• Tidak ada hasil yang ditemukan

Farmaka Volume 14 Nomor 2 11

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Farmaka Volume 14 Nomor 2 11"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR KAPSAISIN DARI EKSTRAK “BON CABE” DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

Arif Satria Wira Kusuma, Gabriella Rosalina

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Kapsaisinoid adalah kelompok senyawa amida dari vanililamin dengan asam lemak rantai bercabang yang merupakan penyebab rasa pedas dari cabai. Pengujian kandungan kapsaisin pada sampel dilakukan dengan tiga tahap, yaitu penentuan kurva baku standar, preparasi sampel cabai dan analisis sampel dengan istrumen KCKT. Penentuan kurva baku standar kapsaisin dilakukan dengan cara mengencerkan standar kapsaisin dari konsentrasi 200 ppm menjadi 40 ppm, 20 ppm, 10 ppm, 5 ppm, 2 ppm, dan 1 ppm menggunakan pelarut metanol: air (7 : 3). Sampel pengujian dipersiapkan dengan cara mencampurkan bubuk cabai dan kloroform sebanyak 8 ml yang disentrifugasi selama 5 menit pada kecepatan 3000 rpm, kemudian supernatan yang dihasilkan dalam proses sentrifugasi dimasukkan kedalam vial dan dikeringkan hingga seluruh kloroform menguap. Sampel yang diperoleh diuji dengan menggunakan KCKT. Berdasarkan kromatogram hasil pengujian dengan menggunakan KCKT, didapatkan nilai AUC sebesar 40195 pada 227 nm dan 112344 pada 281 nm. Kadar kapsaisin pada sampel bubuk cabe “Bon Cabe” (No Batch 8995899250143) yang ditentukan melalui nilai AUC adalah 2,06 ppm pada panjang gelombang 227 nm dan 16,8 ppm pada panjang gelombang 281 nm.

Kata Kunci : Kapsaisinoid, kromatografi, kromatografi cair kinerja tinggi

ABSTRACT

Capsaicinoid is an aminide compound group from vanililamin with branched fatty acid chain that affecting the spiciness of chili.The testing of capsaicin content in sample are done with three stages, that is determination of standar curve of capsaicin, preparation of chilli samples, and sample analysis with HPLC. Determination of standard curve of capsaicin that was done with dilution of capsaicin standard from concentration of 200 ppm to 40 ppm, 20 ppm, 10 ppm, 5 ppm, 2 ppm, and 1 ppm using 7 : 3 of methanol and water solvent. Testing samples was prepared by mixing chilli powder with 8 ml of chloroform which centrifugated for 5 minutes in 3000 rpm, then the supernatant resulted from centrifugation process were put into a vial and dried until all of the chloroform vaporized. Samples then tested with HPLC. Based on the chromatograph resulted from HPLC testing, there are obtained AUC value 40195 in 227 nm and 112344 in 281 nm. Capsaicin content of “Bon Cabe” (No Batch 8995899250143) chilli powder sample determined from AUC value are 2.06 ppm in 227 nm wavelength and 16,8 ppm in 281 nm wavelength.

Keywords : Capsaicinoid, chromatography, high performance liquid chromatography

PENDAHULUAN

Cabai (Capsicum annum L)

merupakan salah satu komoditas

rempah/sayuran yang bayak

dibudidayakan. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, cabai banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi. Dari berbagai

(2)

penelusuran, cabai berasal dari Amerika Selatan dan Tengah yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, terutama ke Asia Selatan (Sanatombik 2008).

