorganisasian materi pelajaran IPS
menganut pendekatan terpadu yang
mengarah pada model korelasi artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada beberapa aspek kehidupan
nyata. Untuk jenjang SMA/MA,
pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan yang terpisah, artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada beberapa disiplin ilmu sosial secara terpisah. Sedangkan untuk sekolah kejuruan (SMK), materi pelajaran IPS disusun dalam satu mata pelajaran yakni Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ( Maryati, 2012: 12).
Pendekatan terpadu sebenarnya
sudah dikenalkan sejak kurikulum 1975,
dimana matapelajaran IPS merupakan
“Fusi” atau gabungan dari beberapa disiplin
ilmu sosial. Berdasarkan pendekatan
tersebut, maka seharusnya kurikulum IPS berisi pokok-pokok bahasan yang sama untuk dikaji beberapa disiplin ilmu sosial
melalui matapelajaran IPS dengan
“pendekatan terpadu”. Namun dalam
kenyataannya, IPS yang dimaksud tidak berhasil dikembangkan secara baik dalam program pengajaran. Pokok bahasan yang ada dikembangkan dan dikhususkan bagi masing-masing disiplin ilmu secara terpisah bukan merupakan “keterpaduan”, sehingga
5
pendekan “fusi IPS” yang ingin
dikembangkan tidak terlaksana secara baik pada tingkat pengajaran. Akibatnya, meski secara konseptual IPS menganut sistem fusi atau terpadu, namun dalam pelaksanaan pengajaran dianggap mengalami kegagalan (Maryati,2012: 3).
Kenyataan di lapangan berdasarkan pada hasil observasi bahwa pembelajaran IPS di SMP Bhaktiyasa belum sesuai dengan
tujuan pembelajaran IPS terpadu.
Berdasarkan hasil pengamatan ketika guru menyampaikan materi pembelajaran dengan
menerapkan model-model pembelajaran
inovatif di kelas, khususnya di kelas VIII A terdapat siswa yang serius dalam menerima pembelajaran namun dari beberapa siswa yang mengikuti pelajaran masih terdapat siswa yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran karena mereka menganggap bahwa materi pembelajaran IPS sangat banyak dan sulit untuk dipahami.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan peserta didik dan guru pengampu matapelajaran IPS pada tanggal 26 Agustus 2013 di SMP Bhaktiyasa Singaraja, dapat ditemukan permasalahan
dalam proses belajar mengajar pada
pelajaran IPS. Pada proses pembelajaran
yang berlangsung di kelas, ketika guru
memberikan materi dengan cara
menggunakan metode pembelajaran yang
inovatif yaitu Tipe Student Teams
Achievement Division (STAD), masih terlihat beberapa anak yang tidak serius
dalam menerima pembelajaran yang
diberikan oleh guru. dikarenakan materi pelajaran IPS sangat banyak sehingga untuk dapat mengerti sangatlah sulit.
Dari beberapa kajian tentang
pembelajaran IPS, belum ada yang mengkaji tentang masalah pembelajaran IPS dari sudut pandang persepsi peserta didik. Mendasarkan hal tersebut maka penelitian tentang “Persepsi Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ( Studi Kasus di Kelas VIII SMP Bhaktiyasa Singaraja)” dipandang penting dilakukan. Disamping itu alasan dipilihnya penelitian ini karena dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh guru-guru khususnya guru-guru IPS sangat penting untuk ditingkatkan, sehingga hal ini semakin membuat penulis tertarik untuk mengkaji
mengenai “Persepsi Peserta Didik
Terhadap Proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ( Studi Kasus di
Kelas VIII A SMP Bhaktiyasa
6 Berdasarkan paparan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah (1)
Mengapa terjadi permasalahan dalam
pembelajaran IPS di kelas VIII A? (2) Bagaimanakah model-model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru IPS di kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja ? (3)
Bagaimanakah persepsi peserta didik
terhadap model pembelajaran IPS yang dikembangkan oleh guru di kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja?
METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai persepsi peserta didik terhadap proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif di antaranya terdapat (1)
Penentuan lokasi penelitian,
penelitian ini dilakukan di kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja, terletak di jalan Ngurah Rai No. 29 Singaraja; (2) Teknik penentuan informan. Informan yang dituju untuk memperoleh data yaitu Pertama, I Gede Suasta S.Pd, merupakan Guru pengampu mata pelajaran IPS di SMP Bhaktiyasa Singaraja. Kedua, yaitu Siswa kelas VIII A yang berjumlah 22 orang siswa di SMP Bhaktiyasa Singaraja . Ketiga, Ni Nengah Artuti, S.Pd, M.Pd merupakan Kepala SMP Bhaktiyasa Singaraja.; (3)
Teknik pengumpulan data (wawancara, observasi, kuisioner dan studi dokumen); (4) Teknik penjamin keabsahan data (triangulasi data dan triangulasi metode); dan (5) Teknik analisis data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VIII A SMP BHaktiyasa Singaraja.
