Volume 3 Nomor 1 Oktober 2020
p-ISSN : 2654-4490 dan e-ISSN : 2654-9085
Homepage at : ojs.unm.ac.id/JES
E-mail : [email protected]
PENGGUNAAN LAHAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
RUMAH TANGGA DI DESA PURWOSARI KECAMATAN TOMONI
TIMUR KECAMATAN LUWU KABUPATEN TIMUR (STUDI KASUS
KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL))
Lilis1, Maddatuang2, Suprapta3
Jurusan Geografi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.Indonesia.
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to: find out the type of plants cultivated by residents in the plot of land, the implementation of Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), and how much the contribution from the use of the plot of land in increasing household income in Purwosari village Tomoni Timur subdistrict Luwu Timur district. The sampling technique using total sampling technique where the number of samples is equal to the population. Data collection techniques used in this study are literature, observation, interview and documentation techniques. Based on research a cultivated plant by respondents in the plot are varied, such as mustard greens, kale, long beans, tomatoes, spinach, jasmine beans and eggplant. KRPL in Purwosari village is implemented by forming a group that has a management structure that is authorized by the village head. Groups that have been formed and meet the requirements will receive a grant from the district government for vegetable cultivation which is equal to Rp 40.000.000/group. Then this KRPL group will be accompanied by facilitators from the sub-district who will help direct and supervise the KRPL implementation. The contribution of yard use in increasing the household income of respondent has a very significant value with the highest contribution value of 47.7% and the lowest is 7.41%. this can help households meet their daily needs.
Keywords: contribution to yard use
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman yang dibudidayakan oleh warga di lahan pekarangan, pelaksanaan kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan berapa besar kontribusi dari pemanfaatan lahan pekarangan dalam peningkatan pendapatan rumah tangga di Desa Purwosari Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kepustakaan, observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian tanaman yang dibudidayakan oleh responden di lahan pekarangan sangatlah bervariasi seperti sawi, kangkung, kacang panjang, tomat, bayam, kacang melati, dan terung. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Desa Purwosari dilaksanakan dengan membentuk kelompok yang memiliki struktur kepengurusan yang disahkan oleh kepala desa. Kelompok yang telah terbentuk dan memenuhi syarat akan memperoleh dana bantuan dari pemerintah kabupaten untuk budidaya sayur yakni sebesar Rp 40.000.000/ kelompok. Kemudian kelompok KRPL ini akan didampingi oleh pendamping dari kecamatan yang akan membantu mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan KRPL. Besar kontribusi dari pemanfaatan lahan pekarangan dalam peningkatan pendapatan rumah tangga responden memiliki nilai yang sangat berarti dengan nilai kontribusi yang paling tinggi yaitu 47.7% dan yang paling rendah adalah 7.41%. Hal ini dapat membantu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
PENDAHULUAN
Menurut Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementrian Pertanian, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pasokan pangan dalam suatu negara hingga titik terkecil yaitu perorangan agar hidup dengan sehat maupun aktif berkelanjutan kedepannya. Ketahanan pangan di indonesia dinilai masih rendah meski sudah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan penilaian Global Food Security Index (Indeks Ketahanan Pangan Global) 2018 dari the Economist Intellegence Unit, Indonesia berada diposisi 65 dari 113 negara. Berdasarkan data dari Buletin Konsumsi Pangan Kementrian Pertanian 2019, pengeluaran untuk bahan makanan terus meningkat sebesar 10% sejak 2016 hingga 2018. Hal ini dapat diatribusikan pada dua faktor, yaitu harga dan konsumsi masyarakat yang meningkat. Harga pangan yang tinggi sangat merugikan masyarakat, terutama bagi masyarakat miskin. Mereka bisa menghabiskan 50%-70% dari pendapatannya hanya untuk membeli makanan (Bantolo,2019)
Ketahanan pangan nasional merupakan suatu permasalah yang harus ditangani secara bersama. Tidak hanya mengandalkan pemerintah namun juga harus didukung dengan keikutsertaan secara aktif masyarakat dimulai dari hal terkecil pembetuk masyarakat yaitu keluarga. Menurut Dwiratna, dkk (2016) Ketahanan pangan keluarga secara signifikan akan mampu mengatasi permasalahan ketahanan pangan secara umum. Kawasan rumah pangan lestari merupakan salah satu pemanfaatan lahan pekarangan yang dapat dilaksanakan oleh setiap keluarga baik di pedesaan maupun diperkotaan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan lokal.
