• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN SISTEM INSENTIF KARYAWAN MENGGUNKAN METODE EFISIENSI EMERSON DAN HENRY GANTT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA DI PR HBS JAYA SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN SISTEM INSENTIF KARYAWAN MENGGUNKAN METODE EFISIENSI EMERSON DAN HENRY GANTT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA DI PR HBS JAYA SIDOARJO."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN SISTEM INSENTIF KARYAWAN

MENGGUNKAN METODE

EFISIENSI EMERSON DAN HENRY GANTT

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA

DI PR HBS JAYA SIDOARJO

SKRIPSI

oleh :

DEKI YANSAH

NPM : 0432010327

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

SURABAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas rohmat yang telah di berikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan ini. Dimana laporan ini merupakan persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Teknik Industri Di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, Laporan Skripsi yang berjudul “ Perencanaan Sistem Insentif Karyawan Dengan Metode Efisiensi Emerson Dan Henry Gantt Untuk Meningkatkan motifasi kerja di PR HBS JAYA ”, tidak mungkin dapat tersusun dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Bambang Wahyudi .MS., selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

(3)

4. Bapak : Ir. Akmal Suryadi, MT dan Suseno Budi P.ST. MT Selaku dosen pembimbing skripsi.

5. dosen penguji atas waktu yang diluangkan kepada kami. 6. Pimpinan PRHBS Jaya tempat penelitian saya.

7. Semua karyawan PRHBS Jaya Sidoarjo yang telah banyak membantu selama penulis melaksanakan skripsi.

8. Keluargaku, terutama istri anak saya zhafira, Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat, dan bantuan baik secara moril maupun materiil dalam proses penyusunan laporan ini.

9. Rekan-rekan Angkatan 2004 yang telah mendukung dalam penyusunan laporan.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya.

Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dan kebaikan laporan ini.

Akhir kata semoga laporan Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan menambah wawasan kita bersama.

Wassalamu’alaikum wr wb.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….... x

DAFTAR LAMPIRAN………. xi

ABSTRAKSI………. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….…… 1

1.2 Perumusan Masalah ………..……….. 2

1.3 Batasan Masalah………... 2

1.4 Tujuan Penelitian ………... 3

1.5 Asumsi………... 3

1.6 Manfaat Penelitian………. 3

1.7 Sistematika Penulisan……… 4

(5)

2.1.1. Pengertian Upah………..………. 6

2.1.2. Fungsi Upah Secara Umum……….. . 8

2.2. Pengertian Insentif……… 9

2.2.1. Pembayaran Upah Berdasarkan waktu kerja……… 11

2.2.2. Metode Pemberian Upah Perangsang Berdasarkan Jumlah Produksi……….……… 13

2.2.3. Metode Pemberian Upah Berdasarkan Pembagian Bonus……… 15

2.2.3.1. Metode Insentif Tanpa Pengukuran Kerja Secara Langsung………. 16

2.2.3.2. Metode Insentif Tanpa Pengukuran Kerja Secara Langsung……… 17

2.3. Pengukuran Waktu Kerja…….……….. 20

2.3.1. Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti…………. 21

2.3.2. Test Keseragaman Data……….. 22

2.3.3. Test Kecukupan Data……… 23

2.3.4. Penyusuaian Waktu Dengan Rating Performance Kerja……….. 24

2.3.5. Penetapan Waktu Longgar……… 26

2.3.6. Penetapan Waktu Baku………. 27

(6)

2.6. Peneliti Terdahulu………. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kerja………. … 36

3.2. Identifikasi Variabel……… … 36

3.3. Metode Pengumpulan Data………. … 37

3.4. Metode Pengolahan Data……….. … 39

3.5. Langkah – langkah Pemecehan Masalah……… … 45

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data………. 50

4.1.1. Proses Produksi………. 50

4.1.2. Data Waktu Pengamatan Dan Pengukuran Tiap Elemen Kerja.. 52

4.1.3. Data Tarif Upah Di PR……… HBS JAYA……. 54

4.1.4 Data Output Riil……….. 55

4.2. Pengolahan Data………..………... 55

4.2.1. Uji Keseraragaman Data Dan Uji Kecukupan Data………. 55

4.2.2. Uji Keseragaman Data……….. 56

4.2.3. Uji Kecukupan Data……… 58

4.2.4. Penentuan Performance Rating Atau Factor Penyesuaian….. 59

4.2.5. Penentuan Faktor Kelonggaran Atau Allowance……… 60

4.2.6. Perhitungan Waktu Siklus (Ws)……….. 61

(7)

4.2.9. Perhitungan Output Standard (Os)……….. 63 4.1.10. Analisa Data………. .. 64 4.2.11. Perhitungan Insentif………. 65

4.2.10.1. Perencanaan upah insentif dengan metode efisiensi

Emerson………... 66

4.2.10.2. Perencanaan upah insentif dengan metode rencana Bonus gantt…..……… 68

4.3. Hasil Dan Pembahasan………... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan………. 72

5.2. Saran……….. 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Skala Efesiensi Emerson……….. 20

2. Penyesuaian Cara Westinghouse ………. 26

3. Data Hasil Pengukuran………. 28

4. Data Waktu Pengamatan Proses Penimbangan………. 52

5. Data Waktu Pengamatan Proses Pelintingan………. 52

6. Data Waktu Pengamatan Proses pengguntingan……….….. 53

7. Data Waktu Pengamatan Proses penyortiran...…. 53

8. Data Waktu Pengamatan Proses pengepakan……… 53

9. Data Tarif Upah dan Tenaga Kerja………. 54

10.Data Output Riil dari perusahaan……… 55

11.Data Waktu Perhitungan Proses Pelintingan………. 56

12.Hasil Uji Keseragaman dan Uji Kecukupan Data……… 59

13.Faktor Penyesuaian Operator Tiap-tiap operasi……….. 59

14.Faktor Kelonggaran Operator Tiap Operasi……… 60

15.Hasil Perhitungan Waktu siklus……….. 61

16.Hasil Perhitungan Waktu Normal……….. 62

17.Hasil Perhitungan Waktu Baku atau Waktu Standard……… 63

(9)
(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Peta kontrol ……… 23

2. Peta Kontrol x……… 40

3. Flow Chart Pemecahan Masalah……… 45

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan Lampiran B Pengumpulan Data Penelitian

Lampiran C Uji Keseragaman dan Uji Kecukupan Data

Lampiran D Perhitungan Waktu-waktu Kerja dan Output Standard

(12)

ABSTRAKSI

Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan teknologi yang begitu cepat, setiap perusahaan harus mempunyai strategi yang efektif dalam menyiasati perkembangan dan kondisi pasar yang ada. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menerapkan suatu sistem produksi dan manajemen yang tepat serta efisien agar tetap dapat bersaing dan dapat memenuhi target yang diinginkan.

PR HBS JAYA merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi produk rokok .Sistem pengupahan yang dilakukan oleh PR HBS JAYA adalah sistem upah harian. Perusahaan ini di dalam sistem pengupahan hanya berdasarkan waktu kerja karyawan selama 8 jam/hari dan tidak berdasarkan prestasi kerja. Akibat dari minimnya upah yang diterima mengakibatkan turunnya motivasi kerja karyawan, sehingga hal ini akan menyebabkan produktifitas kerja menurun.

Permasalahan yang ada disini adalah Berapa besar insentif yang diberikan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan pada bagian produksi rokok sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan output produksi. Dalam upaya peningkatan motivasi kerja agar dapat meningkatkan output produksi dilakukan dengan cara pemberian upah insentif. Peneliti disini menggunakan metode insentif yaitu metode Efisiensi Emerson dan Metode Henry

Gantt.

