6 A. Laporan Keuangan
1. Tujuan Pelaporan Keuangan
Menurut Deddi Nordiawan (2008:35) pelaporan keuangan pemerintah
seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran;
b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kas nya;
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode tertentu.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan
aktiva, kewajiban, ekuitas dana dan arus kas suatu entitas pelaporan.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam
Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah di Indonesia berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah
diatur melalui PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Komponen laporan keuangan pokok pemerintah terdiri dari : Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan
Keuangan.
2. Informasi Laporan Keuangan Pemerintah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 71 Tahun 2010, laporan
keuangan juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan
informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang
dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, seumberdaya yang dihasilkan dari
Menurut Deddy (2008:40) :
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujud nya kondisi yang ideal dalam menciptakan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan kepraktisan.
Hal-hal tersebut adalah :
a. Materialitas
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Meskipun
idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah hanya
diharuskan memuat informasi yang memenuhi criteria materialitas.
b. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan
segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dibandingkan dengan biaya
penyusunannya.
c. Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan
dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif antar
karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan
keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif
Menurut Muindro (2008:175) “karakteristik kualitatif laporan keuangan
adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi
akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya”. Keempat karakteristik berikut
ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
a. Relevan
Laporan keuangan yang relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya
dapat mempengaruhi keputusan pengguna dalam mengevaluasi masa lalu dan
memprediksi masa depan, seperti:
1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
3) Tepat waktu
4) Lengkap, disajikan mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan.
b. Andal
Informasi yang disajikan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi.
c. Dapat dibandingkan; dan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan
d. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna.
Menurut Suwardjono (2006:48) informasi akan mempunyai nilai
(kebermanfaatan keputusan) apabila informasi tersebut; (1) menambah
pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu, sekarang,
atau masa datang, (2) menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas
terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian, (3) mengubah
keputusan atau perilaku pemakai. Berdasarkan GASB (1999) dalam Concepts
Statement No. 1 informasi harus memiliki karakteristik dasar sebagai berikut:
keterpahaman (understandability), keterandalan (reliability), keberpautan
(relevance), ketepatwaktuan (timeliness), ketaatasasan (consistency), dan
keterbandingan (comparability)
Dalam buku nya yang berjudul akuntansi sektor publik : organisasi non laba
Muindro (2008:174), menyatakan bahwa terdapat beberapa kelompok utama
pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat
b. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman; dan
3. Jenis-jenis Laporan Keuangan Pemerintah
Unit-unit akuntansi instansi melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan
keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya.
Laporan Keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi
maupun entitas pelaporan. Menurut Muindro (2008:179) laporan keuangan
Kementerian Negara/Lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi tersebut
terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi mengenai realisasi
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari suatu entitas yang masing-masing
dapat diperbandingkan dengan anggaran nya dalam satu periode. Laporan
realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna
laporan tentang indikasi apakah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan
digunakan :
1. Telah dilaksanakan secara efisien, efektif dan hemat;
2. Telah sesuai dengan anggarannya;
3. Telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Ulum (2004:192) bahwa komponen yang dicakup secara
langsung oleh laporan realisasi anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja
1. Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum Negara/kas daerah yang
menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah pusat/daerah, yang tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah pusat/daerah;
2. Belanja adalah semua pengeluaran kas umum negara/kas daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh
pemerintah;
3. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar, atau akan diterima
kembali yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas
pelaporan mengenai asset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu.
Menurut Ulum (2004:213) bahwa masing-masing unsure didefinisikan
sebagai berikut:
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya
karena alasan sejarah dan budaya;
2. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesainnya diharapkan mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangk panjang. Kewajiban jangka pendek
merupakan kelompok kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu
kurang dari dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. Kewajiban jangka
panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelesaiannya baru wajib
dilakukan setelah dua belas bulan sejak tanggal pelaporan;
3. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas dana dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a) Ekuitas dana lancar, yaitu selisih antara aset lancar dan kewajiban
jangka pendek;
b) Ekuitas dana investasi, yaitu selisih antara aset non lancar dan dana
cadangan atas kewajiban jangka panjang;
c) Ekuitas dana cadangan, yaitu dana yang dicadangkan untuk tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
c. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci dan analisis
Neraca. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi
lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Menurut Ulum (2004:235) catatan atas laporan keuangan mengungkapkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi, makro
pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan;
3. Menyajikan infromasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
4. Mengungkapkan informasi yang diharuskan standar akuntansi pemerintah
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
5. Informasi yang menjelaskan pos-pos laporan keuangan sesuai dengan urut
sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
6. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Kementerian Negara/Lembaga yang menggunakan Anggaran Pembiayaan
anggarannya sendiri, juga wajib menyusun Laporan Keuangan Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan secara terpisah.