Di Indonesia sendiri masih memiliki lahan pekarangan yang sangat luas yakni mencapai luasan 10,3 juta hektar (BPTP Balitbangtan Sulawesi Selatan, 2018). Apabila pekarangan tersebut dioptimalkan fungsinya, maka dapat berkontribusi terhadap kecukupan, ketahanan dan kemandirian pangan masyarakat. Desa Purwosari Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur adalah salah
satu desa yang memiliki potensi lahan pekarangan dengan luas beragam antara 400 m2-2500 m2.
Sebagian masyarakat telah memanfaatkan lahan pekarangannya untuk kegiatan budidaya pertanian maupun perikanan untuk menambah pendapatan, namun ada juga yang hanya memanfaatkan lahan pekarangan untuk tanaman hias dan tanaman obat-obatan keluarga.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat menuntut penyediaan bahan pangan yang cukup. Berdasarkan data penduduk desa Purwosari, beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah penduduk yakni 1787 jiwa pada tahun 2010 meningkat menjadi 1953 jiwa pada tahun 2019. Hal ini mengharuskan masyarakat untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan pangan. Pemenuhan akan kebutuhan pangan tersebut dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang dimiliki.
Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah yang memiliki batas-batas yang jelas dan pada umumnya berpagar keliling serta memiliki hubungan erat antara manusia, hewan dan tumbuhan. Lahan pekarangan sangatlah multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit, dapat menghasilkan bahan pangan seperti sayur-mayur, umbi-umbian, buah-buahan, rempah-rempah dan obat serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan.
Dalam rangka pemanfaatan lahan pekarangan pada setiap rumah tangga baik di perdesaan maupun di perkotaan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian sejak tahun 2011 telah mencanangkan suatu program yang disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Dibentuknya KRPL ini merupakan salah satu komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan, diversivikasi pangan berbasis sumber daya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan (Wardoyo,dkk. 2013). Di desa Purwosari program KRPL ini mulai terlaksana dan mendapat bantuan dana dari pemerintah sejak tahun 2016 dan masih terlaksana hingga saat ini.
Warga yang terlibat dalam kegiatan KRPL pada umumnya mengolah lahan pekarangannya untuk bertani sayur. Hal ini didukung oleh beberapa faktor yaitu (1) Desa Purwosari merupakan wilayah yang datar dan berawa yang jenis tanahnya adalah alluvial dan organosol. Menurut Lisa (Layanan Informasi Desa) tahun 2017, tanah alluvial sangat cocok dimanfaatkan sebagai lahan pertanian baik padi maupun palawija, jagung, tembakau, buah-buahan dan jenis tanaman lainnya. Tekstur tanahnya yang lembut dan mudah diolah sehingga tidak membutuhkan tenaga yang ekstra untuk menjadikannya sebagai lahan pertanian. Sedangkan tanah organosol terbentuk dari pelapukan bahan organik dan biasa dijumpai di daerah rawa atau daerah yang banyak tergenang air.
Tanah organosol terbagi menjadi dua yaitu tanah humus dan gambut. Tanah humus di desa Purwosari adalah tanah hasil pelapukan bahan organik khususnya dari tanaman yang sudah mati. Tanah humus sangat subur untuk pertanian karena memiliki kandungan bahan organik yang tinggi sehingga warna tanah ini menjadi hitam. (2) memiliki ketersediaan air untuk cadangan pada saat kemarau dikarenakan rata-rata warga di Desa Purwosari memiliki sumur sendiri. Air dari sumur tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan bertani sayur di lahan pekarangan dan sebagian warga yang dekat dengan sungai menggunakan air tersebut untuk menyiram tanamannya.
Pekarangan yang dimanfaatkan dan dikelola dengan baik akan menciptakan keindahan dan kesejukan serta dengan dimanfaatkannya pekarangan sebagai media membudidayakan berbagai tanaman sayur, toga maupun tanaman pangan lainnya maka setiap rumah tangga penduduk akan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, mencukupi kebutuhan ataupun mengurangibeban pengeluaran belanja setiap hari. Bahkan apabila hasil yang diperoleh sangat bagus dan berlebihan jika dikonsumsi sendiri, maka produksi dari pekarangan ini bisa dijual untuk menambah pendapatan rumah tangga.
