• Tidak ada hasil yang ditemukan

SK Dan Panduan Skrining Di Dalam Dan Di Luar Rs

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SK Dan Panduan Skrining Di Dalam Dan Di Luar Rs"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

3. Terdapat tanda awal kejang 4. IUGR 5. Peningkatan SGPT/SGOT 6. Penurunan AT Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc 2. Keluarjaringan 3. Syokhemoragis Hemiparesis gravidarum 1. Ketonurin +

2. Keadaanumumlemah

3. Intake makan tidak adekuat Abnormal urterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl

DHF 1. Trombosit< 100.000

2. Tekanan darah< 100/70 mmHg (pre s yok) 3. Perdarahan spontan

4. Muntah

Dyspepsia 1. Muntah

2. Nyeri dada karena gastro esophageal reflux desease

3. Dehidrasi

Diare 1. Dehidrasi sedang –  berat

2. Muntah sampai tidak ada obat yang bisa masuk

3. Pre-syok TD <100/60

Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x

nebulizer

2. Respirasi rate >40 Periapical abscess without sinus

(K04-7)

1. Suhu tinggi 2. Susah menelan 3. Nadi cepat Periapical abscess with sinus 1. Suhu tinggi

(2)

(K04-7) 2. Susah menelan 3. Nadicepat

4. Nafas terganggu 4.1.4 Pelayanan Rehabilitatif

Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita- penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu:

a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang, kelainan bawaan

 b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi).

Dalam pelaksanaannya skrining didalam rumah sakit dilaksanakan melalui tahapan berikut :

1. Pemeriksaan saat pasien datang

Semua pasien yang datang ke IGD harus diprioritaskan  pada saat kedatangan, oleh tenaga terlatih dan perawat  berpengalaman. Penilaian awal umumnya harus tidak mengambil lebih dari 2 - 5 menit. Penilaian awal tersebut dilaksanakan melalui kriteria triase yang menggunakan skala triase Australia, selanjutnya petugas melaksankan penilaian lanjutan.

2. Skrining dilakukan melalui :

a. Kriteria triase (SPO Triase pasien)

 b. Evaluasi visual atau pengamatan, (keadaan umum pasien) c. Pertanyaan ( anamnesa pasien )

d. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, e. Psikologik,

f. Hasil laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien. g. Ketersediaan kamar rawatan

(3)

 preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif 

3. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis IGD yang mencakup : a. Identitas pasien  b. Anamnesis pasien c. Pemeriksaan fisik  d. Pemeriksaan penunjang e. Diagnosis pasien

4. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis elektronik di admisi yang mencakup:

a. Identitas pasien  b. Anamnesis pasien

c. Pemeriksaan penunjang

Skrining dapat dilakukan oleh setiap petugas di are rumah sakit mulai dari petugas medis hingga non medis. Hal ini dikarenakan, skrining didasarkan pada kondisi pasien pada kontak  pertamakali dimana pasien tidak mungkin langsung kontak dengan  paramedic melainkan dengan petugas non medis di sekitar rumah sakit. Berikut ini adalah bagan alur skrining di dalam dan di luar rumah sakit di dalam rumah sakit:

4.3 Skrining Non Medis

Skrining ini dilakukan oleh tenaga–tenaga non medis yang berkontak langsung dengan pasien pertama kali datang.

1. Petugas Non Medis (Satpam, Parkir, Tata graha, Petugas lain)

Pasien tiba di RS

Skrining oleh Petugas RS

Bila pada pasien tidak ada kegawatdaruratan

Bila pada pasien ada kegawatdaruratan

Pendaftaran pasien Rawat Jalan / Unit

yang dituju

Instalasi Gawat Darurat

(4)

a. Melaksanakan skrining secara visual

 b. Mengamati pasien yang masuk ke dalam ruang lingkup Rumah Sakit Utama Husada, bila melihat ada pasien yang terlihat kegawatan seperti; sesak, nyeri dada kiri tembus punggung, tidak sadar, nyeri hebat. Maka petugas membantu pasien dan mengarahkan ke IGD untuk dilakukan Triage di IGD.

c. Bila ada pasien membutuhkan bantuan, petugas non medis menanyakan keluhan pasien tersebut (sambil melihat apakah ada kegawatan atau tidak pada pasien). Bila ada kegawatan pasien dibantu dan diarahkan ke IGD dan bila tidak ada kegawatan dan  pasien ingin berobat diarahkan ke bagian pendaftaran.