Berdasarkan penelitian di lapangan yang dilakukan di kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPS yaitu : (1) Beban mengajar guru, guru yang berstatus PNS dan sudah sertifikasi di tuntut untuk mendapat jam mengajar selama 24 jam dalam seminggu; (2) Kualifikasi pendidikan Guru, untuk guru IPS di SMP Bhaktiyasa Singaraja sampai saat ini belum
ada yang berlatar belakang Sarjana
Pendidikan IPS, namun hal tersebut cukup teratasi karena guru bidang studi IPS di SMP bhaktiyasa merupakan lulusan dari D2 IPS sehingga tidak begitu mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran IPS terpadu Namun pada umumnya tidak semua guru yang mengajar di SMP merupakan lulusan dari D2 IPS dan di Bali khususnya sampai saat ini belum ada guru
7 yang berlatar belakang dari lulusan sarjana IPS; (3) Permasalahan dalam menerapkan konsep IPS terpadu Ketika proses belajar mengajar berlangsung di sekolah khususnya untuk pelajaran IPS yang ada di SMP Bhaktiyasa, melihat dari latar belakang pendidikan guru IPS merupakan lulusan D2 IPS dan melanjutkan pendidikan pada jenjang Sarjana Pendidikan Geografi. Oleh karena itu nampak bahwa ketika pertama kali guru mengajar IPS mengalami kesulitan untuk dapat memadukan seluruh sub bidang ilmu sosial agar dapat menjadi satu keterpaduan ilmu yaitu IPS terpadu. Dari permasalahan awal yang dihadapi oleh bapak I Gede Suasta S.Pd sekarang ini sudah tidak lagi mengalami kesulitan karena dari latar belakang pendidikan yang di tempuh sebelum menjadi guru IPS merupakan lulusan dari D2 IPS dan Sarjana Pendidikan Geografi selain itu bapak I Gede Suasta S.Pd sudah mengajar IPS selama 12 tahun untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya dapat diatasi sehingga untuk dapat memadukan konsep IPS terpadu tidak lagi mengalami kesulitan. Namun dari kesulitan yang sekarang sudah tidak lagi di dapat oleh guru ketika memadukan pembelajaran, kesulitan yang didapat guru ada pada sikap siswa ketika menerima pembelajaran tidak
semua siswa memiliki semangat belajar yang tinggi; (4) Fasilitas pembelajaran fasilitas belajar yang ada di SMP Bhaktiyasa Singaraja khusus untuk pelajaran IPS seperti ketersediaan buku pelajaran, ruang kelas, LCD, peta, globe, papan tulis, Meja, dan kursi. Semua fasilitas belajar yang ada di sekolah dapat menunjang pembelajaran IPS yang lebih baik. Namun dari keseluruhan fasilitas yang sudah disediakan tidak seluruh siswa memanfaatkannya dengan baik,
masih terdapat siswa yang tidak
memanfaatkan fasilitas yang disediakan
untuk sarana mereka belajar. Untuk
menunjang proses belajar mengajar IPS, sekolah hanya menyediakan satu buku paket yang diberikan kepada siswa untuk dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, sekolah tidak menggunakan lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan kepada siswa. Permasalahan yang ditemukan dengan sedikitnya sumber belajar yang dimiliki siswa berimbas pada guru yang mengajar di kelas; (5) Input (Siswa) mengenai jalur masuk penerimaan siswa baru di SMP
Bhaktiyasa Singaraja yang tidak
menggunakan jalur tes maupun melalui nilai maka dari pihak sekolah belum dapat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki
8 siswa serta kurangnya semangat belajar yang dimiliki oleh siswa.
Model-model Pembelajaran yang
Dikembangkan oleh Guru IPS di Kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja.
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru bidang studi IPS di kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja adalah model-model Pembelajaran yang Dikembangkan oleh Guru IPS sudah cukup variatif tidak hanya pada metode ceramah tetapi sudah
mengembangkan model pembelajaran
Kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah guru membentuk kelompok dan adanya diskusi tanya jawab.
Persepsi Peserta Didik Terhadap Model Pembelajaran IPS yang Dikembangkan Oleh Guru di Kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja.