Dari penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa besar insentif berdasarkan metode Efisiensi Emerson diperoleh sebesar Rp. 2.700,-/hari sehingga total upah insentif diperoleh sebesar Rp. 32.700,-/hari. Sedangkan besar insentif berdasarkan metode Henry Gantt diperoleh sebesar Rp. 5.992,-/hari sehingga total upah insentif diperoleh sebesar Rp. 35.992,-/hari. maka sebaiknya metode

insentif yang digunakan adalah Metode bonus Gantt karena metode ini sederhana,adil

dan mudah dimengerti oleh pekerja serta menguntungkan bagi perusahaan karena tidak semua pekerja mendapat insentif, hanya pekerja yang mampu menghasilkan jumlah produksi di atas standard yang menerima upah insentif. Sedangkan metode

Efisiensi Emerson memerlukan prosedur yang rumit karena melihat terlebih dahulu

tabel Efisiensi Emerson dan sulit bagi pekerja untuk menghitung sendiri upah yang berhak diterima.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan teknologi yang begitu cepat, setiap perusahaan harus mempunyai strategi yang efektif dalam menyiasati dituntut untuk menerapkan suatu sistem produksi dan manajemen yang tepat serta efisien agar tetap dapat bersaing dan dapat memenuhi target yang diinginkan. Dengan begitu perusahaan dapat memperluas pasar. dan perusahaan harus meningkatkan kinerja karyawan dalam perusahaan tersebut. Karena dengan kinerja yang baik maka akan diperoleh hasil kerja yang maksimal.

Kinerja yang baik tersebut meningkatkan produktifitas karyawan, hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktifitas kerjanya berdasarkan kemampuan maksimal. Peningkatan produktifitas ini akan berhasil bila para karyawan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja. Dengan meningkatnya produktifitas kerja sepatutnya perusahaan memberikan upah yang layak bagi karyawan. Disamping itu juga perusahaan memberikan upah tambahan yang berupa insentif atau bonus yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang atau fasilitas lainnya yang dapinsentif atau bonus yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang atau

(14)

Penerapan metode yang tepat guna mengatasi permasalahan tersebut akan mendatangkan solusi yang tepat. Dalam hal ini digunakan “Metode Efisiensi Emerson dan Henry Gantt”. Efisiensi emerson menetapkan bila pekerja mencapai 67% sampai dengan 100% maka akan mendapatkan insentif atau bonus Prosentase tersebut akan bertambah dengan naiknya efisiensi pekerja sesuai dengan tabel yang disusun Emerson.

Guna meningkatkan motivasi pekerja maka insentif akan merangsang motifas pekerja dan perusahaan akan memperoleh target produksi atas tenaga yang dikeluarkan dan dibayar sesuai dengan prestasi kerjanya sehingga insentif ini akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak perusahaan maupun pihak karyawan.

1.2.Perumusan Masalah

: Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka permasalahan yang dihadapi PR HBS JAYA dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana system insentif yang tepat agar dapat meningkatkan kinerja karyawan pada bagian produksi

1.3.Batasan Masalah

Untuk mempertajam permasalahan yang dihadapi agar tidak terjadi kesimpang siuran, maka perlu diberikan batasan masalah yaitu:

(15)

2. Perhitungan upah insentif menggunakan metode Efisiensi Emerson dan

Henry Gantt.

3. Analisa insentif berdasarkan unit hasil kerja berorientasi atas dasar waktu baku dan output standard.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah

1. Menentukan output standart dari kayawan produksi rokok

2. Menentukan sistem pemberian upah insentif yang menguntungkan bagi karyawan maupun perusahaan.

1.5. Asumsi

Untuk dapat melakukan pengukuran kerja secara langsung, maka perlu. ditentukan beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Sarana dan prasarana maupun peralatannya dianggap bekerja dengan baik. 2. Mutu barang yang dihasilkan dianggap telah memenuhi standard mutu yang

telah ditetapkan.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Peneliti

1. merupakan sarana yang penting untuk menambah wawasan dan menerapkan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan dan di praktekan.

(16)

1. Sebagai bahan pembanding untuk mengetahui seberapa besar pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Dapat menambah perbendaharaan perpustakaan yang berguna dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan literatur bagi mahasiswa di masa yang akan datang.

c. Bagi Perusahaan

1. Membantu memecahkan persoalan tentang sistem pemberian insentif sesuai dengan performance kerja.

2. Membantu meningkatkan output produksi berdasarkan sistem insentif.

1.7.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, asumsi, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(17)

produksi dengan metode Efisiensi Emerson dan Henry Gantt untuk meningkatkan output produksi.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas metode pengumpulan data, identifikasai variable, langkah-langkah pemecahan masalah beserta flow chartnya dan metode analisa data.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis dan pembahasan data-data hasil pengamatan kemudian melakukan perbaikan kerja.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari penelitian secara langsung serta saran untuk peningkatan produktivitas.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Upah Dan Insentif

2.1.1. Pengertian Upah

Definisi upah menurut PP. No 8 tahun 1981 tentang Perlindungan “Upah” yaitu suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau yang dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha (pemberi kerja) dan pekerja termasuk tunjangan baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya (Ruky, 2002).

Beberapa definisi tentang upah menurut para ahli yaitu :

1. Menurut Edwin B. Flippo, pengertian upah yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “PrinciplesofPersonelManagement” menyatakan bahwa pengertian dari upah adalah harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan oleh seseorang kepada orang lain sesuai dengan kesepakatan antara orang tersebut sebagai pemberi jasa dengan orang lain sebagai penerima jasa.

2. Menurut Prof. Dr. F. J. H. M.VanBerVan yang mendefinisikan upah secara luas yaitu upah sebagai tujuan obyektif kerja ekonomis.

(19)

4. Menurut Hadi Poerwono, dalam bukunya yang berjudul “Tata Personalia” bahwa batasan tentang upah dinyatakan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu.

5. Dewan Penelitian Perupahan Nasional

Upah adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan, yang berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi yang dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut persetujuan, undang-undang dan peraturan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.

Dari beberapa definisi diatas bahwa pengartian upah meskipun berbeda-beda artinya, tetapi jelas memiliki maksud yang sama yaitu bahwa upah merupakan pengganti atas jasa yang telah diserahkan oleh pekerja kepada pihak lain yaitu seseorang sebagai pemberi kerja (Harsono, 1984).

Menurut Ruky (2002), Besarnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerja dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :

1. Ketetapan Pemerintah

(20)

2. Tingkat Upah / Gaji di Pasaran

Tingkat upah yang berlaku di pasaran diperoleh melalui kegiatan survei imbalan. Tentu saja tingkat upah ini tidak dapat lebih rendah daripada ketentuan UMR.

3. Kemampuan Perusahaan

Dalam hal ini yang menjadi acuan utama adalah kemampuan finansial perusahaan untuk membayar. Perusahaan mungkin ingin membayar upah/gaji seperti dibayar oleh perusahaan lain tetapi pada saat itu kondisi perusahaan belum memungkinkan.

4. Kualifikasi SDM yang Digunakan

Kualifikasi SDM yang digunakan sebuah perusahaan sangat ditentukan terutama oleh tingkat teknologi yang digunakan olehnya dan segmen pasar di mana perusahaan tersebut bersaing

5. Kemauan Perusahaan

Dalam hal ini perusahaan tidak memperdulikan harga pasar ataupun faktor-faktor lain, tetapi hanya berpegang pada apa yang menurut mereka wajar. 6. Tuntutan Pekerja

Tuntutan pekerja dan kemauan perusahaan biasanya akan dipertemukan dalam meja perundingan dengan cara musyawarah atau tawar menawar.

2.1.2. Fungsi Upah Secara Umum

Upah mempunyai fungsi secara umum, yaitu

(21)

Upah dapat membantu perpindahan para pekerja dari pekerjaan-pekerjaan yang kurang produktif / kurang efisien menjadi lebih produktif. Sehingga upah lebih tinggi berarti pekerjaan lebih produktif.

b. Menggunakan sumber-sumber tenaga manusia secara efisien.

