• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUKSESI EKOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUKSESI EKOLOGI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SUKSESI

PERKEMBANGAN EKOSISTEM ATAU SUKSESI EKOLOGI

Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti

dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju

kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi.

Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.

Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atauekosistem klimaks atau telah tercapai

keadaan seimbang (homeostatis).

Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder

a.

Suksesi Primer

Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya

komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru.

Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi,

endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai.

Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan

minyak bumi.

Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang

pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul

pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran

matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah

permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Kalau tumbuhan perintis mati maka akan

mengundang datangnya pengurai (dekomposer). Zat yang terbentuk karena aktivitas penguraian

bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya.

Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur.

Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun

tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan

pioner subur tapi sebaliknya.

b.

Suksesi Sekunder

Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, baik secara alami maupun

buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam

komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.

Contoh: gangguan alami misalnya banjir, gelombang laut, kebakaran, angin kencang, dan

gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.

JENIS SUKSESI

Bertambah/berkurangnya jenis (species)

1.

Suksesi progresis : perubahan semakin kaya akan jenis (species)

2.

Suksesi regresif/retrogresif : perubahan semakin berkurangnya jenis (contoh:

unsur hara berkurang)

Menurut terjadinya:

1.

Suksesi primer : terbentuknya komunitas pada substrat yang belum pernah

ditumbuhi vegetasi

(2)

2.

Suksesi sekunder : terbentuknya komunitas baru yang berasal dari ekosistem yang

pernah terbentuk

Menurut Odum (1971:313) perkembangan ekositem atau apa yang lebih sering disebut

sebagai suksesi ekologi dapat ditakrifkan dari 3 parameter berikut ini:

1.

Suatu proses perkembangan komunitas yang teratur yang meliputi

perubahan-perubahan dalam struktur jenis dan proses-proses komunitas dengan waktu;hal ini agak

terarah dan karenanya dapat diramalkan

2.

Diakibatkan oleh perubahan lingkungan fisik oleh komunitas;yakni suksesi itu

dikendalikan komunitas walaupun lingkungan fisik menentukan polanya, laju perubahan

dan sering menetapkan batas-batas seperti misalnya berapa jauh perkembangan itu

dapat berlangsung.

3.

Masalah itu memuncak dalam ekosistem yang dimantapkan dalam mana biomas

maksimum (atau kandungan informasi yang tinggi) dan fungsi secara simbiotik antara

makhluk dipelihara persatuan arus yang tersedia

Perubahan bersifat kontinu, rentetan suatu perkembangan komunitas yang merupakan

suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang

disebut klimaks. Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai perubahan tahap demi

tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi

dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Clements (1916) membedakan enam

sub-komponen : (a) nudation; (b) migrasi; (c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final

stabilisasi, klimaks. Uraian Clements mengenai suksesi masih tetap berlaku.

Bagaimanapun sesuatu mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan

angka dalam populasi merubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik

adaptasi populasi dalam aliran evolusi.

Suksesi sebagai suatu studi orientasi yang memperhatikan semua perubahan dalam

vegetasi yang terjadi pada habitat sama dalam suatu perjalanan waktu (Mueller-Dombois

and Ellenberg, 1974). Selanjutnya dikatakan bahwa suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi

primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat

awal proses suksesi terjadi. Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu.

Gangguan Ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di

tempat komunitas asal, terbentuk habitat baru. Suksesi sekunder terjadi bila suatu

komunitas atau ekosistem alami terganggu baik secara alami atau buatan dan gangguan

tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut

substrat lama dan kehidupan masih ada.

Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase

awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi

laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor

(3)

lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan

jenis-jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981).

B. Jenis-jenis suksesi

Berdasarkan kondisi habitat pada awal proses suksesi, suksesi dibedakan menjadi dua

macam yaitu:

1. Suksesi primer:

Suksesi yang terjadi belum ada vegetasinya atau di daerah yang tadinya sudah ada

vegetasi, kemudian terganggu (misalnya terbakar), sehingga daerah tersebut menjadi

kosong sama sekali. Pada habitat tersebut tidak ada lagi organisme dan komunitas asal

yang tertinggal sehingga pada substrat yang baru ini akan berkembang suatu komunitas

yang baru pula.

