• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN KUAT TEKAN KAYU KELAPA IMPLEMENTASI PADA MATA KULIAH ILMU BAHAN BANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN KUAT TEKAN KAYU KELAPA IMPLEMENTASI PADA MATA KULIAH ILMU BAHAN BANGUNAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA ASAM SULFAT (H2SO4) DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN KUAT TEKAN KAYU KELAPA IMPLEMENTASI PADA MATA KULIAH

ILMU BAHAN BANGUNAN

JURNAL

Oleh:

DINI HANDAYANI

K1512020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T

HUBUNGAN ANTARA ASAM SULFAT (H2SO4) DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN KUAT TEKAN KAYU KELAPA IMPLEMENTASI PADA MATA KULIAH

ILMU BAHAN BANGUNAN

Dini Handayani1, Eko Supri M2, Taufiq Lilo A.S3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya (1) hubungan penggunaan asam sulfat dengan kadar konsentrasi zat 0,3%, 0,6%, 0,9% dan 1,2% terhadap uji kuat tekan kayu kelapa; (2) peningkatan kuat tekan kayu kelapa dengan persentase 0,3%, 0,6%, 0,9%, dan 1,2% asam sulfat pada umur 7 hari, 21 hari dan 35 hari ; dan (3) menghasilkan suplemen bahan ajar pada mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan tentang kuat tekan kayu kelapa dengan pemanfaatan asam sulfat sebagai bahan pengawet kayu

Populasi dalam penelitian ini adalah kayu kelapa. Sampel yang terpilih adalah kayu kelapa pada bagian tepi pangkal sampai ujung batang dengan teknik pengambilan sampling cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan eksperimen murni. Pengumpulan data dilaksanakan dengan pengujian kuat tekan kayu kelapa. Analisis data menggunakan uji normalitas menggunakan metode One sample

Kolmogrov-smirnov dengan taraf signifikansi 0,05 kemudian dilanjut dengan uji korelasi

Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, terdapat hubungan yang positif penggunaan asam sulfat terhadap kuat tekan kayu kelapa yaitu bila konsentrasi asam sulfat ditingkatkan maka nilai kuat tekan kayu kelapa meningkat. Kedua, terdapat hubungan yang positif lama waktu perendaman terhadap kuat tekan kayu kelapa yaitu bila waktu perendaman ditingkatkan maka nilai kuat tekan kayu kelapa meningkat. Ketiga, bahan ajar yang dihasilkan setelah penelitian ini berupa suplemen bahan ajar tentang pemanfaatan kayu kelapa sebagai alternatif bahan konstruksi bangunan setelah dilakukan pengawetan dengan menggunakan bahan pengawet asam sulfat ditinjau dari kuat tekan kayu untuk mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan UNS.

(3)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T

THE RELATIONSHIP BETWEEN OF SULFURIC ACID (H2SO4) AND THE LENGTH OF TIME OF IMMERSION ON COMPRESSIVE STRENGTH OF COCONUT WOOD IMPLEMENTATION ON THE

IMPLEMENTATION OF BUILDING MATERIALS SCIENCE Dini Handayani1, Eko Supri M2, Taufiq Lilo A.S3

ABSTRACT

This study aimed to test whether there is (1) the relationship with the levels of sulfuric acid concentration of 0.3%, 0.6%, 0.9% and 1.2% against the coconut wood compressive strength test; (2) the relationship with the levels of length of time of immersion age of 7 days, 21 days and 35 days against the coconut wood compressive strength test; and (3) produce a supplement teaching materials in the course of Materials Science Building on the compressive strength of coconut wood with the use of sulfuric acid as a wood preservative

The population in this study is coconut wood. Selected samples are coconut wood on the edge of the base to the tip of the rod to the cluster sampling technique of random sampling. This study uses a quantitative method with a purely experimental approach. The collection of data carried out by testing the compressive strength of coconut wood. Data analysis used for normality using the

Kolmogorov-Smirnov One sample with a significance level of 0.05 and then

continued with correlation

The results of the study are as follows. First, there is a positive relationship sulfuric acid of compressive strength of coconut wood that is when the sulfuric acid concentration is increased then the compressive strength increased coconut wood. Secondly, there is a positive relationship long soaking time of compressive strength of coconut wood that is when the life of immersion is increased then the compressive strength increased coconut wood. Third, the teaching materials produced after this research is a supplement instructional materials on the use of coconut wood as alternative building construction materials after preservation with preservatives using sulfuric acid in terms of compressive strength of wood for Building Materials Science courses UNS.

