• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) MELALUI BIJI BOTANI (True Shallot Seed) 1) ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) MELALUI BIJI BOTANI (True Shallot Seed) 1) ABSTRACT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) MELALUI BIJI BOTANI (True Shallot Seed)1)

Eddy Triharyanto2) Samanhudi, Bambang Pujiasmanto,dan Djoko Purnomo3) ABSTRACT

Shallots are an important commodity as much needed by the society, especially for seasoning. Shallot production in Indonesia have fluctuated due to the seasonal character of shallot suitable to be cultivated in the dry season. So that in the rainy season, availability of shallot has decreased. On one side, productivity of shallot is low with an average ranging between 9.57 ton / ha (BPS, 2011). Increased productivity needed to meet domestic needs. One of the technology that need to be studied and developed a technology shallot cultivation using botanical seeds (True Shallot Seed).

The purpose of the research was to examine the seedling and cultivation technology of shallot using botanical seeds. The method used is survey observations of seed germination, seedling growth, and also plant growth and yield. Planting shallots conducted in the Laboratory of Ecology and Management of Production Plants grown in pots. The study was conducted during the rainy season from September 2012 to January 2013. Shallot varieties studied were Bima curut varieties. Botanical seed a crop used in July 2012, so the storage periode’s seedis 2 months. Observation were collected for seed germination, seedling growth and bulb yield.

The results showed that percentage of germination at harvest is 8%, in storage period at 2 months is 35.8%, in storage periode at 3 months is 41%, then the germination rate decreased in storage periode of 8 months which had no seeds germinate. Percentage of seedlings that grew is 27.4%. Percentage of plant life is 18.4%. The average weight of bulbs/plant is 12.3 g, the average number of bulbs/plant is 2 bulbs, and the average diameter of the bulbs/plants is 1.6 cm.

Key words : shallot, botanical seed, seedling, bulb yield

1)

Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS Surakarta dalam rangka Dies Natalis tahun 2013

2)

Mahasiswa Program S3 Ilmu Pertanian Fakultas Pascasarjana UNS Surakarta

3)

(2)

PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas holtikultura yang penting baik ditingkat petani, masyarakat, maupun negara. Pada tahun 1970-an hingga tahun 1980-an komoditas bawang merah merupakan komoditas emas bagi petani. Namun demikian, pada era tahun 1990-an hingga sekarang perannya semakin menurun. Hal ini disebabkan karena menurunnya hasil umbi di tingkat petani.Produktivitas bawang merah pada tahun 2009 sebesar 9,28 ton/Ha dan tahun 2010 sebesar 9,37 ton/Ha (BPS, 2011). Menurut informasi petani, produktivitas bawang merah pada tahun 1970-an dapat mencapai 16 ton/Ha. Disamping produktivitas yang rendah, biaya usahatani yang digunakan semakin tinggi sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat efisiensi usahatani. Harga satuan produksi menjadi lebih tinggi akibatnya kalah bersaing dengan harga bawang merah impor.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas bawang merah, antara lain tingkat kesuburan tanah yang menurun, tingkat serangan organisme pengganggu tanaman yang tinggi, perubahan iklim mikro, dan penggunaan bibit yang bermutu rendah. Pada umumnya petani bawang merah menggunakan bibit dari umbi konsumsi. Penggunaan bibit dari umbi konsumsi dilakukan secara turun temurun dalam kurun waktu yang lama. Akibatnya umbi bibit yang digunakan mempunyai mutu yang rendah. Hal ini dikarenakan bibit tersebut telah banyak terinfeksi oleh virus, seperti Onion Yellow Dearf Virus (OYDV), Shallot Laten Virus (SLV) dan Leek Yellow Stip Virus (LYSV) (Klukackova 2004, Arisuryanti et al. 2009). Selanjutnya dikatakan oleh Arisuryanti et al. 2009 bahwa bawang merah di Indonesia telah terinveksi 87% Onion Yellow Dearf Virus (OYDV) dan 19% Onion

Yellow Laten Virus (OYLV). Hasil penelitian di Yunani ditunjukkan bahwa umbi dari

bibit cenderung terinveksi Onion Yellow Dearf Virus (OYDV) sebanyak 98.5%,

Shallot Laten Virus (SLV) sebesar 90% (Dovas et al. 2001).