2. Suksesi sekunder:

Suksesi yang terjadi pada habitat yang pernah ditumbuhi vegetasi kemudian mengalami

gangguan, tetapi gangguan tersebut tidak merusak total organisme sehingga dalam

komunitas tersebut, substrat lama dan kehidupan masih ada. Perbedaan suksesi sekunder

dan primer terletak pada kondisi habitat awal. Proses kerusakan komunitas

disebut denudasi. Denudasi dapat disebabkan oleh api, pengolahan, angin kencang,

hujan, gelombang laut dan penebangan hutan

Gams (1918) mengemukakan bahwa suksesi bisa terjadi secara alami, tetapi bisa juga

timbul karena perbuatan manusia. Keduanya tidak berbeda secara mendasar. Hutan yang

hancur karena ditebang oleh manusia, atau dihancurkan akibat longsor atau angin topan,

proses suksesi yang terjadi akan relatif sama.

Namun Gams mengkategorikan suksesi ini dalam tiga keadan yaitu :

1.

Suksesi dengan urutan normal

. yang berasal dari adanya pengaruh terhadap

vegetasi yang terus menerus dan cepat. Misalnya vegetasi rumput yang selalu

terinjak-injak ternak, di mamah biak, dijadikan tempat beristirahat ternak, atau tempat

berguling-guling ternak. Kondisi vegetasi akan mengalami Fasa perubahan selama ternak tetap

berada di tempat itu.

2.

Suksesi dengan urutan berirama,

yang berasal dari gangguan berulang-ulang,

mungkin siklis tetapi mempunyai interval waktu antara satu gangguan dengan

gangguan berikutnya. Misalnya terjadi pada perubahan vegetasi karena adanya proses

rotasi dalam pemanfaatan lahan pertanian.

3.

Suksesi dengan urutan katastrofik

, yang menjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak

berirama, seperti meletusnya gunung berapi, gempa bumi, kebakaran, penebangan,

pengeringan habitat akuatika, yang kesemuanya ini bisa menimbulkan dampak

katastrofik pada komunitas tumbuhan, yang kemudian cepat atau lambat akan diikuti

oleh suatu proses suksesi tumbuhan.

Clements (1974) membedakan 6 sub komponen dalam proses suksesi yaitu:

1. Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi

(4)

3. Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi

4. Kompetisi : adanya pergantian spesies

5. Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies

6. Klimaks : komunitas stabil

Penyebab Suksesi

1.

Iklim. Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam

waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya

vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru

(kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah

kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang

tidak menguntungkan pada vegetasi.

2.

Topografi. Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain: Erosi:

Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi

kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses

suksesi dimulai. Pengendapan (denudasi): Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di

suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan

merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat

tersebut.

3.

Biotik. Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan

pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang

penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali

dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi

C. Proses suksesi Menuju Klimaks

Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang menempati

habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi diantaranya disebut Seral.

Komunitas yang timbul pada susunan itu disebut Komunitas Seral. Biasanya komunitas

seral itu tidak tampak dengan jelas, mereka kenal hanya karena beberapa spesies tanaman

dominan tumbuh diantaranya. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang kosong

disebut tanaman Pioner. Lazimnya suksesi tanaman tidak menunjukkan suatu seri

tingkat-tingkat atau tahap-tahap tetapi terus menerus dan merupakan pergantian yang lambat dan

kompleks. Penempatan individu vegetasi ini individu per individu, dan tidak merupakan

loncatan-loncatan dari suatu komunitas dominan ke komunitas dominan yang lain. Spesies

dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka waktu yang lama. Kemudian

akan bercampur dengan vegetasi baru. Vegetasi baru ini mungkin menggantikan vegetasi

yang telah ada tetapi mungkin juga tidak (bila komunitas yang baru itu tidak menghendaki

kondisi yang diciptakan menjadi dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan).

Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya tanaman-tanaman

maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang sesuai dengan lingkungan yang baru,

(5)

kemudian tanaman ini menjadi dominan. Setelah beberapa kali mengalami pergantian

semacam itu, suatu saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu

bereproduksi dengan baik. Sehingga proses ini mencapai Komunitas Klimaks yang

matang, dominan, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada pergantian,

maka pergantian itu relatif sangat lambat.

Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat

mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan inovasi baru. Di

dalam konsep klimaks ini Clements berpendapat:

1.

Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks

yang sama.

2.

Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan

iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini disebut klimaks klimatik.

3.

Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.

Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat dikatakan bahwa

klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak begitu ekstrem untuk

mengadakan perubahan terhadap kebiasaan iklim di suatu wilayah. Kadang-kadang

klimaks dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan

air. Klimaks seperti ini disebut klimaks edafik. Secara relatif vegetasi dapat mencapai

kestabilan lain dari klimatik atau klimaks yang sebenarnya di suatu wilayah. Hal ini

disebabkan adanya tanah habitat yang mempunyai karakteristik yang tersendiri.

Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor selain

iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan hewan, tergenang dan

lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna

(tahap sebelum klimaks yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini

disebut sub klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai

klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan.

Gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini menyebabkan

terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi). Keadaan seperti ini

disebut disklimaks (Ashby, 1971). Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan

tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut.

Odum (1961) mengistilahkan klimaks tersebut denganpyrix klimaks. Tumbuh-tumbuhan

yang dominan pada pyrix klimaks antara lain:Melastoma polyanthum, Melaleuca

leucadendron dan Macaranga sp. Jika pergantian iklim secara temporer menghentikan

perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan disebut pra klimaks

(pre klimaks).

(6)

Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah kepada suatu komunitas

akhir yang stabil yaitu klimaks. Fasa klimaks ini mempunyai sifat-sifat tertentu dan yang

terpenting adalah:

1.

Fasa klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbagannya antara lingkungan

biologi dengan lingkungan non-biologinya

2.

Komposisi jenis pada fasa klimaks relatif tetap atau tidak berubah

3.

Pada fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari materi organik,

sehingga tidak ada perubahan yang berarti

4.

Fasa klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri

Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks. Oleh karena

terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks dengan argumentasi

masing-masing.

Berikut ini merupakan berbagai teori klimaks

1. Teori monoklimaks:

Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa komunitas klimaks untuk

suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada

waktu yang cukup dan bebas dari berbagai pengaruh gangguan luar, suatu bentuk umum

vegetasi klimaks yang akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama. Dengan

demikian sangat menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini difahami sebagai

teori monoklimaks. Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks

berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di suatu wilayah

iklim utama. Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat

kenyataan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu vegetasi yang telah berada dalam

suatu bentuk klimaks di suatu daerah iklim tertentu. Variasi-variasi ini oleh Clements

dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan yang stabil. Clements menganut teori

klimaks ini didasarkan pada keyakinan akan waktu yang panjang, dimana

perbedaan-perbedaan lokal dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan tetap berubah menjadi

bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang cukup lama.

2. Teori poliklimaks:

Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga pada suatu

habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim yang berbeda. Beberapa

pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak memberikan

kemungkinan untuk menerangkan variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan. Dalam

tahun 1939, Tansley, seorang pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu teori alternatif

yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk

klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat

(7)

drainage, dan berbagai faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenal kepentingan dari iklim,

tetapi faktor lain hendaknya jangan dipandang sebagai fenomena yang bersifat temporal.

Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang besar, dalam memandang semua

komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap bentuk klimaks.

3. Teori informasi:

Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah antara teori

monoklimaks dan teori poliklimaks.

Odum berpendangan bahwa suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi selalu

memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya akan menghasilkan enersi dan

informasi. Suatu sistem berkembang, pada permulaannya memerlukan enersi dan informasi

sehingga disebut sistem tersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan menghasilkan

enersi dan informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila perbandingan masukan

dan keluaran enersi dan informasi sama dengan satu. Artinya hasil enersi dan informasi

sama besar dengan masukan enersi dan informasi. Sistem yang demikian ini oleh Odum

disebut Klimaks. Pengertian ini berlaku sampai sekarang.

Odum (1971) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai klimaks akan bervariasi tidak

hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim dan situasi fisiografis, tetapi ditentukan

juga oleh sifat-sifat ekosistem yang berbeda.

Whittaker (1953) merupakan penyokong monoklimaks, mengatakan bahwa teori

monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan vegetasi yang mencapai

klimaks di suatu habitat. Ahli-ahli lain seperti Oosting, Henry, mengatakan bahwa teori

poliklimaks lebih praktis. Hal ini disokong oleh Michols, Tansley dan ahli-ahli Rusia.

Smitthusen (1950), Whittaker (1951 – 1953) dan ahli ekologi Amerika yang lain menyokong

konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta bahwa tingkatan klimaks

dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas tanaman dan bukannya oleh iklim

setempat

D. Contoh Suksesi

Beberapa contoh di bawah ini akan menggambarkan proses suksesi, baik hidrosere

maupun xerosere, dan memperlihatkan bagaimana terjadinya perubahan struktur dan

komposisi komunitas dari sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.

