• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMANGKASAN POHON DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JERUK KEPROK (Citrus reticulata)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMANGKASAN POHON DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JERUK KEPROK (Citrus reticulata)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TOPIK KHUSUS (AGH 600)

STUDI PEMANGKASAN POHON DALAM HUBUNGANNYA

DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

JERUK KEPROK (

Citrus reticulata

)

STUDY ON TREE PRUNING IN RELATION TO GROWTH

AND DEVELOPMENT OF MANDARINS FRUIT

(

Citrus reticulata

)

TIARA SEPTIROSYA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(2)

Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pascasarjana Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Maya Melati, MS, M.Sc

Judul : Studi Pemangkasan Pohon dalam Hubungannya dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Jeruk Keprok (Citrus reticulata) Nama : Tiara Septirosya

NIM : A252124081

Mayor : Agronomi dan Hortikultura Jumlah SKS : 2 (2-0) SKS

(3)

DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Jeruk 4 Pemangkasan 4 3 METODE 6 4 PEMBAHASAN DAFTAR PUSTAKA 7

(4)

DAFTAR TABEL

1 Faktor penentu lokasi untuk perkebunan jeruk keprok

2 Pengaruh pemangkasan terhadap jumlah tunas per pucuk pada mangga

3 Pengaruh pruning dan skirting terhadap jumlah buah, total berat buah, persentase ukuran buah

4 Perkembangan tingkat intensitas hama dan penyakit 5 Perkembangan tingkat severitas hama dan penyakit

6 Pengaruh pemangkasan terhadap luas daun jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv Borneo Prima)

7 Indeks Luas Daun (ILD) tanaman jeruk keprok Borneo Prima(Citrus reticulata cv Borneo Prima) pada dua periode pertumbuhan tunas

8 Jumlah daun total tanaman jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv Borneo Prima) pada dua periode pertumbuhan tunas

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka tanaman dalam kaitannya dengan pemangkasan 2 Irisan membujur ujung pucuk

3 Bagian tunas 4

5 Hubungan antara hormon dan hara pada sistem perakaran dan tunas 6 Tunas air yang tumbuh pada tanaman jeruk

7 Skirting pada tanaman jeruk

(5)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk merupakan buah yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Terdapat 5 jenis jeruk yang diusahakan di Indonesia, yakni jeruk besar (pamelo), jeruk nipis (purut), jeruk manis, jeruk siem, dan jeruk keprok. Jeruk yang paling digemari diantaranya ialah jeruk keprok. Jeruk keprok yang dikenal antara lain keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Siompu dari Sulawesi Tenggara, keprok Tejakula dari Bali, keprok Kacang dari Sumatera Barat, keprok Batu 55 dari Batu, keprok Madura dari Jawa Timur, dan keprok SoE dari Nusa Tenggara Timur.

Produksi jeruk Indonesia tahun 2012 tercatat sebesar 1 611 784 ton (BPS 2014). Total produksi ini belum mencukupi kebutuhan konsumsi jeruk nasional yang akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi seimbang. Peningkatan konsumsi jeruk di Indonesia sebagian besar dipenuhi melalui impor. Berdasarkan data FAO (2012) volume impor jeruk Indonesia mencapai 33 074 ton pada tahun 2011.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi buah jeruk keprok di Indonesia ialah dengan pengembangan dan pengelolaan kebun buah dengan baik. Pemangkasan merupakan salah praktek budidaya yang harus dilaksanakan pada perkebunan jeruk.

Menurut Munandar (2001) pemangkasan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas individual pohon dari rendah menjadi sedang atau tinggi dengan cara memperbaiki struktur tajuk sedemikian sehingga intersepsi cahaya ke dalam tengah tajuk dan basal tajuk meningkat atau keteduhan (shading) berkurang. Berdasarkan hasil penelitian Rambe et al. (2012) terhadap jeruk Gerga Lebong (RGL) menunjukan bahwa aplikasi pemangkasan berpengaruh terhadap warna buah. Buah yang berada di dalam atau di bawah kerimbunan daun berwarna pucat (penampilan kurang menarik) karena buah tidak atau sedikit memperoleh sinar matahari. Yuliana (2012) menambahkan bahwa pemangkasan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) pada tanaman jeruk dapat menurunkan severitas penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosoprioides

Penz.) secara berturut-turut sebesar 60 dan 30 %.

Sampai saat ini, penelitian-penelitian terkait pemangkasan jeruk terus dilakukan. Namun hasil kajian tersebut belum terangkum dalam satu dokumen untuk memudahkan para penanam atau petani jeruk memperoleh informasi terkait cara pemangkasan jeruk keprok sesuai fase pertumbuhannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi pustaka untuk menelusuri hasil-hasil penelitian tentang pemangkasan jeruk keprok.

(6)

Rumusan Masalah

Produktivitas optimum pada jeruk keprok dapat dicapai apabila fase pertumbuhan vegetatif dan generatifnya dapat berlangsung secara optimum. Salah satu teknik budidaya yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman jeruk ialah dengan praktek pemangkasan. Pemangkasan yang dilakukan harus sesuai dengan fase pertumbuhan yang sedang terjadi pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, diperlukan penulusuran lebih mendalam mengenai pemangkasan melalui studi pustaka dari berbagai penelitian-penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya.

Tujuan

Topik khusus ini dilaksanakan untuk medapatkan informasi cara pemangkasan jeruk keprok yang sesuai dengan fase pertumbuhannya, sehingga dapat tercapai pertumbuhan yang optimum dan mendapatkan hasil yang maksimum.

(7)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Jeruk Keprok

Tanaman jeruk telah ditanam dan dikembangkan sejak lebih dari 4 000 tahun. Tanaman ini tumbuh hampir di setiap negara di dunia pada 40 o garis lintang utara-selatan. Jeruk menyebar di dunia melalui berbagai eksplorasi dan peristiwa sejarah diantaranya the conquest dari Alexander Agung, penyebaran ajaran Islam, dan eksplorasi Colombus, yang telah membawa jeruk ke Dunia baru (Davies dan Albrigo 1994).

Tanaman jeruk berasal dari Cina Selatan, India Timur Laut dan Burma. Secara spesifik jeruk keprok (Citrus nobilis L.) berasal dari timur laut China. Tanaman jeruk termasuk kedalam family Rutaceae, sub famili Aurantioideae, dan genus Citrus. Genus Citrus memiliki dua sub genus yaitu Citrus dan Papeda, yang dapat dibedakan dari daun, bunga dan karakteristik buah. Sub genus Citrus dibedakan 16 spesies dan salah satunya adalah C. nobilis L (Spiegel-Roy dan Goldschmidt 2003).

Tanaman jeruk dapat hidup pada daerah subtropis dan tropis. Pada daerah subtropis jeruk dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 650 m dpl sedangkan di daerah tropis dapat ditanam sampai ketinggian 2 000 m dpl. Temperatur optimal pertumbuhan tanaman jeruk yaitu antara 25-30 oC. Pertumbuhan jeruk akan terhambat jika temperaturnya diatas 38 oC atau dibawah 13 oC. Curah hujan optimum 1,000-2,000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Tanaman jeruk memerlukan sinar matahari yang penuh, bila terlindung atau ternaungi akan berkurang produksinya. Sinar matahari sangat dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Cabang yang kekurangan sinar matahari seringkali mati atau mudah terserang penyakit (Pracaya 2002).

Tanaman jeruk keprok mempunyai batang yang rendah dan tingginya sekitar 2-8 m sedangkan ranting atau batang ada yang berduri dan ada yang tidak berduri. Tajuk jeruk ini berbentuk tidak beraturan, berdahan kecil, bercabang banyak, dan memiliki tajuk yang rindang. Daun berbentuk tunggal dan mempunyai ukuran kecil serta tangkainya pendek. Warna daun pada permukaan atas hijau tua mengkilat sedangkan warna daun pada permukaan bawah yaitu hijau muda. Tanaman ini berbunga majemuk dan bunga keluar pada ketiak daun atau ujung cabang, ukuran bunga kecil dan mempunyai bau yang harum dengan warna bunga putih berbinti-bintik dan berkelenjar. Bakal buah berbentuk seperti bola yang mempunyai garis tengah 0.15-0.2 cm. Buah yang sudah jadi mempunyai warna kulit yang mengkilat, licin, penuh pori-pori dan sedikit berbau harum. Daging buahnya berwarna orange dan mengandung banyak air (Sarwono 1994). Dibandingkan jeruk siem yang hanya berasa manis, jeruk keprok mempunyai rasa khas, yaitu rasa manisnya terasa lebih segar karena terdapat campuran rasa asam. Dari penampilannya, jeruk ini juga lebih menarik karena lebih mudah dikupas dan tidak terasa pahit. Kulit jeruk yang pahit biasanya mempengaruhi rasa jeruk karena rasa pahitnya akan masuk ketika pengupasan kulit (jeruk siem biasanya sulit dikupas) (BPPMD 2009).