Pembayaran upah yang relatif tinggi akan memaksa pengusaha dapat memanfaatkan tenaga kerja secara ekonomis atau seefisien mungkin sebab dengan demikian majikan dapat memperoleh keuntungan dari penggunaan tenaga kerja. Demikian juga sebaliknya para pekerja menerima imbalan yang lebih sesuai dengan kebutuhannya, tetapi upah yang tinggi bukan berarti ongkos tenaga kerja yang tinggi, ongkos pekerja perunit produksi tergantung pada produktifitasnya. Semakin tinggi produktifitasnya, maka ongkos pekerja perunit produksi akan semakin rendah.

c. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Sebagai akibat alokasi dan penggunaan sumber tenaga kerja secara efisien maka sistem pengupahan diharapkan dapat mendorong dan mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Ruky, 2002).

2.2. Pengertian Insentif

(22)

Tujuan dari pemberian upah adalah untuk meningkatkan dan menjaga motivasi pekerja dalam kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan produktifitas kerjanya sehingga diharapkan jumlah output yang dihasilkan lebih maksimal dan mencapai target yang telah ditentukan.

Agar penerapan upah insentif dapat mencapai hasil yang diharapkan maka dalam penerapan harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (Hasibuan, 2002).

1. Rencana harus sederhana

Dalam hal ini pekerja dapat mengerti dan menerima dengan mudah sehingga pekerja dapat menghitung pendapatannya sendiri dengan tanpa kesulitan. 2. Rencana harus adil

Rencana upah insentif ini harus adil serta memberi jaminan upah minimum, yang mana dapat melindungi pekerja sebagai jaminan terhadap terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Rencana harus memberi perangsang

Rencana harus dapat memotivasi pekerja untuk meningkatkan produktifitas kerja.

4. Rencana didasarkan pada standar kerja yang besar

(23)

Dukungan para pekerja atas rencana insentif ini akan sangat berarti untuk kesuksesan program, sebab jika para pekerja sudah mendukung tentu mereka akan berpartisipasi demi suksesnya atas program tersebut.Tentunya dalam hal ini tidak terlepas pula dukungan dari manajemen yang kuat.

Sistem imbalan dapat memotivasikan prestasi, hal ini dapat dilihat pada acuan teori pengharapan sebagai berikut :

1. Penghargaan hasil prestasi

Dalam pemikiran pekerja, setiap tingkah laku mereka akan membawa akibat, baik untuk berupa imbalan atau hukuman. Dengan kata lain individu pekerja yakin atau berharap akan memperoleh imbalan jika mereka melakukan sesuatu yang baik.

2. Daya pikat

Memberikan kesempatan promosi jabatan jika pekerja sudah mempunyai prestasi kerja yang baik.

3. Penghargaan berkenan dengan upaya dan prestasi

Individu berharap setiap perilakunya akan ikut membawa kepada keberhasilan mereka percaya bahwa mungkin saja untuk meningkatkan prestasi sampai pada tingkat tertentu jika memang mereka menginginkannya.

2.2.1. Pembayaran Upah Berdasarkan Waktu Kerja

Dalam sistem pengupahan ini, jumlah upah yang akan diterima buruh ditetapkan berdasarkan jumlah jam kerja buruh tersebut. Sistem ini tidak mempertimbangkan kuantitas hasil ataupun prestasi kerja yang telah dicapai oleh pekerja selama waktu kerja.

(24)

1. Rencana tarif harian sederhana

Adapun rumus untuk tarif harian sederhana sebagai berikut : Upah = Ta x R

Dimana : Ta = waktu kerja standar t

R = tarif upah per satuan waktu / tarif upah perjam

Berapa lama buruh dapat menyelesaikan pekerjaannya maka sebesar itulah dia dibayar. Berdasarkan model seperti itu terlihat tidak terdapatnya perangsang untuk meningkatkan prestasi kerja. Perangsang untuk mencapai produktifitas yang diinginkan biasanya lebih bersifat non financial, seperti istirahat makan atau minum.

2. Rencana tarif harian deferensial

Suatu jumlah produk telah ditetapkan sebagai standar, jika buruh tidak mampu mencapai standard tersebut maka yang dibayar adalah dengan tarif rendah, namun bagi buruh yang mencapai atau lebih dari standart tersebut maka ia akan dibayar dengan tarif tinggi. Adapun rumusnya sebagai berikut :

Upah di bawah standart = Ta x R1 Upah di atas standart = Ta x R2 Dimana : Ta = Waktu kerja standart R1 = Tarif rendah perjam

R2 = Tarif tinggi perjam Keuntungan dari rencana ini, yaitu :

- Rencana sederhana dan mudah dimengerti oleh buruh

(25)

- Sistem pembayaran tidak terlalu rumit karena hanya dua tarif yaitu tarif rendah dan tarif tinggi

Kelemahan dari rencana ini dimana sukar untuk mencapai efisiensi yang tinggi dan biasanya produktivitas buruh sama atau sedikit di atas standart.

2.2.2. Metode Pemberian Upah Perangsang Berdasarkan jumlah produksi

Berbagai macam bentuk dan pengembangan dari rencana ini, antara lain : 1. Rencana upah insentif tarif satuan

Dasar pembayaran dari sistem tarif satuaan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Rencana tarif satuan murni

Dimana buruh dibayar berdasarkan jumlah produksi yang dihasilkan. Adapun rumus dari rencana ini adalah :

Upah = Np x Rp

Dimana : Np = jumlah produk yang dihasilkan Rp = tarif upah per satuan waktu

Dengan rencana ini maka buruh dirangsang untuk dapat menghasilkan produk sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan mutu produk.

b. Rencana tarif satuan yang dijamin

Pada rencana ini produksi di bawah standar dijamin. Buruh dibayar dengan tarif dasar menurut jam kerja, juga buruh bekerja dengan hasil yang sama atau di atas standar dibayar dengan tarif satuan.

Adapun rumusnya sebagai berikut :

(26)

Upah di atas standar = Np x Rp Dimana : Ta = waktu kerja standart

R = tarif upah perjam

Np = jumlah produk yang dihasilkan Rp = tarif satuan

Kelemahan dari rencana tarif satuan ini, yaitu :

- Tarif satuan dinyatakan dengan uang, sehingga tarif harus diubah jika terjadi perubahan tingkat upah.

- Rencana ini tidak dapat digunakan bila satu proses tergantung dari proses lainnya, karena tidak ada bekas maksimum sehingga mutu akan cenderung menurun.

Keuntungan dari tarif satuan, yaitu :

- Rencana ini sederhana dan mudah untuk diterangkan kepada pekerja. - Rencana ini adil dan dapat diterima oleh semua golongan.

- Mendatangkan keuntungan yang lebih besar karena turunnya biaya produksi.

2. Rencana tarif satuan differensial dari taylor

Dalam upah perangsang ini digunakan dua tarif upah untuk satu pekerjaan yang sama, yaitu tarif rendah dan tarif tinggi. Adapun rumusnya sebagai berikut :

Upah di bawah standar = Np x Rp1 Upah di atas standar = Np x Rp2 Dimana : Np = jumlah produk yang dihasilkan

(27)

Rp2 = tarif upah di atas atau sama dengan standar Keuntungan dari rencana tarif satuan ini adalah :

- Buruh memperoleh penghasilan yang tinggi dan ongkos satuan lebih murah.

- Penentuan tarif dilakukan berdasarkan penilaian kepuasan yang lebih teliti.

- Rencana ini mendorong buruh dan majikan untuk selalu bekerja sama dengan menghasilkan produk yang maksimal dengan kualitas yang baik.

Kelemahan dari tarif satuan ini adalah :

- Tidak memberikan kesempatan kepada buruh pemula untuk menghasilkan yang layak.

- Standart yang ditetapkan tinggi, karenanya harus didasarkan kepada penilaian yang teliti.

- Rencana ini tidak mengandung jaminan bagi buruh yang bekerja dibawah standart sehingga buruh harus bekerja keras dan ini menyebabkan buruh selalu dalam keadaan tegang.

2.2.3. Metode Pmberian Upah Berdasarkan Pembagian Bonus

Berdasarkan penentuan kerja operator, metode ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

(28)

2. Metode upah perangsang dimana dalam menentukan waktu standart dan output standart harus dilakukan pengukuran kerja secara langsung.