Atas Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang
dilimpahkan/dialokasikan oleh kementerian negara/lembaga kepada pemerintah
daerah, laporan keuangannya merupakan satu kesatuan/tidak terpisah dari laporan
keuangan kementerian negara/lembaga.
Untuk PNBP Khusus yang diterima melalui Rekening Bendahara Umum
Negara seperti penerimaan Minyak dan Gas Bumi (Migas) dan PNBP Migas
lainnya, PPh Migas, Pungutan ekspor dan Penerimaan Laba BUMN Perbankan
dan Non Perbankan di proses melalui SAI oleh satuan kerja tersendiri pada unit
organisasi pada Departemen Keuangan yang mengelola PNBP. Sehingga laporan
keuangannya merupakan satu kesatuan dengan laporan keuangan Kementerian
Keuangan.
Data akuntansi dan laporan keuangan secara berkala disampaikan kepada
unit akuntansi di atasnya. Data akuntansi dan laporan keuangan dimaksud
dihasilkan oleh sistem akuntansi keuangan (SAK) dan sistem informasi
manajemen dan akuntansi barang milik negara (SIMAK-BMN) yang dikompilasi.
B. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Dalam buku nya yang berjudul akuntansi sektor public, Deddi (2008:23)
untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan keuangan,
akuntansi dan audit di pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah di Republik Indonesia, diperlukan sebuah standar akuntansi pemerintahan
Komite SAP adalah sebuah cerita panjang seiring dengan perjalanan
reformasi keuangan di Indonesia. Kebutuhan standard an pembentukan komite
penyusunannya mulai muncul ketika desakan untuk penerapan IPSAS semakin
kuat. Diawali dengan pembentukan Kompartemen Akuntan Sektor Publik di IAI
pada tanggal 8 Mei 2000. Salah satu program nya adalah penyusunan standar
akuntansi keuangan untuk berbagai unit kerja pemerintahan. Keprihatinan akan
situasi proses pelaporan keuangan sektor public dijadikan satu-satunya alasan bagi
peluncuran program pengembangan standar akuntansi.
Dari proses tersebut dihasilkanlah Exposure Draft Standar Akuntansi Sektor
Publik yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Sektor Publik – Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI). Ada enam exposure draft yang dikeluarkan :
1. Penyajian Laporan Keuangan;
2. Laporan Arus Kas;
3. Koreksi Surplus Defisit, Kesalahan Fundamental dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi;
4. Dampak Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Luar Negeri;
5. Kos Pinjaman;
6. Laporan Keuangan Konsolidasi dan Entitas Kendalian.
Publikasi tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah untuk segera bergerak
cepat mengeluarkan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sampai kemudian, sebelum
Undang-undang tentang Keuangan Negara ditetapkan, Menteri Keuangan RI telah
menetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 308/KMK.012/2002 Tanggal
Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor: 379/KMK.012/2004 Tanggal 6 Agustus 2004. Komite
ini bekerja dengan melibatkan banyak unsur yang secara formal dinyatakan terdiri
atas unsure Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri dan IAI.
Selanjutnya dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004,
penetapan Komite SAP dilakukan dengan Keputusan Presiden (Keppres) telah
diterbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2004
tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan pada tanggal 5 Oktober 2004,
yang telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2005 Tanggal 5 Januari 2005.