Sehubungan dengan hal diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis sayuran yang dibudidayakan di lahan pekarangan, bagaimana pelaksanaan kegiatan kawasan rumah pangan lestari dan seberapa besar kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di Desa Purwosari Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan atau menggambarkan keadaan dari suatu subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak, baik yang sterjadi sampai sekarang maupun yang telah terjadi pada waktu lalu.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Purwosari Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini atas dasar pertimbangan bahwa Desa Purwosari merupakan daerah yang telah menjalankan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sejak tahun 2016 hingga saat ini.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono dalam Aminudin (2013:25) Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling digunakan dalam penelitian apabila jumlah populasi yang diteliti kurang dari 100 sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memanfaatkan lahan pekarangan dan terlibat dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang ada di Desa Purwosari Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 30 rumah tangga.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif untuk memberikan gambaran dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel persentase. Untuk mengetahui besarnya kontribusi menggunakan rumus sebagai berikut:
Kt = Ki x 100 %
K
Keterangan : Kt : Kontribusi pemanfaatan lahan pekarangan
Ki : Pendapatan dari pemanfaatan lahan pekarangan K : Pendapatan rumah tangga
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a. Keadaan Geografis Desa Purwosari Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur
Desa Purwosari merupakan suatu daerah yang berada di Kecamatan Tomoni Timur
Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan Tomoni Timur sendiri terletak pada posisi 2029’40”- 2034’20”
Lintang Selatan dan terletak pada posisi 120049’00”–120056’00” Bujur Timur. Desa Purwosari
memiliki penduduk yang masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Daerah ini berjarak 47 km dari ibu kota kabupaten dan berjarak 4,5 km dari ibu kota kecamatan. Adapun luas
Desa Purwosari yakni 3,09 km2 yang merupakan daerah dataran rendah.
Desa Purwosari terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Hargosari dan Dusun Hargomulyo. Adapun batas-batas wilayah Desa Purwosari yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Desa Manggala, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pattengko, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kertoharjo dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Mulyasri dan Desa Bangun Jaya.
b. Keadaan Demografis Desa Purwosari Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur
Penduduk Desa Purwosari berjumlah 1953 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 988 jiwa dan perempuan sebanyak 965 jiwa serta jumlah KK sebanyak 606 jiwa. Penduduk merupakan suatu unsur penting dalam sebuah penelitian. Secara rinci tentang penduduk Desa Purwosari berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Purwosari
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1. Tani 1257 64.4 2. Dagang 38 1.9 3. Ternak 33 1.7 4. PNS 24 1.2 5. TNI/POLRI 1 0.1 6. Swasta 27 1.4 7. Lain-lain 573 29.3 Jumlah 1953 100
Sumber: Kantor Desa Purwosari, Kabupaten Luwu Timur Tahun 2019
Data pada tabel 1 menunjukkan jumlah penduduk desa Purwosari yang bermata pencaharian terbanyak adalah petani yakni sebanyak 1257 jiwa dan yang paling sedikit adalah TNI/POLRI yakni 1 jiwa. Petani sebagai mata pencaharian terbanyak dikarenakan sebagian besar wilayah di desa Purwosari merupakan lahan pertanian.
c. Karakteristik Responden 1. Umur Responden
Umur responden dalam hal ini adalah usia petani yang memanfaatkan lahan pekarangan sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu untuk budidaya sayuran. Umur sangat penting karena dapat mempengaruhi kemampuan dari seseorang baik itu dalam bekerja ataupun dalam berpikir. Karakteristik responden menurut umur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Karakteristik Responden Menurut Umur
Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)
27-35 4 13.3 36-44 4 13.3 45-53 15 50.0 54-62 6 20.0 63+ 1 3.3 Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 2 menunjukkan karakteristik responden menurut umur yaitu yang terbanyak umur 45-53 (50%) dan yang paling sedikit adalah umur 63 keatas (3.3%). Dari data di atas dapat diketahui bahwa pemanfaatan lahan pekarangan sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dapat dilaksanakan dari segala umur baik dewasa maupun orang tua. Umur responden yang sebagian besarnya adalah usia produktif dan diharapkan memiliki fisik yang kuat dan tenaga kerja yang besar terhadap usahanya dalam mengelola pekarangan sehingga dapat meningkatkan produksi sayuran dan juga pendapatan.
2. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan yang diberikan baik secara formal maupun nonformal, erat kaitannya dengan pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan seseorang. Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini yakni jenjang pendidikan terakhir yang pernah dilalui oleh responden. Tingkat pendidikan formal responden di Desa Purwosari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tidak Tamat SD 2 6.7
SD 13 43.3
SMP 11 36.7
SMA 4 13.3
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 3 menunjukkan karakteristik responden menurut tingkat pendidikan cukup bervariasi. Tingkat pendidikan terbanyak adalah Tamat SD (43.3%), sedangkan yang paling sedikit adalah Tidak Tamat SD (6.7%). Pendidikan tersebut masih tergolong rendah hal ini dikarenakan para orang tua responden yang kurang memahami tentang pentingnya pendidikan. Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam memanfaatkan lahan pekarangan sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) untuk budidaya sayur ini tidak terlalu dituntut untuk memiliki pendidikan yang tinggi melainkan dengan adanya kemauan untuk bekerja dan ketekunan dalam menjalani pekerjaan.
