• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN

BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH

NURSING

BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

1

Nurul Mawaddah, 2Dwi Helynarti S., 3Aih Media Y., 4Arief Fardiansyah STIKes Majapahit Mojokerto

mawaddah.ners@gmail.com

ABSTRAK

Basic Course Community Mental Heatlh Nursing merupakan program peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan dan paripurna. Pengabdian ini dilakukan sebagai upaya mengotimalkan penanganan masalah kesehatan jiwa di masyarakat agar pasien gangguan jiwa menjadi mandiri dan produktif, mencegah terjadinya kekambuhan dan mendeteksi serta melakukan intervensi untuk kelompok yang rentan terjadi gangguan jiwa. Pelatihan ini dilakukan selama 5 hari, dengan khalayak sasaran dalam kegiatan ini adalah perawat pemegang program jiwa di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten Mojokerto yaitu sejumlah 18 peserta. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, demonstrasi, simulasi serta kunjungan rumah pasien. Dalam pelaksanaannya peserta diberikan kuesioner kemampuan kognitif sebelum dan sesudah materi pelatihan untuk mengukur pemahaman mereka mengenai materi yang diberikan dan hasilnya seluruh peserta (100%) mengalami peningkatan skor kemampuan kognitif dengan rata-rata peningkatan skor 7 point. Selain itu peserta juga dilakukan observasi terhadap kemampuan psikomotor sebelum dan sesudah pelatihan melalui kegiatan simulasi dan hasilnya seluruh peserta (100%) mengalami peningkatan skor kemampuan psikomotor dengan rata-rata peningkatan skor 25 point. Selanjutnya peserta mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh dalam kegiatan kunjungan pasien gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas masing-masing. Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi upaya puskesmas dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di masyarakat, karena dampaknya tidak hanya terhadap individu tetapi juga keluarga dan masyarakat.

Kata Kunci: perawat, BC CMHN, gangguan jiwa

1.

PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang tidak hanya terbebas dari gangguan jiwa tetapi meliputi semua aspek kehidupan yaitu sehat, resiko dan gangguan jiwa, sehingga diperlukan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang tidak hanya berfokus pada rumah sakit saja tetapi perlu dikembangkan pada community based untuk mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat.

Akan tetapi program kesehatan jiwa di Puskesmas belum menjadi prioritas pelayanan seperti halnya program kesehatan fisik. Karena gangguan jiwa belum dihubungkan dengan peningkatan angka kematian serta beban dari gangguan jiwa belum dianggap terlihat secara nyata, sedangkan menurut The World Bank, Disability Adjusted Life Year (DALYs) atau hari-hari produktif yang hilang karena gangguan jiwa, menyebabkan beban di seluruh dunia sebesar 8.1% dari beban penyakit global. Angka ini lebih besar dari tuberkulosis, kanker, atau penyakit jantung (7,2%; 5,8%; 4,4% secara berurutan) (Marchira, 2011).

Basic Course Community Mental Heatlh Nursing merupakan program peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan dan paripurna. Pengabdian ini dilakukan sebagai upaya mengotimalkan penanganan masalah kesehatan jiwa di masyarakat agar pasien gangguan jiwa menjadi mandiri dan produktif, mencegah terjadinya kekambuhan dan mendeteksi serta melakukan intervensi untuk kelompok yang rentan terjadi gangguan jiwa.

Oleh karena itu diperlukan pelatihan tenaga kesehatan terutama perawat kesehatan jiwa di pelayanan primer untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menangani pasien gangguan jiwa. Melalui penerapan CMHN di pelayanan primer (Puskesmas) kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan akan meningkat sehingga pasien gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang memungkinkan mereka mandiri dan produktif.

(2)

2.

METODE PENGABDIAN

2.1. Waktu dan Tempat Pengabdian

Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama 5 hari yang terbagi menjadi kegiatan di kelas yang dilaksanakan di gedung STIKes Majapahit Mojokerto, dan kegiatan di lapangan yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Manduro.