KSAP bertugas mempersiapkan penyusunan konsep Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai
prinsip-prinsip akuntansi yang wajib diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) diterapkan di lingkup pemerintahan,
baik di pemerintah pusat dan departemen-departemennya maupun di pemerintah
daerah dan dinas-dinasnya. Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada
peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Ini
berarti informasi keuangan pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan
keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi serta akuntabilitas.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ini terdiri atas sebuah kerangka
konseptual dan 11 pernyataan, yaitu :
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran
PSAP 03 Laporan Arus Kas
PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 05 Akuntansi Persediaan
PSAP 06 Akuntansi Investasi
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa
Luar Biasa
PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
C. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
1. Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Pengertian Akuntansi Pemerintahan menurut Bachtiar (2002:3) adalah
“Aktivitas pemeberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi
keuangan pemerintah serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut”.
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Departemen Keuangan telah membuat modul Sistem Akuntansi
Instansi yang berisi antara lain seperti disebutkan dibawah ini:
“Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menyatakan bahwa agar informasi yang
transparansi dan akuntabiltas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan
Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga”
Muindro (2008:120) Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yang selanjutnya
disebut SAPP, adalah “serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat”.
2. Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Dalam buku nya Akuntansi Sektor Publik: organisai non laba, Muindro
(2008:117) menyatakan SAPP berlaku untuk seluruh unit organisasi pada
Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan yang dananya bersumber
dari APBN serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
Organisasi Pemerintah tersebut terdiri dari entitas akuntansi Pemerintah,
secara garis besar terdiri atas:
a. Lembaga Tertinggi Negara;
b. Lembaga Tinggi Negara;
c. Pemerintah Pusat;
d. Departemen/lembaga;
e. Bagian Anggaran 16.
Tidak termasuk dalam ruang lingkup SAPP adalah:
b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari:
1) Perusahaan Perseroan;
2) Perusahaan Umum.
c. Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah
3. Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Muindro (2008:120) Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP)
bertujuan untuk:
a. Menjaga asset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,
pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standard dan praktek akuntansi yang diterima secara umum;
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan
terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu
instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara
efisien dan efektif.
4. Ciri-ciri Pokok SAPP
a. Basis Akuntansi
Cash toward Accrual, basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk
pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.
b. Sistem Pembukuan Berpasangan
Sistem pembukuan berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntansi
yaitu: Aset = Kewajian + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan
mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait.
c. Dana Tunggal
Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan
operasional.Dana tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan
Belanja Pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal.
d. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara
berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di
daerah.
e. Bagan Akun Standar
SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.
f. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Akuntansi Pemerintahan (SAP)
pengungkapan terhadap transaksi keuangan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, akuntansi dan pelaporan
keuangan.
5. Kerangka Umum SAPP
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) merupakan sistem yang
digunakan untuk menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. SAPP
terdiri dari Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN) yang
dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sitem Akuntansi Instansi (SAI)
yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga. Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP) dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Umum SAPP (No.171/PMK.05/2007) SAPP DJKN SA-BUN SA-BSBL SA-BL SA-TK SA-TD SA-PP SA-IP SA-UPAH SiAP SIMAK-BMN SAK SAI SAU SAKUN
a. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara;
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dilaksanakan oleh
Kementerian Keuangan selaku BUN dan Pengguna Anggaran Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP). SA-BUN terdiri dari
beberapa sub sistem, yaitu:
1) Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) terdiri dari:
a) Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN);
b) Sistem Akuntansi Umum (SAU).
2) Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H);
3) Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP);
4) Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP);
5) Sistem Akuntansi Transfer Daerah (SA-TD);
6) Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA-BSBL);
7) Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL);
8) Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK);
Dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan BUN, pengolahan data
dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN yang terdiri dari:
1) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa
Bendahara Umum Negara Daerah (UAKBUN-D KPPN);
2) Kantor Wilayah DJPBN selaku Unit Akuntansi Kuasa Koordinator
Bendahara Umum Negara Kantor Wilayah (UAKKBUN-KANWIL);
3) Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa
4) Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku Unit Akuntansi
Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN) dan Unit Akuntansi
Bendahara Umum Negara (UABUN);
5) Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman selaku Unit Akuntansi
Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
6) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
7) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
8) Direktorat Jenderal Anggaran selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara
Umum Negara (UAPBUN);
9) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Unit Akuntansi
Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
10) Badan Lainnya selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum
Negara (UAPBUN).
b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian
Negara/Lembaga, yang memproses data untuk menghasilkan Laporan
Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
Dalam pelaksanaan SAI, Kementerian Negara/Lembaga membentuk unit
akuntansi keuangan dan unit akuntansi barang.