Penggunaan biji botani (True Shallot Seed) merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk perbaikan kualitas bibit bawang merah(Permadi

(3)

1991, Raduica 2008, Sumarni et al. 2005, Sopha 2010). Penelitian penggunaan biji botani untuk budidaya bawang merah sudah banyak dilakukan, namun hasilnya belum banyak yang dapat diaplikasikan di tingkat petani. Hal tersebut dikarenakan banyak kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan bawang merah menggunakan biji botani. Kendala-kendala tersebut antara lain: masih sulitnya mengupayakan terjadinya pembungaan dan pembuahan padabawang merah, persentase biji yang dihasilkan mempunyai daya tumbuh yang rendah, belum ditemukannya teknologi pembibitan dan teknologi pembudidayaan bawang merah dari biji botani.

Hasil penelitian Purnomo et al. (2012) menunjukkan bahwa bawang merah varietas Bima yang ditanam pada bulan Mei-Juli hanya mampu berbunga sebesar 20%. Selanjutnya, dijelaskan bahwa biji botani bawang merah mengalami masa dormansi.Hal ini ditunjukkan dari biji botani hasil panen yang langsung dikecambahkan, biji baru mulai berkecambah pada hari ke-17. Perkecambahan biji tidak seragam hingga hari ke-30 biji hanya mampu berkecambah sebesar 8%.

Teknologi pembibitan dan pembudidayaan bawang merah dengan biji botani belum banyak diteliti. Informasi hasil penelitian masih terbatas pada cara-cara meningkatkan pembungaan dan meningkatkan fertilitas biji. Sementara itu, bagaimana teknologi pembibitan, teknologi pemindahan bibit dan pemeliharaan tanaman belum banyak diteliti.

Hasil penelitian Sumarni et al. (2012),menunjukkan bahwa budidaya bawang merah menggunakan biji botani pada saat musim hujan mempunyai produktivitas

1,09 kg/2 m2atau setara dengan 5,45 ton/Ha untuk varietas Maja. Untuk varietas

Bima produktivitas sebesar 1,19 kg/2 m2 atau setara dengan 5,95 ton/Ha dan untuk

varietas Tuk tuk sebesar 0,75 kg/2 m2 atau setara dengan 3,75 ton/Ha.

Akhir-akhir ini telah dimulai adanya biji botani dari varietas Tuk tuk yang telah dipasarkan ditingkat petani, namun demikian hasil pengamatan di lapang menunjukan bahwa petani masih suka membudidayakan bawang merah dengan menggunakan bibit dari umbi. Hal tersebut menunjukkan bahwa teknologi budidaya bawang merah menggunakan biji masih perlu dikembangkan dan disosialisasikan di

(4)

tingkat petani.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji teknologi pembibitan dan pembudidayaan bawang merah menggunakan biji botani.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus 2012 sampai Januari 2013di laboratorium Ekologi Manajemen dan Pertumbuhan Tanaman Fakultas Pertanian UNS. Biji botani bawang merah yang digunakan adalah varietas Bima Curut. Biji hasil panen disimpan dengan menyertakan untaian malai pada kondisi curah dengan suhu ruang dan kelembaban normal.Peralatan yang digunakan meliputi: petridish, media perkecambahan, bak perkecambahan, timbangan analitik, jangka sorong dan alat tulis.

Penelitian ini menggunakan metode survey, dengan melakukan pengamatan terhadap perkecambahan benih,pertumbuhan bibit, pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Biji botani dikecambahkan pada media petridish dengan 5 kali ulangan, masing-masing ulangan terdapat 100 biji. Pengamatan perkecambahan biji dilakukan setiap hari sampai dengan umur 4 minggu setelah perkecambahan.