2.2.3.1. Metode Insentif Tanpa Pengukuran Kerja Langsung

Pada metode ini upah yang diterima pekerja tergantung dari jumlah waktu yang berhasil dihemat oleh operator persatuan produk yang dihasilkan. Lama waktu yang dihemat ditentukan dengan menghitung selisih antara standart waktu penyelesaian suatu produk dengan lama waktu sebenarnya yang dibutuhkan untuk proses produksi yang sakit diukur dengan metode time study sehingga penentuan standart waktu didapat dari hasil kerja sebelumnya.

Jenis-jenis intensiveplan didasarkan pada metode ini, adalah: 1. Metode Halsey

Pada metode ini operator menyelesaikan pekerjaan lebih lama dari standart waktu yang ditetapkan akan menerima upah yang dijamin sedangkan bagi operator yang dapat menyelesaikan bonus sesuai dengan penghematan yang dilakukan.

Formulasinya perhitungannya adalah sebagai berikut:

- Bagi operator yang tidak berhasil mencapai standart, upaya yang akan diterima adalah E = Ta x R

- Bagi operator yang mencapai atau melebihi standard waktu yang ditetapkan akan menerima upah.

E = Ta x R + 2

) (TsTa

x R

(29)

R = tarif upah perjam 2. Metode PremiRowan

Metode ini hampir sama dengan metode Halsey, dimana Rowan juga menetapkan standart tugas dari hasil kerja sebelumnya. Hanya saja bonus yang diberikan sama dengan persentase waktu yang dihemat.

Formulasi perhitungannya sebagai berikut :

- Bagi operator yang tidak berhasil mencapai standard akan menerima upah E = Ta x R

- Bagi operator yang berhasil mencapai standard akan menerima upah : E = Ta x R +

Ts Ta

Ts )

( −

x Ta x R

Dimana : E = upah

Ta = waktu actual / waktu penyelesaian Ts = waktu standart

R = tarif upah perjam

2.2.3.2. Metode Insentif Dengan Pengukuran Kerja Langsung

Metode insentif dengan menggunakan pengukuran kerja secara langsung terdiri dari :

1. Rencana Tugas dan Bonus Dari Henry Gantt (Gantt Task & Bonus Wage Plan)

(30)

melebihi standart akan diberikan tambahan upah dengan prosentase bonus sebesar 20 %.

Adapun metode perhitungan upahnya adalah sebagai berikut :

- Bagi pekerja yang menghasilkan jumlah produksi di bawah standard: R

x Ta E=

- Bagi pekerja yang menghasilkan jumlah produksi sama dengan standard:

R x Ta x P R x Ta

E= +

- Bagi pekerja yang menghasilkan jumlah produksi di atas standart: R x Ts x P R x Ta

E= +

Dimana : E = Upah

Ta = Waktu kerja standard Ts = Waktu standard R = Tarif upah per jam Keuntungan dari metode ini adalah :

- Rencana ini sederhana, adil dan dapat dimengerti oleh pekerja,

- Rencana ini dapat diterapkan pada semua jenis pekerjaan yang dapat ditentukan standartnya.

- Pekerja dapat menghitung upah ysng berhak mereka terima. Kelemahan dari metode ini adalah :

- Pada rencana ini pekerja dituntut untuk menghasilkan output sebanyak mungkin agar biaya per unit produksi menjadi rendah.

(31)

Metode upah perangsang ini menggunakan pengukuran kerja secara langsung dengan menggunakan Metode Efisiensi Emerson (Emerson Efficiency Plan). Metode ini dikembangkan oleh Harrington Emerson. Dasar penetapan besarnya insentif atau tambahan upah yang dibayarkan pada metode ini adalah efisiensi kerja seorang operator/pekerja yang diukur menurut output yang dihasilkan dibandingkan dengan standart output yang ditetapkan dan pekerja yang mendapatkan bonus adalah pekerja yang dapat mencapai 67% sampai dengan 100% atau melebihi standard. Prosentase tersebut akan bertambah dengan naiknya efesiensi pekerja sesuai dengan tabel yang disusun oleh emerson yang ditunjukkan pada tabel 2.1

Adapun metode perhitungannya adalah sebagai berikut :

§ Jika pekerja berprestasi dibawah 67% dari standard, maka : E = Ta x R

§ Jika pekerja berprestasi mencapai 67% - 100% dari standard, maka : E = Ta x R + ( P x Ta x R )

§ Jika pekerja berprestasi ( output ) mencapai diatas standard, maka : E = Ta x R + ( P x Ts x R )

Dimana :

E = upah

Ta = waktu kerja standard Ts = waktu standard R = tarif upah perjam

(32)

Os = Output standard (unit/hari) Or = Output Riil (unit/hari) Keuntungan dari metode ini adalah :

- Dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan prestasi kerja. - Dapat merangsang seluruh pekerja untuk meningkatkan produktifitas

Kerjanya dan bekerja lebih efektif. Kelemahan dari metode ini adalah :

- Metode ini memerlukan prosedur administrasi yang rumit karena dalam melakukan tabel efisiensiEmerson.

- Sulit bagi pekerja untuk menghitung sendiri upah yang berhak diterima. Tabel 2.1

Skala EfisiensiEmerson

Efisiensi dalam Bonus dalam Efisiensi dalam Bonus dalam

persen (%) (% Upah Dasar) persen (%) (% Upah Dasar)

67,00 - 71,09 0,25 89,40 - 90,49 10

71,10 - 73,09 0,5 90,50 - 91,49 11

73,10 - 75,69 1 91,50 - 92,49 12

75,70 - 78,29 2 92,50 - 93,49 13

78,30 - 80,39 3 93,50 - 94,49 14

80,40 - 82,29 4 94,50 - 95,59 15

82,30 - 83,89 5 95,50 - 96,49 16

83,90 - 85,39 6 96,50 - 97,49 17

85,40 - 86,79 7 97,50 - 98,49 18

86,80 - 88,09 8 98,50 - 99,49 19

88,10 - 89,39 9 99,50 - 100…lbh 20

2.3. Pengukuran Waktu Kerja

(33)

yang memiliki kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan memperhatikan kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, kelelahan dan keterlambatan. Banyak manfaat yang bisa diambil dari penetapan waktui baku, antara lain : (Wignjosoebroto, 1995).

1. Merencanakan sistem upah, bonus dan insentif 2. Membuat perencanaan dan penjadwalan produksi 3. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja

4. Mengestimasi biaya produksi

Pengukuran waktu kerja sebagai langkah awal di dalam menetapkan waktu baku. Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan menggunakan jam henti atau dengan sampling kerja.

Cara kedua memungkinkan pengamat untuk tidak melakukan pengamatan kerja lngsung ditempat pekerjaan tersebut dilaksanakan. Perhitungan waktu kerja dilakukan dengan membaca tabel-tabel waktu kerja yang tersedia, dengan mengetahui terlebih dahulu jalannya pekerjaan melalui elemem-elemen gerakan. Penetapan waktu baku tersebut bila dilakukan dengan menggunakan data waktu baku (standard data) dan data waktu gerakan (predetermindtimestudy).

2.3.1. Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti

Dalam tugas akhir ini pengukuran kerja dilakukan dengan jam henti dengan langkah sebagai berikut : (Wignjosoebroto, 1992).

1. Mendefinisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya

(34)

3. Mengamati, mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja

4. Membagi operasi kerja menjadi elemen-elemen kerja

5. Menetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat

6. Menetapkan rate of performance dari operator saat melakukan kerja dan mencatat waktunya

7. Menyesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance kerja

8. Menetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu longgar

2.3.2. Test Keseragaman Data

Pengujian data ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data-data tersebut seragam atau terdapat data yang menyimpang. Jika terdapat data yang menyimpang maka pengujian keseragaman data perlu dilakukan. Test keseragaman data bisa dilaksanakan secara visual atau mengumpulkan peta kontrol.

Secara visual dapat dilakukan dengan sederhana, mudah dan cepat dengan hanya sekedar data yang terkumpul dan mengidentifikasi data yang terlalu ekstrim. Data yang terlalu ekstrim inilah yang harus dibuang.