Keywords: Sulfuric Acid, Compressive Strength, Coconut Wood, Building Materials Science

(4)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T Kebutuhan manusia akan kayu

dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan rumah tangga yang membutuhkan rumah sebagai tempat tinggalnya. Kebutuhan kayu tersebut selama ini diperoleh dari penebangan pohon di hutan alam dan sebagian lagi dipenuhi dari hutan tanaman. Saat ini kebutuhan masyarakat akan kayu semakin sulit dipenuhi karena disatu pihak potensi dan volume tebangan di hutan alam semakin berkurang dan dilain pihak keberhasilan pengelolaan hutan tanaman belum nampak menggembirakan.

Kayu memiliki beberapa jenis tegangan, pada jenis tegangan tertentu nilainya besar tetapi pada jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Jenis-jenis tegangan yang berbeda tersebut berperan secara bersama-sama, sebagai contoh tegangan tekan akan berusaha menekan/ memperpendek kayu, tegangan tarik akan berusaha memperpanjang kayu dan tegangan geser akan berusaha mengeser serat-serat kayu. Kekuatan tekan sejajar serat kayu dan tegak

lurus serat kayu merupakan dua properti mekanika utama kayu yang sangat diperlukan masing-masing dalam perencanaan komponen struktur tekan (kolom) dan komponen struktur lentur (balok) pada suatu struktur bangunan gedung atau rumah kayu.

Penggunaan kayu hutan sebagai material konstruksi bangunan semakin langka dan tinggi harganya sehingga diperlukan alternatif bahan baru sebagai pengganti untuk memenuhi kebutuhan kayu bagi masyarakat, pemanfaatan kayu-kayu yang kurang dikenal (less know

species – LKS) seperti kayu kelapa

merupakan salah satu upaya untuk mengurangi dan melakukan efisiensi penggunaan bahan material kayu. Kelapa sebagai salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan merupakan salah satu komoditi yang seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan mulai dari daun, buah dan batangnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan asam sulfat dengan kadar

(5)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T konsentrasi zat 0,3%, 0,6%, 0,9% dan

1,2% terhadap uji kuat tekan kayu kelapa, untuk mengetahui hubungan lama waktu perendaman 7, 21 dan 35 hari dengan/terhadap uji kuat tekan kayu kelapa, untuk mengetahui persentase asam sulfat yang optimal untuk mencapai kuat tekan maksimal kayu kelapa dan menghasilkan suplemen bahan ajar pada mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan tentang kuat tekan kayu kelapa dengan pemanfaatan asam sulfat sebagai bahan pengawet kayu

Berbeda dengan kayu pada umumnya batang kelapa memiliki sel pembuluh yang berkelompok (vascular bundles) yang menyebar lebih rapat pada bagian tepi dari pada bagian tengah serta pada bagian bawah dan atas batang. Hal itu mengakibatkan kayu gergajian kelapa memiliki kekuatan yang berbeda-beda (Sulc, 1981) selain itu material tersebut sangat rentan terserang hama, serangga seperti kumbang bubuk, kumbang teter, dan rayap. Sedangkan dari golongan jamur, glugu rentan terserang blue stain dan jamur

permukaan. Pengawetan kayu

merupakan usaha untuk

meningkatkan umur pemakaian yang mempunyai keawetan alami rendah. Proses pengawetan kayu kelapa dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti perendaman di air sungai, merendam di air rawa atau lumpur, mengolesi dengan solar atau oli bekas dan memasukkan bahan kimia. Air dan lumpur rawa mengandung zat organik, humus yang tinggi sehingga pH-nya rendah yang mengakibatkan air rawa bersifat asam selain itu air rawa memiliki kandungan asam yaitu asam sulfat (H2SO4) dengan

konsentrasi yang rendah. Tujuan pengawetan dengan cara merendam kayu di air rawa adalah agar nutrisi kayu terfermentasi sehingga tidak lagi disukai serangga hama dan jamur perusak.