Kapsaisinoid merupakan kelompok senyawa amida dari vanililamin dengan asam lemak rantai bercabang dengan panjang rantai karbon 9 sampai 11 dan

merupakan kelompok senyawa yang

bertanggung jawab terhadap rasa pedas dari cabai. Kelompok senyawa ini hanya dijumpai pada buah tumbuhan marga Capsicum dari suku Solanaceae dengan kapsaisin dan dihidrokapsaisin sebagai komponen utama dan homokapsaisin,

homodihidrokapsaisin dan

nordihidrokapsaisin sebagai komponen langka. Namun demikian, tidak semua

kultivar Capsicum mengandung

kapsaisinoid sehingga terdapat buah cabai tertentu yang tidak pedas (Sukrasno, 1997). Kapsaisin merupakan senyawa nonpolar yang memiliki beberapa gugus polar terhadap hidrogen yang berikatan dengan air. Ini berarti senyawa kapsaisin tidak dapat melarut dalam air. Kapsaisin bersifat iritan terhadap mamalia termasuk manusia,

dan menimbulkan rasa terbakar dan panas pada jaringan manapun yang tersentuh.

Sifat iritan kapsaisin berguna pada

penelitian farmakologi, yang digunakan untuk menstimulasi saraf-saraf sensori dan sebagai pengobatan eksperimental untuk nyeri kronik (Cairns, 2004).

Kapsaisin mempunyai nilai

ekonomis yang tinggi dalam bidang farmasi, yaitu sebagai obat oles untuk membantu menghilangkan rasa nyeri akibat penyakit saraf, nyeri pada otot persendian yang diakibatkan radang, dan keseleo. Kapsaisin juga diujicobakan sebagai penghambat kanker leukimia (Ito, 2004), obat kanker prostate (Mori, 2006), dan obat diabetes (Razavi, 2006). Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang.

Kandungan komponen “pedas” yang terdapat pada cabai bisa dianalisis dengan menggunakan metoda KCKT untuk penentuan senyawa kapsaisin. Pada sistem KCKT data yang dihasilkan adalah

(3)

komponen-komponen sampel (Perucka and Oleszek, 2000).

Analisa kuantitatif pada KCKT dilakukan dengan cara membandingkan luas puncak standar senyawa murni dengan sampel, sedangkan analisa kualitatif pada KCKT dilakukan dengan cara mencari kesamaan komponen kapsaisin sampel dengan standar (Saksit dkk, 2012).

MATERI DAN BAHAN Bahan

Bahan uji yang digunakan dalam proses identifikasi ini adalah bubuk cabai “Bon Cabe Level 15” dengan No. Batch 8995899250143. Sedangkan bahan lain yang digunakan adalah standar kapsaisin, metanol, kloroform, dan aquadest.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam proses identifikasi ini adalah seperangkat alat KCKT dan kolom KCKT, botol vial, kertas perkamen, kertas saring, mikropipet dan pipet, neraca analitik, sentrifugator, spatel, tabung eppendorf, dan sonikator.

PROSEDUR KERJA

1. Pengenceran dan penentuan kurva baku standar kapsaisin

Baku standar kapsaisin diencerkan dari konsentrasi 200 ppm menjadi 40 ppm, 20 ppm, 10 ppm, 5 ppm, 2 ppm, dan 1 ppm menggunakan pelarut metanol: air (7 : 3). Larutan baku ini kemudian dimasukkan ke dalam instrumen KCKT dan diukur pada panjang gelombang 227 nm dan 281 nm untuk ditetapkan kurva baku standar kapsaisin.

2. Persiapan sampel yang akan dianalisis

Sampel bubuk cabai “Bon Cabe Level 15” (No. Batch: 8995899250143 ) ditimbang sebanyak 1 gram menggunakan

neraca digital. Selanjutnya sampel

dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi

dan ditambahkan dengan kloroform

sebanyak 8 ml. Sampel disentrifugasi selama 5 menit pada kecepatan 3000 rpm

sehingga didapatkan supernatan dan

endapan. Supernatan yang diperoleh

dipipet kemudian disaring menggunakan kertas saring agar terpisah dari endapan dan dimasukkan ke dalam botol vial. Supernatan kemudian dikeringkan di dalam ruang asam dengan menguapkan seluruh kloroform. Setelah didapatkan

(4)

sampel kering, ditambahkan 2 ml metanol dan disonikasi selama 5 menit untuk membantu pelarutan.

