• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SINEMATOGRAFI PROGRAM POTRET EDISI ADA GULA, ADA SEJAHTERA DI DAAI TV SUMUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SINEMATOGRAFI PROGRAM POTRET EDISI ADA GULA, ADA SEJAHTERA DI DAAI TV SUMUT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SINEMATOGRAFI PROGRAM POTRET

EDISI ADA GULA, ADA SEJAHTERA

DI DAAI TV SUMUT

(Cinematography Program Analysis in Ada Gula, Ada Sejahtera Edition of Potret Program on DAAI TV Sumut)

Anggi Stefhanie Sandy, Triadi Sya'dian Program Studi Televisi dan Film

Fakultas Seni dan Desain, Universtitas Potensi Utama anggistefhanisnd@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini membahas kajian teknik sinematografi program features dokumenter yakni program Potret di DAAI TV Sumut edisi Ada Gula, Ada Sejahtera. DAAI TV adalah statsiun televisi lokal yang menayangkan program acara berbasis edukasi dan inspirasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui teknik sinematografi pada program acara Potret dalam menyampaikan informasi kepada pemirsa melalui teknik dan layak untuk ditampilkan. Metode penelitian yang digunakan yakni kualitatif untuk mengumpulkan data dari wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Data yang telah dihasilkan kemudian dianalisa dan disimpulkan menggunakan teori teknik sinematografi oleh Joseph V.Mascelli. Hasil penelitian ini memiliki konsep teknik pengambilan Joseph V.Mascelli yang menerapkan lima komponen teknik dasar dalam membuat film atau program visual diantaranya camera angle, composition, close up, cutting, continuity. Konsep teknik yang dihasilkan lebih banyak menggunakan teknik close up, tipe angle kamera, eye level dan establish. Konsep yang disampaikan dengan kelima teknik tersebut memberikan kejelasan untuk memngetahui penyampaian pesannya dengan teknik sinematografi.

Kata Kunci: Potret, Teknik Sinematografi, DAAI TV Sumut, Ada Gula- Ada Sejahtera

ABSTRACT

This study discusses the cinematographic technique study of feature documentary programs namely the Portrait program in the North Sumatra DAAI TV edition of Ada Gula, Ada Sejahtera. DAAI TV is a local television station that broadcasts programs based on education and inspiration. The purpose of this study is to find out cinematographic techniques in the Portrait program in conveying information to viewers through techniques and deserve to be displayed. The research method used is qualitative to collect data from interviews, documentation and literature study. The data that has been generated is then analyzed and concluded using the theory of cinematographic techniques by Joseph V.Mascelli. The results of this study have the concept of taking technique Joseph V.Mascelli who applies five basic technical components in making films or visual programs including camera angle, composition, close up, cutting, continuity. The resulting engineering concepts use more close-up techniques, camera angle types, eye levels and establishes. The concepts conveyed by the five techniques provide clarity to know the delivery of the message with cinematographic techniques. Keywords: Potret, Cinematography Technique, North Sumatra TV DAAI, Ada Gula- Ada Sejahtera

1. PENDAHULUAN

Televisi merupakan salah satu media wadah untuk menerima atau menyampaikan informasi dalam bentuk audio dan visual [7], televisi saat ini berkembang dengan cepat dan sudah mencapai belasan saluran televisi lokal maupun nasional yang dapat ditonton gratis oleh masyarakat. Saat ini televisi selalu melakukan persaingan demi mencapai rating terbaik, maka dari

(2)

itu televisi harus merancang program acara yang sekreatif mungkin. Program televisi merupakan sebuah dasar konsep yang menjadi suatu landasan kratifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam kategori yang berbedan sesuai dengan tujuan dan target penonton di acara tersebut [2]. Visualisasi yang ditampilkan di televisi harus jelas dengan apa yang ingin disampaikan melalui teknik pengambilan gambarnya. Televisi adalah media pandang yang mempuyai audio visual yang menghasilkan informasi dengan suatu tayangan yang berbentuk gambar [1].

Media televisi selalui terkait yang namanya teknik pengambilan gambar untuk hasil yang berkualitas. Televisi tentunya menyediakan banyak jenis program dari acara news, drama , dokumenter dan features, talkshow, motivation dan sebagainya. Salah satu tayangan televisi yang menarik, memberikan inspirasi dan edukasi, menghibur yakni program features. Program features merupakan jenis tayangan berita inspirasi dan edukasi dibahas secara kritis, lengkap, mengurai dan menyoroti dengan format kreasi seingga penonton terinsipirasi dan terkesan[6].