3. Jumlah Beban Tanggungan
Jumlah beban tanggungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya anggota rumah tangga yang dibiayai atau menjadi tanggungan kepala keluarga. Mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4 Jumlah Beban Tanggungan Responden
Jumlah Beban Tanggungan (jiwa) Frekuensi Persentase (%)
1-2 15 50.0
3-4 11 36.7
5-6 4 13.3
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah beban tanggungan responden yang terbanyak memiliki tanggungan keluarga adalah antara 1-2 yaitu sebanyak 15 jiwa (50%) dan jumlah tanggungan keluarga yang paling sedikit adalah antara 5-6 orang yaitu sebanyak 4 jiwa (13.3%). Anggota keluarga responden dapat berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan KRPL atau pemanfaatan lahan untuk budidaya sayur. Namun, dengan besarnya beban tanggungan keluarga belum tentu dapat meningkatkan suatu produksi. Semakin besar beban tanggungan maka semakin besar pula pengeluaran untuk kebutuhan hidup. Oleh karena itu, banyaknya beban tanggungan juga dapat memotivasi pengusaha untuk meningkatkan produktivitas.
4. Tingkat Pendapatan
a. Pendapatan Dari Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Tabel 5 Pendapatan dari Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Besarnya Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase (%)
200.000-399.999 4 13.3
400.000-599.999 13 43.3
600.000-799.999 9 30.0
800.000-999.999 4 13.3
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 5 menunjukkan pendapatan dari pemanfaatan lahan pekarangan yang paling banyak diperoleh responden adalah Rp 400.000 - Rp 599.999 yaitu sebanyak 13 orang (43.3 %) sedangkan yang paling sedikit adalah pendapatan sebesar Rp 200.000 – Rp 399.999 dan Rp 800.000 – Rp 999.999 yaitu masing-masing sebanyak 4 orang (13.3%).
b. Pendapatan Lain
Pendapatan lain yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penghasilan yang diterima dari pekerjaan selain memanfaatkan lahan pekarangan. Mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Pendapatan Lain
Besarnya Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase (%)
500.000-1.499.999 3 10.00 1.500.000-2.499.999 16 53.33 2.500.000-3.499.999 5 16.67 3.500.000-4.499.999 4 13.33 4.500.000-5.499.999 2 6.67 Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 6 menunjukkan pendapatan dari pekerjaan lain yang paling banyak diterima oleh responden adalah Rp 1.500.000 – Rp 2.499.999 yakni sebanyak 16 orang (53.33%) dan yang paling sedikit adalah Rp 4.500.000 – Rp 5.499.999 yakni 2 orang (6.67%).
c. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik secara bersama maupun perorangan. Pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7 Pendapatan Rumah Tangga
Besarnya Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase (%)
500.000-1.499.999 3 10.00 1.500.000-2.499.999 12 40.00 2.500.000-3.499.999 9 30.00 3.500.000-4.499.999 2 6.67 4.500.000-5.499.999 4 13.33 Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 7 menunjukkan pendapatan rumah tangga yang paling banyak diterima responden dalam satu rumah tangga adalah Rp 1.500.000 – Rp 2.499.999 yaitu sebanyak 12 (40%) kemudian yang paling sedikit diterima oleh responden adalah Rp 3.500.000 - Rp 4.499.999 yaitu hanya 2 (6.67%).
5. Modal
Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya modal yang digunakan dalam kegiatan memanfaatkan lahan pekarangan untuk membudidayakan sayuran. Besarnya modal yang digunakan responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8 Besarnya Modal Usaha
Besarnya Modal (Rp) Frekuensi Persentase (%)
< 200.000 29 96.7
> 200.000 1 3.3
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 8 menunjukkan besarnya modal usaha responden yaitu menggunakan modal < Rp 200.000 yakni sebanyak 29 (96.7%) dan yang menggunakan modal > Rp 200.000 hanya 1 (3.3%). Ini menunjukkan bahwa dalam memanfaatkan lahan pekarangan sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) untuk budidaya satur tidaklah menggunakan modal yang cukup besar namun membutuhkan tenaga yang cukup besar karena dalam pengolahannya responden harus mencangkul untuk membuat guludan, menyemprot dan menyiram tanaman.
6. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dimaksud yakni tenaga kerja yang ikut membantu dalam memanfaatkan lahan pekarangan untuk membudidayakan sayuran. Berikut tabel banyaknya tenaga kerja yang ikut terlibat dalam pemanfaatan pekarangan:
Tabel 9 Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja Frekuensi Persentase (%)
1 21 70
2 9 30
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 9 menunjukkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pengolahan lahan pekarangan yakni 1 sebanyak 21 (70%) dan 2 sebanyak 9 (30%). Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini merupakan anggota keluarga yang bertempat tinggal dalam satu rumah dengan responden. Oleh karena itu, mereka bekerja secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan tidak dikenakan upah.
7. Pemasaran
Pemasaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendistribusikan barang dari produsen kekonsumen. Berikut ini cara yang dilakukan reaponden dalam memasarkan sayuran kepada konsumen:
Tabel 10 Pemasaran
Cara Pemasaran Frekuensi Persentase (%)
Hasil panen dijual kepedagang sayur 25 83.3
Hasil panen dijual langsung ke pasar dan terkadang pembeli datang langsung
5 16.7
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 10 menunjukkan pemasaran yang dilakukan oleh responden sebagian besarnya dengan menjual hasil panen kepedagang sayur yakni sebanyak 25 (83.3%) sedangkan hasil panen yang dijual langsung kepasar dan terkadang pembeli datang langsung sebanyak 5 (16.7%).
8. Jenis Tanaman
Jenis tanaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah macam-macam sayuran yang dibudidayakan dilahan pekarangan. Berikut ini tabel dari jenis sayuran yang dibudidayakan:
Tabel 11 Jenis Sayuran
Jenis Sayuran Pembudidaya Persentase (%)
Sawi 10 17.8 Kangkung 16 28.6 Kacang panjang 8 14.3 Tomat 4 7.1 Bayam 8 14.3 Kacang melati 3 5.4 Terung 7 12.5 Jumlah 56 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 11 menunjukkan jenis sayuran yang paling banyak dibudidayakan oleh responden yang terlibat dalam KRPL adalah sayur kangkung yakni sebanyak 28.6 % yang dimana tanaman ini mudah dibudidayakan dan memiliki nilai estetika. Sedangkan minat membudidayakan yang paling sedikit adalah tomat dengan persentase sebesar 7.1 %.
9. Luas Lahan
Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas pekarangan yang dimanfaatkan sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dimana digunakan untuk kegiatan budidaya sayur. Mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12 Luas Lahan Pekarangan
Luas Lahan (m2) Frekuensi Persentase (%)
100-399 16 53.3
400-699 12 40
700-999 1 3.3
1000 1 3.3
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Data pada tabel 12 menunjukkan luas lahan pekarangan yang paling banyak dikelola adalah
luas pekarangan antara 100-399 m2 yakni sebanyak 16 (53.5%) dan luas pekarangan antara 400-699
m2 dikelola sebanyak 12 responden (40%). Sedangkan luas pekarangan 700-999 m2 dikelola oleh 1
responden (3.3%) begitupun dengan luas pekarangan 1000 m2 dikelola oleh 1 responden (3,3%). Dari
data di atas dapat dilihat bahwa variasi dari luas lahan pekarangan yang dimanfaatkan dapat memberikan sumbangan terhadap pendapatan baik itu pekarangan yang cukup luas maupun sempit.
Pembahasan
1. Jenis Sayuran yang dibudidayakan pada Lahan Pekarangan
Menanam sayuran di pekarangan sendiri dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta menambah pendapatan keluarga bila sayuran sampai dijual karena berlebihan jika dikonsumsi sendiri. Sayur-sayuran yang dibudidayakan oleh responden sangatlah bervariasi seperti bayam, kangkung, sawi, kacang panjang, terung, tomat dan kacang melati. Berdasarkan hasil penelitian M. Alhudhori (2017) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat komoditas sayuran yang dibudidayakan di lahan pekarangan masyarakat yaitu cabai, terung, tomat, sawi, kenikir, bayam, kangkung, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa jenis sayuran yang dibudidayakan hampir sama, namun ada beberapa tanaman yang dibudidayakan di daerah tersebut tidak dibudidayakan di Desa Purwosari. Perbedaan jenis sayuran yang dibudidayakan dikarenakan setiap wilayah atau pekarangan memiliki potensi yang berbeda serta pembudidayaan dilakukan dengan terlebih dahulu melihat jenis tanaman sumber pangan lokal bernilai ekonomis tinggi yang dibutuhkan dan disukai oleh masyarakat di kawasan tersebut.
