• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tone Control Circuit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tone Control Circuit"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO

LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO

SEMESTER V

SEMESTER V TH 2017/201TH 2017/20188

JUDUL JUDUL

TONE CONTROL CIRCUIT TONE CONTROL CIRCUIT

GRUP GRUP 06 06

5D

5D

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2017

2017

(2)

PEMBUAT LAPORAN : Lello Nella Rosa

NAMA PRAKTIKAN : 1. Annisa Putri Jasmine 2. Aqil Ahfa

3. Kurniawan Finsa 4. Riza Fahlevi

TGL. SELESAI PRAKTIKUM : 04 Desember 2017

TGL. PENYERAHAN LAPORAN : 11 Desember 2017

N I L A I : . . . .

KETERANGAN : . . . . . . . .

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

.

.

.

.

.

.

.

.

3

I.

TUJUAN PRAKTIK

.

.

.

.

.

.

4

II. DIAGRAM RANGKAIAN .

.

.

.

.

.

4

III. DASAR TEORI

.

.

.

.

.

.

.

4

IV. ALAT DAN BAHAN

.

.

.

.

.

.

6

V. LANGKAH KERJA .

.

.

.

.

.

.

6

VI. DATA HASIL PERCOBAAN

.

.

.

.

.

7

VII.

ANALISA DAN PEMBAHASAN. .

.

.

.

12

VIII. KESIMPULAN

.

.

.

.

.

.

.

13

(4)

TONE CONTROL CIRCUIT

I. TUJUAN

1.1 Menyusun rangkaian Tone Control seperti pada gambar.

1.2 Menjelaskan pengaruh potensiometer pada daerah trebel 2 base. 1.3 Mengukur frekuensi respon dari rangkaian dan menggambarkannya.

1.4 Menjelaskan hubungan antara bagian tengah ohmic dan capacitive pada dua frekuensi yang berbeda.

II. DIAGRAM RANGKAIAN

Gambar 2.1 Rangkaian Tone Control Circuit

III. DASAR TEORI

Passive tone control circuit terdiri dari frekuensi independent (ohm) dan frekuensi dependent (lebih sering kapasitif) pembagi tegangan. Bagian ohmic  bertanggung jawab untuk jumlah atenuasi yang pasti dan bagian kapasitif,

merubah atenuasi ini sehingga frekuensi tinggi atau rendah meningkat atau menurun.

(5)

Fungsi dari rangkaian pada percobaan kali ini adalah agar mudah dimengerti. Ketika potentiometer diatur dengan 3 pengaturan tertentu, hanya komponen yang efektif saja yang dapat dipertimbangkan.

Efek pemisah dari potentiometer saat berada di posisi tengah (mid- position) dihasilkan dari karakteristik non linear. Potensiometer logaritmik digunakan tergantung pada frekuensi sinyal yang diterapkan. Kapasitor yang efektif pada frekuensi ini mempengaruhi bagian ohm dari pembagi lebih banyak atau kuarng sehingga peningkatan atau penurunan yang diinginkan dari dasar atau treble dapat dicapai.

(6)

IV. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN

 No Alat Jumlah

1 Function Generator 2

2 U.patch panel Type C 1

3 Oscilloscope 1 4 Resistor 1 kΩ 1 5 Resistor 10 kΩ 2 6 Potentiometer 100kΩ, log 2 7 Kapasitot 22 nF 1 8 Kapasitot 220 nF 1 9 Kapasitot 1 nF 1 10 Kapasitot 15 nF 1 11 Multimeter Analog 1 12 Function Generator 1 13 BNC to Banana Cable 2

14 Banana to Banana Cable 1 15 Jumper plug-in besar 15

V. LANGKAH KERJA

5.1 Pasang rangkaian seperti pada gambar 2.1

Generator : gelombang sinus 8 Vpp usahakan konstan untuk seterusnya Pengaruh Potentiometer :

5.1.1 Tunjukkan teganagn output pada saat frekuensi input 10 kHz. Jelaskan  pengaruh potentiometer pada tegangan output

5.1.2 Sama dengan langkah 5.1.1 dengan F = 100 Hz 5.1.3 Sama dengan langkah 5.1.1 dengan F = 1 kHz 5.2 Mengukur frekuensi respon

5.2.1 Atur potentiometer P1 dan P2 ke posisi tengah. Ukur tegangan output sesuai frekuensi yang diberikan dan masukkan harganya pada tabel. 5.2.2 Sama dengan langkah 5.2.1 dengan P1 dan P2 pada posisi CCW 5.2.3 Sama dengan langkah 5.2.1 dengan P1 dan P2 pada posisi CW

(7)

5.2.4 Ubah hasil pengukuran langkan 5.2.1...5.2.3 ke dalam satuan dB. Sebagai refrensi gunakan, tegangan output yang didapatan pada  pengukuran frekuensi 1 kHz. Masukkan harga dB kedalam tabel

5.3 Gambar Grafik

5.3.1 Gambar 3 kurva respon menggunakan 3 warna yang berbeda

5.3.2 Sktch kurva respon pada saat P1 fully CCW dan P2 Fully CW. Apakah karakter suara dapat diharapkan ?

5.4 Pokok bahasan

5.4.1 Hitung rekatansi kapasitor C1...C4 pada frekuensi F = 100 Hz dan F = 10 kHz.

5.4.2 Mengapa pengaturan P2 pada 100 Hz tidak penting ? sket hubungan tegangan pembagi dengan P2 dan masukkan harga yang telah dihitug  pada XC3 dan XC4.