(8)

Tabel 1 Faktor penentu lokasi untuk perkebunan jeruk keprok No. Faktor kondisi

tumbuh Persyaratan

1. Karakteristik tanah

Tanah jenis latosol dan andosol, tidak boleh tergenang air, pH tanah 5 – 7.5 dengan pH optimum adalah 6, dapat tumbuh baik pada daerah yang mempunyai kemiringan sampai 30o 2. Ketinggian dari

permukaan laut

Dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi, tetapi banyak varietas jeruk keprok tumbuh dengan baik pada ketinggian 800 – 1 500 mdpl 3. Bibit jeruk keprok Tersedia bibit jeruk keprok untuk dataran rendah

dan bibit jeruk keprok untuk dataran tinggi

4. Iklim dan curah hujan

Daerah tropis dan subtropis (35 oLU – 35 oLS), dengan suhu 25 – 30 oC, curah hujan berkisar antara 1 250 – 1 900 mm per tahun, kelembapan udara 70 – 80%, dan penyinaran matahari 50 – 60% (tidak menyukai tempat terlindung), air tanah terdapat pada kedalaman 0.5 m pada saat musim penghujan dan 1.5 m pada saat musim kemarau. Memerlukan 5 – 9 bulan basah (musim hujan), suplai air yang cukup diperlukan pada bulan Juli – Agustus.

Sumber: BPPM Kaltim 2009

Jeruk keprok dalam dunia perdagangan dikenal sebagai Mandarin. Menurut klasifikasi secara hortikultura (Reuther et al. 1967), Mandarin terbagi ke dalam empat spesies:

1. “Common Mandarins” (Citrus reticulata Blanco). Pohon kecil berduri dengan ranting yang ramping. Daun lanset atau elips dengan ujung dan pangkal yang berbentuk meruncing. Bunga timbul secara tunggal atau bersamaan pada aksilar daun. Buah berbentuk membulat atau agak bulat dengan kulit yang tipis, mudah dikupas dan dipisahkan dari juring, serta berwarna oranye terang atau merah-oranye ketika sudah masak. Biji kecil dengan salah satu ujung yang melancip serta embryo berwarna hijau.

2. “King Mandarins” (Citrus nobilis Loureiro). Pohon tegak berduri atau tanpa duri. Daun lebar berbentuk lanset. Tangkai daun agak panjang dengan sayap petiol yang sempit. Buah cukup besar. Kulit buah agak tebal dan agak sulit dikupas atau dipisahkan dari juring. Jumlah biji sedikit atau banyak. Jumlah juring antara 12-14.

3. “Satsuma Mandarins” (Citrus unshiu Marcovitch). Pohon biasanya memiliki cabang yang menyebar dengan ranting terkulai. Hampir tidak berduri. Daun lanset dengan tangkai yang panjang dan bersayap. Bunga memiliki serbuk sari yang steril.buah berwarna oranye, berukuran sedang, dan tanpa biji. Jumlah juring 10-12.

4. “Mediterranean Mandarins” (Citrus deliciosa Tenore). Pohon memiliki cabang yang terkulai, hampir tidak berduri. Daun berbentuk lanset. Buah berukuran sedang dan berbiji. Jumlah juring 10-12.

(9)

Pemangkasan

Pemangkasan (pemangkasan bentuk) merupakan cara membentuk pohon yang telah dikembangkan lebih dari 100 tahun yang lalu yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemanenan energi matahari, mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Verheij dan Coronel 1992). Kegiatan pemangkasan telah diterapkan pada banyak tanaman buah sub-tropika seperti apel dan peach (Ryugo 1988).Pemangkasan adalah suatu tindakan membuang sebagian dari bagian tanaman dengan maksud untuk menumbuhkan atau merangsang pembungaan dan pembuahan ke arah yang dikehendaki (Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian 2005).

Pemangkasan meliputi pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk mendapatkan bentuk tanaman yang diinginkan dengan maksud untuk membentuk cabang yang ideal sehingga dicapai produktivitas dan mutu buah yang optimal. Selain itu pemangkasan bentuk dilakukan untuk mengatur bentuk tajuk tanaman dan mengurangi kerimbunan, sehingga tanaman tidak terserang hama dan penyakit (Setiawan dan Trisnawati 1999).

Pemangkasan bentuk atau pembentukan arsitektur pohon dimulai dengan memangkas setinggi 30-40 cm dari pangkal batang dan kemudian tunas-tunas yang tumbuh dipilih, disisakan dan dipertahankan 3 tunas/cabang yang tumbuhnya menyebar merata ke semua arah. Pemangkasan bentuk selanjutnya dilakukan dengan menyisakan 3 tunas untuk masing-masing cabang yang akan menjadi kerangka kanopi/tajuk tanaman membentuk pola 1-3-9 (Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika 2010).

Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk merangsang tumbuhnya tunas produktif, dan menghilangkan tunas tidak produktif atau tunas-tunas yang mengarah ke dalam, memudahkan pemeliharaan tanaman, serta mengurangi resiko serangan OPT (Deptan 2004). Selain itu pemangkasan pemeliharaan dilakukan untuk mengurangi kerimbunan agar sinar matahari masuk kedalam tajuk pohon dan tidak tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau sambungan sehingga sinar matahari tidak terdistribusi pada seluruh bagian tanaman, hal ini akan mengakibatkan mutu buah tidak terjaga. Pemangkasan pemeliharaan meliputi pemangkasan tunas air, cabang balik, cabang dan ranting yang kering serta lapuk (Setiawan dan Trisnawati 1999).

Pemangkasan pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap saat jika kondisi menghendaki atau pemangkasan yang dilakukan bersamaan/ setelah panen dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tanaman, menjaga kestabilan produksi dan kualitas buah atau untuk peremajaan (Lesmana 2009).

Tujuan akhir dari pemangkasan adalah untuk mendapatkan pohon dewasa yang memiliki ukuran tetap dan konfigurasi dan setiap tahun memikul tanaman. Untuk mencapai tujuan ini, petani harus tahu bagaimana, kapan, dan mengapa pohon-pohon yang dipangkas (Ryugo 1988).

Terdapat beberapa terminologi yang digunakan dalam pemangkasan dan pelatihan tanaman (Zulkarnaen 2010):

 Pemancungan (heading back): tidak semua pucuk atau cabang dibuang, namun dipotong dari berbagai jarak dari ujung. Prosedur ini merangsang tumbuhnya pucuk-pucuk baru dari mata tunas di bawah potongan dan menekan pertumbuhan terminal dari cabang yang bersangkutan

(10)

Gambar 1 Kerangka tanaman dalam kaitannya dengan pemangkasan (Zulkarnain 2010)

 Penjarangan (thining out): seluruh pucuk atau cabang dipotong pada titik pertautannya dengan cabang yang lebih besar (atau lebih tua). Penjarangan bertujuan untuk memperbaiki bagian-bagian yang terlalu rimbun atau membuang cabang-cabang yang mengganggu atau tidak berguna.

 Pokok: bagian dari batang mulai dari permukaan tanah ke arah atas hingga cabang utama yang pertama.

 Cabang utama: cabang-cabang yang muncul langsung dari pokok tanaman

 Cabang sekunder: cabang-cabang yang muncul (tumbuh) dari cabang utama

 Sistem pelatihan panutan pusat (central leader): suatu sistem pelatihan untuk tanaman buah-buahan dimana satu pokok vertikal tetap dominan dengan semua cabang-cabang utama yang tumbuh pada pokok tersebut ke arah yang hampir horizontal.

 Sistem pelatihan modifikasi (modified leader): suatu sistem pelatihan dimana suatu panutan utama terus tumbuh ke atas dari pokoknya, namun identitasnya menjadi hilang saat panutan tersebut menjadi salah satu dari cabang utama atau cabang sekunder.

 Sudut lemah: suatu sudut sempit yang terbentuk oleh dua cabang berukuran sama dengan laju pertumbuhan yang sama selama beberapa musim. Akhirnya, kulit batang berkembang di antara kedua pangkal cabang tersebut, tanpa disertai pembentukan kayu penghubung.