2.2. Metode dan Rancangan Pengabdian

Kegiatan ini dimulai dengan melakukan perijinan untuk melaksanakan kegiatan pelatihan yang ditujukan kepada dinas kesehatan kabupaten dan permohonan penunjukan wilayah kerja dinas kesehatan yang terlibat dalam kegiatan pengabdian ini. Mengingat seluruh kegiatan wajib diikuti oleh peserta.

Metode selanjutnya adalah melakukan pertemuan untuk rapat persiapan pelatihan BC CMHN dengan tujuan menjelaskan tentang program CMHN, lingkup kerja perawat CMHN, disepakatinya serta komitmen oleh peserta untuk menjalankan program CMHN. Selanjutnya melaksanakan kegiatan pelatihan di kelas yang berupa penyampaian materi pelatihan BC CMHN yang dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi, demonstrasi oleh fasilitator, dan simulasi setiap topik pelatihan oleh peserta di dalam kelompok. Materi pelatihan BC CMHN dalam kegiatan pengabdian ini disusun oleh tim dengan memodifikasi kurikulum CMHN dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan hasil studi dari Keliat, dkk. (2011) serta disesuaikan dengan hasil analisis situasi yang dilakukan oleh tim pengabdian masyarakat ini.

Setelah itu dilanjutkan kegiatan kunjungan pasien pasung dan deteksi masalah kesehatan jiwa di 3 RT Desa Manduro yang merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Manduro. Puskesmas Manduro adalah salah satu wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten Mojokerto yang ditunjuk untuk mengikuti program BC CMHN ini. Metode kegiatan yang dilakukan selama di lapangan adalah diskusi melalui pre post conference, dan bedside teaching. Kemudian dilanjutkan pemaparan hasil kegiatan di lapangan oleh setiap kelompok.

2.3. Khalayak Sasaran

Kegiatan pengabdian ini diikuti oleh seluruh pemegang program jiwa di Puskesmas yang ada di seluruh wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto serta

bersedia mengikuti 5 hari kegiatan secara penuh, yaitu sejumlah 18 peserta.

2.4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan

Data

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini adalah pengetahuan dan kemampuan peserta dalam mengikuti pelatihan. Dalam pelaksanaannya peserta diberikan kuesioner kemampuan kognitif yang diberikan sebelum dan sesudah materi pelatihan untuk mengukur pemahaman mereka mengenai materi yang diberikan. Selain itu peserta juga dilakukan observasi terhadap kemampuan psikomotor sebelum dan sesudah pelatihan melalui kegiatan simulasi yang telah dilakukan masing-masing peserta.

2.5. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan kemampuan peserta sebelum dan sesudah kegiatan pengabdian ini maka data perlu dianalisis dengan uji statistik sehingga besarnya perbedaan hasil dapat dilihat. Uji statistik yang digunakan adalah uji T test berpasangan (paired sample T test).

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Pelaksanaan kegiatan pelatihan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat ini membawa hasil yang nyata sesuai dengan tujuan program yang sudah dirumuskan sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh perawat yang mengikuti pelatihan ini menyatakan bertambahnya pemahaman mereka mengenai kesehatan jiwa masyarakat, terutama penanganan pasien dengan gangguan jiwa tidak hanya dapat dilakukan di rumah sakit tetapi dapat dilakukan di masyarakat, sehingga temuan pasien dengan gangguan jiwa dapat tetap diintervensi di keluarga dan dapat tetap hidup bersama keluarga serta tidak harus dilakukan rujukan langsung.

Tabel 1. Hasil evaluasi pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat

Kategori f % Pengetahuan Ada peningkatan Tidak ada peningkatan 18 0 100 0 Kemampuan Ada peningkatan 18 100

(3)

Tidak ada peningkatan

0 0

Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa seluruh peserta mengalami peningkatan baik pengetahuan maupun kemampuannya dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa. Besarnya peningkatan skor yang diperoleh dan hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil evaluasi perbedaan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat (pre test dan post test)

Kategori Skor Mean

difference p value Pengetahuan Pre Post 27 35 7 0,000 Kemampuan Pre Post 43 68 25 0,000

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji paired sample T test diperoleh nilai ρ value < α yang menunjukkan bahwa ada perbedaan skor pengetahuan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan BC CMHN ini, dengan rata-rata peningkatan skor sebesar 7 point, sedangkan kemampuan peserta juga mengalami peningkatan sebesar rata-rata 25 point.