Persepsi siswa kelas VIII A
terhadap pembelajaran IPS dibagi menjadi 3 aspek; (1) pandangan siswa terhadap pembelajaran secara umum mengarah ke arah positif, hal ini tampak pada komponen minat siswa, kesukaan siswa terhadap pelajaran IPS tidak dapat terlepas dari materi pelajaran IPS yang pada prinsipnya dari kehidupan sehari-hari siswa. Pandangan siswa lainnya mengenai penting tidaknya pelajaran IPS siswa berpendapat bahwa
pelajaran IPS merupakan pelajaran yang penting untuk dipelajari ini berarti bahwa siswa memiliki kegunaan belajar IPS; (2)
Pandangan siswa terhadap aktifitas
pembelajaran IPS 18 siswa yang
menyatakan aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung keaktifan mereka dikarenakan mereka sudah dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga ketika proses belajar mengajar berlangsung di kelas guru memberikan pertanyaan mereka dapat menjawab dengan baik, 4 orang siswa menyataka tidak aktif karena mereka menganggap bahwa materi yang disampaikan oleh guru terlalu banyak sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi yang sudah dijelaskan oleh guru; (3) Persepsi siswa terhadap model pembelajaran IPS, siswa menyatakan bahwa
guru sudah menggunakan model
pembelajaran inovatif STAD dengan
langkah-langkah pembelajaran seperti
diskusi kelompok dan tanya jawab.
SIMPULAN
Menurut guru bidang studi IPS dan siswa kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja permasalahan yang ada terdapat
pada proses belajar mengajar beban
mengajar guru, Kualifikasi Pendidikan Guru, Permasalahan dalam Menerapkan
9
Konsep IPS Terpadu , Fasilitas
Pembelajaran, Input (Siswa). Model
pembelajaran yang diterapkan di kelas VIII A oleh guru IPS menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, materi-materi pembelajaran selama ini bersumber dari buku paket, media masa (internet, surat kabar, dan lingkungan sekitarnya), dengan menggunakan model pembelajaran yang
menyenangkan dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan di kelas siswa belajar dengan model permainan sehingga siswa tidak tegang, dan cepat bosan dalam belajar. Menurut siswa kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja bahwa pelajaran IPS selama ini menyenangkan, karena mereka menyukai pelajaran IPS, model-model pembelajaran IPS yang selama ini diberikan oleh guru menggunakan model belajar yang menyenangkan seperti diskusi kelompok, tanya jawab, sehingga ketika menerima pelajaran mereka bersungguh-sungguh, walaupun masih ada beberapa
siswa yang kurang serius menerima
pelajaran, untuk mengatasi hal tersebut, guru menggunakan model pembelajaran tanya
jawab sehingga siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran akan fokus untuk
mendengarkan pernyataan yang diberikan oleh guru.
Saran
Belajar adalah hal yang sangat berguna untuk masa depan, sehingga sebagai siswa jangan pernah malas untuk sekolah dan belajar.
Ketika proses belajar mengajar guru hendaknya selalu memperhatikan situasi
keadaan kelas agar guru mampu
menciptakan keadaan kelas yang
kondusif.
Dalam proses belajar mengajar guru sebaiknya tidak menggunakan satu model pembelajaran, karakteristik dari siswa yang berbeda-beda menyebabkan guru harus kreatif dalam memilih model pembelajaran yang digunakan.
Meningkatkan minat belajar siswa
merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru, minimnya minat belajar siswa melalui membaca buku harus dapat
ditingkatkan lagi karena buku
merupakan gudang ilmu sehingga bila siswa tidak senang membaca buku maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar dan memahami materi dari setiap pelajaran.
10 Ucapan terima kasih ditujukan kepada 1. Dr. Tuty Maryati, M.Pd sebagai
Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi dan membimbing penulis dalam penyusunan artikel.
2. Ketut Sedana Arta S.Pd, M.Pd selaku
Pembimbing Akademik (PA) dan
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi dan membimbing penulis dalam penyusunan artikel.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi Khoiru Iif, Amri Sofan. 2011.
Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Hasan. S. Hamid. 1995. Pendidikan Ilmu
sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Nasional.
Maryati Tuty. 2012. Seminar Meningkatkan Pengetahuan dan Pemahaman Guru IPS TEntang Pembelajaran IPS Terpadu di
Tingkat SMP dan SMK Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha pada Tanggal 22 November 2012 di Ruang Seminar FIS Undiksha.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta: Pustaka Nasional
Sapriya. 2011. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.