3. Analisis sampel dengan instrumen KCKT

Sampel yang telah larut dalam metanol dimasukkan ke dalam tabung

eppendorf sebanyak 10 μL, lalu

ditambahkan 990 μL metanol : air (7 : 3). Tabung eppendorf disentrifugasi selama 5 menit dan sampel yang telah disentrifugasi dimasukkan ke dalam kolom KCKT sebanyak 1 mL untuk diinjeksikan ke dalam instrumen. Di dalam instrumen telah disiapkan fase gerak berupa metanol : air (7 : 3). Kemudian sampel dianalisis dengan cara kolom KCKT dimasukkan ke dalam wadah sampel pada instrumen KCKT, instrumen dinyalakan dan dipilih metode analisis dengan waktu running sekitar 10-15 menit. Kromatogram yang didapat

kemudian dianalisis sehingga dapat

diketahui kadar kapsaisin pada sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini, dilakukan penentuan kadar kapsaisin dalam sampel bubuk cabe “Bon Cabe Level 15” (No.

Batch 8995899250143) dengan

menggunakan metode HPLC. HPLC atau kromatografi cair kinerja tinggi merupakan salah satu teknik kromatografi yang

didasarkan pada perbedaan distibusi

molekul-molekul komponen di antara dua fasa (fasa gerak dan fasa diam) yang berbeda kepolarannya. Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair-cair yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan, pengidentifikasian,

maupun analisis kuantitatif yang

didasarkan pada pengukuran luas puncak

analit dalam kromatogram yang

dibandingkan dengan luas area standar.

Menganalisis sesuatu dengan

menggunakan suatu instrumen berarti akan

membutuhkan standar dalam proses

analisanya untuk menentukan kurva baku

yang digunakan untuk mendapatkan

absorbtifity atau persamaan regresi linier yang nantinya digunakan dalam pencarian suatu kadar zat dalam sampel yang absorbansinya sudah diukur.

Dalam penelitian kali ini, standar kapsaisin diencerkan dengan berbagai konsentrasi menggunakan pelarut metanol

(5)

: air (7:3). Standar baku kapsaisin dengan berbagai konsentrasi dimasukkan ke dalam instrumen KCKT dan di analisis pada 2

panjang gelombang sehingga

menghasilkan 2 kurva baku dengan nilai AUC yang berbeda-beda pula. Panjang

gelombang yang digunakan dalam

pengukuran adalah 227 dan 281 nm karena panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk senyawa kapsaisin. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Data AUC pada 227 nm

C ppm 227 nm 1 18189 2 32924 5 97114 10 172136 20 360096 40 682895

Tabel 2. Data AUC pada 281 nm

C ppm 227 nm 1 6056 2 12646 5 33479 10 66664 20 133951 40 265938

Adapun bentuk grafik yang dihasilkan dari data-data tersebut adalah :

Gambar 1. Kurva Standar Kapsaisin pada 227 nm

Gambar 2. Kurva Standar Kapsaisin pada 281 nm

Dari data yang dihasilkan

didapatkan persamaan garis

y=17101x+4908,4 untuk panjang

gelombang 227 nm dan persamaan y= 6665,2x -192,14 untuk panjang gelombang

281 nm. Untuk nilai r2, pada panjang

gelombang 227 nm didapatkan nilai 0,999, sedangkan pada panjang gelombang 281 nm didapatkan nilai 1. Hal ini menandakan

y = 6665.2x - 192.14 R² = 1 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 0 10 20 30 40 50 y = 17101x + 4908.4 R² = 0.999 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 0 10 20 30 40 50

(6)

bahwa kurva yang dihasilkan memiliki linearitas yang baik karena nilainya mendekati 1 atau sama dengan 1.