1. Danau Gatun di Terusan Panama, Amerika Tengah (Hidrosere)

Komunitas tumbuhan air terapung, terdiri dari saliva Auriculata, pistiastratioites,

Utricularia mixta, Jessieua natans

Komunitas teratai, Nymphaeampla bercampur dengan jenis-jenis diatas

Komunitas tumbuhan air menjulang, yang terbanyak adalah Typha angsutifollia,

Acrostychum danaeifolium, Crinum erubescens, Hibiscus sorius, dan Sagitaria lancifolia

Komunitas rawa buluh, terdiri dari Cyperus giganteus, Scirpus cubensis dan

(8)

sepertiPhraqmites communis dan Gynerium sagittatum, yag juga

terdapatJussieuasuffruticosa

Komunitas rawa belukar, terdiri

dari Dalberqia ecastophyllaMontrichardiaarborescens (herba dikotil) dan paku-pakuan.

dan keladi tinggi

2. Danau Victoria di Afrika Timur (Hidroserea)

Vegetasi tumbuhan terapung dan terendam. Nymphaea ceratophyllum, Trapadan

lain-lain

Komunitas pakuan dan Cyperaceae merupakan campuran antara

paku-pakuan, Cyperaceae, Poaeceae dan herba

Rawa Lymnophyton dikuasai oleh Cyperus papyrus dan rumputMischanthidium

violaceum dengan Lymnophyton obtusitolium sebagai subdominan

Rawa papyrus, yang dominan hanya Cyperus papyrus disertai oleh jenis lainnya

sebagai tambahan

Rawa palm Phoenix, banyak pohon-pohon yang tingginya 6-9 m diantaranyaPhoenix

reclinata dan Mitraqyna stipulosa

Hutan hujan

DAFTAR PSTAKA

Anonim. Suksesi Vegetasi.

http://fp.uns.ac.id

Clements, F.E. 1916. Plant Succession. An Analysis of The Development of Vegetation.

Carnegie. Inst. Washington.

Daniel, Th.W., J.A. Helms, F. S. Baker., 1992, Prinsip-Prinsip Silvikultur (Edisi Bahasa

Indonesia, diterjemahkan oleh : Dr. Ir. Djoko Marsono), Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Irwanto, 2007. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marseg.

http://www.freewebs.com

.

Marsono, Dj. dan Sastrosumarto, 1981. Pengaturan Struktur, Komposisi dan Kerapatan

Tegakan Hutan Alam dalam Rangka Peningkatan Nilai Hutan Bekas Tebangan HPH.

Makalah Lokakarya Sistem Silvikultur TPI di Bogor. Bogor.

Odum, Eugene.P.1971. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

Poedjirahajoe, E. 1996

a

. Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove di Kawasan

Rehabilitasi Mangrove Pantai Pemalang. Buletin Penelitian Kehutanan No. 29/1996.

Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Poedjirahajoe, E. 1996

b

. Peran Perakaran Rhizophora mucronata dalam Perbaikan Habitat

Mangrove di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pantai Pemalang. Buletin Penelitian

Kehutanan No. 30/1996. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(9)

Sutomo. 2009.Kondisi Vegetasi Dan Panduan Inisiasi Restorasi Ekosistem Hutan Di Bekas

Areal Kebakaran Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu Bali (Suatu Kajian Pustaka). Jurnal

Referensi

Dokumen terkait

1) Iuran dari rakyat yang dapat dipaksakan, artinya iuran yang harus dibayar oleh rakyat untuk membayarkan sebagai konsekuensi berlakunya undang-undang. Apabila

Indeks  Dow  Jones  melemah  pada  perdagangan  hari  Kamis  (17/7)  kemarin.  Investor  melakukan  aksi  jual  di  pasar  saham  dan  memilih  instrumen 

Pada tahap ini terlihat guru dan siswa bersama – sama membuat kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.. Disini siwa sangat

Oleh sebab itu kami menyambut baik diterbitkannya buku: Keragaman Majelis di Kalangan Umat Buddha Indonesia ini, karena beberapa alasan, Pertama, penerbitan buku ini

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah: (1) memiliki hara cukup tersedia, (2) tidak terdapat zat toksik, (3) memiliki kelembaban mendekati kapasitas lapang, (4)

Oleh karena itu atlet petanque harus memiliki fisik yang kuat dan mental bermain yang kuat pula agar atlet mampu bermain dengan konsisten dan stabil dalam bermain

Perilaku kekerasan merupakan stressor yang dihadapi oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain, maupun

Adapun upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk menghadapi tantangan yang ada antara lain melalui penguatan legislasi nasional, kurangnya sistem pengawasan