DAAI TV Sumatera Utara merupakan salah satu media elektronik yang ada di tengah kota yang mempunyai pengaruh besar dalam berbagai aspek di kehidupan masyarakat di jaman sekarang ini, DAAI TV Sumut mempunyai banyak program acara diantaranya Program Potret. Potret merupakan sebuah program travel features yang menceritakan tentang gambaran (potret) masyarakat, program Potret yang tayang setiap Senin pukul 19:30 Wib dan tayang ulang Jumat pukul 12:30 Wib, Mengangkat kearifan budaya lokal dari sisi sejarah, lingkungan, kesehatan, pendidikan, food culture dengan nuansa adventure. Program potret juga menayangkan episode yang berbeda setiap harinya yang dibawa oleh host, salah satunya adalah episode Ada Gula, Ada Sejahtera. Masyarakat umumnya sudah mengetahui bahan dasar tersebut yang selalu digunakan ketika membuat kolak mamupun olahan lainnya yakni gula merah. Saat ini penulis memilih episode ada gula, ada sejahtera sebagai bahan penelitian dalam karya tulis ini.

DAAI TV Sumut sebagai stasiun lokal juga memiliki beberapa program acara yang berbeda konsep salah satu diantaranya Potret. Di program potret peneliti melihat ketertarikan dari segi pengambilan gambar serta editing yang dikaitkan dengan teori teknik sinematografi. Joseph mengatakan terjemah oleh H. Misbach Yusa Birain Sinematografi merupakan sebuah pengambilan gambar pada film terbentuk dari beberapa shot sehingga menjadi suatu jalan cerita [5]. Joseph mengemukakan konsep-konsep dalam pengambilan gambar yang baik seperti camera angle, close up, cutting/editing, continuity, composition. Teknik sinematografi yang ditrapkan agar penonton dapat menerima informasi atau pesan yang disampaikan secara jelas dengan teknik yang digunakan bisa memberikan makna dari setiap proses pembuatan pengelolahan gula merah tersebut.

sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide [3]. Teknik sinematik berkaitan bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambilan gambar dan menghasilkan visualisasi yang dinamis serta kedalaman ilusi pada obyek. Ketertarikan peneliti dalam menganalisis program acara Potret edisi ada gula, ada sejahtera ini karena program acara Potret menggunakan teknik sinematografi, selain itu program acara Potret pada edisis ada gula, ada sejahtera mengangkat tema faktor edukasi dan inspirasi. Unsur sinematografi terdapat tiga aspek utama yakni framing, kamera dan film serta durasi gambar [4].

DAAI TV merupakan salah stasiun televisi yang terletak di tengah kota medan yang mempunyai siaran mengandung inspiratif dan edukatif, sama hal nya seperti distasiun televisi kota lainnya yang ingin memberikan yang terbaik untuk khalayak atau penonton setianya, maka dari itu setiap program DAAI TV medan mampu merangkai atau membuat konsep yang berbeda-beda pada tiap jam tayangnya. Tayangan program dokumenter yang terfavorite di stasiun DAAI TV medan yaitu program acara Potret, kelebihan di program potret ini mempunyai suatu edukasi pengetahuan dan perjuangan hidup dalam masyarakat, tapi juga mengedepankan nilai inspiratif dari setiap tema yang diangkat dan dibawakan oleh reporter sekaligus host yang selalu membawa catatan buku atau kamera sebagai dokumentasinya.

Proses produksi televisi pada program potret edisi ada gula, ada sejatera dilakukan secara voice over, wawancara dan pada tahap praproduksi adanya ide gagasan seperti membuat naskah atau script melakukan hunting lokasi dan mempersiapkan bahan pertanyaan untuk wawancara, lalu proses produksi yaitu eksekusi shooting yang dilakukan pada lokasi indoor dan outdoor, dan yang terakhir pasca produksi yaitu melakukan editing penggabungan gambar yang telah di rekam agar lebih

(3)

menarik ditambahkan instrument music atau efek transisi hingga menjadi satu video program acara yang berdurasi 24 menit.

Adapun tinjauan pustaka yang dirujuk dalam penelitian ini diantaranya buku, karya ilmiah dan jurnal yang berkaitan dengan judul penulis dan dijelaskan sebagai berikut:

Joseph V.Mascelli, A.S.C dalam buku yang berjudul “The Five C’s Of Cinematography” tahun 1987, buku ini menjelaskan tentang teknik-teknik sinematografi dalam bidang angle kamera, kontiniti, editing, close up, dan komposisi. Buku ini sangat berkaitan dengan penelitian penulis karena sebagai referensi atau rujukan yang cocok sebagai teori utama penelitian yakni mengungkapkan pesan gambar yang ditinjau dari teknik sinematogarfi.