Unit akuntansi keuangan terdiri dari:
2) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Eselon I (UAPPA-E1);
3) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah (UAPPA-W);
4) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).
Unit Akuntansi barang terdiri dari:
1) Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB);
2) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon 1 (UAPPB-E1);
3) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Wilayah (UAPPB-W);
4) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).
D. Sistem Akuntansi Instansi
1. Pengertian Sistem Akuntansi Instansi
Dalam bukunya Gade (2002:115) menjelaskan Sistem Akuntansi Instansi
sebagai berikut:
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) merupakan sistem akuntansi yang
menghasilkan laporan keuangan Instansi. Untuk melaksanakan sistem
tersebut, instansi membentuk unit-unit akuntansi sesuai dengan hierarki
organisasi.Unit-unit akuntansi ini melaksanakan fungsi akuntansi dan
pelaporan transaksi keuangan instansi.
Sistem Akuntansi Instansi dilaksanakan untuk menghasilkan laporan
keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dan laporan BMN
sebagai pertanggungjawaban penatusahaan BMN. Sistem akuntansi instansi
berlaku untuk seluruh unit organisasi Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada
Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas
Gambar 2.2
Kerangka Umum SAI (No.171/PMK.05/2007)
Sistem Akuntansi Instansi dilaksanakan oleh Kementerian negara/Lembaga
dengan memproses transaksi keuangan yang meliputi arus uang maupun barang.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
SAK terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
(SA-UAKPA);
b. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran
Wilayah (SA-UAPPA-W);
c. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon
I (SA-UAPPA-E1); dan
d. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (SA-UAPA).
SIMAK-BMN terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang
(SAUAKPB);
b. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah
(SA-UAPPB-W);
c. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I
(SA-UAPPB-E1); dan
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi BMN (SIMAK-BMN)
d. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pengguna Barang (SA-UAPB).
Disamping mempertanggungjawabkan penggunaan dana/barang berada
dalam tanggungjawabnya, Menteri/Pimpinan Lembaga juga melaporkan
penggunaan Dana Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan.Dana Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan merupakan bagian dari anggaran Kementerian
Negara/Lembaga yang dialokasi kepada daerah dan/atau desa. Gubernur, Bupati
atau Walikota mengusulkan daftar SKPD yang akan mendapatkan alokasi dana
dekonsentrasi maupun tugas pembantuan kepada Kementerian Negara/Lembaga,
untuk ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang.
SKPD merupakan KPA/KPB mempertangngungjawabkan pelaksanaan dana
dekonsentrasi kepada Kementerian Negara/Lembaga melalui Gubernur/Kepala
Daerah. Pertanggungjawaban pelaksanaan Dana Dekonsentrasi maupun Tugas
Pembantuan dilakukan terpisah dari pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
SAK dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga. Berdasarkan PMK
Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Perdirjen Nomor Per 55/PB/2012 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dinyatakan bahwa
dalam pelaksanaan SAK Kementerian Negara/Lembaga membentuk dan
menunjuk unit akuntansi keuangan dan unit akuntansi barang milik negara di
dalam organisasinya.
Dengan adanya pembentukan dan penunjukan unit akuntansi keuangan
maupun unit akuntansi barang pada Kementerian Negara/Lembaga, maka
Negara/lembaga perlu ditetapkan kementerian Negara/lembaga itu tersendiri.
Berikut diilustrasikan hubungan antara unit akuntansi yang ada pada struktur
organisasi kementerian Negara/lembaga. Pembentukan struktur organisasi unit
akuntansi disesuaikan dengan struktur organisasi pada kementerian
Negara/lembaga.
Gambar 2.3
Struktur Organisasi Unit Akuntansi Tingkat Satuan Kerja (PER.55/PB/2012)
Keterangan :
Penanggung Jawab
Petugas Akuntansi Keuangan
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama.