Test keseragaman data dengan mengaplikasikan peta kontrol yaitu dengan menggunakan jenis peta kontrol x dengan formulasi sebagai berikut

x

k x

BKA= + σ

x CL=

(35)

k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan k = 1, untuk tingkat keyakinan 68 %

k = 2 untuk tingkat keyakinan 95 % k = 3 untuk tingkat keyakinan 99 %

0 2 4 6 8 10 12 14 16

1 2 3 4 5

Waktu BKA CL BKB Sup grup 14,57 12,78 11,02 Peta Kontrol X

Gambar 2.1. Peta Kontrol

( sumber : Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja, Wignjosoebroto, 1992)

2.3.3. Test Kecukupan Data

Aktivitas pengukuran kerja merupakan pengambilan data waktu kerja dengan menggunakan jam henti secara berulang-ulang. Maka atas dasar ini semakin banyak data yang dilakukan akan semakin baik data yang diperoleh, semakin mendekati kebenaran.

Dalam menghitung jumlah kecukupan data dipergunakan formulasi, sebagai berikut :

N’ =

(

) ( )

2 2 2 /          

X X X s k
(36)

X = nilai pengamatan S = derajat ketelitian Dan dengan syarat N’ ≤ N

2.3.4. Penyesuaian Waktu Dengan RatingPerformance Kerja

Bagian yang penting dan sulit dalam pelaksanaan pengukuran kerja adalah kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung kecepatan, usaha tempo performance kerja semuanya akan menunjukkan kecepatan aktivitas untuk menilai untuk mengevaluasi kecepatan kerja semuanya akan menunjukkan kecepatan rating performance. Dengan melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa dinormalkan kembali.

Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan perlu dilakukan penyesuaian. Adapun factor penyesuaian ini adalah sebagai berikut : (Wignjosoebroto, 1992).

a. P > 1 atau P > 100%

Apabila operator dinyatakan terlalu cepat atau bekerja diatas kewajaran (normal).

b. P < 1 atau P < 100%

Apabila operator terlalu lambat atau bekerja dengan kecepatan di bawah kewajaran (normal).

c. P = 1 atau P = 100%

(37)

Dari metode yang ada penulis memilih cara Westinghouse karena dianggap paling efektif dalam memberikan penilaian terhadap penyesuaian yang lebih lengkap dan terinci dibandingkan dengan cara lain.

Berikut ini uraian tentang Westinghouse : 1. Keterampilan (skill)

Didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan secara psikologis. Keterampilan dapat juga menurun bila terlalu lama tidak menangani pekerjaan tersebut, atau karena sebab-sebab lain misalnya kesehatan terganggu, rasa telah yang berlebihan, pengaruh lingkungan dan sebagainya. Keterampilan di bagi 6 (enam) kelas, yaitu super, excellent, good, average, fair, poor.

2. Usaha (effort)

Usaha adalah kesungguhan kondisi fisik lingkungan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaan.

3. Kondisi Kerja (condition)

Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan kerja seperti keadaan pencahayaan. Temperatur dan kebisingan ruangan. Faktor ini disebut faktor manajemen karena pihak inilah yang dapat berwenang merubah atau memperbaikinya. Kondisi kerja dibagi 6 (enam) kelas, yaitu ideal, excellent, good, average, fair dan poor.

4. Konsistensi (consistency)

(38)

kewajaranmasalah tidak timbul, tetapi jika variabilitas tinggi maka hal ini harus diperhatikan.

Tabel 2.2. Penyesuaian Cara Westinghouse

SKILL EFFORT

Superskill A1 + 0.15 Excessive A1 + 0.13

Superskill A2 + 0.13 Excessive A2 + 0.12

Excellent B1 + 0.11 Excellent B1 + 0.10

Excellent B2 + 0.08 Excellent B2 + 0.08

Good C1 + 0.06 Good C1 + 0.05

Good C2 + 0.03 Good C2 + 0.02

Average D 0.00 Average D 0.00

Fair E1 - 0.05 Fair E1 - 0.04

Fair E2 - 0.10 Fair E2 - 0.08

Poor F1 - 0.16 Poor F2 - 0.12

Poor F2 - 0.20 Poor F2 - 0.17

CONDITION CONSISTENCY

Ideal A + 0.06 Ideal A + 0.04

Excellent B + 0.04 Excellent B + 0.03

Good C + 0.02 Good C + 0.01

Average D 0.00 Average D 0.00

Fair E - 0.03 Fair E - 0.02

Poor F - 0.07 Fair F - 0.04

(Sumber : Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja, Wignjosoebroto, 1992)

2.3.5. Penetapan Waktu Longgar

Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualitas baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal.

Tujuan dari pengukuran waktu adalah untuk menentukan waktu baku yang merupakan penyelesaian kerja. Waktu baku yang akan ditetapkan harus mencakup semua elemen-elemen kerja dan ditambah dengan kelonggaran-kelonggaran yang perlu. Dengan demikian waktu longgar dipergunakan juga untuk menghitung waktu baku dengan cara penambahan dengan waktu normal kerja.

(39)

1. Personal allowance

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relative ringan, dan waktu kerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat yang resmi, maka allowance time untuk hal tersebut bisa lebih besar dari 5 %.

2. Fatique allowance

Biasanya diberikan sebagai jam istirahat,biasanya antara 5-15 menit. 3 Delay allowance

Diberikan untuk hal-hal yang tidak dapat berupa kerusakan pada peralatan produksi atau berhentinya proses produksi karena listrik mati.

2.3.6. Penetapan Waktu Baku

Waktu baku adalah waktu untuk siklus dari suatu operasi dengan metode yang dianjurkan setelah ditambah penyesuaian yang tepat dan kelonggaran untuk kebutuhan rasa lelah dan delay yang masih dalam batas control operasi.

Waktu baku sama dengan waktu standard, dimana dalam penelitian ini waktu baku suatu proses kerja ditetapkan dengan stopwatch time study, yaitu penyelidikan yang dilakukan secara langsung dan berulang kali, dengan demikian akan dapat diketahui bagaimana sistem kerja karyawan tersebut terhadap pemanfaatan waktu kerja yang tersedia dan jumlah produksi dari hasil yang dikerjakan. Tahapan untuk memperoleh waktu baku adalah sebagai berikut :

(40)

Tabel 2.3. Data Hasil Pengukuran Sub

Gruop

Waktu pengamatan Rata-rata sub group

Jumlah sub group

Jumlah Xij2 1 X11, X12, X13 …. X1n X 1n

X1n

X 1n²

2 X21, X22, X23 …. X2n X 2n

X2n

X 2n²

…. …. …. ….

…. …. …. ….

m Xi1, Xi2, Xi3 …. Xmn Xin

Xin

Xin²

Xij

∑ ∑

(

)

= n i ij X 1

(

)

∑ ∑

= n j ij X 1 Keterangan :

Xij = waktu pengamatanberturut-turut X ij = rata-rata waktu pengamatan

n = jumlah sub group

i = banyaknya sub group yang terbentuk 2. Uji keseragaman data

a. Menghitung rata-rata dan harga rata-rata sub group dengan :

x =

n x

b. Menghitung standard deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian

1 2 −     − =

N X X σ

c. Menghitung standard deviasi dan distribusi harga rata-rata sub group dengan :

x σ =

(41)

d. Menentukan batas kontrol atas dan batas control bawah

x

k x

BKA= + σ

x CL=

x

k x

BKB= − σ

k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan k = 1, untuk tingkat keyakinan 68 %

k = 2 untuk tingkat keyakinan 95 % k = 3 untuk tingkat keyakinan 99 % e. Uji kecukupan data

Apabila semua rata-rata sub group berada dalam batas kontrol maka semua harga yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran pengukuran yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus :

1. Tingkat Ketelitian

% 100 x x

S=σx

2. Tingkat Keyakinan CL = 100 % - S % 3. Mencari Nilai k

CL = 70,72 % → maka k didapat dari TabelAppendix, bila tidak ada pakai interpolasi.

k →

(42)

4. Nilai N’

( )

2

2 2 x x x N s k ' N           = ∑ ∑ ∑

Dimana : N = jumlah seluruh pengamatan

N’ = pengamatan teoritis yang semestinya dilakukan s = tingkat keyakinan

3. Menetapkan waktu baku

a. Hitung waktu siklus rata-rata (Ws)

Ws = N X i j

∑∑

= = 1 1 2 1 11

b. Hitung waktu normal (Wn) Wn = Ws x P

Dimana : P = faktor penyesuaian

P = 1, jika operator bekerja normal P < 1, jika operator bekerja lambat P > 1, jika oprator bekerja terlalu cepat c. Hitung waktu baku (Wb)

Wb = Wn x

allowance (%) % 100 % 100 −

(43)

4. Menghitung output standard (Os) Os =

Wb 1

2.4. Teori Motivasi

Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebsar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Dengan pengertian, bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.(Siagian, 2002).