Uji perkecambahan dilakukan pada perlakuan umur penyimpanan yakni umur 0 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 8 bulan. Kecambah yang tumbuh kemudian dipindahkan dari media petridish ke media persemaian pada umur 7 hari. Bibit yang telah disemai mulai dipindahkan ke pot tanam saat bibit berumur 18 hari setelah persemaian. Pengamatan dilakukan terhadap daya kecambah pada setiap perlakuan umur penyimpanan, jumlah tanaman yang mati dan jumlah tanaman yang hidup baik di persemaian maupun pada pertanaman di media pot.Pengamatan hasil tanaman dilakukan dengan mengamati berat umbi per tanaman, jumlah umbi per tanaman, dan diameter umbi per tanaman.

HASIL PENELITIAN

1. Daya Kecambah Benih

Daya kecambah benih biji botani dilakukan pengujian terhadap umur simpan yang dimulai dari umur 0, 2, 3, 4, 6 dan 8 bulan. Hasil pengamatan

(5)

menunjukkan bahwa umur simpan 3 bulan menunjukkan daya kecambah yang paling tinggi (41%). Tingkat perkecambahan yang diperoleh tergolong rendah, hal ini mungkin disebabkan karena tingkat fertilitasnya rendah. Hasil pengamatan secara visual didapatkan bahwa biji-biji bawang merah hasil panen mempunyai tingkat kebernasan yang rendah (Triharyanto et al. 2012). Umur penyimpanan 8 bulan diperoleh data bahwa tidak ada benih yang tumbuh. Hal tersebut menunjukkan bahwa benih sudah mengalami deteriorasi yang mengakibatkan tidak mampunya benih untuk tumbuh. Seperti yang disampaian oleh Maemunah (2010) bahwa laju kemunduran benih dapat dihambat oleh pengaturan kadar air benih awal penyimpanan, suhu tempat penyimpanan, dan menghindarkan kerusakan mekanis yang terjadi pada saat panen, serta menghindarkan serangan hama dan penyakit.

Gambar 1. Histogram Daya Kecambah Benih berdasarkan Lama Penyimpanan Pada penyimpanan umur 2 dan 3 bulan menunjukkan bahwa benih mampu tumbuh lebih baik dibandingkan penyimpanan umur 0 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 8 bulan. Perlakuan penyimpanan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan memperlakukan benih masih berada pada malai yang disimpan dengan cara curah pada suhu kamar.

0 10 20 30 40 50 0 2 3 4 6 8 8 35.8 41 16.7 9.2 0 Ps e rsen tase Day a K e cam b ah

(6)

2. Tingkat Pertumbuhan Bibit

Pertumbuhan bibit pada media pembibitan menunjukkan bahwa tingkat kematian bibit sangat tinggi. Pembibitan bawang merah untuk siap ditanam di media tanam memerlukan waktu 4 minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat kematian dari benih semai hingga bibit siap tanam sangat tinggi (72,6%), sehingga jumlah bibit yang mampu tumbuh sebesar 27,4%. Lebih-lebih bila dibandingkan dengan jumlah biji yang dikecambahkan,bibit yang tumbuh hanya sebesar 9,8%. Tingginya tingkat kematian bibit disebabkan karena tidak mampunya bibit mendapatkan tekanan lingkungan. hal ini disebabkan karena kondisi fisik bibit yang nampak sangat lemah. Secara visual, tanaman nampak tumbuh seperti etiolasi, yakni kecil dan tinggi sehingga kebanyakan tanaman roboh ke tanah. Kondisi ini bila terkena hujan dan suhu agak ekstrim akan menyebabkan tingkat kematian tanaman tinggi.

Tabel 2. Tingkat Pertumbuhan Bibit

Ulangan Jumlah Kecambah

Semai Jumlah Bibit Mati Jumlah Bibit Tumbuh 1 49 28 21 2 37 32 5 3 31 23 8 4 31 24 7 5 31 23 8 Jumlah 179 130 49

Sumber : Data Pengamatan 3. Tingkat Pertumbuhan Tanaman

Penanaman yang dilakukan pada media pot menunjukkan bahwa dari 49 tanaman hanya 9 tanaman yang mampu tumbuh dan menghasilkan. Kenyataan ini memberikan penjelasan bahwa tingkat pertumbuhan tanaman masih sangat peka terhadap kondisi lingkungan yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Tingkat kematian yang tinggi ini disebabkan karena kondisi fisik tanaman yang sangat lemah seperti halnya pada persemaian (Gambar 1.1).