Berdasarkan pertimbangan di atas dalam penelitian ini digunakan bahan asam sulfat dengan cara rendam. Penambahan bahan kimia berupa asam sulfat sebagai bahan pengawet memberikan kemungkinan merubah sifat mekanis kayu. Sifat mekanis kayu sendiri berpengaruh

(6)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T besar dalam penentuan kuat acuan

jenis kayu yang akan digunakan dalam mendesain suatu konstruksi kayu. Di dalam mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan terdapat kompetensi mengenai kayu yang membahas tentang sifat kayu, jenis kayu dan kualitas kayu.

Kayu adalah bahan yang sangat berorientasi dengan properti yang berbeda dalam tiga arah utama. Dalam arah terkuat atau disebut sejajar serat kayu (arah longitudinal), kekakuan dan kekuatannya sangat besar. Dalam dua arah lain, dalam hal ini adalah arah radial dan tangensial (tegak lurus serat kayu), kayu relatif lunak dan lemah (Persson, 2000). Kekuatan tekan sejajar serat kayu dan tegak lurus serat kayu merupakan dua properti mekanika utama kayu yang sangat diperlukan masing-masing dalam perencanaan komponen struktur tekan (kolom) dan komponen struktur lentur (balok) pada suatu struktur bangunan gedung atau rumah kayu. Kekuatan tekan adalah kekuatan batas yang dapat dicapai

kayu ketika komponen kayu tersebut mengalami kegagalan akibat tekan.

Kayu glugu dikenal juga dengan kayu kelapa yaitu sesuatu bahan yang diperoleh dari pemungutan pohon kelapa baik yang tumbuh secara liar maupun dibudidayakan sebagai salah satu bagian dari pohon kelapa. Kayu kelapa merupakan salah satu anggota

monocotyledone, dan masuk family

palamae. Tanaman kelapa berasal

dari daerah tropis dan banyak berkembang didaerah pesisir pantai Kayu kelapa merupakan kayu dengan kelas kuat I-II dan kelas awet III-IV. Komposisi yang ada dalam kayu glugu diperkirakan terdiri dari 66,7% holocellulose, 25,1% lignin dan 22,9% pentosans. Klasifikasi kekuatan kayu kelapa dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: Berat jenis dan klasifikasi kekuatan kayu kelapa, Umur dan Klasifikasi kekuatan kayu kelapa. Sturktur kayu kelapa meliputi: warna, sifat mikroskopik dan sifat fisik. Karakteristik kayu kelapa yaitu merupakan kayu yang memiliki

(7)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T kekuatan mulai dari kelas kuat I – V.

Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan kerapatan serat pada bagian pangkal tengah dan ujung serta pada bagian luar, tengah dan dalam. Pada bagian pangkal merupakan bagian yang memiliki kerapatan tinggi sedangkan pada bagian ujung memiliki kerapatan terendah begitu pula dengan bagian terluar kayu kelapa memiliki kerapatan tertinggi sedangkan bagian dalam memiliki kerapatan terendah. Selain itu kerapatan tersebut dipengaruhi umur dari kayu kelapa tersebut, semakin tua pohon kelapa maka semakin tinggi tingkat kerapatannya dan semakin muda pohon kelapa maka semakin rendah kerapatannya. Kayu kelapa rentan terhadap serangan serangga (kumbang badak, bonggol sawit), organisme semacam mycoplasma dan jamur.