KEPALA SATUAN KERJA/ KEPALA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)
KASUBAG TU/PEJABAT YANG MENANGANI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK PETUGAS AKUNTANSI/ VERIFIKASI PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER
Tugas pokok penanggung jawab UAKPA Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama adalah menyelenggarakan akuntansi Keuangan di
Iingkungan satuan kerja, dengan fungsi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan akuntansi keuangan,
2. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala,
3. Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, UAKPA Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama melaksanakan kegiatan sebagaimana uraian di
bawah ini.
Penanggung jawab UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan
Bersama Kepala SKPD, Kepala Subbagian TU/pejabat yang menangani
keuangan/verifikasi dan akuntansi/pejabat yang ditunjuk melaksanakan kegiatan
sebagai berikut:
1. Menyiapkan rencana dan jadual pelaksanaan sistem akuntansi keuangan
berdasarkan target yang telah ditetapkan;
2. Menunjuk dan menetapkan organisasi UAKPA sebagai pelaksana sistem
akuntansi keuangan di lingkungannya;
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan;
4. Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja petugas pelaksana sistem
akuntansi keuangan;
5. Menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat untuk pihak luar
6. Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara laporan barang
dengan laporan keuangan;
7. Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN;
8. Menelaah Laporan Keuangan UAKPA Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama;
9. Meneliti dan menganalisis laporan keuangan yang akan didistribusikan;
10. Menandatangani Laporan Keuangan UAKPA Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama;
11. Menyampaikan Laporan Keuangan UAKPA Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama yang sudah ditandatangani dan ADK ke KPPN,
W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama dan
UAPPA-E1.
Pejabat Eselon IV/Kepala Subbagian/Kepala Seksi yang membidangi
Keuangan verifikasi dan akuntansi/pejabat yang ditunjuk melaksanakan kegiatan
sebagai berikut:
1. Melaksanakan sistem akuntansi keuangan berdasarkan target yang telah
ditetapkan;
2. Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja para pajaba/petugas yang terlibat
sistem akuntansi keuangan;
3. Melakukan pembinaan dan monitoring pelaksanaan sistem akuntansi
keuangan di Iingkup UAPPA-W Oekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan
4. Menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat untuk pihak luar
sehubungan dengan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan;
5. Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara laporan barang
dengan laporan keuangan;
6. Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan;
7. Meneliti dan menganalisis Laporan Keuangan UAPPA-W
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama yang akan
didistribusikan;
8. Menyampaikan Laporan Keuangan UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama yang telah ditandatangani oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dan ADK ke Kementerian Negara/Lembaga.
Petugas Akuntansi Keuangan, Petugas akuntansi pada tingkat UAKPA
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama yang terdiri dari Petugas
Administrasi dan Petugas Verifikasi melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. Memelihara OSdan dokumen akuntansi;
2. Membukukan/menginput OS ke dalam aplikasi sistem akuntansi keuangan;
3. Menerima data BMN dari petugas akuntansi barang;
4. Melakukan verifikasi atas register transaksi yang dihasilkan aplikasi sistem
akuntansi keuangan dengan OS;
5. Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan laporan
6. Melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan serta melakukan koreksi
apabila ditemukan kesalahan;
7. Menyiapkan konsep Pertanyaan Tanggung Jawab;
8. Melakukan analisis untuk membuat Catatan Atas Laporan Keuangan;
9. Menyusun laporan keuangan tingkat UAKPA Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama;
10. Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan tingkat UAKPA
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama;
11. Menyimpan arsip data dan melakukan proses tutup buku setiap akhir tahun
anggaran.
2. Sanksi Keterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan Tingkat UAKPA
Setiap Kuasa Pengguna Anggaran wajib menyampaikan Laporan Keuangan
kepada KPPN sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Apabila Kuasa
Pengguna Anggaran tidak menyampaikan Laporan Keuangan tersebut, KPPN
dapat menunda penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas Surat
Perintah Membayar (SPM) yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran.
Penundaan penerbitan SP2D dikecualikan terhadap SPM Belanja Pegawai,
SPM-LS, dan SPM Pengembalian (SPM-IB, SPM-KP, SPM-KC). Penundaan
penerbitan SP2D juga tidak menggugurkan kewajiban satuan kerja/kuasa
pengguna anggaran untuk menyampaikan laporan keuangan. Pemberian sanksi
didasarkan pada penerbitan Surat Peringatan atas keterlambatan penyampaian
Prosedur Surat Peringatan :
1. Laporan keuangan bulanan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
(UAKPA) harus diterima di KPPN selambat-lambatnya pada tanggal 7 (tujuh)
bulan berikutnya.