Dedy Irawan dalam penelitian “Teknik Sinematografi dalam Menggambarkan Pesan Optimisme melalui Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Tahun 2016 pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini menjelaskan bagaimana pesan optimisme film tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dilihat dari teknik sinematogarfinya, penelitian ini menggunakan metode jenis kualitatif yang berfokus pada pesan optimisme yang menggunakan teori Joseph V.Mascelli.

Irvan Nur Cahyanto dalam penelitian “Peran Teknik Sinematogarfi dalam memvisualisasikan Kritik Terhadap Umuat Beragama”. Pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2017. Penelitian ini menjelaskan bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran teknik sinematogarfi yang berfokus pada memvisualkan kritik terhadap umat beragama pada film PK Karya Rajkumar Hirani, metode yang digunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif kualitatif.

Jendro Pratama dalam penelitian “Sinematografi Program Pesbukers Segmen Sketsa Komedi di ANTV Periode Januari 2015”. Pada jurusan Televisi ISI Yogyakarta tahun 2015. Penelitian ini menjelaskan aspek sinematogarfi dalam mendukung kualitas program Pesbukers yang berfokus pada kualitas improvisasi komedi yang maksimal.

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu [8]. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. dan Pada penelitian Analisis Sinematografi Program Potret edisi Ada gula, Ada sejahtera di DAAI TV Sumut adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dan dituliskan dalam bentuk deskriptif untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan secara terperinci. Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa dalam suatu hasil penelitian dan tidak digunakan untuk menjadi kesimpulan yang mencakup luas [9]. Teori yang digunakan untuk membedah penelitian ini adalah teori sinematografi dari Joseph V.Mascelli dengan konsep dasar yakni composition, camera angle, cutting/editing, close up, continuity.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni melakukan wawancara dengan asisten produser serta rekan team produksi, kemudian dokumentasi yakni mengamati video serta mengambil potongan gambar dan studi pustaka yakni buku, jurnal, skripsi dan dokumen yang mendukung teori sinematografi agar peneliti mudah mendeskripsikan kesimpulan yang akan menjadi tujuan dari penelitan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan dengan metode pengumpulan data, sebelum menganalisa peneliti terlebih dahulu memilih potongan gambar sesuai dengan pembahasan teori disetiap segmennya, kemudian potongan gambar ditentukan menggunakan teori sinematografi . Kita seharusnya bisa selalu menampilkan gambar yang menarik, sehingga dari gambar sudah terlihat kita tahu apa tujuan gambar itu ditampilkan [10].

Khairia lubis, Septiandi yudistira sebagai produser dan asisten produser menerapkan teknik sinemtografi didalam program acara Potret seperti teknik pengambilan gambar (close up, medium close up, establish, long shot, medium close up) dan estetika yakni suatu keindahan dari setiap gambar yang diambil atau shot yang diambil. Hal ini disatukan menjadi suatu konsep teknik sinematografi yang menjadikan program potret menarik dan layak untuk ditonton oleh masyarakat.

(4)

Sound dan teknik pencahayaan juga sebagai pendukung mood penonton agar mudah dinikmati, dengan adanya sound atau instrument music penonton akan terbawa suasana dan tidak mudah bosan, hal ini dikarenakan suasana dibantu dengan pencahyaan natural dengan background pemandangan serta musik yang slow. Program potret sebagai program features atau dokumenter memiliki konsep tema yang selalu termotivasi dan edukasi sehingga bisa ditonton semua kalangan.

Episode ada gula, ada sejatera melakukan produksi di outdoor dengan latar belakang dapur sederhana yang hanya dibuat dengan atasan terpal dengan pondasi kayu yang kuat pada saat megelolah gula aren, berdasarkan pada lokasi pengambilan air nira di pepohonan terdapat nilai estetika yaitu sutau keindahan. Oleh karena itu DAAI TV Medan membuat teknik pengambilan gambar dengan frame, shot size, camera angle, type camera, dengan system multicam sehingga agar terlihat menarik untuk dinikmati.

Program acara Potret pada edisi ada gula, ada sejatera mempunyai 4 segmen diantara lain : 1. Segmen pertama berisi opening yang dibawakan oleh reporter sekaligus host kemudian

menjelaskan secara umum tentang gula aren serta perhitungan persen keuntungan memproduksi gula aren dan perbandingan keuntungan memproduksi gula putih .