Ada tiga alasan yang menyebabkan batang kepala dapat dijadikan alternatif pengganti kayu, yaitu: Program peremajaan kebun kelapa akan berhasil dengan mengeluarkan batang kelapa yang

sudah tidak digunakan dari kebun karena jika dibiarkan akan menjadi sarang kumbang gerek. Dengan pengolahan yang benar batang kelapa akan menghasilkan kayu yang bisa bersaing dengan beberapa kayu jenis konvensional. Batang kelapa ini,sebagai substitusi kayu dapat digunakan sebagai bahan bangunan, perabot rumah tangga, alat perkakas, barang kerajinan, dan sumber energi yang berupa arang. Disamping itu batang kelapa juga memiliki nilai estetika yang unik ( Suharto dan Ambarwati, 2007).

Penggunaan batang kelapa sebagai bahan konstruksi sudah lazim dilakukan oleh rakyat pedesaan karena dianggap kuat dan awet. Namun beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut, yaitu : Taper kira-kira 5 mm/meter, atang tidak mengalami pertambahan ke samping melainkan memanjang dengan diameter ujung tidak lebih dari 30 cm, kulit batang tidak mengelupas, kekuatannya dicirikan oleh berat jenisnya yang bervariasi dan biasanya bagian luar

(8)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T lebih kuat jika dibandingkan dengan

bagian dalam batang, tidak memiliki mata kayu, bagian luar memiliki cacat distorsi lebih kecil dibandingan bagian dalam dan batang bulat memiki sifat-sifat yang lebih baik ( Barly, 1994).

Batang kelapa untuk keperluan konstruksi perlu dikeringkan dan diawetkan. Hal ini guna untuk menambah kualitas batang kelapa dikeringkan supaya batang kelapa tidak diserang jamur, bakteri. Diawetkan untuk memperpanjang masa pakai batang kelapa ( Barly, 1994).

Menurut Hunt dan Garrat (1986), pengawetan kayu adalah proses memasukkan bahan kimia ke dalam kayu dengan tujuan melindungi kayu atau memperpanjang umur pakai kayu.

Tujuan utama pengawetan kayu adalah memperpanjang umur pemakaian bahan sehigga dapat mengurangi biaya akhir dari produk itu dan menghindari penggantian yang terlalu sering dalam konstruksi yang permanen maupun semi permanen.

Bahan pengawet kayu (BPK) menurut Duljapar (1996), adalah senyawa kimia yang diberikan terhadap kayu sehingga menjadi tahan terhadap berbagai serangan cendawan, serangga dan organisme perusak-perusak kayu lainnya. Dumanauw (1990), menjelaskan tentang klasifikasi bahan pengawet yang dipakai di Indonesia, yang digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu bahan pengawet berupa minyak, bahan pengawet yang larut dalam minyak, dan bahan pengawet yang dilarutkan dalam air. Ada berbagai macam cara pengawetan kayu menurut Dumanau (1990), antara lain: cara rendaman, cara pencelupan , cara pemulasan dan penyemprotan, cara pembalutan dan proses vakum serta tekanan (cara modern). Cara rendaman merupakan proses pengawetan kayu secara tradisional. Dalam mengawetkan kayu dengan cara ini, kita hanya memikirkan berapa lama kayu itu harus direndam. Dalam kaitan dengan penentuan jangka waktu perendaman ini, kita perlu memperhatikan dua hal penting

(9)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T tentang sifat kayu yang diawetkan,

yaitu keawetan kayu dan kekuatan kayu setelah direndam.

Menurut Zulkarnaini (2009:1), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai respresentatif (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraian-uraian yang harus disampaikan guru dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di dalam bahan ajar. Dengan demikian, guru juga akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan pembelajaran, memiliki banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar atau membelajarkan siswa. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Hunggurami. Ramang. R dan Djenmakani. Y (2014) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Tindakan Pengawetan Terhadap Sifat Mekanis Kayu