2. Jika sampai tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya belum diterima oleh KPPN,
maka KPPN akan menerbitkan Surat Peringatan atas keterlambatan
penyampaian laporan keuangan tersebut.
3. Dan jika sampai 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan Surat Peringatan, satuan
kerja tidak mengirimkan laporan keuangan bulanan maka KPPN akan
memberikan sanksi berupa pengembalian SPM yang diajukan oleh Satker.
4. Sanksi pada point ke-3 tidak berlaku untuk SPM Belanja Pegawai, SPM LS,
dan SPM Kembali.
Dispensasi waktu penyampaian laporan keuangan dalam rangka rekonsiliasi
dapat diberikan kepada UAKPA atas ijin Kepala Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan dengan pertimbangan letak geografis dan kondisi tertentu.
E. Peraturan dan Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 8
menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal,
Menteri Keuangan mempunyai tugas antara lain menyusun laporan keuangan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30
ayat (2) menyatakan bahwa Presiden menyampaikan rancangan undang-undang
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan
keuangan yang meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan
perusahaan negara dan badan lainnya.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal
7 ayat (2) menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
berwenang menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55
ayat (1) menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam
rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, menyatakan bahwa agar informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip
transparansi dan akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP) yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
2. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
Dalam pelaksanaan anggaran, setiap Kementerian Negara/Lembaga selaku
yang meliputi transaksi pendapatan, belanja, aset, utang, dan ekuitas dana, yang
berada dalam tanggung jawabnya. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara berwenang menetapkan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Negara.
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas
Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan
oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Entitas pelaporan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan
menyampaikannya kepada Menteri Keuangan. Entitas akuntansi wajib
menyampaikan laporan keuangan selaku kuasa pengguna anggaran/barang secara
periodik dan berjenjang kepada entitas pelaporan. Kementerian Negara/Lembaga
membentuk struktur organisasi akuntansi dan menyusun laporan keuangan
menurut tata cara sebagaimana tercantum dalam Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
Penyampaian Laporan Keuangan Semesteran dan Tahunan Tingkat Satuan
Kerja (Satker) diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Disertai dengan Pernyataan Tanggung Jawab yang ditandatangani oleh Kepala
b. Laporan keuangan wajib disampaikan kepada UAPPA-W atau UAPPA-E1 dan
KPPN.
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga semesteran dan tahunan
wajib direviu oleh aparat pengawas intern Kementerian Negara/Lembaga sebelum
disampaikan kepada Menteri Keuangan. Penyajian laporan keuangan dilakukan
pada setiap tingkat unit akuntansi secara berjenjang dari tingkat UAKPA sampai
dengan tingkat UAPA.
a. Jenis dan Periode Pelaporan
Jenis dan periode laporan tingkat UAKPA ke KPPN, yang harus disampaikan
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jenis dan Periode Pelaporan tingkat UAKPA
No. Jenis Laporan/ ADK
Periode Pelaporan
Bulanan Triwulan Semesteran Tahunan
1 LRA X X X
2 Neraca X X X
3 CaLK X X
4 ADK X
Sumber : PER.55/PB/2012
LRA yang disampaikan kepada KPPN dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan
terdiri dari LRA Belanja format DIPA, LRA Pengembalian Belanja, LRA
Pendapatan dan Hibah dan LRA Pengembalian Pendapatan dan Hibah dan
disampaikan pada saat rekonsiliasi.
1) Laporan Realisasi Anggaran Semester I
a) LRA Kementerian Negara/Lembaga Semester I disusun berdasarkan
hasil penggabungan LRA UAPPA-E1 Semester Iingkup Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
b) LRA UAPPA-E1 Semester I disusun berdasarkan hasil penggabungan
LRA Semester I UAKPA di bawah eselon I, LRA Semester I UAKPA
dengan pola pengelolaan keuangan BLU, LRA Semester I
UAPPA-W, dan LRA Semester I UAPPA-W DekonsentarasifTugas
Pembantuan/Urusan Bersama Semester I.
c) LRA UAPPA-W Semester I disusun berdasarkan hasil penggabungan
LRA UAKPA Semester llingkup wilayah yang bersangkutan.
d) LRA UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester I
disusun berdasarkan hasil penggabungan LRA UAKPA
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama Semester lingkup
wilayah yang bersangkutan.
2) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tahunan
a) LRA Tahunan Kementerian Negara/Lembaga disusun berdasarkan
hasil penggabungan LRA UAPPA-E1 Tahunan lingkup Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
b) LRA Tahunan UAPPA-E1 disusun berdasarkan hasil penggabungan
LRA Tahunan UAKPA di bawah eselon I, LRA Tahunan UAKPA
dan LRA Tahunan UAPPA-W Dekonsentarasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama.
c) LRA UAPPA-W Tahunan disusun berdasarkan hasil penggabungan
LRA Tahunan UAKPA Iingkup wilayah yang bersangkutan.
d) LRA Tahunan UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan disusun
berdasarkan hasil penggabungan LRA Tahunan UAKPA
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama Iingkup wilayah
yang bersangkutan.
3) Neraca per 30 Juni 2XX1
a) Neraca Kementerian Negara/Lembaga per 30 Juni 2XX1 berdasarkan
hasil penggabungan neraca UAPPA-E1 per 30 Juni.
b) Neraca UAPPA-E1 per 30 Juni 2XX1 disusun berdasarkan hasil
penggabungan neraca UAKPA di bawah eselon I, LRA UAKPA
dengan pola pengelolaan keuangan BLU, Neraca UAPPA-W, dan
neraca UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama
per 30 Juni.
c) Neraca UAPPA-W per 30 Juni 2XX1 disusun berdasarkan hasil
penggabungan neraca UAKPA per 30 Juni.
d) Neraca UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan
Bersama per 30 Juni 2XX1 disusun berdasarkan hasil penggabungan
neraca UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama
4) Neraca per 31 Desember 2XX1
a) Neraca Kementerian Negara/Lembaga per 31 Desember 2XX1
disusun berdasarkan hasil penggabungan neraca UAPPA-E1 per 31
Desember.
b) Neraca UAPPA-E1 per 31 Desember 2XX1 disusun berdasarkan hasil
penggabungan Neraca UAKPA di bawah eselon I, LRA UAKPA
dengan pola pengelolaan keuangan BLU, Neraca UAPPA-W, dan
neraca UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama
per 31 Desember.
c) Neraca UAPPA-W per 31 Desember 2XX1 disusun berdasarkan hasil
penggabungan Neraca UAKPA per 31 Desember.
d) Neraca UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan
Bersama per 31 Desember 2XX1 disusun berdasarkan hasH
penggabungan Neraca UAKPA Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/Urusan Bersama per 31 Desember.
c. Perekaman, Verifikasi dan Rekonsiliasi
Perekaman dokumen sumber Tingkat Satuan Kerja (UAKPA)/UAKPA
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama berupa:
a) Dokumen Estimasi Pendapatan yang Dialokasikan;
b) Dokumen penerimaan anggaran;
c) Dokumen pelaksanaan anggaran;
d) Dokumen pengeluaran anggaran;
d. Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga disampaikan kepada
Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Untuk LRA Triwulan I dan Neraca per 31 Maret, disampaikan
selambat-lambatnya pada tanggal 9 Mei tahun anggaran berjalan;
b) Untuk LRA Semester I, Neraca per 30 Juni, dan Catatan atas Laporan
Keuangan, disampaikan selambat-Iambatnya pad a tanggal 26 Juli
tahun anggaran berjalan;
c) Untuk LRA Triwulan III dan Neraca per 30 September, disampaikan
pada selambat-Iambatnya tanggal 9 November tahun anggaran
berjalan;
d) Untuk Laporan Keuangan Tahunan Unaudited disampaikan
selambat-Iambatnya pada tanggal terakhir di bulan Februari setelah tahun
anggaran berakhir sedangkan Laporan Keuangan Tahunan Asersi
Final akan ditentukan waktunya sesuai dengan kesepakatan antara
Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Untuk memenuhi target penyampaian laporan keuangan di atas,
disampaikan jadual pengiriman laporan dari tingkat satuan kerja (UAKPA)
sampai dengan tingkat Kementerian Negara/Lembaga (UAPA).