Setelah didapatkan persamaan garis untuk menentukan kadar kapsaisin pada sampel, dilakukan preparasi sampel yang dilakukan dengan cara sampel “Bon Cabe” (No Batch 8995899250143 ) ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian sampel tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan ditambahkan kloroform sebanyak 10 ml. Dalam hal ini, kloroform berperan sebagai zat yang menarik senyawa kapsaisin pada sampel dengan prinsip like dissolve like, dimana kapsaisin yang bersifat non polar akan melarut pada senyawa kloroform yang juga bersifat non polar. Setelah itu pemisahan kapsaisin dengan komponen lain dalam bubuk cabai dilakukan dengan proses sentrifugasi dan penyaringan supernatan.

Kemudian kloroform diuapkan di ruang asam untuk mendapatkan sampel yang lebih murni tanpa pelarutnya. Setelah didapatkan sampel kering, ditambahkan 2 ml metanol dan disonikasi selama 5 menit untuk membantu pelarutan. Sampel yang

telah larut barulah dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dan ditambahkan dengan

fase gerak metanol:air (7:3) yang

kemudian akan dianalisis dengan HPLC. Prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan diuji diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit ) sesuai dengan perbedaan afinitasnya. Hasil

pemisahan tersebut kemudian akan

dideteksi oleh detector (spektrofotometer UV) pada panjang gelombang tertentu. Hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya dicatat oleh recorder yang biasanya dapat ditampilkan menggunakan integrator atau menggunakan personal computer (PC) yang terhubung online dengan alat HPLC tersebut. Hasil analisis dari KCKT akan diinterpretasikan dalam bentuk kromatogram, dimana terdapat peak dengan nilai AUC yang telah tertera pada kromatogram yang digunakan untuk analisis kuantitatif atau untuk menentukan kadar suatu senyawa.

Bentuk kromatogram yang

(7)

Cabe” (No. Batch 8995899250143) adalah sebagai berikut :

Kromatogram sampel pada 227 nm

Kromatogram sampel pada 281 nm

Dari hasil tersebut, didapatkan nila AUC sampel pada 227 nm adalah sebesar 40195 dan nilai AUC pada 281 nm adalah 112344. Untuk mencari konsetrasi sampel, nilai AUC yang didapatkan dimasukkan sebagai nilai y pada persamaan yang didapatkan sebelumnya sehingga dapat diketahui kadar kapsaisin pada sampel bubuk cabe “Bon Cabe” (No Batch 8995899250143) adalah 2.06 ppm pada

panjang gelombang 227 nm dan 16,88 ppm

pada panjang gelombang 281 nm.

Berdasarkan kromatogram yang

dihasilkan, dapat dilihat bahwa pemisahan pada panjang gelombang 281 nm lebih baik dibandingkan dengan pemisahan pada panjang gelombang 227 nm. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tailing pada pengukuran dengan panjang gelombang

227 nm. Pemisahan pada panjang

gelombang 281 nm lebih baik dikarenakan resolusinya lebih tinggi dimana resolusi adalah derajat pemisahan dua komponen campuran.

KESIMPULAN

Dapat disimpulan bahwa dalam sampel bubuk cabe “Bon Cabe” (No Batch 8995899250143) memiliki kadar kapsaisin sebesar 2,06 ppm pada panjang gelombang 227 nm dan 16,8 ppm pada panjang gelombang 281 nm. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa pemisahan senyawa kapsaisin pada panjang gelombnag 281 nm

lebih baik dibandingkan pemisahan

senyawa pada panjang gelombang 227 nm. Minutes 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Vo lt s 0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 Vo lt s 0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0 .8 5 8 32906 0 .9 3 1 .1 9 2 62754 0 .6 3 1 .7 2 57456 0 .3 5 2 .1 5 0 10468 0 .6 3 3 .1 6 7 6900 0 .4 2 3 .4 9 2318 0 .2 4 4 .3 2 5 40195 C a p sa ici n 0 .9 6 5 .0 7 5 5769 0 .5 9 6 .0 8 3 21163 0 .9 4 7 .1 1 7 324 0 .3 3 Detector A - 1 (227nm) 2Des2014 2Des2014 sampel bon cabe Retention Time Area Name Width Minutes 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Vo lt s 0.0000 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.0010 0.0012 Vo lt s 0.0000 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.0010 0.0012 1328 0. 883 9703 1. 292 2984 1. 492 459 1. 725 11234 4. 317 C a ps a ic in 56 8. 967 Detector A - 2 (281nm) 2Des2014 2Des2014 sampel bon cabe