3.2 Pembahasan

BC CMHN (Basic Course Community Mental Heatlh Nursing) merupakan salah satu bagian dari program CMHN (Community Mental Heatlh Nursing) yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui pelatihan dalam rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa. Dipilihnya perawat pemegang program jiwa sebagai khalayak sasaran utama dalam kegiatan pengabdian ini adalah karena untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat pemegang program jiwa dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa.

Kegiatan pelatihan merupakan salah satu kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan tidak hanya menyebarkan pesan tetapi juga menanamkan keyakinan sehingga perawat tidak saja sadar, tetapi tahu dan mengerti

sehingga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu memberikan asuhan keperawatan jiwa (Maulana, 2009). Melalui metode diskusi dalam pengabdian ini peserta dapat saling berbagi pengalaman, pikiran dan perasaan sehingga peserta menyadari bahwa mereka perlu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan.

Adanya pengaruh yang signifikan pada hasil uji statistik ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Baik dilihat dari proses selama pelatihan, maupun karakteristik peserta. Bila dilihat dari pelatihan yang telah dilakukan, pengabdian ini dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan dengan durasi waktu pertemuan selama 360 menit, sehingga peserta menjadi tahu dan menyadari bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang baik dan efektif.

Pelatihan merupakan salah satu bentuk stimulus yang dapat mengubah perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dengan meningkatnya pengetahuan peserta bagaimana memberikan asuhan keperawatan jiwa yang baik dan efektif dapat membuat perawat tahu dan menyadari bahwa gangguan jiwa perlu diintervensi segera, sehingga dengan kesadaran positif yang dimiliki dapat meningkatkan motivasi perawat CMHN dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa. Akan tetapi sebelum terjadinya perubahan perilaku dalam diri perawat tersebut terjadi beberapa proses yang berurutan sehingga timbul tindakan pada perawat untuk mengubah perilaku dan motivasinya.

Menurut Azwar (2007), sebelum timbul tindakan di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu dari informasi yang diketahui, kemudian akan timbul rasa ketertarikan sehingga mulai menyadari dan mendalami informasi tersebut. Setelah itu informasi yang diterima akan ditimbang melalui respon yang berupa sikap. Selanjutnya tahap akhir dari proses ini akan menimbulkan suatu perilaku yang didasari atas sikap yang terbentuk.

Faktor lainnya adalah seluruh materi ini diberikan dengan berbagai metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, diskusi, demonstrasi, simulasi, pre post conference dan bedside teaching. Melalui diskusi dan saling berbagi pengalaman, pikiran dan perasaan

(4)

dapat membuat peserta menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam pengalaman mereka. Menurut Notoatmodjo (2010), metode dalam kegiatan pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil kegiatan secara optimal.

Sedangkan bila dilihat dari karakteristik resonden, faktor yang dapat mempengaruhi adalah usia. Sebagian besar peserta berusia dewasa tua (36-45 tahun). Usia yang semakin meningkat akan meningkatkan pula kebijakan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, semakin bijaksana, mampu mengendalikan emosi, toleran, dan semakin terbuka terhadap pandangan orang lain. Hasil kegaitan ini sesuai dengan pendapat Farida (2011) bahwa semakin lanjut usia seseorang makin kecil tingkat kemangkirannya dan menunjukkan kemantapan yang lebih tinggi dengan masuk kerja lebih teratur. Selain itu juga sesuai dengan hasil Rudianti (2011) bahwa perawat yang berusia > 32 tahun memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan yang berusia < 32 tahun.

Selain usia kemungkinan dapat disebabkan karena faktor masa kerja perawat yang sebagian besar lama, yaitu masa kerja rata-rata di atas 10 tahun. Menurut teori Robbin (dalam Farida, 2011) lama kerja juga menentukan kinerja seseorang dalam menjalankan tugas. Semakin lama seseorang bekerja semakin terampil dan semakin cepat menyelesaikan tugas tersebut.