e. Lain-lain Pendukung Laporan Keuangan
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk kelengkapan pengungkapan (full
a) Kementerian Negara/Lembaga yang menggunakan Anggaran BUN
disamping menyampaikan laporan keuangan bagian anggarannya, juga
menyampaikan laporan keuangan Bagian Anggaran BUN yang
digunakan, kepada Menteri Keuangan c.q. Unit Akuntansi Pembantu
BUN.
b) Kementerian Negara/Lembaga yang memiliki satker BLU harus
melampirkan Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) yang
disajikan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.
c) Kementerian Negara/Lembaga menyampaikan Laporan Keuangan
kepada Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan
sebanyak 3 (tiga) set disertai ADK dan softcopy laporan keuangan.
f. Sistematika Isi Laporan Keuangan
Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Kementerian Negara/Lembaga
disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat:
A. Penjelasan Umum
A.1. Dasar Hukum
A.2. Kebijakan Teknis
A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
A.4. Kebijakan Akuntansi
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
D. Pengungkapan Penting Lainnya
F. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif dan professional berdasarkan standar
pemeriksaan untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi seluruh unsure keuangan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Kuangan Negara. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan
public berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut
wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.
Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan atas
laporan keuangan. Kedua, pemeriksaan kinerja, yaitu pemeriksaan atas
pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan
efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Ketiga, yaitu pemeriksaan dengan
tujuan tertentu. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dilaksanakan berdasarkan
standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK setelah berkonsultasi dengan
Pemeriksan menyusun laporan hasil pemeriksaan setelah pemeriksaan
selesai. Dilakukan. Jika diperlukan, pemeriksa dapat menyusun laporan intern
pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
memuat opini. Laporan hasil pemeriksaan atas kinerja memuat temuan,
kesimpulan dan rekomendasi. Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu
memuat kesimpulan.
Sejauh ini, audit kinerja terhadap lembaga-lembaga pemerintahan di
Indonesia dilakukan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan yang
dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan tahun 1995. Standar Audit
Pemerintahan merupakan buku standar untuk melakukan audit atas semua
kegiatan pemerintah yang meliputi pelaksanaan APBN, APBD, pelaksanaan
anggaran tahunan BUMN dan BUMD serta yayasan yang didirikan oleh
Pemerintah, BUMN dan BUMD.
Dalam buku nya yang berjudul akuntansi sektor publik, Mardiasmo
(2009:187) standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja terhadap
lembaga pemerintah sesuai dengan Standar Audit Pemerintahan adalah sebagai
berikut:
1. Standar Umum
a. Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif
memiliki kecakapan professional yang memadai untuk tugas yang
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit,
organisasi/lembaga audit dan auditor, baik pemerintah maupun akuntan
public harus independen;
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran professionalnya secara cermat dan seksama;
d. Setiap organisasi/lembaga audit yang melaksanakan audit yang
berdasarkan SAP ini harus memiliki sistem pengendalian intern yang
memadai dan sistem tersebut harus di review pihak lain yang kompeten.
2. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja
a. Perencanaan, pekerjaan harus direncanakan secara memadai;
b. Supervisi, staf harus diawasi (supervise) dengan baik;
c. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
d. Pengendalian Manajemen
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
a. Bentuk, auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat
mengkomunikasikan hasil setiap audit.
b. Ketepatan waktu, auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan
untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan secara tepat waktu
oleh manajemen dan pihk lain yang berkepentingan.
c. Isi laporan, mencakup tujuan lingkup dan metodologi audit, hasil audit,
rekomendasi, pernyataan standar audit, kepatuhan terhadap
d. Penyajian laporan, laporan harus lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan
serta jelas dan ringkas sepanjang hal ini dimungkinkan.
e. Distribusi laporan, laporan tertulis audit diserahkan oleh
organisasi/lembaga audit kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi
pihak yang diaudit, pihak yang meminta audit, dan yang mempunyai
tanggung jawab atas pengawasan seacara hokum dan pihak lain yang
diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk menerima lporan