Dari pengertian tersebut terlihat jelas, bahwa organisasi dalam hal ini adalah perusahaan akan berhasil mencapai tujuan dan berbagai sasaranya, apabila semua komponen organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal.

2.5. Pengukuran Produtifitas Kerja Manusia

Produktifitas kerja selalu dikaitkan dengan pengertian efektifitas dari efektifitas kerja. Melihat definisi secara umum dari produktifitas seringkali didefinisikan dengan efektifitas dalam arti suatu ratio antara keluaran (output) dan masukan (input) untuk lebih jelasnya formulasi umum produktifitas adalah sebagai berikut :

Produktifitas =

) (

)

(measurable input invisible input

output

+

(44)

a. Tingkat pengtahuan b. Kemampuan teknis

c. Metodologi kerja dan pengaturan organisasi d. Motivasi kerja

Dengan melihat definisi umum produktifitas diatas maka produktifitas tenaga kerja sebagai berikut :

Produktifitas tenaga kerja =

jakan dipe

yang buruh

jumlah

dihasilkan yang

output total

ker _

_ _

_ _

_

Ketentuan ini didasarkan atas besarnya output yang dihasilkan secara normal dan diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan pula. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 2 unsur yang bisa dimasukkan sebagai kriteria produktifitas kerja uji :

a. Besar/kecilnya output yang dihasilkan b. Waktu kerja yang dibutuhkan

2.6. Peneliti Terdahulu

1. Mahardika, Meutiah. Perancangan Upah Insentif Tenaga Kerja Menurut Metode Henry Gantt Dan Emerson Di UD. Abadi Stainless – Surabaya, skripsi teknik industri UPN ‘’ Veteran ‘’ JATIM, 2002.

a. Permasalahan

(45)

b. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Stasiun kerja pengukuran untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 % dan untuk emerson mengalami prosentase kenaikan sebesar 8.34 % .

Stasiun kerja pemotongan untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 % dan untuk emerson mengalami prosentase kenaikan sebesar 7.68 %.

Stasiun kerja pembentukan untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 % dan untuk emerson mengalami prosentase kenaikan sebesar 5.81 %.

Stasiun kerja pengelasan untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 % dan untuk emerson mengalami prosentase kenaikan sebesar 8.34 %.

Stasiun kerja pengecatan untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 % dan untuk emerson mengalami prosentase kenaikan sebesar 11.16 %.

(46)

a. Permasalahan

Bagaimana merancang upah insentif yang lebih baik dan seimbang sesuai dengan harapan yang dapat memotivasi pekerja untuk meningkatkan produktifitas kerjanya sehingga target dapat tercapai.

b. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Pada proses pengerjaan pipa I upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 2.978,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 900,- /hari.

Pada proses pengerjaan pipa II upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 3.030,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 600,- /hari.

Pada proses pengerjaan pipa III upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 3.008,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 750,- /hari.

Pada proses pengerjaan pipa IV upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 2.978,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 1.350,- /hari.

Pada proses pengerjaan plat upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 3.000,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 1.650,- /hari.

(47)

Pada proses pengecatan upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 2.951,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 450,- /hari. Pada proses pengovenan upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 3.000,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 750,- /hari. Pada proses finishing upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 2.966,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 900,- /hari. 3. Dito, Agustinus. Perancangan Upah Insentif Pada Karyawan Bagian Produksi

Dengan Metode Efisiensi Emerson Di PT. Mandara Adhitama Utama Box – Surabaya, skripsi teknik industri UPN ‘’ Veteran ‘’ JATIM, 2005.

a. Permasalahan

Menentukan sistem upah insentif karyawan pada bagian produksi PT. Mandara Adhitama Uutama Box.

b. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Pada proses penyablonan upah insentif yang diberikan sebesar Rp 35.400,- /hari,

pada proses pemotongan upah insentif yang diberikan sebesar Rp 34.500,- /hari,

pada proses pelipatan upah insentif yang diberikan sebesar Rp 32.400,- /hari,

pada proses pengeleman upah insentif yang diberikan sebesar Rp 33.000,- /hari,

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PR HBS JAYA yang terletak di Desa gempolsari tanggulangin Sidoarjo. Pencarian data diambil pada bagian proses produksi. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2009 sampai data telah tercukupi.

3.2. Identifikasi Variabel

Pada suatu penelitian, variabel dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh pada peristiwa yang diamati dan mempunyai variasi nilai. Jadi identifikasi variabel adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang terlibat dalam penelitian yang mempunyai variasi nilai dan besaran. Variabel penelitian ini tergantung dari objek yang diteliti, landasan teori dan metode yang dipakai dalam permasalahan yang akan diteliti ini, Variabel yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

A. Variabel Dependen (terikat) 1. Standart upah insentif

Dalam hal ini metode standard upah insentif yang digunakan adalah metode

(49)

B. Variabel Independen (bebas)

1. Waktu pengerjaan tiap elemen kerja

Waktu kerja adalah waktu yang diperlukan pekerja (operator) dalam menyelesaikan pekerjaan tiap elemen kerja.

2. Output standard

Output standard adalah jumlah output atau produk yang diperoleh dari perhitungan waktu baku atau waktu standart.

3. OutputRiil

Output Riil atau output/hari adalah jumlah output yang telah dihasilkan oleh operator dalam satu hari kerja.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Sebelum dilakukan analisa dan pembahasan pada masalah yang dihadapi, maka diperlukan pengumpulan data. Aktivitas pengumpulan data meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian yang bersumber dari perusahaan yaitu data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis langsung dari perusahaan. Untuk mendapatkan data-data yang relevan dan untuk memperkuat penulisan, maka penulis menggunakan cara :

• Penelitian Lapangan (Field Research)

(50)

yang dilakukan dan menurut sumber darimana data tersebut, penyusun menggunakan teknik antara lain :

a. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data, dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung pada obyeknya, yaitu dengan cara pengamatan visual secara langsung pada masing–masing operator selama bekerja pada tiap–tiap stasiun kerja dengan menggunakan jam henti atau stopwatch.

b. Wawancara (Interview)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung dengan karyawan perusahaan atau petugas berwenang yang berhubungan dengan penelitian. Dalam hal ini dengan cara menanyakan langsung baik kepada operator yang bersangkutan maupun kepada manajer tentang hasil–hasil yang berhubungan langsung dengan obyek yang diteliti khususnya yang terlibat langsung dengan pelaksanaan kerja sehari-hari.

b. Data Sekunder

Adalah data yang dikumpulkan dengan mencatat data-data dari dokumen (arsip) perusahaan yang berkaitan dengan obyek penelitian yang diperlukan untuk memecahkan masalah, diantaranya adalah :

Outputriil

(51)

3.4. Metode Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data sebagai berikut :

1. Menentukan target produksi perusahaan 2. Melakukan test keseragaman data.

Data waktu tiap–tiap operasi

Sub

Grup (n) Waktu ∑x x x

2

1 2 …

n

Total

Langkah–langkah dalam uji keseragaman data adalah sebagai berikut : a. Rata-Rata Dari Harga Rata-Rata Sub Grup

x =

n x

b. Standard Deviasi Sebenarnya Dari Waktu Penyelesaian

1

2

−   

 −

=

N X X σ

c. Standard Deviasi Dari Distribusi Harga Rata-Rata Sub Grup

n

x

(52)

d. BKA, CL, BKB

x

k x

BKA= + σ

x

CL=

x

k x

BKB= − σ

k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan k = 1, untuk tingkat keyakinan 68 %

k = 2 untuk tingkat keyakinan 95 % k = 3 untuk tingkat keyakinan 99 % e. Peta Kontrol X