Diharapkan dengan terlibatnya seluruh perawat pemegang program jiwa di Puskesmas maka kesinambungan program dapat berjalan. Perawat Puskesmas dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa dengan tujuan selanjutnya bahwa mereka dapat mengembangkan pelayanan keperawatan di Puskesmas, misalnya dengan melaksanakan program kunjungan rumah secara rutin minimal 2 kali kunjungan rumah dengan tiap kunjungan minimal 3 pasien. Selain itu dapat juga perawat CMHN mengembangkan poli kesehatan jiwa di Puskesmas atau pojok keswa dan selanjutnya dapat dilakukan pembentukan posyandu kesehatan jiwa dan pembentukan kader jiwa.

4.

SIMPULAN,

SARAN,

DAN

TINDAK LANJUT

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian ini dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan kemampuan perawat Puskesmas, yaitu perawat pemegang program jiwa, setelah diberikan pelatihan BC CMHN selama 5 hari. Diharapkan peserta sebagai perawat CMHN dapat terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa melalui berbagai kegiatan pertemuan ilmiah serta melanjutkan kegiatan kunjungan rumah untuk memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien maupun pada keluarga. Puskesmas diharapkan dapat menerapkan program pelayanan kesehatan jiwa masyarakat sebagai program utama dalam program pokok pelayanan puskesmas, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui peran aktif keluarga pasien gangguan jiwa dalam merawat dan mencari bantuan untuk meningkatkan kemandirian pasien yang mengalami gangguan jiwa.

5.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fitri, L.D.N. 2007. Hubungan Pelayanan Community Mental Health Nursing (CMHMN) dengan Tingkat Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa di Kabupaten Bireuen Aceh. Tesis FIK UI. Tidak dipublikasikan.

Farida. 2011. Kepemimpinan Efektif dan Motivasi Kerja dalam Penerapan Komunikasi Terapeutik Perawat. Jurnal Ners. 6(1), 31-41.

Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.

Keliat, B. A., Helena N. & Riasmini, N.M. 2011. Efektifitas Penerapan Model Community Mental Health Nursing terhadap Kemampuan Hidup Pasien Gangguan Jiwa dan Keluarganya di Wilayah DKI Jakarta. Hibah riset Unggulan UI.

Keliat, B. A. & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

(5)

Maulana, HDJ. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Marchira, C. R. 2011. Integrasi Kesehatan Jiwa pada Pelayanan Primer di Indonesia : Sebuah Tantangan di Masa Sekarang. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 14(3), 120-126.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Rudianti, Yulistiana. 2011. Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Salah satu Rumah Sakit Swasta Surabaya. Tesis Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta. www.lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20282765.pdf

Gambar

Tabel 2. Hasil evaluasi perbedaan pengetahuan dan  kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan  keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat (pre test  dan post test)

Referensi

Dokumen terkait

Suplementasi 0,20 % ragi sebagai inokulan fermentasi pada pollard (C), kulit kacang kedelai (E), dan pod kakao (G) sebelum diberikan pada itik ternyata secara nyata (P&lt;0,05)

Pengertian promosi kesehatan yang tertuang dalam piagam Ottawa ini kemudian diperbarui World Health Organization (WHO) menjadi: “Proses pemberdayaan rakyat (individu

Berdasarkan hasil analisis mengenai aktualisasi diri Ki Seno Nugroho di depan, diperoleh suatu pandangan bahwa seorang dalang dapat mencapai aktualisasi diri melalui

Meskipun sudah lama berusaha, kedua Mitra ini belum pernah mendapat binaan dari instansi terkait, belum pernah mendapat pinjaman modal lunak, belum mempunyai sertifikat

Mengetahui bahwa nanti di kemudian hari ketika putranya menjadi raja akan memiliki musuh dari tanah Arab dan tanah Ajam, sang raja memerintahkan kepada patihnya yaitu

Dengan dibuatnya game edukasi berbasis Android disertai animasi, gambar dan suara yang didalamnya terdapat pembelajaran mengenal warna, binatang, buah, dan kendaraan

Jika pemyataan &#34;Anak tangga C terletak persis di atas anak tangga E&#34; dihapuskan, maka pemyataan mana di bawah ini yang dapat memberikan Informasi yang setara?.

Untuk mengetahui hubungan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain baik dalam satu laporan keuangan maupunb antar laporan keuangan, sehingga apabila terjadi