Area Retention Time Name

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Jakarta:EGC

Ito K., Nakazato T., and Yamato K., "Induction of Apoptosis in Leukemic Cells by Homovanillic Acid Derivative, Kapsaisin, through Oxidative Stress: Implication of Phosphorylation of p53 at Ser-15 Residue by Reactive Oxygen Species," Cancer Research, 64 (3): 1071–1078, 2004.

Mori A., Lehmann S., and O'Kelly J, "Kapsaisin, a Component of Red

Peppers, Inhibits the Growth of

Androgen-Independent, p53 Mutant

Prostate Cancer Cells," Cancer

Research, 66(6):3222–3229, 2006 Perucka, I. W., and Oleszek. 2000.

Extraction and Determination of

Capsaicinoids in Fruit of Hot Pepper

Capsicum Annum L. By

Spectrophotometry and High

Performance Liquid Chromatography, Food Chem, 71, 287-291.

Razavi R., Chan Y., Afifiyan F.N., Liu X.J., Wan X., and Yantha J., "TRPV1+ Sensory Neurons Control Beta Cell Stress and Islet Inflammation in

Autoimmune Diabetes," Toronto,

Canada, Cell. 15;127(6):1123-35, 2006. Saksit, C., Jureerat J., and Suchila, T.

2012. Determination of Capsaicin and

Dihydrocapsaicin in Some Chili

Varieties using Accelerated Solvent Extraction Associated with Solid-Phase Extraction Methods and RP HPLC Fluorescence, Coden Ecjhao, 9, 1550-1551.

Sanatombik K. and G.J. Sharma,

"Kapsaisin Content and Pungency of Different Capsicum spp. Cultivars," Department of Life Sciences, Manipur University, India, 36 (2), 2008.

Sukrasno, et al. 1997. Kandungan

Kapsaisin dan Dihidrokapsaisin Pada Berbagai Buah Capsicum. JMS Vol.2 No.1 hal 28-34

Gambar

Tabel 1. Data AUC pada 227 nm  C ppm  227 nm  1  18189  2  32924  5  97114  10  172136  20  360096  40  682895

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penerapan Model Kooperatif (Group Investigation ) juga terlihat beberapa bukti kegiatan siswa di dalam kelas pada materi Animalia di SMA Negeri 11 Medan yaitu

Pada semua contoh tampak bahwa metode Chebyshev-Halley (MCH), metode Chebyshev-Halley dua parameter dengan konvergensi orde tiga (MCHDP), memerlukan iterasi yang relatif sedikit

Target-target tersebut adalah: (1) pada akhir tahun 2009 terjadi peningkatan pendapatan dan jumlah penduduk yang menerima pendapatan dari kegiatan ekonomi berbasis terumbu

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang penulis sayangi dan cintai Suci Praningtiastuti yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis dalam penyusunan skripsi ini

10 Muhammad Faizul Husnayain, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Mutu Sumber daya Guru Pada Lembaga Pendidikan Islam (Studi Multi Kasus Di

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele melalui teknologi perendaman hormon pertumbuhan dari ikan kerapu kertang

Selanjutnya setelah dibuat akta ikrar wakafnya, pejabat pembuat akta ikrar wakaf (PPAIW) berkewajiban untuk mendaftarkan tanah pertahanan nasional setempat untuk

Menghasilkan model joint dynamic pricing untuk dua penerbangan paralel berbasis persediaan dan waktu (model i,t) dengan. mempertimbangkan kondisi overbooking, cancellation, dan