(7)

Gambar 1.1 Persemaian Bawang Merah Tabel 1.2 Jumlah Tanaman Tumbuh

Ulangan Tanaman Pindah Pot

(25 HST)

Jumlah Tanaman Hidup – Panen (130 HST) 1 20 5 2 10 1 3 7 1 4 8 - 5 4 2 Jumlah 49 9

Sumber : Data Pengamatan

Jumlah tanaman bawang merah yang tumbuh pada media pot hingga panen menunjukkan hasil yang rendah, yakni sebesar 18,4%. Kondisi fisik tanaman bawang merah pada media persemaian tumbuh memanjang, lemah dan jatuh ke tanah. Tanaman tidak mampu tumbuh tegak. Tanaman tumbuh tegak setelah pertumbuhan tunas ketiga (gambar 1.2).

(8)

4. Hasil Tanaman

Hasil pengamatan terhadap jumlah umbi, diameter umbi dan berat umbi menunjukkan bahwa rata-rata jumlah umbi sebanyak 2 umbi per tanaman, diameter umbi sebesar 1,6 cm dan berat umbi sebesar 12,3 g. Jumlah umbi tersebut bila dibandingkan dengan hasil dari umbi konsumsi jauh lebih rendah. Rata-rata jumlah umbi menggunakan umbi konsumsi sebanyak 5 sampai 12 umbi per rumpun. Ukuran umbi yang dihasilkan dari biji botani tergolong umbi kecil dimana bila dibandingkan dengan menggunakan umbi konsumsi diameter umbi berkisar antara 2 cm sampai 5 cm per umbi (Lana 2010). Pada variabel berat umbi menunjukkan bahwa hasil biji botani tergolong lebih rendah dimana rata-rata berat umbi dengan umbi konsumsi varietas Bima sebesar 9,9 ton/ha (Putrasamedja dan Suwandi 1996).

Tabel 1.3 Hasil Tanaman Bawang Merah

Ulangan Jumlah Umbi/tanaman Rata-rata diameter Umbi/tanaman (cm) Rata-rata berat Umbi/tanaman (gr) 1 2 1.9 22.3 2 2 2.6 12.8 3 2 1.2 7.2 4 2 1.2 9.2 5 3 1.3 11.4 6 1 1.9 13.9 7 3 1.0 8.0 8 3 1.2 9.8 9 1 2.2 16.8 Rata-rata 2 1.6 12.3

Sumber : Data Pengamatan

Penelitian yang dilakukan oleh Sumarni et al. (2012) pada beberapa varietas dari biji botani yang ditanam pada musim hujan menunjukkan bahwa

varietas Bima menghasilkan berat umbi sebesar 1,19 kg/2 m2 (5,95 ton/ha). Hasil

(9)

KESIMPULAN

1. Biji botani bawang merah mengalami masa dormansi antara 2 sampai 4 minggu. 2. Persentase daya kecambah sebesar 35,8% pada penyimpanan 2 bulan, 41% pada

penyimpanan 3 bulan.

3. Persentase bibit yang tumbuh sebesar 27,4% serta persentase tanaman hidupsebesar 18,4%

4. Rata-rata berat umbi/tanaman sebesar 12,3 gram, rata-rata jumlah umbi/tanaman 2 umbi, dan rata-rata diameter umbi/tanaman sebesar 1,6 cm.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arisuryanti, Tuty, Budi Setiadi Daryono, dan Sedyo Hartono. 2009. Pengembangan Metode Skrining Ketahanan Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Virus menggunakan RT-PCR. Laporan Hasil Penelitian Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.

Badan Pusat Statistik 2011. Statistik Ekspor-Impor Tahun 2011. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta.

Dovas, Crisostomos, Efstathios Hatziloukas, Raphael Salomon, Erhard Barg, Yoel Shiboleth and Nikolaos I. Katis. 2001. Incidence of Viruses Infecting Allium spp. in Greece. European Journal of Plant Pathology 107:677-684.