5.4.3 Bagaimana perubahan response di lintasan P2 pada 10 kHz? Jelaskan  pengaruhnya bila P2 pada posisi fully CCW dan fullu CW dan buat

sketnya (lihat sket langkah 5.4.2)

5.4.4 Dengan langkah yang sama, pertimbangkan pengaruh P1 pada 2 frekuensi yang sama.

VI. DATA HASIL PERCOBAAN

6.1 Lembar kerja 1

 Untuk 5.1.1

F = 10 kHz

- Pengaruh P1 = Pada saat P1 diputar searah jarum jam, amplitudo tidak

 berubah. Sebaliknya jika diputar berlawanan jarum jam amplitudo tidak ada perubahan.

- Pengaruh P2 = Pada saat P2 diputar searah jarum jam, amplitudo

tampak semakin besar (cukup signifikan), sebaliknya Pada saat P2 diputar berlawanan jarum jam, amplitudo tampak semakin kecil (cukup signifikan).

(8)

 Untuk 5.1.2

F = 10 Hz

- Pengaruh P1 = Amplitudo akan semakin besar apabila P1 diputar

searah jarum jam namun tidak signifikan. Dan amplitudo akan semakin kecil apabila P1 diputar  berlawanan jarum jam

- Pengaruh P2 = Amplitudo akan semakin kecil apabila P2 diputar

searah jarum jam namun tidak signifikan. Dan amplitudo akan semakin besar apabila P2 diputar  berlawanan jarum jam.

 Untuk 5.1.3

F = 1 kHz

- Pengaruh P1 = Perubahan pada amplitudo yang semakin kecil ( tidak

signifikan) jika P1 diputar searah jarum jam, dan amplitudo yang semakin besar jika P1 diputar  berlawanan jarum jam

- Pengaruh P2 = Jika P2 diputar searah jarum jam, amplitudo tampak

semakin kecil secara perlahan dan kembali ke semula  jika terus diputar sampai maksimal serta perubahan fasa pada osiloskop

(9)

6.2 Lembar Kerja 2

 Untuk Percobaan 5.1.2 sampai dengan 5.2.4

Vipp = 8 Vpp

F (Hz)

Pengaturan Kedua Potensiometer

Mid-Position Fully CCW Fully CW Vopp (V) Vo (dB) Vopp (V) Vo (dB) Vopp (V) Vo (dB)

20 7.14 -0.98 7.04 -1.11 7.20 -0.9 30 6.88 -1.31 6.80 -1.41 7.20 -1.09 50 6.56 -1.72 6.40 -1.93 7.04 -1.11 80 6.08 -2.38 6 -2.49 7.04 -1.11 100 5.92 -2.61 5.76 -2.8 6.96 -1.2 200 5.44 -3.34 5.44 -3.34 6.56 -1.7 500 4.88 -4.29 5.04 -4.01 4.56 -4.8 800 4.40 -5.19 4.56 -4.88 3.12 -8.17 1k 3.92 -6.19 4.08 -5.84 2.80 9.11 2k 2.80 -9.11 2.96 -8.63 4.48 -5.03 5k 1.52 -14.42 1.52 -14.42 6.40 -1.93 10k 1.12 -17.07 0.82 -19.78 5.06 -3.97 12k 1.14 -16.92 0.68 -21.41 5.08 -3.94 15k 1.08 -17.39 0.58 -22.79 5.08 -3.94 18k 1.02 -17.88 0.5 -24.08 5.08 -3.94 20k 0.96 -18.41 0.46 -24.80 5.08 -3.94

(10)

6.3 Lembar Kerja 3

 Untuk 5.3.1

Kurva respon

Gambar 6.1 Grafik pengaturan potensiometer P1 dan P2

 Untuk 5.3.2

Gambar 6.2 Grafik karakteristik suara

Karakter dari suara adalah pada posisi fully CCW, redaman semakin  besar. Namun pada fully CW pada frekuensi di 10kHz-15kHz redaman

(11)

6.4 Lembar Kerja 4  Untuk 5.4.1 F (Hz) C1 = 22 nF XC1 C2 = 220 nF XC2 C3 = 1 nF XC3 C3 = 15 nF XC3 100 72379.84 7237.98 1592356.6 106157.11 10 k 723.79 72.37 15923,56 1061.57  Untuk 5.4.2 F = 100 Hz Sket Text :

P2 tidak efektif pada 100 Hz karena : Saat P2 diputar terlihat perubahan tidak terlalu  besar dan signifikan sehingga menjadi tidak

efektif .