Pembudidayaan sayuran di lahan pekarangan di Kabupaen Tanjung Jabung Barat dalam
penelitian M.Alhudhori (2017) pada lahan pekarangan yang luasnya > 100 m2 menggunakan teknik
budidaya dan alokasi pot polibag/ vertikultur dan bedengan/sorjan. Teknik pembudidayaan dengan membuat bedengan tersebut sama halnya dengan teknik pembudidayaan di Desa Purwosari yang
dimana pekarangan yang dimanfaatkan paling sempit 200 m2 dan paling luas 1000 m2.
Teknik budidaya sayuran yang diterapkan di Desa Purwosari yakni lahan pekarangan diolah dengan cara digemburkan dengan cangkul dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan. Selain itu, dilakukan upaya penyemprotan untuk menghilangkan hama tanaman dan pemupukan yang menggunakan pupuk kandang, Urea dan pupuk Phonska agar tanaman dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan yang sesuai harapan. Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja tidak cukup, tanpa melakukan penambahan hara, produk pertanian akan merosot. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara pasokan hara dengan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pencucian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan.
2. Pelaksanaan Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) a. Pembentukan Kelompok KRPL
Kelompok KRPL ini terbentuk atas dasar himbauan pemerintah desa untuk memenuhi syarat penerimaan dana bantuan budidaya sayur dari pemerintah kabupaten. Kegiatan KRPL dilakukan oleh kelompok baik yang baru dibentuk atau kelompok yang telah lama terbentuk di Desa Purwosari. Kriteria yang harus dipenuhi oleh calon penerima bantuan yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok masyarakat yang beranggotakan 30 (tiga puluh) rumah tangga/orang dalam satu kawasan atau sesuai dengan potensi wilayah.
2. Memiliki struktur organisasi atau kepengurusan yang disahkan kepala desa atau pejabat yang berwenang.
3. Kelompok calon penerima manfaat terpilih bersedia menandatangani pakta integritas kegiatan KRPL.
4. Kelompok masuk dalam usulan proposal.
Adapun struktur kepengurusan kelompok KRPL yang telah terbentuk di Desa Purwosari terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota yang berjumlah 27 orang.
b. Pendampingan Kelompok KRPL
Kegiatan KRPL dilaksanakan dengan pendampingan dan pelatihan yang dilakukan oleh pendamping kelompok KRPL yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Pendamping KRPL mempunyai beberapa tugas yaitu sebagai berikut:
1. Membimbing kelompok dalam pelaksanaan kegiatan KRPL melalui pendampingan dan pelatihan. 2. Melakukan pengenalan potensi desa seperti kegiatan budidaya (tanaman pangan, sayuran-sayuran, buah, perikanan, dan peternakan) dan kegiatan non budidaya seperti pengolahan pangan lokal dan usaha lainnya yang berkaitan dengan diversifikasi pangan.
3. Membantu kelompok dalam menyusun rencana kerja dan kebutuhan anggaran kelompok.
4. Memberikan informasi dan motivasi kepada kelompok untuk menerapkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA).
5. Membantu kelompok dalam mengelola dana Bantuan Pemerintah.
c. Pengembangan Pekarangan Anggota
KRPL merupakan bentuk pengelolaan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga dan kelompok masyarakat lainnya. Pengembangan dan penataan lingkungan kawasan diperlukan agar RPL dapat membentuk lingkungan yang asri dan nyaman, serta dapat menjadi daya tarik untuk orang lain melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, pengembangan pekarangan anggota di Desa Purwosari perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemanfaatan pekarangan ditata dengan memperhatikan estetika sehingga lingkungan rumah menjadi asri dan nyaman. Lahan pekarangan yang dimanfaatkan mulai dari bagian depan rumah, samping dan juga belakang rumah.
2. Pada lahan pekarangan dapat dibudidayakan berbagai tanaman sayuran.
3. Budidaya tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan media lahan, polybag sesuai dengan potensi lahan pekarangan yang tersedia.
4. Tanaman yang dibudidayakan disesuaikan dan diatur sesuai dengan kebutuhan masing-masing rumah tangga anggota dalam satu kawasan dan apabila hasil yang dibudidayakan berlebih dapat dijual untuk menambah pendapatan keluarga.
d. Pelaksanaan Bantuan Pemerintah
Sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan KRPL di desa Purwosari berasal dari kabupaten. Alokasi anggaran kegiatan KRPL yang diberikan dana bantuan pemerintah sebesar Rp 40.000.000 (empat puluh juta rupiah) per kelompok. Dana tersebut diberikan kepada kelompok yang telah terbentuk dalam desa tersebut dengan berbagai syarat yang telah dipenuhi. Pengolahan dana tersebut diserahkan kepada kelompok kegiatan KRPL yang didampingi dan atau diawasi oleh pendamping yang telah ditunjuk dari kecamatan.
3. Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga
Kontribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumbangan atau pemasukan dari pemanfaatan lahan pekarangan sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) untuk budidaya sayur yang dilakukan di daerah penelitian sebanyak 30 responden.
Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan menambah pendapatan. Selain dari memanfaatkan lahan pekarangan responden juga memiliki pekerjaan lain untuk memperoleh pendapatan.
Untuk mengetahui besarnya kontribusi dari pemanfaatan lahan pekarangan oleh responden di Desa Purwosari dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 13 Kontribusi pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah tangga Respo
nden
Pendapatan lahan pekarangan
Pendapatan Lain Pendapatan
rumah tangga
Kontribusi
1 800.000 - - 1.500.000 2.300.000 34.78 % 2 200.000 2.000.000 - - 2.200.000 9.09 % 3 500.000 - 500.000 1.000.000 2.000.000 25 .00% 4 900.000 - - 1.000.000 1.900.000 47.37 % 5 400.000 - - 2.000.000 2.400.000 16.67 % 6 500.000 - - 1.500.000 2.000.000 25.00 % 7 400.000 500.000 - 2.000.000 2.900.000 13.79 % 8 400.000 - - 700.000 1.100.000 36.36 % 9 300.000 - 500.000 2.000.000 2.800.000 10.71 % 10 300.000 2.000.000 - 1.500.000 3.800.000 7.89 % 11 700.000 - 3.000.000 1.500.000 5.200.000 13.46 % 12 400.000 - - 1.000.000 1.400.000 28.57 % 13 400.000 - - 2.000.000 2.400.000 16.67 % 14 900.000 - - 1.500.000 2.400.000 37.50 % 15 700.000 1.500.000 1.000.000 - - 3.200.000 21.88 % 16 450.000 - - 1.500.000 1.950.000 23.08 % 17 450.000 3.000.000 - 500.000 3.950.000 11.39 % 18 500.000 2.500.000 - 1.500.000 4.500.000 11.11 % 19 400.000 3.000.000 1.000.000 - 1.000.000 5.400.000 7.41 % 20 500.000 2.000.000 - - 2.500.000 20.00 % 21 600.000 - - 2.000.000 2.600.000 23.08 % 22 500.000 - - 2.000.000 2.500.000 20.00 % 23 600.000 - - 1.500.000 2.100.000 28.57 % 24 700.000 - - 1.500.000 2.200.000 31.82 % 25 600.000 - - 1.500.000 2.100.000 28.57 % 26 700.000 3.000.000 - 1.000.000 4.700.000 14.89 % 27 300.000 - - 500.000 800.000 37.50 % 28 600.000 - 500.000 2.000.000 3.100.000 19.35 % 29 800.000 - - 2.000.000 2.800.000 28.57 % 30 600.000 - 500.000 2.000.000 3.100.000 19.35 %
Sumber: Hasil Olah Data Kuesioner Tahun 2020
Nilai kontribusi pada tabel 13 menunjukkan besarnya persentase (%) sumbangan yang diberikan dari pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah tangga. Kontribusi dari pemanfaatan lahan pekarangan ini dijadikan sebagai pekerjaan sampingan untuk menopang pekerjaan pokok sebagai petani padi, PNS, honorer dan wirausaha. Dengan memanfaatkan lahan pekarangan untuk membudidayakan berbagai jenis sayuran para petani/responden merasa dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga dan dapat mengurangi pengeluaran konsumsi makanan sehari-hari. Kondisi seperti ini dirasakan oleh keseluruhan responden.
Dari perhitungan yang telah dilakukan seperti data pada tabel 4.13 menunjukkan kontribusi pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah tangga yang paling tinggi yakni 47.37 % dan nilai kontribusi yang paling rendah yakni 7.41 %. Sama halnya dalam penelitian Yulida (2012) usahatani lahan pekarangan di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan juga berkontribusi dalam pendapatan rumah tangga yang rata-rata berkontribusi sebesar 4,47%. Jika dilihat berdasarkan hasil penelitian, nilai kontribusi lebih besar di Desa Purwosari. Hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai kontribusi tersebut yaitu setiap daerah memiliki harga pemasaran yang berbeda-beda yang biasa dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan yang berbeda pula. Selain itu, besar dan kecilnya nilai kontribusi dari pemanfaatan lahan pekarangan tergantung luasan lahan yang dikelola dan bagaimana cara mereka mengolah lahan dengan baik.