2. Segmen kedua menceritakan tentang desa yang menghasilkan gula aren yaitu terletak di daerah buluh awar, kemudian reporter melakukan wawancara dengan pendamping kelompok tani berkat.

3. Segmen ketiga menjelaskan tentang pengelolahan gula aren dari mendapatkan buah air nira dari pohon hingga cara memproduksi gula aren serta cara memasak gula aren sampai menjadi suatu kemasan yang bermanfaat bagi masyarakat, kemudian reporter melakukan wawancara dengan pemilik industri gula aren.

4. Segmen keempat merupakan segmen terakhir yang menjelaskan tentang penelitian kadar dari gula aren yang terletak di pusat penelitian kelapa sawit sumatera utara melalui oil palm science techno park (OPSTP). Kemudian reporter melakukan wawancara dengan kepala divisi inkubasi bisnis OTP/Peneliti.

Proses produksi televisi pada program potret edisi ada gula, ada sejatera dilakukan secara voice over, wawancara dan pada tahap praproduksi adanya ide gagasan seperti membuat naskah atau script melakukan hunting lokasi dan mempersiapkan bahan pertanyaan untuk wawancara, lalu proses produksi yaitu eksekusi shooting yang dilakukan pada lokasi indoor dan outdoor, dan yang terakhir pasca produksi yaitu melakukan editing penggabungan gambar yang telah di rekam agar lebih menarik ditambahkan instrument music atau efek transisi hingga menjadi satu video program acara yang berdurasi 24 menit.

Pengambilan gambar yang diambil pada program ini terdiri dari shot size yang sering digunakan seperti close up (CU), medium close up (MCU), long shot (LS). Camera angle yang digunakan yakni eye level (EL), high level (HL) dan low angle (LA). Serta terkait pengambilan gambar dengan pendukung estetika yakni teknik point of view, subyektif, close up cut in, cut to cut, cut away dan beauty shot. Berikut adalah analisa dan pembahasan dari program acara Potret edisi ada gula, ada sejahtera yang menggunakan teori teknik sinematografi dari Josep V.Mascelli.

Tabel 1. Analisa Sinematografi Program Potret edisi Ada Gula, Ada Sejahtera di DAAI TV Sumut

(5)

Gambar 1. Repoter Potret DAAI TV Medan

(Sumber : Program Potret, 2019)

Segmen 1

Gambar host sedang membawa pembukaan acara program potret pada edisi Ada gula, ada sejahtera.

shot size: medium close up, shot ini memperlihatkan dengan jelas dari kepala hingga perut objek.

Camera angle: eye level, gambar dengan meletakkan kamera sejajar dengan garis mata objek dalam frame secara lurus atau sejajar dengan mata memandang kedepan.

Composition: komposisi dinamik, karena posisi objek tidak seimbang, didalam komposisi dinamik ini untuk mengetahui lebih jelas ketidak seimbangannya yaitu penempatan komposisi objek reporter tidak tepat ditengah-tengah gambar, namun posisi lebih ke samping sisi kanan, sehingga posisi kiri lebih terlihat ruang yang kosong.

Kameraman tidak berfokus pada objek yang diambil, tetapi juga bentuk keindahan seperti gambar pertama adanya penekanan depth of field

Gambar 2. Repoter Potret DAAI TV Medan

(Sumber : Program Potret, 2019)

Gambar host yang berlatar belakang pemandangan dengan objek full body.

Shot size: long shot, pengambilan lebih luas dari full body objek yang menunjukkan objek dalam ruang yang memperlihatkan keadaan dan suasana disekitarnya.

Camera angle: eye level, dari gambar tersebut terlihat sejajar dengan mata. Pada shot ini reporter masih menjelaskan tentang awal mula gula aren.

Continuity: dengan kontiniti pada adegan gambar 2 sangat memperjelas infromasi yang disampaikan program potret kepada khalayak. Composition: Komposisi yang terjadi pada gambar 2 memperlihat kan komposisi dinamik atau gambar tidak tepat ditengah-tengah yaitu terlalu menggunakan sisi kanan sama seperti gambar pertama.

Gambar 3. Proses Penuangan Gula Putih

(Sumber : Program Potret, 2019)

gambar visual adegan ini memperlihatkan seorang ibu-ibu yang sedang menuangkan gula putih kedalam wajan besar.

Shot size: Knee shot, menujukkan kenormalan dari suatu objek, sehingga keberadaan objek terlihat jelas apa yang sedang dilakukannya. Teknik ini akan menvisualisasikan tiga perempat (3/4) dari seluruh bidikan objek manusia misalnya dari ujung kepala sampai lutut objek

(6)

Composition: Komposisi yang telihat gambar 3 memperlihatkan komposisi dinamik karena posisi objek tidak seimbang.

Camera angle: Teknik sudut pengambilan pada posisi gambar pertama yaitu low angle dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas atau dasar kedudukan objek atau lebih rendah, hasilnya akan tampak seolah-olah mata khalayak mewakili mata katak.

Gambar 4. Close Up ibu-ibu

(Sumber : Program Potret, 2019)

Beriku gambar kesinambungan dari gambar 3 sebelumnya .

Shot size: teknik close up cut in yang memperjelas secara visual tentang peristiwa yang akan terjadi lebih dekat, rangkaia shot pada adegan ini sekaligus memberikan kejelasan tekanan dramatik antara aktivitas yang akan dilakukan objek.

Camera angle: eye level, karena posisi objek tepat sejajar pada mata penonton.

Gambar 5.close up cut in untuk memperjelas masakan gula aren

(Sumber : Program Potret, 2019)

Pada gambar 5 sangat memperkuat informasi bahwa objek sedang mengaduk olahan gula aren.

shot size: extreme close up, terlihat gambar 5 sangat detai dengan apa yang dilakukan secara dekat.

camera angle: high level, dikarenakan pengambilan dari atas untuk menyampaikan informasi sedang mengaduk bahan gula merah yang sedang dimasak.

Composition: komposisi terlihat simetris. teknik yang digunakan cut to cut.

Gambar 6. cut to cut Ibu-ibu sedang menuang cairan gula aren kecetakan

(Sumber : Program Potret, 2019)

Pada gambar 6 memperlihatkan objek melakukan kegiatan menuangkan cairan gula merah.

Shot size: medium close up

Composition: komposisi dinamik karena posisi objek lebih kekiri artinya shot ini menggunakan looking, looking merupakan arah pandang atau ruang gerak objek dalam sebuah frame.

bertujuannya untuk memberikan ruang pandang sehingga terkesan bahwa objek memang sedang melihat sesuatu secara miring. Camera angle: low angle, adapun sudut motivasi sudut pengambilan low angle ini untuk memberikan gesture pada objek bahwasannya objek sedang melakukan cetakan pada gula aren.

(7)

Gambar 7. cut to cut Ibu-ibu sedang menuang cairan gula aren kecetakan

(Sumber : Program Potret, 2019)

Shot size: teknik yang digunkan yakni close up. Camera angle: high angle, high angle untuk memperjelas kepada khalayak bahwa episode yang akan di bahas adalah mencetak gula aren Composition: Komposisi yang terdapat adegan gambar 7 yakni komposisi balance karena posisi kamera sejajar dengan bidang horizontal dan objek berada ditengah-tengah dan sisi kanan kiri serta atas bawah yang seimbang.

Gambar 8. point of view mahasiswa dan repoter dengan pak guru singa

(Sumber : Program Potret, 2019)

Segmen 2

Shot size: teknik pengambilan pada gambar 8 yakni full shot, merupakan pengambilan dari kepala hingga kaki yang fungsimya untuk memperlihatkan objek serta suasana sekitar. Camera angle: eye level, teknik yang digunakan eye level berdasarkan penglihatan sejajar dengan mata penonton.

terlihat visualisasi orang-orang yang sedang melihat ke atas sebagai subjektif, artinya mereka sebagai mata pandang penonton yang mendukung untuk shot aktifitas selanjutnya. Composition: komposisi pada gambar 8 terdapat komposisi dinamik dikarenakan full frame.

Gambar 9. point of view petani memanjat pohon aren

(Sumber : Program Potret, 2019)

Pada gambar 9 yang menjelaskan point of view adalah aktifitas yang dilakukan oleh petani yang sedang memanjat pohon sebagai pandangan langsung yang dituju oleh subjek kepada objek dengan

Camera angle: sudut pengambilan gambar low angle.

Composition: pada gambar 9, terdapat komposisi simetris.

Shot size: teknik pengambilan gambar medium shot.teknik editing pada gambar ini adalah cut to cut.

Gambar 10. point of view petani di atas pohon aren

(Sumber : Program Potret, 2019)

Continuity: adegan gambar 9 meperlihatkan suasana point of view (pov), dimana penonton atau khalayak memandang sebuah objek sama seperti apa yang dilihat karakter tersebut dari arah pandangnya pada gambar sebelumnya (gambar 8).

Camera angle: teknik yang digunakan menggunakan teknik low angle.teknik yang digunakan cut to cut dari gambar sebelumnya. Composition: pada gambar 9 terlihat komposisi dinamik.

Camera angle: teknik pengambilan gambar ada gambar 9 menggunkan teknik medium close up.

(8)

Gambar 11. subyektif petani di atas memahat pohon aren

(Sumber : Program Potret, 2019)

Composition: pada gambar 10 menggunakan komposisi Rule of Third, Rule of Third ,merupakan garis-garis yang membentuk 9 kotak dengan dua garis vertical dan dua garis horizontal.

Type camera: angle kamera subyektif dimana pengambilannya seperti penonton yang menyaksikan kejadian berlangsung melalui matanya. Motivasi melakukan teknik ini agar penonton mampu melihat dan merasakan sensasi sama seperti petani yang ada didalam adegan memanjat pohon nira ini.

Shot size: terlihat pengambilan gambar yang digunakan adalah high angle yang berarti pengambilan gambar lebih tinggi dari pada objek.

Gambar 12. pengambilan cut in close up (Sumber : Program Potret, 2019)

Segmen 3

Shot size: adegan gambar pertama menggunakan teknik pengambilan medium close up dan digambar kedua menggunakan teknik pengambilan gambar close up, Pengambilan gambar ketiga yang digunakan pada adegan ini adalah detail shot, . Dilanjutkan pada gambar keempat yang merupakan Point of View yang berarti mata pandang langsung.

Continuity: untuk memperlihatkan ekspresi objek tanpa menghilangkan pesan dari gambar pertama sehingga ada kesinambungan (continuity) antara gambar pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Gambar 13. penglihatan beauty shot (Sumber : Program Potret, 2019)

Beauty shotmerupakan penglihatan objek

berupa tumbuhan, hewan, dan benda yang ditangkap secara detail dan tekstur yang jelas sehingga gambar tampak terlihat cantik dan enak dilihat.

Teknik yang digunakan shot extreme close up serta bluring sehingga yang difokuskan hanya objek.

Gambar 14. pengambilan gambar two shot

teknik pengambilan gambar two shot., Dikatakan Two shot karena terdapat dua objek dalam satu frame, yang menunjukkan adanya interaksi antara reporter dan narasumber.

Composition: teknik komposisi yang digunakan yakni balance.

Shot size: teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah knee shot karena pengambilan gambarnya sampai pada lutut objek.

1 2

(9)

(Sumber : Program Potret, 2019)

Gambar 15. penglihatan establish ke cut in (Sumber : Program Potret, 2019)

Sinematografi pada gambar disamping merupakan establish shot.

Biasanya shot ini menggunakan pergerakan kamera seperti Panning left, panning left, tilt up, tilt down, diagonal, dan lan-lain. Seperti gambar diatas yang memperlihatkan atau memperkenalkan lokasi pembuatan gula aren dengan menggunakan camera movement panning left.

Camera angle: teknik yang digunakan yaitu eye level.

Shot size: teknik pengambilan gambar yang digunakan long shot .

Gambar 16. penglihatan establish ke cut in (Sumber : Program Potret, 2019)

Pada gambar 16 dari teknik editing menggunakan cut in close up untuk memperlihatkan bagian dari tempat pembuatan gula aren yaitu atap. Dari gambar 16 tersebut, dapat diambil estetikanya yaitu asap dari hasil produksi gula aren yang keluar dari atap tempat pembuatannya.

Gambar 17. penglihatan tiltdownestablish (Sumber : Program Potret, 2019)

pada gambar disamping merupakan teknik titl down establish yakni melakukan pergerakan kamera dari atas ke bawah dengan tujuan untuk memperlihatkan bagian dalam tempat pembuatan gula aren sekaligus kegiatan pembuat gula aren. Composition: Komposisi pada gambar diatas menggunakan komposisi rule of third, karena yang menjadi point utama dari gambar ini adalah pembuatan gula aren yang berada di sebelah kanan frame.

shot size: teknik pengambilan gambar pada gambar 17 menggunakan teknik long shot. Camera angle: angle yang telihat eye level. teknik editing digunakan cut to cut.

Gambar 18. penglihatan establish ke cut in (Sumber : Program Potret, 2019)

Segmen 4

pada gambar pertama menggunakan teknik pengambilan gambar establish yang bertujuan untuk memperkenalkan tempat penelitian gula aren.

movement panning left yang bertujuan untuk mengambil gambar secara meluas (wide) sehingga terlihat icon Scince Techno Park (OPSTP).

(10)

Gambar 19. pengambilan gambar establish (Sumber : Program Potret, 2019)

pada gambar 15 menggunakan editing cut in close up yang bertujuan untuk memperlihatkan icon tersebut.

Shot size: menggunakan teknik pengambilan gambar medium close up.

Composition: konposisi pada gambar 15 terlihat dinamis.

Gambar 20. pengambilan gambar over shoulder shot (Sumber : Program Potret, 2019)

Gambar yang digunakan pada shot di samping adalah over shoulder shot merupakan tipe shot yang dilakukan untuk dua objek atau kamera berada di belakang bahu objek untuk memperlihatkan percakapan yang dilakukan untuk objek yang berada di depannya atau lawan mainnya.

Gambar 21. pengambilan gambar cut in close up (Sumber : Program Potret, 2019)

pada gambar 18 menggunakan teknik penggambilan three shot yang bertujuan untuk menunjukkan ketiga objek yang sedang berinteraksi

camera angle: menggunakan teknik eye level. shot size: teknik yang digunakan medium long shot.

Gambar 22. pengambilan gambar cut in close up (Sumber : Program Potret, 2019)

gambar 19 dengan menggunakan editing cut

in close up bertujuan untuk memperlihatkan

point utama dari gambar sebelumnya.

Camera angle: teknik pada gambar 19

menggunakan teknik eye level.

Composition: komposisi yang terlihat

dinamis. teknik editing yang digunakan cut to cut.

(11)

LS: Long shot yaitu pengambilan gambar secara keseluruhan menampilkan objek yang ada di depan frame.

CU: Close Up yaitu pengambilan gambar lebih mendetail dari objek yang akan di tampilkan dengan jarak yang lebih dekat.

MS: Medium Shot yaitu pengambilan gambar yang dilakukan mulai dari kepala hingga pinggang.

MCU: Medium Close Up yaitu pengambilan gambar yang ditampilkan dari kepala hingga dada. TS: Two Shot yaitu pengambilan gambar yang menampilkan dua objek yang terlibat percakapan.

OS: Over Shoulder yaitu pengambilan dari teknik belakang objek.

EL: Eye Level yaitu angle pengambilan gambar dimana visual yang di tampilkan sejajar dengan pandangan mata atau dapat dikatakan normal angle.

HA: High Angle yaitu angle dengan visual yang diambil dari arah pandang di atas objek yang ditampilkan.

4. KESIMPULAN

Teknik sinematografi yang digunakan di program potret adalah teknik camera angle yang terdiri dari kamera subyektif dan point of view. Level angle yang sering digunakan pada program potret adalah eye level dan high angle untuk memberikan visual adegan tertentu, teknik gambar yang sering digunakan dengan program potret adalah medium close up, close up dan medium shot. Teknik medium shot bertujuan untuk menunjukkan infromasi kepada khalayak bawah di teknik ini bisa memperjelas kegiatan ibu-ibu mengelola gula aren tersebut. Sedangkan medium close up dan close up bertujuan untuk menekankan kepada khalayak mengenai pengelolahan dasar gula aren yang dilakukan oleh ibu-ibu tersebut.

Pergerakan kamera juga digunakan dalam mengelola gula aren dan memperkenalkan lokasi pembuatan gula aren adalah panning dan titl left untuk memberikan informasi icon gula aren atau icon tempat penelitian gula aren. Komposisi yang digunakan yakni komposisi dinamik, komposisi balance, rule of third. Dan yang sering digunakan adalah komposisi dinamik dikarenakan di program potret ini merupakan program dokumenter. Kontiniti atau kesinambungan juga terdapat pada program potret ini karena ceritanya mengalir kedepan da dikronologis tanpa adanya mucul flashback.

5. SARAN

Saran penulis untuk perusahaan yaknin Program-program yang diproduksi tersebut akan memiliki nilai jika saja para pembuat program mampu mengerti dengan baik penggunaan teknik-teknik sinematografi hingga terlihat menarik dimata khalayak atau penonton. Program Potret di DAAI TV telah tersaji dengan baik sehingga informasi dapat tersampaikan dengan baik kepada penontonnya, untuk para pembuat program diharapkan terus mengembangkan teknik sinematogarfi agar pesan-pesan dapat lebih tersampaikan kepada penonton karena visual dalam suatu program lebih berkualitas.

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas izinnya penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Potensi Utama.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adi, Badjuri. (2010). Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[2] Fachruddin, Andi. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana. [3] Fachruddin, Andi. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana. [4] Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta. Homerian Pustaka.

[5] Mascelli. Joseph V. (2010). The Five C’s Of Cinematography ,diterjemah oleh H. Misbach Yusa Birain). Jakarta. IKJ.

[6] Naratama. (2004). Sutradara Televisi Dengan Angle dan Multi Camera. [7] Naratama. (2015). Sutradara Televisi Dengan Angle dan Multi Camera .

[8] Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta. [9] Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta. [10] Semedhi, Bambang. (2011). Sinematografi- Videografi Suatu Pengantar. Bogor. ia Indonesia. [11] Tanjung, M. R. (2019). FOTOGRAFI PONSEL (Smartphone) SEBAGAI SARANA MEDIA

DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT MODERN. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 224-234.

[12] Atika, J., Minawati, R., & Waspada, A. E. B. (2019). IKLAN LAYANAN MASYARAKAT PEDULI SAMPAH. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 3(2), 188-197.

[13] Manesah, D. (2019). REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM FILM “ANAK SASADA” SUTRADARA PONTY GEA. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 179-189.

[14] Manesah, D. (2019). REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM FILM “ANAK SASADA” SUTRADARA PONTY GEA. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 179-189.

[15] Manesah, D. (2019). ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA FILM MUTIARA DARI TOBA SUTRADARA WILLIAM ATAPARY. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 2(2), 177-186.

[16] Suryanto, S. (2019). ANALISIS PERBANDINGAN INTERPRETASI PENOKOHAN ANTARA NOVEL DAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 153-164.

[17] Giovani, G. (2019). REPRESENTASI “NAZAR” DALAM FILM INSYA ALLAH SAH KARYA BENNI SETIAWAN. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 2(1), 59-70.

[18] Sya'dian, T. (2019). ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM LASKAR PELANGI. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(1), 51-63.

[19] Wahyuni, S. (2019). ANALISIS PENYAJIAN PROGRAM TALK SHOW “ASSALAMUALAIKUM INDONESIA” DI SALAM TV MEDAN. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(1), 64-76.

[20] Sya'dian, T. (2019). BUNKASAI, KAJIAN SEMIOTIKA BUDAYA KONTEMPORER DARI PENGARUH FILM JEPANG. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 2(1), 35-47.

[21] Suprianingsih, S. (2019). IKLAN LAYANAN MASYARAK PEMANPAATAN LOTENG RUMAH SEBAGAI LAHAN HIDROPONIK. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 3(2), 164-175.

Gambar

Gambar 1. Repoter Potret DAAI TV Medan  (Sumber :  Program Potret, 2019)
Gambar 5.close up cut in untuk memperjelas masakan gula aren  (Sumber :  Program Potret, 2019)
Gambar 7. cut to cut  Ibu-ibu sedang menuang cairan gula aren  kecetakan
Gambar 11. subyektif  petani di atas memahat pohon aren   (Sumber :  Program Potret, 2019)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tangkapan per-satuan upaya ( catch per-unit of effort , CPUE) adalah salah satu indikator bagi status sumberdaya ikan yang merupakan ukuran dari kelimpahan

Dengan melihat Gambar 4.8, suhu tertinggi terjadi di Bulan Agustus yaitu sebesar 31,88°C pada bulan ini sedang terjadi musim timur, suhu menurun sampai menjelang

Namun pada penelitian ini, hasil yang diperoleh dari self instruction training (SIT) (yang mana salah satu tahapannya menggunakan positive self talk dengan relaksasi

Level dari penggunaan bahasa dalam bercerita ini disebut sebagai representasi bahasa (lihat bab 2) dan kita sekarang akan membahas tentang beberapa struktur linguistik yang

Merakit (pemasangan setiap komponen, handle, poros pemutar, dudukan handle alas atas bawah, dan saringan).. Mengelas (wadah dengan alas atas, saringan, handle, dan

Aturan-aturan telah menjadi landasan bagi KJRI Davao City dalam mengeluarkan kebijakan dan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat keturunan Indonesia di

Dalam penetapan biaya pendidikan yang dibebankan ke mahasiswa, Politeknik Indonusa Surakarta belum dapat menetapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT), sehingga mahasiswa

berpengaruh (Hitler dan Dönitz) pada peranan U-boat dalam blokade Inggris di lautan.. Atlantik 1939-1944 menjadi salah satu pemicu kegagalan Jerman