6.5 Lembar Kerja 5

 Untuk 5.4.3

F = 10 kHz

- P2 Fully Counter Clock Wise : Saat P2 diputar, Amplitudo semakin kecil dengan signifikan.

- P2 Fully Clock Wise :

(12)

VII. ANALISA DATA

Dari hasil percobaan Tone Control Circuit yang telah kami lakukan dapat dilihat bahwa pada lembar kerja 1 terdapat fungsi dari P1 dan P2 yang berbeda- beda, dimana bergantung pada besarnya frekuensi yang digunakan. Dengan frekuensi 10 KHz, amplitudo tidak berubah jika P1 diputar searah jarum jam namun amplitudo berubah semakin besar dengan cukup signifikan jika P2 diputar searah jarum jam. Pada frekuensi 10 Hz, jika P1 diputar searah jarum jam, amplitudo semakin besar sedangkan pada P2 akan semakin kecil. Pada frekuensi 1 KHz, jika P1 diputar searah jarum jam, amplitudo akan semakin kecil dan pada P2 aplitudo akan berubah-ubah dan terjadi perubahan fasa.

Dari hasil percobaan pada lembar kerja 2, saat posisi kedua potensiometer  berada pada mid-position, fully CW, dan fully CCW tegangan yang didapatkan cenderung menurun seiring dengan peningkatan frekuensi. Namun tegangan ataupun pada fully CW relatif stabil (menurun tanpa signifikan)

Dari hasil percobaan lembar kerja 3, saat mid-position, redaman pada grafik tampak meningkat sama halnya dengan fully CCW. Namun saat fully CW redaman semakin besar pada frekuensi di atas 20 Hz-10 kHz. Namun pada frekuensi 10 kHz-20 kHz redaman konstan.

Dari hasil percobaan lembar kerja 4 pada frekuensi 100 Hz, nilai rekatansi kapasitif cenderung lebih besar sedangkan pada frekuensi 10 kHz nilai reaktansi kapasitif cenderung lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai kapasitansi dengan frekuensi yang kecil, nilai reaatansi semakin besar sehingga hambatan kapasitor terhadap arus AC semakin besar.

Dari hasil percobaan lembar kerja 5, pada frekuensi 10 kHz, saat P2 diatur pada posisi Fully CCW, Amplitudo semakin kecil dengan signifikan. Sedangkan posisi fully CW, Amplitudo semakin besar

(13)

VIII. KESIMPULAN

 Tone Control Circuit merupakan sebuah rangkaian yang digunakan untuk

membuat nada atau frekuensi tertentu dalam sinyal audio lebih lembut atau lebih keras.

 Dalam rangkaian ini terdapat 2 resistor variabel yang digunakan namun

dengan fungsi yang berbeda-beda. Potensiometer P1 yaitu untuk mengatur gelombang dengan frekuensi rendah sedangkan P2 untuk mengatur gelombang dengan frekuensi tinggi.

  Nilai kapasitif yang kecil serta frekuensi yang kecil pula mengakibatkan nilai

rekatansi menjadi besar.

 saat posisi kedua potensiometer berada pada mid-position dan fully CCW,

redaman tegangan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan frekuensi. Sedangkan pada posisi fully CW, tegangan mengalami peningkatan  pada 20Hz-10kHz selanjutnya konstan pada 12kHz-20kHz

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

Gambar

Gambar 2.1 Rangkaian Tone Control Circuit
Gambar 6.1 Grafik pengaturan potensiometer P1 dan P2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari penelitian ini juga dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki tingkat harga diri rendah adalah sebanyak 0 (0%) subjek yang artinya subjek

Saponin yang juga terkandung dalam tanaman ini berperan sebagai pembersih, merangsang pembentukan kolagen dan protein yang berperan dalam proses penyembuhan luka Saponin

Menurut Romney dan Steinbart (2013: 28), siklus pemrosesan transaksi pada sistem adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan

Perbandingan kuat lentur rerata hasil pengujian pada benda uji balok bertulangan bambu petung vertikal takikan tipe U lebar 3 cm tiap jarak 10 cm dengan posisi

 Hubungan antara karyawan dengan pihak ketiga : Adanya pertemuan rahasia yang Hubungan antara karyawan dengan pihak ketiga : Adanya pertemuan rahasia yang

Sebagai contoh tindakan tes formatif yang dilakukan pada akhir setiap pokok bahasan, merupakan titik kendali mutu dalam proses pembelajaran, yang dilakukan untuk mengaudit

Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian kesehatan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang

Untuk itu setelah materi segiempatselesai disajikan kepada siswa sesuai dengan urutan yang terdapat pada GBPP, maka diakhir pertemuan guru nebfarahkan siswa untuk