Besarnya nilai kontribusi dari pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah tangga dari masing-masing responden sangatlah bervariasi ada beberapa responden yang memiliki nilai kontribusi yang cukup besar dan sebagian responden memiliki nilai kontribusi yang tidak begitu besar, namun para petani merasakan bahwa kegiatan usahatani di lahan pekarangan cukup berperan
penting dalam menambah pendapatan dan telah memberikan manfaat baik secara ekonomi maupun sosial. Komoditas pekarangan ataupun sayur-sayuran yang dihasilkan dapat menjadi sarana sosialisasi dengan tetangga sekitar. Ketika petani/responden memanen hasil pekarangannya, mereka berbagi antar tetangga dan saling bersilahturahmi bahkan di suatu kesempatan tetangga ikut membantu memanen hasil pekarangan dan saling berbagi informasi tentang usaha tani yang mereka lakukan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, Sayur-sayuran yang dibudidayakan oleh responden di desa Purwosari sangatlah bervariasi seperti sayur sawi, kangkung, kacang panjang, tomat, bayam, kacang melati, dan terung. Menanam sayuran di pekarangan sendiri dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta menambah pendapatan keluarga bila sayuran sampai dijual karena berlebihan jika dikonsumsi sendiri, Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Desa Purwosari dilaksanakan dengan membentuk kelompok yang memiliki struktur kepengurusan yang disahkan oleh kepala desa. Kelompok yang telah terbentuk dan memenuhi syarat maka akan memperoleh dana bantuan dari pemerintah kabupaten untuk budidaya sayur yakni sebesar Rp 40.000.000/kelompok. Kemudian kelompok KRPL ini akan didampingi oleh pendamping dari kecamatan yang akan membantu mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan KRPL. Selain itu, setiap anggota kelompok diarahkan untuk melakukan pengembangan dan penataan lingkungan kawasan yang memperhatikan estetika agar dapat membentuk lingkungan yang asri dan nyaman, Kontribusi dari pemanfaatan lahan pekarangan dalam peningkatan pendapatan rumah tangga responden memiliki nilai yang sangat berarti dengan nilai kontribusi yang paling tinggi yaitu 47.7% dan yang paling rendah adalah 7.41%. Hal ini dapat membantu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Besar dan kecilnya nilai kontribusi dari pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah tangga seseorang tergantung luasan lahan yang dikelola dan bagaimana cara mereka mengolah lahan dengan baik.
Adapun saran yang dapat saya sampaikan bagi pemerintah diharapkan melakukan penyuluhan secara maksimal untuk mengenalkan potensi lahan pekarangan kepada masyarakat sebagai bentuk solusi untuk memenuhi gizi keluarga dan menambah pendapatan. Penyuluhan ini berperan penting dalam memberikan pengetahuan yang diperlukan masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Aminudin, Aditya Kresnawan. 2013. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Pornografi Pada
Siswa Kelas VIII di SMPN 5 Lembang. Universitas Pendidikan Indonesia.
BPTP Balitbangtan Sulawesi Selatan. 2018. Budidaya Sayuran di Lahan Pekarangan.
http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publik
asi/panduan-petunjuk-teknis-brosur/132-budidaya-sayuran-dilahan-pek arangan. Diakses pada 2 Januari 2020.
Bantolo. 2019. Ketahanan Pangan Indonesia Masih Rendah. https://rencongpost .com/peneliti-ketahanan-pangan-indonesia-masih-rendah/. Diakses pada 26 Januari 2020.
Dwiratna, dkk. 2016. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Dengan Menerapkan Konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. Vol. 5, No. 1. ISSN 1410 – 5675.
Lisa (Layanan Informasi Desa). 2017. Mengenal Jenis-Jenis Tanah dan Komoditas yang Cocok
Ditanam di Atasnya. https://8villages.com/full /petani/article/id/5a44b1a5b4cf55bb3
0d13c40. Diakses pada 20 Februari 2020.
M. Alhudhori. 2017. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.1.
Kementerian Pertanian RI. 2018. Petujuk Teknis Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Wardoyo, Akhmad Susilo, dkk. 2013. Pemanfaatan Pekarangan Dan Teras Rumah Di Tengah Kota
Sebagai Suatu Kawasan Rumah Pangan Lestari (Krpl). Malang : Universitas Terbuka.
Yulida, Roza. 2012. Kontribusi Usahatani Lahan Pekarangan Terhadap Ekonomi
Rumah Tangga Petani Di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Indonesian Journal Of