2,5 2,55 2,6 2,65 2,7 2,75 2,8 2,85 2,9

1 2 3 4 5

Waktu BKA CL BKB

Sup grup

2,87

2,75

2,63 Peta Kontrol X

Peta Kontrol X

Gambar 3.1. Peta Kontrol x

(53)

3. Melakukan test kecukupan data. a. Tingkat Ketelitian

% 100 x x

S=σx

b. Tingkat Keyakinan CL = 100 % - S % c. Mencari Nilai k

CL = 70,72 % → maka k didapat dari TabelAppendix bila tidak ada pakai interpolasi.

k →

1 2 1 Y Y Y Y − − = 1 2 1 X X X X − −

d. Nilai N’

( )

2 2 2 '           =

x x x N s k N

Menghitung N’ untuk mengetahui apakah data itu cukup atau tidak. Apabila N’ ≤ N maka data telah mencukupi. Dan jika data belum mencukupi maka kita perlu menambah data dengan melakukan pengamatan lagi.

4. Menghitung Waktu Siklus (WS) WS = x =

n x

5. Menghitung Waktu Normal (WN)

(54)

Ketrampilan : Good (C1) = +0,03 Usaha : Average (D) = 0 Kondisi kerja : Fair (E) = -0,03 Konsistensi : Average (D) = 0 +

0 (PR) P = 1 + PR

P = 1 + 0 = 1

P > 1 maka operator bekerja lebih cepat atau bisa dianggap cukup stabil. P = 1 maka operator bekerja secara normal atau bias dianggap stabil. P < 1 maka operator bekerja lebih lambat atau bisa dianggap kurang stabil. WN = WS x P

6. Menghitung Waktu Standart atau Waktu Baku (WB)

Allowance :

Tenaga yang dikeluarkan (sangat ringan) : 6,5 %

Sikap Kerja (membungkuk) : 6,0 %

Gerakan Kerja (normal) : 0

Kelelahan Mata (pandangan yang hampir terus menerus) : 6,0 % Keadaan temperatur tempat kerja (sedang) : 8,0 %

Keadaan atmosfer (cukup) : 5,0 %

Keadaan lingkungan yang baik (sangat bising) : 5,0 % +

Allowance← 36,5 %

WB = WN x

All

% % 100

% 100

(55)

OS = WB

1

8. Perencanaaan upah insentif dengan metode upah insentif yang didasarkan pada pengukuran kerja langsung dengan metode EfisiensiEmerson dan Henry Gantt.

a. Metode penerapan upah insentif dengan metode efisiensiEmerson - Jika pekerja berprestasi dibawah 67 % dari standart, maka :

E = Ta x R

- Jika pekerja berprestasi mencapai 67 % - 100% dari standard, maka : E = Ta x R + p x Ta x R

- Jika pekerja berprestasi mencapai 100 % diatas standard, maka : E = Ta x R + P x Ts x R

Dimana : P = Bonus (%) upah dasar dengan penyesuaian tabel efisiensiEmerson. a. Metode Perancangan Upah Insentif dengan metode Henry Gantt

- upah < standard = Ta x R

- upah = standard = Ta x R + p x Ta x R - upah > standard = Ta x R + P x Ts x R Dimana :

Ta = Waktu kerja standar/jumlah jam kerja Ts = Waktu standard

R = Tarif per jam

(56)

Dilakukan analisa terhadap sistem insentif dan memilih metode yang terbaik untuk kebijakan keuangan perusahaan.

10. Kesimpulan dan Saran.

Tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan tahap yang telah dilalui. Kesimpulan harus dapat mengungkapkan hal-hal pokok yang diperoleh dari intisari penelitian. Sedangkan saran ditujukan untuk memberikan petunjuk bagi pengembangan dari penelitian sejenis yang terkait yang mungkin akan dilakukan.

(57)
(58)

Mulai

Pengumpulan Data : Proses Produksi

Data Waktu Pengamatan Dan Pengukuran Tiap Elemen Kerja. Data Tarif Upah.

(59)

A

Merencanakan upah insentif

Analisa Dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran

Selesai

B

Menghitung Waktu Normal (WN)

Menghitung Waktu Baku (WB)

Output Standart (OS)

OS < OR ?

Ya

Gambar 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah (Flow Chart)

Tidak Tidak Mendapat

Insentif

Metode Gantt Metode Emerson

Memilih Metode Yang Terbaik Allowance

Performance

(60)

Keterangan langkah – langkah pemecahan masalah : 1. Mulai

2. Survey Lapangan

Survey Lapangan merupakan langkah paling awal dalam tahap identifikasi. Pada langkah ini dilakukan survey terhadap kondisi riil sistem yang dikaji untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan permasalahan yang ingin diangkat nantinya.

3. Studi Kepustakaan

Pada langkah ini digali pemikiran teoritis yang kemudian dituangkan dalam kebutuhan riil sistem yang telah diidentifikasi pada survey lapangan. Literatur bersumber dari buku, jurnal penelitian, text box dan juga dari penelitian mahasiswa sebelumnya.

4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah disusun berdasarkan latar belakang dari masalah yang ada. Kemudian ditentukan metode yang tepat dalam penyelesaian permasalahan tersebut.

5. Tujuan Penelitian

Setelah merumuskan permasalahan dan menentukan studi kasus yang diangkat dalam penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan penelitian. 6. Identifikasi Variabel

(61)

7. Pengumpulan Data

Aktivitas pengumpulan data meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian yang bersumber dari perusahaan yaitu data primer dan sekunder.

8. Target produksi perusahaan

Aktivitas pengumpulan data tentang target produksi yang telah direncanakan serta ditetapkan oleh perusahaan.

9. Output Riil

Jumlah output yang telah dihasilkan oleh operator dalam satu hari kerja. 10. Uji Keseragaman Data

Hasil pengukuran waktu kerja yang diperoleh dari setiap elemen kerja diuji keseragaman data. Apabila data berada diantara BKA dan BKB maka data dikatakan seragam. Jika sebaliknya, maka data yang tidak seragam (ekstrim) dibuang.

11. Uji Kecukupan data

Menghitung N’ untuk mengetahui apakah data itu cukup atau tidak. Apabila N’ ≤ N maka data telah mencukupi. Dan jika data belum mencukupi maka kita perlu menambah data dengan melakukan pengamatan lagi.

12. Waktu Siklus (WS)

Menghitung Waktu Siklus yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

13. Waktu Normal (WN)

(62)

14. Waktu Baku (WB)

Waktu standart adalah waktu yang dibutuhkan pekerja dengan kemampuan rata– rata untuk menyelesaikan pekerjaan secara normal dengan kelonggaran yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

15. Output Standart (OS)

Output standart adalah jumlah output atau produk yang dihasilkan oleh pekerja yang diperoleh dari perhitungan waktu baku atau waktu standart.

16. Perencanaan Upah Insentif

apabila OS > OR dilakukan perencanaaan upah insentif dengan metode upah insentif yang didasarkan pada pengukuran kerja langsung dengan metode Henry Gantt dan Efisiensi Emerson.

17. Membandingkan dua metode yang digunakan kemudian memilih metode yang terbaik diantara dua metode tersebut.

18. Analisa dan Pembahasan

Dilakukan analisa terhadap perhitungan sistem insentif. 19. Kesimpulan Saran

Tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan tahap yang telah dilalui. Kesimpulan harus dapat mengungkapkan hal-hal pokok yang diperoleh dari intisari penelitian. Sedangkan saran ditujukan untuk memberikan petunjuk bagi pengembangan dari penelitian sejenis yang terkait yang mungkin akan dilakukan.