Klukachova, Jana, Milan Navratil, Marie Vesela, Pavel Havranek and Dana Savarova. 2004. Occurence of Garlic Viruses in the Czech Republic. Proceeding of the XVI. Slovak and Chezh Republic.

Lana, Wayan. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Berat Benih terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L). Bul. Ganec Swara 4 (2):81-86

Maemunah 2010. Viabilitas dan Vigor Benih Bawang Merah pada Beberapa Varietas setelah Penyimpanan. J. Agroland 17(1): 18-22.

Permadi, Anggoro Hadi. 1991. Penelitian Pendahuluan Variasi Sifat-Sifat Bawang Merah yang Berasal dari Biji. Bull. Penel. Hort. 20(4):120-131

Purnomo D, Bambang Pujiasmanto, Samanhudi, Eddy Triharyanto, Arif Wulandari. 2012. Teknologi Pembibitan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) melalui Teknik In vitro, Umbi Udara, Biji Botani dan Stek Mini Umbi untuk Memperoleh Bibit Bermutu. Laporan Hasil Penelitian Tim Pascasarjana-HPTP UNS.

Triharyanto E, Samanhudi, Bambang Pujiasmanto dan Djoko Purnomo. 2012. Kajian Daya Tumbuh Biji Botani Bawang Merah(Allium ascalonicum L) Dengan Lama Simpan Dan Perendaman Pada Bahan Skarifikasi. Makalah Seminar PERHORTI. Surabaya.

Putrasamedja S dan Suwandi 1996. Bawang Merah di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Lembang.

Raduica, Daniela, Propescu. 2008. Research on the Biology, Technology and Use of Shallots (Allium ascalonicum). Horticulture Magazine 8:250-257.

Sopha, G. A. 2010. Teknik Persemaian True Shallots Seed (TSS). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

(11)

Sumarni N. Sopha, GA. Gaswanto R. 2012. Perbaikan Pembungaan dan Pembijian Beberapa Varietas Bawang Merah dengan Pemberian Naungan

Sumarni, N., E. Sumiati dan Suwandi. 2005. Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh terhadap Produksi Umbi Bibit Bawang Merah asal Biji Kultivar Bima. J. Hort. 15(3):208-214.

Gambar

Gambar 1. Histogram Daya Kecambah Benih berdasarkan Lama Penyimpanan  Pada penyimpanan umur 2 dan 3 bulan menunjukkan bahwa benih mampu  tumbuh lebih baik dibandingkan penyimpanan umur 0 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan  8  bulan
Tabel 2. Tingkat Pertumbuhan Bibit  Ulangan  Jumlah Kecambah
Gambar 1.1 Persemaian Bawang Merah  Tabel 1.2 Jumlah Tanaman Tumbuh

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi Pembibitan Bawang Merah ( Allium ascalonicum L) melalui Teknik In Vitro , Umbi Udara, Biji Botani, dan Stek Mini Umbi Untuk Memperoleh Bibit Bermutu.. Purnomo,

Hasil pengamatan umur 8 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan P6 dosis 300 kg/ha, menghasilkan jumlah daun nyata lebih tinggi dan berbeda nyata terhadap perlakuan P0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media pesemaian berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah asal biji pada pengamatan panjang

Alfiani (2016) melakukan penelitian pengaruh jarak tanam pada produksi umbi mini, hasil penelitian menunjukkan perbedaan jarak tanam tidak mempengaruhi pertumbuhan

171 Manfaat dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah selain dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan bibit bawang merah dari benih TSS, petani juga dapat

Perlakuan kombinasi umur transplanting dan konsentrasi silika tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bibit yang tumbuh, panjang tanaman, jumlah daun, jumlah

Waktu tanam berpengaruh terhadap peubah pembungaan yaitu waktu muncul bunga pertama, waktu blooming, persentase tanaman berbunga, jumlah umbel per rumpun dan per petak;

Tujuan dari penelitian adalah mengetahui jarak tanam yang tepat untuk pertumbuhan tanaman bawang merah dan pengaruh pemberian pupuk silika dalam produksi umbi mini