 Cabang buah: pucuk-pucuk berumur satu tahun, di mana bunga dan buah terbentuk, seringkali tumbuh dari cabang-cabang yang lebih besar.

(11)

 Bonggol (stub): bekas sisa potongan yang tidak sempurna. Potongan pemangkasan akan meninggalkan luka yang harus disembuhkan oleh proliferasi kalus dari jaringan hidup di sekitarnya.

 Cabang air: cabang yang biasanya tumbuh dari tunas-tunas laten pada pokok atau tunas laten pada dahan yang lebih tua pada bagian sebelah bawah dari batang. Cabang air tumbuh lurus ke atas.

 Carang: pucuk yang tumbuh dari bagian tanaman yang berada di bawah tanah, biasanya dari tunas adventif pada akar. Pada pohon hasil sambungan, carang umumnya tumbuh dari batang bawah di bawah pertautan sambungan.

Tindakan pemangkasan memiliki dampak fisiologis yang menyolok terhapa pertumbuhan dan produksi tanaman. Lenturnya cabang sebagai akibat dari bobot buah yang lebat dapat menyebabkan berkurangnya pembungaan. Hal ini diduga sebagai akibat dari pergerakan auksin, dimana produksi auksin dipengaruhi oleh gaya berat di dalam batang.

(12)

3 METODE

Pengumpulan informasi dilakukan menggunakan metode studi pustaka dengan membaca pustaka terutama hasil-hasil penelitian mengenai teknik pemangkasan dan pengaruh pemangkasan terhadap tanaman seperti jurnal, prosiding, buku, dan standar operasional prosedur, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Pencarian dan pengumpulan data akan dilakukan sejak bulan Februari hingga Juli 2014.

Informasi dan data yang diperoleh kemudian akan dicatat dan dirangkum, kemudian dikaji dan dibandingkan satu sama lain. Informasi yang dinilai benar dan meyakinkan dari segi metode penelitian, rekam jejak penulis, penerbit, dan cara penulisan, yang akan digunakan medapatkan informasi cara pemangkasan jeruk keprok yang tepat, sehingga dapat tercapai pertumbuhan yang optimum dan mendapatkan hasil yang maksimum.

(13)

PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan Perkembangan Jeruk Keprok

Pertumbuhan merupakan suatu proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan akan menentukan hasil dari tanaman tersebut. Pertambahan ukuran tanaman merupakan hasil dari pertambahan ukuran dari organ-organ tanaman tersebut akibat dari pertambhaan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan ukuran sel. Jumlah sel yang semakin banyak atau ruang (volume) sel yang semakin besar membutuhkan semakin banyak bahan-bahan sel yang disintesis menggunakan substrat yang sesuai. Pertumbuhan berfungsi sebagai proses yang mengolah masukan substrat tersebut untuk menghasilkan produk pertumbuhan (hasil). Pada tanaman, substrat dapat dibatasi pada bahan anorganik dan unsur lain yang diambil tanaman dari lingkungannya seperti karbon dioksida (CO2) unsur hara, air dan radiasi matahari yang diolah menjadi bahan organik yang dapat diukur secara sederhana dengan pertambahan bobot keseluruhan tanaman (Sitompul dan Guritno 1995).

Proses pertumbuhan, percabangan dan pembungaan pada kanopi pohon merupakan hal yang penting untuk diketahui dalam melakukan analisis arsitektur pohon buah yang berhubungan dengan manajemen pohon dan produksi buah. Hasil analisis terhadap arsitektur tanaman berupa struktur organ dan percabangan digunakan untuk mengintersepsi pengaruhnya pada aspek agronomi secara praktis pada pohon dan kebun buah (Costes et al. 2006).

Jeruk dapat tumbuh dengan pada rentang cukup luas dan kondisi lingkungan edafis. Kebanyakan produksi komersial terbatas pada wilayah antara 40o LU/LS di mana suhu minimum umumnya lebih besar dari -7 oC. Beberapa daerah iklim mikro ada di dalam lintang ini dan semua produksi jeruk hanya terjadi di daerah iklim tropis atau subtropis (Davies dan Albrigo 1994).

Perkembangan dan pertumbuhan tanaman jeruk dimulai dari fase vegetatif seperti perkecamabahan benih hingga perkembangan buah dijelaskan oleh Davies dan Albrigo (1994). Benih jeruk terdiri dari seed coat yang mengelilingi nucellus dan endosperma. Benih ini berisi dua kotiledon dan terdiri atas 1-7 embrio. Hanya terdapat satu embrio yang berasal dari fusi seksual sel sperma dan sel telur dengan embrio tambahan yang berasal dari jaringan nuselus yang secara genetik sama dengan jaringan maternal diploid. embryony nuselus sangat jarang pada tanaman dan berperan penting dalam produksi true-to-type dan batang bawah bebas virus.

Bibit jeruk mengalami masa juvenil yang relatif panjang, tergantung spesies dan kondisi pertumbuhan. bibit biasanya tumbuh dari meristem apikal tunggal selama beberapa minggu pertama setelah perkecambahan tapi kemudian mulai memproduksi meristem lateral dalam axils daun yang percabangan berikutnya dapat terjadi. Pohon jeruk Juvenile adalah berduri dan umumnya memiliki kebiasaan pertumbuhan yang sangat tegak, bercabang.

Intensitas dan kualitas cahaya juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jeruk pada fase vegetatif. Intensitas cahaya memiliki efek langsung pada asimilasi bersih CO2 dan efek tidak langsung pada suhu daun. Pertumbuhan vegetatif tanaman jeruk berhubungan erat dengan asimilasi bersih CO2. Asimilasi bersih CO2 meningkat secara linear seperti Fotosintesis foton fluks (PPF) yang meningkat dari 0 – 700 µmol m-2 s-1. Asimilasi bersih CO2 maksimum untuk sebagian besar spesies jeruk dicapai pada 30 – 35% sinar matahari penuh.

(14)

Pertumbuhan vegetatif terbaik pada tanaman jeruk dicapai saat panjang hari lebih dari 12 jam, heat unit maksimum tercapai dan kebutuhan air tercukupi.

Pertumbuhan tunas di daerah sub tropis dimulai pada suhu 12.5 oC dan dengan ketersediaan air yang cukup di daerah tropis. Pada daerah tropis, tunas berpotensi dihasilkan sepanjang tahun. Tunas biasanya diproduksi dari banyak titik tumbuh dengan panjang ruas yang ditentukan oleh status air dan suhu tanaman.

Pohon jeruk, menjadi evergreen, memiliki daun yang banyak hal ini menyebabkan shading (bayangan) yang luas pada bagian dalam kanopi. Perkembangan kanopi pada tanaman jeruk berbeda-beda, tergantung iklim. Pohon jeruk dewasa umumnya menghasilkan lebih dari 350 m2 luas permukaan daun dengan LAI 12. Banyak pohon dewasa menghasilkan lebih dari 350 m2 dari luas permukaan daun dengan indeks luas daun dari 12 pohon Dalam besar paling berbuah terjadi pada matre luar kanopi karena energi radiasi yang mengurangi hampir nol pada kedalaman ke parutan kanopi dari ini dan PPF biasanya kurang dari 100 umol m-2 s-1. LAI adalah curvilinearly atau log-linier yang berkaitan dengan fotosintesis foton fluks di kanopi. Masalah shading menjadi lebih akut untuk penanaman kepadatan tinggi. Oleh karena itu, pemangkasan tahunan atau lindung nilai dan topping penting untuk mempertahankan penetrasi cahaya dan meningkatkan produksi buah-buahan di pohon-pohon.

Faktor suhu juga mengatur pertumbuhan akar dan pembangunan. Akar dan pertumbuhan tunas memiliki ambang batas suhu yang berbeda dengan endapan yang terbentuk pertumbuhan akar pada suhu lebih tinggi dari sekitar 7 oC. Pertumbuhan akar, terjadi pada flushes yang sering tetapi tidak selalu bergantian dengan flushes. Ketersediaan air pada fase pertumbuhan tunas dan tingkat serapan hara juga berkorelasi positif dengan suhu akar. Tanaman dan kelembaban tanah statusnya juga mempengaruhi pertumbuhan akar.