Contoh:

Petugas : Selamat Pagi/Siang/ Malam bu, ada yang bisa  saya bantu? (sambil mengamati kondisi pasien)

Pasien : Selamat Pagi/Siang/Malam pak… Saya mau

berobat, pendaftaran dimana ya?

Petugas : ( bila pasien terlihat sakit ) ibu ada keluhan apa, sepertinya ibu terlihat pucat/ nyeri?

( bila pasien terlihat baik arahkan ke pendaftaran )

Pasien : Kepala saya pusing dan dada saya nyeri

Petugas :  Kalau begitu ibu sebaiknya ke IGD untuk mendapatkan perawatan yang cepat, mari ibu  saya temani. (Bantu pasien hingga sampai ke  IGD agar dapat dilakukan Triage di IGD)

d. Bila petugas melihat kegawatan yang berhubungan dengan kehamilan seperti; ketuban pecah, perdarahan, kontraksi dan lain-lain, maka petugas membantu pasien agar dapat dibawa ke Ruang Bersalin dan ditindak lanjuti oleh bidan atau dokter yang  bertugas.

(5)

e. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan membantu pasien hingga sampai ke IGD atau petugas menghubungi perawat IGD agar perawat IGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.

2. Petugas Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi. a. Melaksanakan skrining secara visual

 b. Mengamati setiap pasien yang mau melakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen, petugas dapat melakukan pemeriksaan  pasien seperti suhu dan nadi, bila pasien terlihat kegawatan seperti;

nyeri hebat, pucat, lemas, sesak, demam, nadi lemah dan lain-lain, maka tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.

c. Bila pasien belum berobat dan datang hanya untuk pemeriksaan maka sarankan pasien agar berobat ke IGD agar mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di IGD.

d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk  penanganan kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi

dengan DPJP untuk kegawatan pasien agar dapat ditindaklanjuti.

e. Setiap pasien yang diarahkan ke IGD, petugas diharapkan membantu  pasien hingga sampai ke IGD, dengan menggunakan kursi roda bila

diperlukan.

3. Petugas Farmasi

a. Melaksanakan skrining secara visual

 b. Mengamati setiap pasien yang memberikan resep di Apotik, bila  pasien terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak dan

lain-lain, maka tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau  belum.

c. Bila pasien belum berobat maka arahkan pasien agar berobat ke IGD agar mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di IGD.

(6)

d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk  penanganan kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi

dengan DPJP untuk kegawatan pasien agar dapat ditindak lanjuti.

4. Front Office (FO)

a. Melaksanakan skrining secara visual

 b. Menanyakan tujuan kedatangan pasien dan memberikan penjelasan tentang jenis-jenis pelayanan, waktu pelayanan dan nama dokter  praktek di Rumah Sakit Utama Husada

c. Bila via telepon maka ditanyakan keluhan pasien dan unit yang akan dituju.

d. Melakukan skrining berdasarkan atas keluhan pasien, atau secara kasat mata dicurigai ada kegawatan.

e. Bila ada kegawatan diminta untuk segera masuk ke IGD agar dapat ditindak lanjuti oleh perawat atau dokter jaga yang bertugas saat itu (Triage).

f. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas menghubungi perawat IGD agar perawat IGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.

4.4 Skrining Medis

4.4.1 Perawat

a. Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yang  berkontak pertama dengan pasien

 b. Skrining medis oleh perawat dilakukan oleh perawat poli, serta  perawat yang kontak pertama kali dengan pasien.

c. Ketika kontak pertama kali oleh pasien maka perawat menanyakan keluhan pasien, sembari melihat kondisi pasien apakah ada kegawatan atau tidak.

d. Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka  perawat dapat mengarahkan apakah pasien dapat ke pendaftaran

(7)

(bila pasien dalam kondisi sehat dan membutuhkan pengobatan) atau diarahkan ke IGD

4.4.2 Dokter

a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan pasien.

 b. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi  pasien- pasien asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan

kesehatan serius.

c. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau mortalitas penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus -kasus yang ditemukan.

d. Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis,  pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik

imajing.

e. Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim atau sebelum pasien tiba di IGD, bisa dilakukan via telepon maupun datang sendiri.

f. Bila pasien rujukan dilakukan dengan penjemputan, maka skrining dilakukan ketika tim medis sampai di tempat penjemputan.

g. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan  pelayanan dan fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan

rawat jalan dengan tepat.

(8)

Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu didokumentasikan dalam berkas rekam medis. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti  perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta

nantinya akan digunakan untuk bahan perencanaan pemulangan pasien.

Ditetapkan di : Ambulu

Pada Tanggal : 2018

DIREKTUR RS. UTAMA HUSADA

Referensi

Dokumen terkait