Kelapa”. Dari hasil penelitian dan analisis data diperoleh nilai dari sifat mekanis kayu kelapa sebelum dan sesudah pengawetan. Sebelum pengawetan diperoleh nilai kuat tekan sejajar serat sebesar 18.67 N/mm2, kuat tekan tegak lurus serat sebesar 4.22 N/mm2, dan kuat lentur sebesar 13.81 N/mm2. Sedangkan setelah diberi pengawetan 3% terjadi peningkatan terhadap nilai kuat tekan sejajar serat sebesar 7.12% yaitu 20 N/mm2, kuat tekan tegak lurus serat sebesar 5.12% yaitu 4.44 N/mm2 dan kuat lentur sebesar 34.76% yaitu 18.61 N/mm2; diberi pengawetan 6% terjadi peningkatan terhadap nilai kuat tekan sejajar serat sebesar 39.26% yaitu 26 N/mm2, kuat tekan tegak lurus serat sebesar 58.06% yaitu 6.67 N/mm2 dan kuat lentur sebesar 87.76% yaitu 25.93 N/mm2; dan pengawetan 10% terjadi peningkatan terhadap nilai kuat tekan sejajar seratsebesar 71.40% yaitu 32 N/mm2, kuat tekan tegak lurus serat sebesar 158.06% yaitu 10.89 N/mm2 dan kuat lentur sebesar 119.91% yaitu 30.37 N/mm2.

(10)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T Penelitian oleh Muhammad

Razack Budi Nugroho A (2012) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh air laut terhadap kekuatan kayu kelapa”. Dari hasil pengujian kuat tekan kayu, kuat tarik kayu dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara kayu perlakuan normal atau tanpa perendaman dengan lama perendaman 1 minggu dan 6 minggu.

Barly (2012) dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh ketebalan kayu, konsentrasi larutan dan lama perendaman terhadap hasil pengawetan kayu”. Hasil penelitian menunjukan bahwa sifat keterawetan kayu dicirikan oleh jenis kayu, keadaan kayu, teknik dan bahan pengawet yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada perendaman dingin, retensi tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan lama perendaman 168 jam pada konsentrasi 10%, yaitu sebesar 32,58 kg/m3, sedangkan terendah ditunjukkan oleh perlakuan dengan lama perendaman 24 jam pada konsentrasi 5%, yaitu

sebesar 8,17 kg/m3. Sementara itu pada perendaman panas dingin, retensi tertinggi ditunjukkan oleh tebal kayu 15 mm dengan lama perendaman 7 jam, yaitu sebesar 11,54 kg/m3 dan terendah ditunjukkan oleh tebal kayu 45 mm dengan lama perendaman 1 jam, yaitu sebesar 3,44 kg/m3

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya, hubungan penggunaan asam sulfat dengan kadar konsentrasi zat 0,3%, 0,6%, 0,9% dan 1,2% terhadap uji kuat tekan kayu kelapa, peningkatan kuat tekan kayu kelapa dengan persentase 0,3%, 0,6%, 0,9%, dan 1,2% asam sulfat pada umur 7 hari, 21 hari dan 35 hari, persentase asam sulfat yang optimal untuk mencapai kuat tekan maksimal kayu kelapa; dan menghasilkan suplemen bahan ajar pada mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan tentang kuat tekan kayu kelapa dengan pemanfaatan asam sulfat sebagai bahan pengawet kayu.

(11)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu: pengenceran asam sulfat dilaksanakan di laboratorium fakultas MIPA UNS dan pengujian kadar air serta kuat tekan dilaksanakan di laboratorium Mektan dan beton Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan eksperimen murni yang dilaksanakan di laboratorium dengan kondisi dan perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mendapatkan data tentang kuat tekan kayu kelapa yang telah diberikan treatment berupa perendaman dengan menggunakan asam sulfat sebagai suplemen bahan ajar mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan semester I Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS. Populasi dalam penelitian ini adalah kayu kelapa. Sampel dari penelitian ini adalah 60 buah benda uji yang direndam dalam asam sulfat dengan berbagai variasi konsentrasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melaksanakan pengujian

kuat tekan kayu kelapa. Teknik Analisa Data yang digunakan sebagai uji prasyarat analisis data adalah uji normalitas selanjutnya untuk analisa data dilakukan uji korelasi.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN A.Deskripsi Data

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Penelitian yang dilakukan meliputi: pemeriksaan kadar air kayu kelapa dan pengujian variabel kayu kelapa dan prasyarat analisis. Pengujian variabel untuk penelitian ini adalah kuat tekan kayu kelapa.

Tabel 1.Rekapitulasi Hasil Pengujian Kadar Air Kayu Kelapa

Jenis Kayu

Hasil Standar Keterangan

Kelapa 17,5% < 20% Memenuhi Persyaratan Kelapa 16% < 20% Memenuhi Persyaratan Kelapa 10,25% < 20% Memenuhi Persyaratan Kadar air rata-rata 14,58% < 20% Memenuhi Persyaratan

Dari pengujian kadar air kayu memenuhi persyaratan yaitu nilai kadar air < 20% sebagaimana yang

(12)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T telah ditentukan SK SNI 03 – 3958 –

1995

Tabel 2. Hasil Perhitungan Volume Pengenceran Asam Sulfat

No Varia si Asam Sulfat Volum e Asam Sulfat Volume Aquades (%) (ml) (ml) 1 0,3 900 5100 2 0,6 1800 4200 3 0,9 3300 2700 4 1,2 3600 2400 Total 9600 14400 Pada tabel 2 dapat kita lihat kebutuhan bahan masing-masing variasi konsentrasi asam sulfat yang digunakan sebagai perendam kayu kelapa.

Gambar 1. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Kayu Kelapa Umur Rendaman 7 Hari

Kuat tekan rata-rata kayu kelapa lama perendaman 7 hari dari data diatas dapat dilihat bahwa kayu kelapa yang direndam pada konsentrasi asam sulfat 0,3% memiliki kuat tekan rata-rata 5,6 MPa, direndam pada konsentrasi asam sulfat 0,6% memiliki kuat tekan rata-rata 6,4 MPa, direndam pada konsentrasi asam sulfat 0,9% memiliki kuat tekan rata-rata 7,36 MPa dan direndam pada konsentrasi asam sulfat 1,2% memiliki kuat tekan rata-rata 10 MPa.

Gambar 2. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Kayu Kelapa Umur Rendaman 7 Hari

Kuat tekan rata-rata kayu kelapa lama perendaman 21 hari dari data diatas dapat dilihat bahwa kayu kelapa yang direndam pada konsentrasi asam sulfat 0,3% memiliki kuat tekan rata-0 5 10 15 0.30% 0.60% 0.90% 1.20% K u at te kan r ata -r ata

Persentase Konsentrasi Asam …

0 5 10 15 0.30% 0.60% 0.90% 1.20% K u at te kan r ata -r ata

Persentase Konsentrasi Asam Sulfat

(13)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T rata 6,8 MPa, direndam pada

konsentrasi asam sulfat 0,6% memiliki kuat tekan rata-rata 8,8 MPa, direndam pada konsentrasi asam sulfat 0,9% memiliki kuat tekan rata-rata 10 MPa dan direndam pada konsentrasi asam sulfat 1,2% memiliki kuat tekan rata-rata 12 MPa.

Gambar 3. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Sejajar dan Tegak Lurus Serat Umur Rendaman 35 Hari

Kuat tekan rata-rata kayu kelapa lama perendaman 35 hari dari data diatas dapat dilihat bahwa kayu kelapa yang direndam pada konsentrasi asam sulfat 0,3% memiliki kuat tekan rata-rata 12,6 MPa, direndam pada konsentrasi asam sulfat 0,6% memiliki kuat tekan rata-rata 16,4 MPa, direndam pada konsentrasi asam sulfat 0,9% memiliki kuat tekan

rata-rata 18,4 MPa dan direndam pada konsentrasi asam sulfat 1,2% memiliki kuat tekan rata-rata 23,2 MPa.

Pengujian Prasyarat Analisis Dan Analisis Korelasi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada data-data pada variabel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Teknik pengujian normalitas data menggunakan bantuan program SPSS 16 dengan metode One

sample Kolmogrov-smirnov dan

taraf kesalahan 5%. Hasil statistik dalam pengujian normalitas data dapat dilihat bahwa data kuat tekan mempunyai nilai signifikansi variabel Y sebesar 0,2. Maka data signifikansi berada di atas taraf kesalahan 5%, atau harga signifikansi 0,2 > 0,05 sehingga data variabel penelitian kuat tekan berdistribusi normal. 2. Analisis Korelasi 0 5 10 15 20 25 0.30% 0.60% 0.90% 1.20% K u at te kan r ata -r ata

Persentase Konsentrasi Asam Sulfat

(14)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T Analisis korelasi dilakukan

untuk mengetahui hubungan konsentrasi asam sulfat dan lama waktu perendaman terhadap kuat tekan kayu kelapa. Teknik analisis korelasi menggunakan bantuan program SPSS 16. Berdasarkan hasil uji korelasi menggunakan bantuan program SPSS 16 hasil analisis korelasi menunjukan bahwa nilai korelasi konsentrasi asam sulfat terhadap kuat tekan adalah 0,516 dan nilai korelasi lama perendaman terhadap kuat tekan adalah 0,775. Nilai 0,516 diinterpretasikan hubungan asam sulfat terhadap kuat tekan adalah sedang dan nilai 0,775 diinterpretasikan hubungan lama perendaman terhadap kuat tekan adalah kuat, sedangkan arah hubungan antar variabel adalah positif berarti apabila variabel X (persentase asam sulfat dan lama waktu perendaman) tinggi atau ditingkatkan maka variabel Y (Kuat Tekan) tinggi atau meningkat

Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji liniearitas dan didapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang liniear, selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mengetahui ada tidaknya hubungan konsentrasi asam sulfat terhadap kuat tekan kayu kelapa. Berikut hasil uji korelasi untuk menjawab hipotesis pada penelitian ini: Pertama, terdapat hubungan yang sedang asam sulfat sebagai bahan pengawet kayu pada kayu kelapa terhadap kuat tekan dan arah hubungan antar variabel adalah positif berarti apabila persentase asam sulfat ditingkatkan maka kuat tekan kayu kelapa meningkat. Kedua, terdapat hubungan yang kuat lama waktu perendaman terhadap kuat tekan dan arah hubungan antar variabel adalah positif berarti apabila umur perendaman ditingkatkan maka kuat tekan kayu kelapa meningkat. Ketiga, hipotesis ketiga untuk menghasilkan bahan ajar ilmu

(15)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T bahan bangunan tentang

penggunaan kayu kelapa sebagai bahan alternatif konstruksi bangunan ditinjau dari kuat tekan kayu. Pendukung bahan ajar ini disesuaikan dengan silabus pada mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan dan disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Hubungan Konsentrasi Asam

Sulfat Terhadap Kuat Tekan Rata- rata Kayu Kelapa.

Terdapat hubungan yang sedang dengan arah hubungan yang positif yaitu apabila konsentrasi asam sulfat ditingkatkan maka nilai kuat tekan meningkat.

2. Hubungan Lama Perendaman Terhadap Peningkatan Kuat Tekan Kayu Kelapa

Terdapat hubungan yang kuat dengan arah hubungan yang positif yaitu apabila lama waktu perendaman ditingkatkan maka nilai kuat tekan meningkat.

3. Suplemen Ajar yang Dihasilkan Bahan ajar yang dihasilkan setelah penelitian ini berupa suplemen bahan ajar tentang pemanfaatan kayu kelapa sebagai alternatif bahan konstruksi bangunan setelah dilakukan pengawetan dengan menggunakan bahan pengawet asam sulfat ditinjau dari kuat tekan kayu. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif penggunaan asam sulfat terhadap kuat tekan kayu kelapa yaitu bila konsentrasi asam sulfat ditingkatkan maka nilai kuat tekan kayu kelapa meningkat.

2. Terdapat hubungan yang positif lama waktu perendaman terhadap kuat tekan kayu kelapa yaitu bila waktu perendaman ditingkatkan maka nilai kuat tekan kayu kelapa meningkat.

3. Bahan ajar yang dihasilkan setelah penelitian ini berupa suplemen bahan ajar tentang pemanfaatan kayu kelapa sebagai alternatif

(16)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T bahan konstruksi bangunan setelah

dilakukan pengawetan dengan menggunakan bahan pengawet asam sulfat ditinjau dari kuat tekan kayu

SARAN

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk lama waktu perendaman dan variasi asam sulfat sehingga dihasilkan data yang lebih mendukung kesimpulan.

2. Saat pengambilan sampel, sampel dibuat homogen atau sama. 3. Perlu diteliti lebih lanjut

mengenai kuat tarik dan lentur kayu kelapa.

4. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai reaksi kimia asam sulfat terhadap kayu kelapa. 5. Perlu diteliti lebih lanjut

mengenai perhitungan pengenceran asam sulfat.

6. Perlu ada tinjauan aspek ekonomis dalam penggunaan asam sulfat sebagai bahan pengawet kayu dan kayu kelapa sebagai alternatif bahan konstruksi bangunan.

(17)

commit to user 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

2

Pembimbing I Eko Supri Murtiono, S.T,. M.T

3

II Taufiq Lilo Adi S, S.T,. M.T DAFTAR PUSTAKA

Barly. (1994). Batang Kelapa sebagai Alternatif Kayu

Konvensional. Bogor:

Pusat Litbang Hasil Hutan. Djuljapar, K. 1996. Pengawetan

Kayu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dumanauw J.F. (1990).

Mengenal Kayu.

Yogyakarta. Kanisius. Hunt, G. M & G. A Garrat.

1994. Pengawetan Kayu

(Terjemahan). Edisi Pertama. Akademia Pressindo. Jakarta. Muhaimin, 2008. Pengertian

Bahan Ajar Menurut

Buku dan Para Ahli.

Tersedia di https://hadisbarasa.wordpres com/2003/07/06/pengertian bahan-ajar-menurut-buku-dan para-ahli. Persson, 2000. Micromechanical Modelling of Wood and Fibre

Properties, Doctoral Thesis,

tidak dipublikasikan, Sweden: Department of Mechanics and Materials, Lund University.

.

Suharto dan Ambarwati, D.R. (2007). Pemanfaatan Kelapa (Batang, Tapas, Lidi,

Mancung, Sabut,

Tempurung). Yogyakarta:

UNY Press.

Sulc, V.K. 1984. Coconut palm

wood utilization. Tecnical

Documen No.2. UNDP- FAO of the United Nation.

Zamboanga, Philipines. Supribadi, IK. (1986). Ilmu

Bangunan Gedung. Bandung:

Amrico.

Zulkarnaini. (2009). Bemula dari ide,

berakhir pada Tulisan.

Gambar

Tabel  2.  Hasil  Perhitungan  Volume  Pengenceran Asam Sulfat
Gambar  3.  Grafik  Hasil  Pengujian  Kuat  Tekan  Sejajar  dan  Tegak  Lurus  Serat Umur Rendaman 35 Hari

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diatas yang ditunjukan pada tabel 4.8, variabel dewan pengawas syariah yang dihitung dari jumlah rapat dewan

Individualization mengombinasikan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Model ini memperhatikan perbedaan pengetahuan awal siswa untuk mencapai prestasi

Secara praktis, Penelitian ini memberikan rekomendasi pada produser khususnya dalam pembuatan video klip lokal agar lebih mempertimbangkan konten yang akan

-Penyebar luasan informasi tentang penyakit katarak melalui brosur/leaflet pada pelanggan puskesmas Memberikan penyuluhan kelompok tentang kebutaan yang disebabkan oleh katarak,

Seseorang yang memiliki sifat machiavellian tinggi, memungkinkan untuk berperilaku tidak etis (Richmond, 2003). Perilaku machiavellian merupakan persepsi yang

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pengembangan proses kepribadian dalam menimba ilmu pengetahuan dari pendidikan dasar yang telah ditempuh sebelumnya

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bagaimana penggunaan konsep customer lifetime value pada operator telekomunikasi seluler di Indonesia yang dikelola oleh perusahaan publik