Faktor lingkungan, terutama air dan suhu, mengatur waktu dan tingkat berbunga di pohon jeruk. Oleh karena itu, intensitas dan durasi dari produksi bunga juga bervariasi dengan daerah iklim. Selain itu, faktor lingkungan mengatur jenis bunga yang dihasilkan, distribusi mereka di atas pohon, persentase set buah dan akhirnya hasil yang dihasilkan. Proses pembungaan pada jeruk terdiri dari periode induksi dan diferensiasi yang mendahului bunga mekar.

Secara umum, tahun produksi tanaman adalah terpendek untuk daerah subtropis rendah tropis dan lembab. Pada periode di mana ukuran pohon dan hasil meningkat asimtotik untuk ketiga wilayah. Hasil panen di daerah tropis akan mencapai maksimal pada 10 - 15 tahun setelah tanam, sedangkan hasil panen di daerah subtropis lembab terus meningkat mencapai maksimum pada 15 - 20 tahun.

Hasil maksimum tanaman dari tahun ke tahun bervariasi yang diperoleh dari fungsi dari iklim, meskipun faktor-faktor seperti jenis tanah, kultivar dan seleksi batang bawah, kapasitas teknologi dan kendala penyakit juga mempengaruhi hasil dalam suatu wilayah iklim. Kelembaban tanah dan suhu menjadi faktor utama yang mengatur hasil panen di daerah lembab subtropis dan tropis, dan di daerah kering setengah kering.

Pertumbuhan buah pada kultivar jeruk pada umumnya mengikuti pola sigmoid yang dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap 1 adalah fase pembelahan sel di mana hampir semua sel dari buah matang akan diproduksi. Inilah jumlah sel

(15)

awal yang pada akhirnya akan menentukan ukuran buah akhir. Fase ini berlansung sekitar 1 sampai 1.5 bulan setelah mekar, tergantung pada kondisi iklim dan kultivar. Selama fase 2 sel berdiferensiasi menjadi berbagai jenis jaringan. Fase 3, fase pembesaran sel, menghasilkan peningkatan pesat dalam ukuran buah dan persentase total padatan terlarut (TSS). Selama fase ini volume sel dapat meningkatkan hingga 1000 kali. Fase 3 berlangsung bervariasi tergantung kultivar, yakni sekitar 2 hingga 3 bulan untuk lemon dan limau dan untuk jeruk manis dan grape fruit lebih dari 6 bulan.

Warna kulit mulai berubah dari hijau menjadi kuning atau oranye (kecuali jeruk di daerah tropis dataran rendah) menjelang akhir fase 4, fase pematangan, yang ditandai oleh meratakan-off pertumbuhan dan sedikit, meningkat secara bertahap dalam TSS bersama dengan penurunan cepat dalam jumlah keasaman (TA) (Davies Albrigo 1994).

Pemangkasan

Pemangkasan adalah suatu tindakan membuang sebagian dari bagian tanaman dengan maksud untuk menumbuhkan atau merangsang pembungaan dan pembuahan ke arah yang dikehendaki (Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian 2005). Pemangkasan bertujuan untuk membentuk pohon kokoh dan tegar, memperbanyak percabangan (munculnya daun pada ketiak daun dan pucuk cabang atau batang), menghindari terjadinya dominasi apikal (penekanan pertumbuhan calon tunas ketiak daun (lateral) oleh ujung ranting yang aktif tumbuh akibatnya tanaman memanjang), pemilihan tunas baru yang teratur dan berpola serta meningkatkan jumlah bunga dan buah pada tanaman yang berbunga terminal sehingga membentuk kerangka pohon yang dapat mendukung pembungaan dan pertumbuhan (Widodo 1995). Raden (2009) menambahkan bahwa pembentukan arsitektur tajuk dengan cara pemangkasan bertujuan untuk mengoptimalkan intersepsi cahaya dan mengarahkan strategi pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang menguntungkan sehingga produktivitas tinggi dan memudahkan manajemen kebun. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengurangi kompetisi antara organ, vegetatif dan generatif serta keseimbangan alokasi asimilat yang harus ditunjang oleh intersepsi dan distribusi cahaya yang baik. Menurut Jackson (1980) dan Poerwanto dan Susila (2014) pembentukan kanopi dalam pemangkasan dilakukan untuk memaparkan sebanyak mungkin daun ke matahari untuk mencapai produksi biomassa yang tinggi. Secara umum pemangkasan bertujuan untuk:

1. Mengontrol pertumbuhan dan ukuran pohon agar pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian pembungaan serta panen dapat dilakukan lebih mudah

2. Mendorong pertumbuhan cabang yang kuat dan sehat, sehingga dapat mendukung buah yang banyak.

3. Meningkatkan penetresi cahaya matahri pada tajuk, sehingga fotosintesis berjalan optimum.

4. Mendorong agar distribusi buah seimbang pada pohon, sehingga buah yang diproduksi seragam kualitas dan ukurannya.

5. Mendorong agar tanaman berbunga dan berbuah teratur, mengurangi terjadinya alternate bearing (tanaman berbuah banyak pada thun tertentu dan berbuah sedikit pada tahun berikutnya)

(16)

7. Memaksimumkan persentase cabang berbunga 8. Memperbaiki pewarnaan buah

9. Merangsang pertumbuhan trubus baru

10.Mengurangi peluang serangan penyakit dengan membuang cabang mati dan berpenyakit

11.Mengurangi kemungkinan kerusakan pohon oleh angin

Menurut Zulkarnain (2010) berdasarkan tujuannya, pemangkasan tanaman hortikultura pohon dapat dikelompokan atas:

1. Pemangkasan pengendalian ukuran tanaman

2. Pemangkasan untuk mengendalikan bentuk tanaman 3. Pemangkasan untuk meningkatkan keragaan tanaman

4. Pemangkasan untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas hasil 5. Pemangkasan untuk peremajaan tanaman

Pemangkasan untuk mengendalikan ukuran tanaman merupakan tindakan yang penting untuk tanaman tahunan yang tumbuh secara terus menerus. Apabila ukuran tanaman tidak dikendalikan, maka dapat mempengaruhi nilai-nilai estetika ataupun asas manfaatnya.

Pemangkasan untuk mengendalikan bentuk tanaman berkaitan dengan kekuatan struktural individu tanaman tersebut. Kekuatan struktural ini dapat diperoleh dengan membuang cabang-cabang yang membentuk sudut yang tajam sehingga menyisakan cabang-cabang dengan sudut tumpul (lebar). Percabangan dengan sudut yang tajam (sempit) cenderung mudah patah bila mendapat tekanan karena tidak adanya kambium dan adanya kulit kayu (parenkim) yang terjepit pada ketiak batang.

Pengendalian bentuk tanaman dapat berpengaruh pada peningkatan kualitas hasil karena adanya distribusi cahaya matahari yang lebih baik. Selain itu, dengan terbukanya pohon, maka pengendalian terhadap hama dan penyakit akan lebih efektif karena dapat mengurangi kelembapan, yang memungkinkan penyebaran penyemprotan pestisida yang lebih baik.

Pemangkasan untuk keragaan tanaman adalah tindakan pemangkasan yang ditujukan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan keragaan tanaman. Pemangkasan ini biasanya dilakukan terhadap tanaman yang akan dipindahkan dari suatu lokasi ke lokasi lain atau terhadap bibit akan dipindahkan dari pembibitan ke kebun, yakni dengan memangkas akar dan atau daun-daunnya.

Pemangkasan untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas hasil adalah adalah suatu langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil buah-buahan. Pemangkasan untuk tujuan ini dilakukan secara selektif untuk membantu akumulasi karbohidrat pada tanaman untuk pembentuka bunga dan pertumbuhan buah.

Pemangkasan untuk peremajaan tanaman penting dilakukan untuk merangsang pertumbuhan reproduktif secara maksimum. Faktor yang perlu diperhatikan pada pemangkasan peremajaan adalah: 1) waktu berdiferensiasinya tunas bunga dan 2) umur cabang yang paling banyak memiliki tunas terbaik.

Dasar melakukan pemangkasan adalah pemahaman terhadap aspek fisiologi tanaman. Terdapat dua cara tanaman tumbuh (1) pertumbuhan primer, yaitu peningkatan panjang pucuk (length of shoots) dan akar yang menyebabkan peningkatan tinggi dan lebar kanopi, (2) pertumbuhan sekunder, yaitu peningkatan ukuran (thickness) batang dan akar. Kedua tipe pertumbuhan tersebut

(17)

membutuhkan pembelahan sel yang diikuti pembesaran dan diferensiasi sel (Marini 2009).

Meristem merupakan daerah sel yang aktif membelah. Menurut Marini (2003) terdapat dua tipe meristem tanaman (1) meristem apikal, yang terletak di ujung setiap pucuk dan akar. Pucuk dan akar memanjang seperti sel yang tertumpuk satu dengan yang lainnya. Di belakang daerah pembelahan sel terdapat daerah pembesaran dan diferensiasi sel untuk membentuk berbagai jaringan; (2) meristem apikal kecil (small apical meristem) disebut axillary meristem

(meristem ketiak) yang membentuk axillary bud (tunas ketiak) yang selalu dorman sampai sebuah daun yang berhadapan dengannya berkembang penuh. Sebuah tunas ketiak dapat dorman atau berkembang menjadi cabang lateral (lateral branch) atau bunga (flower). Pada saat tunas vegetatif diiris secara membujur tampak bahwa meristem apikal berada di ujung, primordia daun menjadi daun, meristem ketiak berkembang menjadi tunas ketiak dan jaringan prokambial berkembang menjadi kambium.

Gambar 2 Irisan membujur ujung pucuk (Marini 2003)

Tunas merupakan organ tanaman yang menunjang pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan reproduktif pohon. Pemangkasan (pruning) dan pelatihan (training) pohon buah melibatkan manipulasi tunas. Teknik pruning merupakan salah satu cara untuk memanipulasi pertumbuhan dan pembungaan.

Menurut Marini (2003) tunas diklasifikasikan dalam empat tipe yakni berdasarkan kandungan (isi), berdasarkan lokasi, berdasarkan struktur tunas pada batang, dan berdasarkan aktivitasnya. Klasifikasi berdasarkan kandungan (isi), dikenal tunas vegetatif yang hanya berkembang menjadi pucuk vegetatif daun dan tunas bunga hanya memproduksi bunga. Pohon dari tanaman stone fruit seperti apricot dan cherry menghasilkan tunas vegetatif dan tunas bunga. Pohon apel dan pear memproduksi tunas vegetatif dan tunas bunga. Pohon apel dan pear memproduksi tunas vegetatif dan tunas campuran (mixed bud). Pucuk daun dan bunga muncul dari tunas campuran.

Klasifikasi berdasarkan lokasi dimana tunas terminal terletak pada ujung pucuk. Pada stone fruit tunas terminal adalah tunas vegetatif. Tunas terminal apel dan pear selalu vegetatif. Tunas lateral dibentuk dari ketiak daun yang sering disebut tunas ketiak. Pada pohon stone fruit tunas lateral dapat membentuk bunga

(18)

dan yang lainnya membentuk tunas vegetatif. Tunas bunga berkarakter lebih besar dengan ujung yang relatif bulat, sedangkan tunas vegetatif lebih kecil.

Klasifikasi ketiga berdasarkan struktur tunas pada batang, sturktur tunas mempengaruhi struktur cabang pohon buah dan bentuk pohon. Buku terdapat pada batang di mana daun melekat (gambar 3a). Pada tanaman apel hanya terdapat satu daunyang melekat pada buku, sedangkan pada tanaman peach terdapat tiga daun yang melekat pada buku. Tunas opposite, ketika dua tunas atau cabang menempati tempat yang berlawanan pada buku yang sama. Tunas alternate ketika hanya ada satu tunas atau cabang dari setiap buku dan tidak ada tunas yang menempati tempat yang sama pada batang (Gambar 3b). Posisi daun pada batang disebut phyllotaxy.

Klasifikasi keempat berdasarkan aktivitas tunas. Tunas akan dorman ketika tunas tersebut tidak nayata tumbuh. Ketika pemangkasan, tunas yang dorman akan tumbuh.

Gambar 3 Bagian dahan yang menunjukan buku dan tipe tunas (a), struktur tunas alternate (b), struktur tunas opposite (Marini 2003)

Respon pemangkasan pada tanaman terjadi pada perubahan rasio akar : tunas. Pemangkasan pada cabang mengakibatkan produksi hormon-hormon dan metabolit-metabolit yang dibuat oleh daun dan tunas tidak banyak sehingga dapat menurunkan pertumbuhan akar. Pemangkasan pada akar menyebabkan aliran nutrisi dari tanah dan suplai hormon-hormon dari akar ke batang akan berukurang (Coombs et al. 1994).

(19)

Pada tunas utuh, terjadi dominasi apikal dimana pertumbuhan tunas ini lebih dominan dan lebih besar. Dominansi apikal dapat dihilangkan dengan cara menghilangkan ujung pucuk yang berfungsi sebagai sumber auksin (Combs et al

1992) (Gambar 4).

Gambar 4 Dominansi apikal (a), pucuk yang tidak dipangkas (b), pucuk yang dipangkas (Marini 2003)

Apeks terdiri dari sel aktif membagi yang disebut meristem apikal, yang menghasilkan hormon yang disebut auksin. Salah satu auksin yang terdapat pada tanaman ialah indole-3-acetic acid (IAA). Auksin memiliki banyak fungsi, diantaranya menstimulasi pertumbuhan jaringan xilem. Auksin diproduksi di akar dan ditransportasikan ke bagian atas pucuk.

Hasil penelitian Hidayat (2005) peningkatan pertumbuhan akar sebelum tumbuh tunas diduga karena akar merupakan organ utama yang mensintesis sitokinin ke pucuk atau tunas. Sitokinin berperan dalam memacu pembelahan sel sehingga terjadi pemecahan dormansi.

Jika pucuk dihilangkan maka sitokinin, air dan garam mineral terus ditranportasikan dari akar tetapi tidak ada sel-sel muda untuk memetabolisme sitokinin tersebut. Hormon terakumulasi di bagian atas pada tunas yang dipotong di mana ia merangsang sel-sel muda yang terdekat ujung. Pada bagian ini sel-sel mulai membagi, menghasilkan auksin dan membangun koneksi xilem mereka ke sistem utama dan akan berkembang sebagai pengganti tunas utama (Coombs 1994) (Gambar 5).

(20)

Gambar 5 Hubungan antara hormon dan hara pada sistem perakaran dan tunas (Coombs et al 1992)

Suplai auksin dan sitokinin dapat dikontrol dengan memvariasikan bentuk pemangkasan dengan waktu (aktivitas akar rendah di musim dingin) dan dengan menggunakan hormon buatan. Hal ini memungkinkan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman dan mengantisipasi respon tanaman terhadap bentuk pemangkasan tertentu.

Pengaruh Pemangkasan

Menurut Curry (1991) hasil tanaman dapat diprediksi dari perkembangan pertumbuhan tunas (shoot), intersepsi cahaya dan distribusinya. Model hubungan distribusi cahaya dengan proses fungsi fisiologi, seperti induksi pucuk bunga, jumlah bunga menjadi buah (fruit set) dan kualitas buah dapat menjadi nilai yang berguna untuk mendesain arsitektur tajuk.

Seni membentuk pohon untuk mengubah tanaman yang berproduksi tinggi telah dimulai sejak lama pada berbagai tanaman bernilai ekonomi tinggi seperti kakao, kopi, tanama sub tropis seperti peacg, apel dan pir dan famili Rosaceae lainnya.

Distribusi cahaya dalam tajuk tanaman ditentukan oleh arsitektur tajuk yang meliputi bentuk, sudut kedudukan dan pola distribusi daun dalam ruang tajuk (Sitompul dan Guritno 1995). Menurut Gardner et al. (1991) laju fotosintesis dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah cahaya, karbondioksida, suhu dan status air. Intensistas cahaya yang tinggi mendukung terjadinya konduktansi stomata terhadap CO2 sehingga mempunyai pengaruh sangat besar terhadap laju fotosintesis maksimum. Pada intensitas cahaya rendah hampir tidak ada

(21)

penyerapan CO2 karena laju penyerapan CO2 melalui fotosintesis lebih rendah dari pada laju evolusi CO2 dari respirasi mitokondria. Laju fotosintesis secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh keadaan stomata, menurut Salisbury dan Ross (1995) pembukaan stomata tanaman berkorelasi dengan laju fotosintesis. Kecepatan pembukaan dipengaruhi oleh jenis cahaya, yaitu cahaya merah dan biru. Stomata membutuhkan cahaya biru untuk pembukaan stomata.

Ketersediaan cahaya matahari menentukan batas maksimal hasil tanaman karena radiasi yang diintersepsi menyediakan energi untuk fotosintesis. Laju peroleha massa pada tanaman tergantung jumlah energi cahaya yang diabsorbsi oleh tanaman dan efisiensi penggunaannya untuk menggunakan gas CO2 di atmosfir untuk proses fotosintesis dalam memproduksi bahan kering (Sinclair 1994). Menurut Charles-Edward (1986) jumlah energi cahaya yang diabsorpsi oleh tanaman bergantung pada jumlah energi cahaya yang datang dan proporsi cahaya yang diabsorbsi, yang merupakan fungsi dari indeks luas daun dan intersepsi cahaya oleh kanopi yang tergantung dari beberapa faktor seperti arsitektur kanopi daun, inklinasi dan orientasi komponen daun. Proporsi energi cahaya terintersepsi diabsorbsi oleh sel-sel di dalam daun yang mengandung organel fotosintesis aktif, yaitu kloroplas.

Norman dan Arkerbauer (1991) mengemukakan bahwa akumulasi pertumbuhan tergantung dari total karbon yang difiksasi oleh fotosintesis. Fraksi dari karbon tersebut dikonversi ke dalam bobot kering walaupun hanya sebagian karbon yang difiksasi untuk fotosintesis ada pada bobot kering tanaman dan sebagian lagi karbon hilang melalui respirasi tanaman.

Menurut Charles-Edward (1982) secara umum daun-daun yang tumbuh pada lingkungan dengan tingkat cahaya datang rendah lebih tipis dan memperbaiki luas permukaan yang lebih lebar dibandingkan daun yang tumbuh pada tingkat cahaya yang lebih tinggi. Menurut Taiz dan Zeiger (2002) hal ini disebabkan oleh pengurangan lapisan pelisade dan sel-sel mesofil pada daun. Menurut Hale dan Ocutt (1987) mengemukakan bahwa cara ini untuk mengurangi penggunaan metabolit dan mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan.

Hasil penelitian Raden (2009) menunjukan bahwa pemangkasan pada tanaman jarak pagar dapat meningkatkan jumlah cabang dan diameter batang secara nyata. Peningkatan jumlah cabang diakibatkan karena hilangnya dominasi apikal tunas pucuk sehingga memicu tunas-tunas lateral yang dorman untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nuraini (2008) terhadap tanaman manggis yang diberi perlakuan pemangkasan dapat meningkatkan diameter batang, diameter tajuk dan jumlah daun. Coombs et al. (1994) menyatakan pemangkasan pada bagian tunas pucuk (tunas apikal) akan mendorong pertumbuhan tunas-tunas lateral sehingga percabangan akan semakin banyak, akibatnya energi hasil proses akan semakin banyak pula. Perkembangan jumlah cabang akan mendorong terbentuknya daun sebagai sumber fotosintat yang lebih banyak untuk mendukung pertumbuhan tanaman diantaranya diameter batang. Peningkatan diameter batang diakibatkan oleh akumulasi hasil fotosintat yang ditranslokasikan dari cabang ke batang utama atau semakin aktifnya pertumbuhan sekunder pada batang tanaman tersebut sehingga menyebabkan peningkatan ukuran batang atau batang tanaman mengalami pembesaran sehingga diameter batang semakin besar pula. Diameter batang yang lebih besar juga

(22)

merupakan mekanisme batang dalam menyokong jumlah cabang yang banyak sehingga tanaman tersebut dapat mendukung tajuk untuk berdiri kokoh dan kuat.

Berdasarkan hasil penelitian Hidayat (2005) terhadap tanaman mangga, bahwa perlakuan pemangkasan dapat meningkatkan jumlah tunas daun sebesar 78% dan jumlah tunas bunga sebesar 31% dibandingkan tanaman mangga yang tidak dipangkas. Tanaman mangga yang dipangkas satu pupus (flush) tunas tepat pada bukunya merangsang tumbuhnya tunas baru pada mata–mata tunas disekitar buku tersebut. Hal ini menunjukan bahwa pemangksan dapat merangsang pertumbuhan tunas vegetatif dan generatif sehingga dapat meningkatkan produktivitas mangga.

Tabel 2 Pengaruh pemangkasan terhadap jumlah tunas per pucuk pada mangga

Perlakuan Jumlah tunas per pucuk

Daun Bunga

Tidak dipangkas (P0) 2.58 a 2.05 a

Dipangkas (P1) 4.60 b 2.70 b

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Pada tanaman teh dilakukan pemangkasan yang bertujuan untuk pemeliharaan tanaman teh agar menjadi perdu, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat dan efisien. Kegiatan ini dilakukan untuk membentuk bidang petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah yang besar (Setyamidjaja 2000).

Pemangkasan pada Jeruk

Menurut Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (2007) manfaat pemangkasan yang baik dan benar pada tanaman jeruk antara lain produktifitas tanaman lebih stabil, kemampuan hidup dan kualitas buah lebih baik, perkembangan hama dan penyakit terhambat, memudahkan perawatan kebun dan menambah keindahan (estetika) kebun buah.

Pada budidaya jeruk terdapat dua macam pemangkasan, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanamana belum berproduksi (umur 0 – 3 tahun). Pemangkasan ini bertujuan untuk membentuk kerangka atau struktur percabangan yang diinginkan. Bentuk percabangan yang paling ideal adalah mengikuti format 1-3-9, yaitu satu batang utama, tiga cabang primer dan sembilan cabang sekunder. Pemangkasan pemeliharaan merupakan pemangkasan yang dilakukan pada tanaman yang sudah produktif, berumur > 3 tahun dan dilakukan setelah panen. Tujuan pemangkasan ini ialah meyeimbangkan pertumbuhan vegetatif dan generatif. Manfaat dari pemangkasan bentuk, ialah:

1. Mempertahankan bentuk arsitektur pohon

2. Mengurangi terjadinya fluktuasi pembuhan tahunan

3. Mempertahankan iklim mikro ideal di sekitar tanaman dengan minimal 30 % sinar matahari dapat menembus ke bagian dalam tajuk tanaman, sehingga kondisi tanaman dan kebun tidak terlalu lembab yang dapat mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit

(23)

4. Mengefisienkan pemeliharaan kebun 5. Meningkatkan umur produktif tanaman 6. Menghilangkan ranting-ranting yang rusak

Menurut Wright dan Kelly (2008) bagian-bagian yang dipangkas pada tanaman jeruk terdiri atas:

1. Tunas air (Sprouts)

Tunas ini tumbuh dari atas atau di bawah bud union dan batang, yang berwarna hijau dan herba. Bud union ialah tempat atau titik persambungan antara batang atas dan batang bawah, dan dapat diidentifikasi dengan adanya perubahan bentuk atau tekstur kulit dan lingkar batang. Tunas ini bila dibiarkan tumbuh akan memiliki duri yang banyak, memiliki buah dengan rasa yang tidak enak dan cenderung mengganggu pertumbuhan batang atas.

Gambar 6 Tunas air yang tumbuh pada tanaman jeruk 2. Cabang

Cabang besar dan kecil harus dipangkas jika mereka mati atau rusak, yang saling silang, yang bergesekan atau merusak buah, atau menghambat akses ke bagasi, tanah, atau sistem irigasi. Ranting yang mati karena shading yang berlebihan di tengah kanopi tidak perlu dipangkas karena cabang-cabang ini akan jatuh secara alami. Pada pohon kecil, cabang yang lemah dapat dihilangkan untuk mendukung cabang-cabang yang lebih besar yang akan membentuk domba perancah dari pohon. Cabang yang berukuran lebih besar dapat dipangkas untuk memungkinkan penetrasi cahaya di daerah kanopi. Hal ini paling sering dilakukan pada jeruk keprok untuk meningkatkan jumlah buah dan warna.

Pemangkasan cabang low-hanging dikenal sebagai skirting (Gambar 7).

Skirting sering dilakukan untuk membuat pohon lebih estetis dengan menghilangkan (memangkas) cabang dan dengan demikian mengekspos batang utama. Namun apabila kanopi pohon dibiarkan tumbuh secara alami memperpanjang ke tanah tidak akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Buah yang berasal dari kanopi yang lebih rendah biasanya memiliki kualitas terbaik karena tidak sering dipengaruhi oleh sinar matahari.

(24)

Gambar 7 Skirting pada tanaman jeruk

Pemangkasan pada tanaman jeruk sudah lama dipraktekan oleh petani dan penanam jeruk. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan tanaman jeruk, baik pada fase vegetatif maupun generatif.

Morales dan Davies (2000) melaporkan hasil penelitian terhadap tanaman jeruk Orlando (Citurs paradisi x Citrus reticulata) yang diberi perlakuan pruning

dan skirting pada fase generatif. Berdasarkan Tabel 3 perlakuan pemangkasan berpengaruh terhadap jumlah buah per pohon, bobot buah total dan persentase buah berukuran besar.

Tabel 3 Pengaruh pruning dan skirting terhadap jumlah buah, total berat buah, persentase ukuran buah

(25)

Selain berpengaruh secara langsung terhadap kualitas buah jeruk, pemangkasan juga berpengaruh terhadap intensitas serangan hama dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian Yuliana (2012) bahwa aplikasi pemangkasan terhadap jeruk keprok TM dan TBM di kebun Blawan, Bondowoso dapat menurunkan severitas penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosoprioides

Penz.). Pemangkasan dapat menurunkan severitas antraknose pada TM sebesar 33%, sedangkan pada TBM sebesar 60%. Pada TM severitas dan intensitas hama dan penyakit ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella), kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.), tungau (Tenuipalsus sp.), Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.), thrips (Scirtotfrips citri.), lalat buah (Dacus sp.), Ulat daun (Papilio demolion), kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.), embun jelaga (Odidium sp.), dan kanker (Xanthomonas campestris Cv. Citri) cenderung meningkat sampai 4 MSP. Pemangkasan pada TBM menurunkan severitas ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella) sebesar 15%, namun intensitas serangan tetap. Severitas dan intensitas ulat daun (Papilio demolion) cenderung meningkat

Tabel 4 Perkembangan tingkat intensitas hama dan penyakit Hama dan Penyakit

Tingkat Serangan (%) 0 1 2 3 4 ... MSP ... Tungau 73 80 53 60 60 Trips 87 87 93 100 100 Kutu Sisik 100 100 100 100 100 Lalat buah 0 73 67 87 73 Kutu daun 0 0 0 7 7 Ulat daun 0 0 27 87 80 Ulat Peliang 100 100 100 100 100 Antraknosa 87 40 53 60 53 Embun jelaga 93 93 93 100 100 Kanker 0 7 27 87 67

Tabel 5 Perkembangan tingkat severitas hama dan penyakit Hama dan Penyakit

Tingkat Serangan (%) 0 1 2 3 4 ... MSP ... Tungau 8 16 13 14 24 Trips 3 6 6 9 14 Kutu Sisik 31 44 42 47 46 Lalat buah 0 2 2 2 2 Kutu daun 0 0 0 1 4 Ulat daun 0 0 13 9 16 Ulat Peliang 6 5 5 6 11 Antraknosa 6 2 2 3 8 Embun jelaga 14 13 13 13 19 Kanker 0 1 4 1 1

(26)

Berdasarkan penelitian Yuliana (2012) pemangkasan TM dan TBM pada tanaman jeruk dapat menurunkan severitas penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosoprioides Penz.). Pemangkasan dapat menurunkan severitas antraknose pada TM sebesar 33%, sedangkan pada TBM sebesar 60%. Pada TM severitas dan intensitas hama dan penyakit ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella), kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.), tungau (Tenuipalsus sp.),

Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.), thrips (Scirtotfrips citri.), lalat buah (Dacus

sp.), Ulat daun (Papilio demolion), kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.), embun jelaga (Odidium sp.), dan kanker (Xanthomonas campestris Cv. Citri) cenderung meningkat sampai 4 MSP. Pemangkasan pada TBM menurunkan severitas ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella) sebesar 15%, namun intensitas serangan tetap. Severitas dan intensitas ulat daun (Papilio demolion) cenderung meningkat (Tabel 3 dan 4).

Tabel 6 Pengaruh pemangkasan terhadap luas daun jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv Borneo Prima)

Perlakuan Luas daun (cm2) a

Kontrol 19.2a

Pangkas terbuka tengah 14.1b

Pangkas pagar 13.7b

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Gambar 8 Sketsa bentuk pemangkasan jeruk keprok Borneo Prima (a) tanpa pemangkasan, (b) pangkas terbuka tengah dan (c) pangkas pagar Hasil penelitian Rahayu (2014) menunjukan bahwa perlakuan pemangkasan pada tanaman jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv Borneo Prima) memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun dengan daun terluas pada perlakuan tanpa pemangkasan. Menurut Gardner et al. (2008) daun yang kekurangan cahaya cenderung berukuran lebih luas namun lebih tipis. Menurut Rahayu (2014) tanaman jeruk merupakan tanaman C3. Tanaman

(27)

kelompok ini telah mencapai tingkat kejenuhan sebelum cahaya penuh atau terik sehingga akan lebih efisien memanfaatkan cahaya yang tidak terlalu terik. Hal ini menyebabkan daun pada tanaman yang tidak dipangkas lebih sempit dibandingkan daun tanaman jeruk yang tidak dipangkas.

Tabel 7 Indeks Luas Daun (ILD) tanaman jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv Borneo Prima) pada dua periode pertumbuhan tunas

Perlakuan

Indeks luas daun pada periode pertumbuhan tunas ke-a

1 2

Kontrol 0.06a 0.06a

Pangkas terbuka tengah 0.03b 0.04b

Pangkas pagar 0.02b 0.04b

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Pada penelitian Rahayu (2014) juga menunjukan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap ILD. Tabel 6 menunjukan bahwa ILD tertinggi ditunjukan oleh perlakuan tanpa pemangkasan. Tanaman yang tidak dipangkas memiliki jumlah daun lebih banyak dan luas okupasi lahan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang dipangkas sehingga nilai ILD lebih tinggi. Tanaman yang dipangkas memiliki jumlah daun yang lebih sedikit akibat pemangkasan sehingga okupasi lahan lebih rendah dan nilai ILD rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Munandar et al. (2004) yang menunjukan bahwa pruning dan training

pada durian Monthong dapat menurunkan ILD 40% lebih rendah dibandingkan kontrol.

Selain itu pada penelitian ini juga dilaporkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun total tanaman (Tabel 7). Luas daun total tanaman yang tidak dipangkas (kontrol) nyata paling tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipangkas. Tanaman yang dipangkas memiliki jumlah daun yang lebih sedikit akibat apliaksi pemangkasan jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipangkas dan hal tersebut sangat mempengaruhi luas daun total suatu tanaman. Pada fase vegetatif tanaman, tanaman yang diberi perlakuan pemangkasan mungkin akan lebih sedikit berfotosintesis, namun permukaan kanopi yang terbuka akan memungkinkan cahaya matahari tertangkap secara optimum oleh seluruh permukaan daun, sehingga memiliki laju fotosintesis yang tinggi. Menurut Taiz dan Zeiger (2002) jumlah daun total berhubungan dengan luas daun total. Semakin banyak jumlah daun maka luas daun total akan semakin meningkat pula. Semakin banyak daun maka kemampuan membentuk fotosintat akan semakin besar sehingga pembentukan organ-organ vegetatif akan lebih baik karena daun pada tanaman berfungsi sebagai organ fotosintesis yang mengkonversi energi cahaya menjadi energi kimia.

(28)

Tabel 8 Jumlah daun total tanaman jeruk keprok Borneo Prima(Citrus reticulata

cv Borneo Prima) pada dua periode pertumbuhan tunas Perlakuan

Jumlah daun total pada periode pertumbuhan tunas ke-a

1 2

Kontrol 871.9a 1 048.8a

Pangkas terbuka tengah 228.3b 448.4b

Pangkas pagar 197.2b 418.9b

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Daun-daun yang menerima cahaya matahari penuh merupakan sumber (source) yang menunjang kelangsungan hidup tanaman, termasuk perkembangan bunga dan pengisian buah. Daun-daun yang sudah tua atau berada di dalam tajuk dan kurang mendapatkan sinar matahri mempunyai laju fotosintesis rendah sehingga cenderung menjadi sink yang membutuhkan energi dari source yang ada (Suryadi 2010).

Pola tajuk membuka (open center) dapat meningkatkan pemerataan intersepsi cahaya sehingga laju fotosintesis netto dan produksi per satuan luas maksimum. Fotosintesis netto merupakan ukuran produksi asimilat yang dimanifestasikan sebagai pertambahan bobot bahan kering total atau Laju Tumbuh Absolut (LTA), laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih atau LAB (net assimilation rate) merupakan komponen fisiologi khususnya daun menyumbangkan pertambahan bobot kering dan merefleksikan fungsi bentuk tajuk dalam proses asimilasi (Lambers 1987).

Jika daun terlalu banyak, daun-daun bagian bawah tidak menerima cahaya yang cukup untuk fotosintesis bersih sehingga daun-daun tersebut hanya berfungsi sebagai sink. Jika indeks luas daun kumulatif mencapai level yang sangat tinggi, respirasi daun-daun bagian bawah akan seimbang dengan fotosintesis daun-daun bagian atas, akibatnya laju asimilasi bersih dan laju tumbuh tanaman menurun sampai nol. Sitompul dan Guritno (1995) mengemukakan bahwa semakin tinggi kerapatan antara daun akan menyebabkan semakin sedikit cahaya yang sampai ke lapisan bawah. Nilai indeks luas daun(ILD) > 1 menggambarkan adanya saling menaungi di anatara daun pada lapisan bawah tajuk serta mendapat cahaya yang kurang sehingga menyebabkan laju fotosintesis yang lebih rendah dibandingkan tidak ternaungi. akan tetapi ILD < 1 tidak berarti tanpa naungan karena tergantung pada posisi dan bentuk daun.

Rambe (2012) menyebutkan bahwa jeruk Gerga Lebong yang diberi perlakuan pemangkasan dapat memperbaiki penampilan buah terutama terhadap warna. Tanaman yang tidak dipangkas berwarna pucat karena ternaungi oleh daun-daun yang tumbuh rimbun pada pohon, sedangkan tanaman yang diberi perlakuan pemangkasan memiliki warna oranye cerah. Menurut Wills et al.

(1989) perubahan warna disebabkan hilangnya warna hijau akibat degradasi klorofil. Pada tanaman yang dipangkas, degradasi klorofil terjadi secara sempurna karena tidak ada

(29)

KESIMPULAN

Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, ditarik beberapa kesimpulan:

1. Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang diterapkan pada tanaman jeruk untuk meningkatkan kualitas buah jeruk.

2. Pada fase pertumbuhan vegetatif diperlukan pemangkasan bentuk (seperti pangkas terbuka tengah dan pangkas pagar) yang bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif sehingga dapat meningkatkan biomassa tanaman.

3. Pada fase pertumbuhan generatif diperlukan pemangkasan pemeliharaan yang bertujuan merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif dan mengurangi resiko serangan OPT, mengrungi kerimbunan untuk memaksimalkan penangkapan sinar matahari sehingga mutu buah yang dihasilkan maksimal.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2007. Budidaya dan Pemeliharaan Jeruk Part 2. Batu (ID): Balitjestro.

[BPPM] Badan Perumahan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Prospek menguntungkan Investasi Budidaya Jeruk Keprok Borneo Prima. 2009. Samarinda (ID): BPPM Kaltim.

Charles-Edward DA, D Doley, GM Rimmington. 1986. Modelling Plant Growth and Development. Sydney (AU): Academic Press.

Coombs, D., P. Blackburne-Maze, M. Cracknell, and R. Bentley. 1994. The Complete Book Of Pruning. Great Britain: The Bath Press.

Costes E, PE Lauri, JL Regnard. 2006. Analysing fruit tree architecture: implication for tree management and fruit production. Hort. Review 32: 1 – 61.

Curry EA. 1991. Introduction canopy development in model system: measurement, modification, modelling. HortSci: 122:53 – 62.

Davies FS dan Albrigo LG. 1994. Citrus. Wallingford (UK) : CAB International [Deptan] Departemen Pertanian. 2004. SOP Jeruk. Jakarta (ID): Departemen

Pertanian RI.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Volume ke-1. Susilo H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari:

Physiology of Crop Plants

Harjadi SS. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Hidayat R. 2005. Pengaruh pemangkasan produksi dan kombinasi dosis pupuk

buatan terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman mangga (Mangifera indica L.) cv Arumanis. Agrosains 7(1): 13 – 18.

Janick J, R.W. Schery. F.W. Woods and V.W. Rutton. 1974. Plant Science: An Introduction to World Crops. 2nd Ed. United States of America.

Lambers H. 1987. Does variation in photosynthetic rate explain variation in growth rate and yield. Neth. J. Agric. Sci. 35: 505-519.

Lesmana D. 2009. Analisis finansial jeruk keprok di kabupaten kutai timur. EPP

6(1): 36-43

Marini RP. 2003. Physiology of pruning fruit trees. Virginia (US): Viginia Cooperative Extension.

Munandar A. 2001. Studi arsitektur pohon dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan durian [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Munandar A, SS Harjadi, A Surkati, BS Purwoko, Sudarsono dan Suhirman. 2004. Analisis Pertumbuhan dan Fenologi Trubus pada Berbagai Struktur Tajuk Durian (Durio zybethinus). Bul. Agron. (32) (3) 22 – 31.

(31)

Nuraini M. 2008. Pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Norman JM, TJ Arkebauer. 1991. Predicting canopy light-use efficiency from leaf

characteristic in rice leaves grown under the condition of physiologically low temperature andd irradiance. Plant cell physiol. 39: 1384 – 1387.

Morales P, FS Davies. 2000. Pruning and Skirting Affect Canopy Microclimate, Yields, and Fruit Quality of „Orlando‟ Tangelo. HortScience 35(1):30-35. Obreza TA, RE Rouse. 1993. Fertilizer Effects on Early Growth and Yield of

„Hamlin‟ Orange Trees. HortScience 28(2): 111-114

Pracaya. 2002. Jeruk Manis. Catakan ke 10. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Raden I. Hubungan arsitektur tajuk dengan fotosintesis, produksi dan kandungan

minyak jarak pagar (Jatropha curcas L.) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahayu R S. 2014. Optimasi pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv Borneo Prima) melalui pemangkasan dan pemupukan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rambe SSM, I Calista, K Dinata. Peningkatan Produktivitas dan Penampilan Buah Jeruk Gerga (RGL) di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu.

[diunduh 2014 Januari 23]. Tersedia pada

http://bengkulu.litbang.deptan.go.id

Ryugo K. 1988. Fruit Culture: Its Science and Art. California (US): John Wiley & Sons Inc.

Sarwono B. 1994. Jeruk dan Kerabatnya. Cetakan ke 7. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Setiawan A I. dan Trisnawati. 1999. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Cetakan ke 6. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Setyamidjaja J. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Sinclair TRR. 1994. Limit to Crop Yield. In KJ Boote (ed.) Physiology and Determination of Crop Yield. ASA Inc.

Sitompul LM, B Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Spiegel Roy P dan E.E Goldschmidt. 2003. Biology of Citrus. New york (US): Cambridge University Press.

Suryadi R. 2010. Peningkatan produktivitas jambu mete melalui penerapan pemangkasan dan pemupukan. Perkembangan teknologi TRO 22 (1): 19 – 25.

Taiz L, E Zeiger. 2002. Plant Physiology. California (US): The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.

Verheij EWM dan Coronel RE. 1992. Plant Resourcesof South-East Asia No.2:

(32)

Wright GC, J Kelly. 2008. Pruning Citrus. Arizona (US): The University of Arizona College of Agriculture and Tucson.

Yuliana C. 2012. Pengelolaan pemangkasan jeruk keprok (Citrus sp.) di kebun Blawan, PTPN XII, Bondowoso, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1 Faktor penentu lokasi untuk perkebunan jeruk keprok  No.  Faktor kondisi
Gambar 1 Kerangka tanaman dalam kaitannya dengan  pemangkasan (Zulkarnain 2010)
Gambar 2 Irisan membujur ujung pucuk (Marini 2003)
Gambar 3 Bagian dahan yang menunjukan buku dan tipe tunas (a), struktur  tunas alternate (b), struktur tunas opposite (Marini 2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peran sistem informasi manajemen untuk mencapai keunggulan strategis dapat dicontohkan pada suatu perusahaan yang mutuskan untuk mengubah seluruh datanya menjadi basis data dengan

Sekretariat Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) menyampaikan salinan otentik naskah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Lembaga yang bersangkutan,

[r]

Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan, menurut James W Fowler ( Alih bahasa: Agus Cremers dan Editor: A.. Christian Perspectives on Faith

keterampilan sosial) terhadap motivasi belajar siswa kelas XI pada mata. pelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Tulungagung Tahun

Untuk mengetahui seberapa efektif ekstrak daun pandan wangi dalam mengurangi jumlah lalat selama proses penjemuran ikan kembung asin - Konsentrasi ekstrak daun

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti &#34;ombak besar di pelabuhan&#34;) adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh

Sujud syukurku atas Kehadirat ILLahi Robbi atas semua yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Potensi Ekstrak