(63)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Proses Produksi

Proses produksi rokok terdiri dari lima proses, yaitu sebagai berikut: 1. Perendaman

Sebelum mengalami pemprosesan cengkeh direndam dalam air terlebih dahulu selama 15 menit perendaman ini selain dimaksudkan untuk mempermudah perajangan juga untuk membersihkan kotoran yang ada pada cengkeh.

2. Perajangan.

Tembakau yangsudah bersih kemudian dimasukan kedalam mesin rajang sehingga di hasilkan tembakau rajang, proses serupa juga dilakukan pada cengkeh setelah di tiriskan terlebih dahulu.

3. Penjemuran.

Selanjutnya tembakau atau cengkeh rajangan dijemur dibawah panas matahari sampai kering.

4. Pencampuran

(64)

5. Penyimpanan

Campuran tembakau saos dan cengkeh di simpan dalam karung tertutup selama satu sampai dua hari agar aroma dan rasa khasnya lebih merata.

6. Penggilingan

Campuran bahan yang telah siap diproses tersebut kemudian di serahkan kebagian penggilingan dengan menggunakan mesin giling yang di gunakan secara manual.

7. Plintingan

Setelah digiling kemudian di lakukan pelintingan untuk membentuk rokok batangan dengan menggunakan alat pelinting manual

8. Pemotongan

Batang rokok hasil lintingan kemudian di rapikan dengan cara memotong pada ujung-ujung nya dengan menggunakan gunting.

9. Penyortiran

Hasil pemotongan di sortir untuk mencari rokok yang kurang rapi kemudian rokok di giling kembali

10. Pengepakan

Proses selanjutnya adalah pengepakan terhadap batang rokok yang sudah memenuhi setandar kemudian diberikan pita cukai dan selanjutnya di beri kertas kaca.

11. Pengebalan.

(65)

4.1.2. Data Waktu Pengamatan dan Pengukuran Tiap Elemen Kerja

Pengukuran waktu kerja adalah metode untuk mencapai ketepatan data yang berguna dalam perbaikan dan pengontrolan kerja melalui pengamatan waktu kerja yang dihasilkan dari tiap-tiap elemen kerja atau operasi kerja. Data waktu kerja tiap-tiap elemen kerja didapatkan melalui pengamatan secara langsung dengan menggunakan jam henti atau stopwatch.

Setelah data-data di atas tersebut diperoleh, kemudian waktu operasi tiap-tiap elemen kerja dikelompokkan seperti berikut ini :

Tabel 4.1. Data Waktu Pengamatan Proses Penimbangan Sup

grup

penimbangan detik / tampah

1 2 3 4 5

1 13,4 9,9 11,6 12,3 14 2 10,7 13,3 12,4 13,7 15,6 3 15,1 9,8 14,9 10,5 10,4 4 17,9 11,4 12,7 12,2 14,5 5 14,4 10,9 12 12,2 13,8

Ket : Satu tampah sebanyak 250 batang rokok

Tabel 4.2. Data Waktu Pengamatan Proses Pelintingan Sup

grup

Pelintingan detik / batang

1 2 3 4 5

(66)

Tabel 4.3. Data Waktu Pengamatan Proses Pengguntingan

Sup grup Pengguntingan detik / ikat

1 2 3 4 5

1 22,6 26,2 28,8 23,1 20,4 2 18,4 27,8 19,8 22,5 23 3 26 25,1 19,9 24,5 22,9 4 23,9 30 23,4 27,6 28 5 23,3 24 25 29,1 27,3

Ket : Satu ikat senilai 20 batang rokok

Tabel 4.4. Data Waktu Pengamatan Proses Penyortiran

Sup grup

Penyortiran detik / ikat

1 2 3 4 5

1 15,3 10,8 13,4 12,1 13,1 2 12 16,9 12,5 10,3 12,4 3 10,4 13,6 13,6 16,2 11,8 4 14,1 13,8 14,4 14,1 12,7 5 11,61 10,7 13,3 14,6 13,1

Ket : Satu ikat senilai 20 batang rokok

Tabel 4.5. Data Waktu Pengamatan Proses Pengepakan

Sup grup

Pengepakan detik / slop

1 2 3 4 5

1 40,3 42,2 43,1 47,7 48 2 38,4 45,4 44,9 41,3 41,9 3 44,5 49,1 45 50 44 4 48,7 47 48,2 43,1 46,3 5 39,8 44 49,1 42,2 45,7

(67)

4.1.3. Data Tarif Upah Di PR HBS JAYA

Sistem pengupahan yang dilakukan di PR HBS JAYA untuk tenaga kerja produksi rokok yaitu sistem upah harian. Pada saat ini perusahaan beroperasi dengan satu shift kerja, perusahaan menetapkan hari kerja adalah 6 hari kerja selama seminggu dan tidak bekerja pada hari libur dan hari besar. Berikut ini akan diuraikan besarnya upah dan jumlah tenaga kerja yang bersangkutan didalamnya pada elemen-elemen kerja pembuatan rokok di PR HBS JAYA Data tarif upah ditunjukkan seperti pada table 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. Data Tarif Upah dan Tenaga Kerja

No Elemen Kerja Jumlah Tenaga

Kerja (orang)

Upah Dasar (Harian)

1. Proses Penimbangan 1 Rp. 30.000 2. Proses Pelintingan 7 Rp. 30.000 3. Proses Pengguntingan 3 Rp. 30.000 4. Proses Penyortiran 5 Rp. 30.000 5. Proses Pengepakan 1 Rp. 30.000

Sumber : Data Internal PR HBS JAYA

(68)

pada elemen kerja pengepakan jumlah tenaga kerja sebanyak 1 orang, Total pekerja pada bagian tersebut adalah 17 orang. Sedangkan untuk upah dasar pada tenaga kerja produksi rokok sebesar Rp. 30.000,- per hari.

4.1.4. Data Output Riil

Dalam aktifitas pengumpulan data tentang hasil produksi yang dihasilkan dalam satu hari

yang mengambil data dari perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7. Data output riil dari perusahaan

No Operasi Kerja

Jumlah Produksi

Per hari

1 Proses Penimbangan 1360 tampah 2 Proses Pelintingan 7700 batang 3 Proses Pengguntingan 750 ikat 4 Proses Penyortiran 1500 ikat 5 Proses Pengepakan 504 ikat

Sumber : Sumber : Lampiran B (pengumpulan data)

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Uji Keseragaman Data dan Uji Kecukupan Data

(69)

Tabel 4.8. Data Waktu Perhitungan Pelintingan

Sup grup

Pelintingan detik / batang

XXX2

1 2 3 4 5

1 2,5 2,6 2,7 2,7 2,8 2,66 13,30 35,43 2 3 2,5 2,8 2,9 2,8 2,80 14,00 39,34 3 3 2,7 2,8 2,9 2,9 2,86 14,30 40,95 4 2,5 2,8 2,8 2,7 2,9 2,74 13,70 37,63 5 2,5 2,9 2,7 2,6 2,8 2,70 13,50 36,55 13,76 68,80 189,90 Sumber : Lampiran C (uji keseragaman dan kecukupan data)

4.2.2. Uji Keseragaman Data

1. Rata-Rata Dari Harga Rata-Rata Sub Grup

x =

n x ∑ = 5 76 , 13 = 2,75

2. Standart Deviasi Sebenarnya Dari Waktu Penyelesaian

σ = 1 2 −     −

N x x =

(

) (

)

(

)

1 25 75 , 2 8 , 2 ... 75 , 2 6 , 2 75 , 2 5 ,

2 2 2 2

− − + + − + −

= 0,14

3. Standart Deviasi Dari Distribusi Harga Rata-Rata Sub Grup

n x σ = σ = 5 14 , 0 = 0,06

4. BKA, CL, BKB

x

k x

(70)

x

CL= = 2,75

x

k x

BKB= − σ = 2,75 – (2 x 0,06) = 2,63

k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan k = 2 un

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1. Peta Kontrol
Tabel 2.2. Penyesuaian Cara Westinghouse
Tabel 2.3. Data Hasil Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait