• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tokoh Guillaume Dalam Le Sagouin karya François Mauriac SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tokoh Guillaume Dalam Le Sagouin karya François Mauriac SKRIPSI"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tokoh Guillaume Dalam Le Sagouin karya François Mauriac

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

Muh Sapeotra Alamsyah F31111272

DEPARTEMEN SASTRA PRANCIS FAKUTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

(2)

2

(3)

3

(4)

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahamat, dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “tokoh Guillaume dalam roman Le Sagouin karya François Mauriac” dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Mama dan Papa terima kasih telah memberikan dukungan moril baik materi dan non materi yang diberikan untuk Penulis. Terima kasih atas semangat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan selalu mengingatkan shalat lima waktu kepada penulis.

2. Prof. Dr. Soemarwati K.Poi., M.litt selaku pembimbing I dan Dr. Muhammad hasyim, M.si selaku pembimbing II terima kasih atas kesabaran, dukungan, waktu, dan kepercayaan yang kaian berikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Wahyuddin, S.S., M.Hum selaku Penasehat Akademik selama 4 setengah bulan dan Dr. Mardi adi Armin, M.Hum Penasehat Akademik selama 1 tahun yang teah memberi dukungan moril dan perhatian kepada penulis selama ini.

4. Seluruh dosen dan staff Jurusan Sastra Prancis dan Fakutas Ilmu Budaya.

Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang berharga diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

(5)

5 5. Terima kasih untuk kakak dan adik-adik HIMPRA KMFIB-UH dan Komunitas Musik CARITAS KMFIB-UH atas dukungan semangat yang diberikan kepada penulis selama berkuliah di Universitas Hasanuddin.

6. Terima kasih kepada VERSAILLE: Achmad Fadhil S.S selaku ketua angkatan Versaille 2011 memberikan support dan perhatian kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini, dan banyolan yang kadang-kadang garing sekali kayak kerupuk mole hahaha…. Kerja mko itu cepat, Rachmat S Samosir S.S yang telah memberikan support kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, Rini Astuti S.S yang sudah di China impiannya sudah tercapai dari kuliah hahaha… mau sekali kodong pergi cina dan sekolah disana GOOD LUCK, Sitti Fathima Sarro S.S orang yang paling pintar dan mulutnya yag tidak bisa direm, yang sudah di terima di IFI (Institute français D’indonesie) Surabaya, lulus ma’ coyy, Yayuk Larasari S.S orang yang paling aktif di semua lini kehidupan hahaha…. Yang sering membuat lelucon paling kocak dan membuat perut sakit thank you sudah membantu penulis, Yusnaeni S.S yang paling timide syahh… alias paling pendiam dan tidak suka di foto hahaha… LULUS MA’ NENY, Sitti Mutmainna S.S orang yang paling besar di angkatan 2011 dan suka makan hahaha… nassami (^_^) lulus ma’

Cimoet, Diza Juanita S.S orang paling cantik di angkatan sebenarnya bukan ji dia yang cantik hahaha… Lulus ma Diza yeaayyy, Linn Lucianna Marumbo S.S lulus ma nah linn mau ko apa ? btw bagaimana hubunganmu sama Troy ? mudah-mudahan sampai menikah,, tawwa dilamar di Condotel

(6)

6 pas selesai yudisium ckckckc…, Anissa Fiqiami S.S tawwa sudah mi kerja hahaha… semoga jadi pengusaha sukses, Mutmainna S.S wee… lulus ma’, mau ka’ ujian pergi mko di Jakarta kencang memang hahaha… hapus-hapus sedikit alismu kayak ko b**** mangkal wee…, Nirwana S.S orang yang paling rajin kerja tugas, sabar ko Wana pasti bagus jko penempatanmu di OPPO hahaha…., Andi Syahriani S.S semoga sukses jadi pebisnis online shop (^_^), Indira Hartantri S.S orang paling cupu tapi aneh logat makassarnya hahaha… belajar ko itu logat Makassar hahaha….,Inten Paramitha semangat ko wee pasti bisa jko itu ujian meja,Helda Paembonan S.S orang paling gilaa kurasa, paling pintar mengeluarkan jargon-jargon cabul hahaha…, Dewi Padalla S.S, tawwa di papua mi hati-hati besar ki itu disana hahaha… “besar nyamuknya, besar hutannya” pasti omes (otak mesum) yang baca ini hahaha… (^_^), Reinaldi Qino Patanduk S.S Lulus ma coyyy,, nnti pi ada uangku mau ka’ ke Bali, dan ayo deh nnti ke Singapore backpacker mki ada ji di sana hostel untuk backpacker tapi mahal ki sedikit iaa.. Rika Irsyam S.S lulus ma wee.. harus ko cari pendamping itu mau sekali ko kayaknya hahaha… Vani Faradhiba edd… Vani mi sede kuliah ko itu supaya naik ki pangkatmu di bank harus ko S1, Muh Alfian S.S halo manusia yang di penuhi bulu hahaha…. tawwa di Jogja mi, cepat-cepat ko lulus baru jadi ko dosen terus lamar mi itu nining, mau banget ki kayaknya hahaha….

(7)

7 Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk siapapun yang tertarik dengan pembahasannya di dalamnya. Saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan skripsi ini, penulis terima kasih dengan tangan terbuka. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini.

Makassar, 25 November 2016

Penulis

(8)

8

ABSTRAK

Judul dari skripsi ini adalah tokoh Guillaume dalam roman Le Sagouin karya Fran. Penulis memilih judul ini karena ingin menggambarkan tokoh Guilaume karena tokoh sentral dalam cerita dalam roman.

Data pada penelitian ini dinalisis dengan menggunakan teori tokoh, penokohan dan psikologi intelegensi, teori pertama digunakan untuk menganalisa ciri fisik, teori kedua digunakan untuk menganalisa karakter serta hubungan dengan tokoh lain, dan teori ketiga digunakan untuk menganalisa intelegensi yang dimiliki tokoh Guilaume.

Hasil penelitian ini menunjukkan Guilaume memiliki fisik seperti orang idiot, dan memiliki karakter yang penakut, namun dalam hal intelegensi tokoh Guillaume seperti anak biasa yang suka membaca

(9)

9

ABSTRAK

The title of this research is a character in the novel Guillaume Le Sagouin written by François Mauriac. The resaerch choose this title to give a description of characters Guillaume as the central figure in the story of this novel.

The data in this research were analyzed by using the theory of characters, characterizations and psychology of intelligence, the first theory used to analyze the physical characteristics, the second theory used to analyze the characters and the relationship with the other characters, and the third theory used to analyze the intelligence possessed by Guilaume as the main character.

The results of this study indicate Guilaume physically as an idiot, and has a timid character, but in terms of intelligence Guillaume described as a regular kid who likes to read

(10)

10

Le Resumé de Mémoire

Le titre de cette recherché est un personage du roman Guillaume Le Sagouin écrit par François Mauriac. Le chercheur choisit ce titre pour donner une description des personnages Guillaume comme la figure central dans l’histoire de ce roman.

Les données de cette recherché ont été analysée à l’aide de la théorie des caractères, des caractérisations et de la psychologie de l’intelligence. La première théorie utilisée pour analyser les caractéristiques physiques, la deuxième théorie utilisée pour analyser les personnages et la relation avec les autres personage, et la troisième théorie utilisée pour analyser l’intelligence possésée par Guilaume comme le personage principal.

Le ésultat de cette étude indique Guillaume physiquement comme un idiot, et a u caractère timide, mais en termes d’intelligence Guillaume décrit comme un enfant réguilie qui aime lire.

(11)

11

DAFTAR ISI

Lembar Sampul Lembar Pengesahan Lembar penerimaan Kata pengantar Abtrak

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Identifikasi Masalah……….. 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah………. 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian……… 6

G. Metode Penelitian………. 7

H. Prosedur Kerja……….. 8

I. Komposisi Bab………. 8

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori………... 10

1. Tokoh……….... 10

a. Gambaran Tokoh ………...… 11

(12)

12

b. Tindakan Tokoh……….. 12

2. Penokohan………. 14

a. Metode Langsung………... 16

b. Metode tidak Langsung……….. 18

3. Psikologi Intelegensi……….… 19

a. Pengertian Intelegensi………. 20

b. Tingkat-tingkat Intelegensi………. 20

a) Intelegensi Anak………... 20

b) Intelegensi Manusia………. 21

c. Jenis-jenis Inteegensi……….. 22

a) Intelegensi Teikat dan Bebas……… 22

b) Intelegensi Menciptakan (Kreatif) dan Meniru (Eksekutif)……. 22

d. Faktor-faktor yang menentukan Intelegensi Manusia……… 22

a) Factor Bawaan atau Keturunan……….…… 23

b) Factor Minat dan Pembawaan yang Khas……….... 23

c) Factor Kematangan.………... 23

d) Factor Pembentukan Kepribadian dan Lingkungan………. 24

e) Faktor Kebebasan………. 24

B. Tunjauan Pustaka……… 26

BAB III ANALISIS

(13)

13

A. Gambaran Tokoh Guillaume…..……… 30

1. Gambaran Fisik Tokoh Guillaume…..………...…….. 30

2. Gambaran Karakter Tokoh Guillaume………. 33

a. Anak yang tertekan………. 33

b. Cengeng……….. 35

c. Penakut………... 36

d. Senang Membaca……… 37

e. Daya Khayal Tinggi……… 40

B. Hubungan Antar Tokoh……….. 41

1. Hubungan Tokoh Guillaume dengan Paule (ibunya)………... 41

a. Kebencian yang ditujukan Paule terhadap Guillaume……… 41

b. Penyebab Paule memperlakukan terhadap Guillaume………... 46

c. Keterpaksaan………..…………. 47

d. Penurut karena Terpaksa………... 48

2. Hubungan tokoh Guillaume dengan Galéas (ayah)……….. 49

a. Kematian…….……….... 52

3. Hubungan tokoh Guillaume dengan Baronne (nenek)………. 53

4. Hubungan tokoh Guillaume dengan Fräulein………... 55

5. Hubungan tokoh Guillaume dengan Keluarga Robert Bordas…………. 58

C. Intelegensi tokoh Guilaum…...………...… 63

(14)

14 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran…...………. 65 B. Daftar Pustaka………...………... 67

(15)

15 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia dilahirkan dengan genetik yang berbeda–beda, dengan demikian membawa kemampuan berbeda pula. Selain itu, pengalaman hidup yang berbeda, memberikan pemahaman tentang alam dan masyarakat seutuhnya juga berbeda–

beda, meskipun pada lingkungan yang sama. Perbedaan secara alami pembauran dan perbedaan pengalaman menegaskan kehidupan beragam. Walaupun tidak menutup kemungkinan mempunyai ciri fisik yang sama tetapi masing-masing individu tersebut mempunyai sifat-sifat yang alamiah tersendiri, Sesuatu yang mengherankan apabila pandangan hidup, cara hidup, temperamen, sikap dan sifat pun sangat berbeda.

Karena manusia bukanlah makhluk yang dapat bertahan hidup sendiri, maka manusia secara alami adalah makhluk sosial, artinya hidup dalam satu lingkungan atau kumpulan manusia lainnya. Maka dengan sendirinya terjadi interaksi yang dipahami oleh sifat dan watak pembawaannya masing-masing individu.

Kemampuan untuk berinteraksi pada suatu kumpulan masyarakat memungkinkan terjadi perbedaan pandangan yang apabila serius menimbulkan konflik. Pengalaman manusia inilah yang oleh pengarang diangkat ke dalam cerita.

(16)

16 Dalam karya sastra manusia memainkan perannya sebagai tokoh-tokoh yang akan menjadi pemeran utama. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui peristiwa (baik aksi maupun kejadian) akan sangat menentukan kadar kemenarikan, kadar suspense, dari cerita yang dihasilkan (Nurgiantoro, 2009:122). Melalui tokoh-tokoh inilah seorang pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan segala macam persoalannya, baik konflik dengan lingkungan sosial maupun dengan dirinya sendiri. Karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki karakter atau watak yang khas, walaupun tokoh yang digambarkan adalah tokoh fiktif.

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan referensi orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pengarang, kualitas moral dan kecenderungan-kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita.

Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari–hari, selalu diperankan oleh tokoh atau pelaku–pelaku tertentu. Pelaku yang memerankan peristiwa dalam cerita fiksi dan mampu menjalin suatu cerita, disebut tokoh.

Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan (Aminuddin, 2004:79).

(17)

17 Seorang tokoh juga tidak terlepas dari perwatakan atau karakter. Karakter tokoh dalam sebuah cerita menjadi salah satu permasalahan. Tindakan tokoh dalam menghadapi sebuah permasalahan, tokoh-tokoh akan menyikapinya dengan berbeda- beda.

Watak adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki oleh manusia atau makhluk hidup lainya (http://kbbi.web.id/watak). Dengan demikian aspek tokoh dalam cerita sangat menarik untuk dikaji karena setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda – beda.

Salah satu roman yang menarik untuk dikaji dari segi tokoh dan penokohan yaitu roman Le Sagouin karya François Mauriac yang diterbitkan pada tahun 1951 oleh éditions de la Table Ronde. François Mauriac menyajikan drama sebuah keluarga yang terdiri dari Galéas de Cernes, istrinya Paule, anaknya Guillaume dan nenek Guillaume, ibu dari Galéas bernama Baronne de Cernès.

Guillaume terlahir cacat dengan mulut yang selalu mengeluarkan cairan dan yang pada dasarnya selalu terbuka atau sedikit menganga. Cacat ini tampaknya diturunkan dari ayahnya yang dilahirkan dengan bawaan yang sama dan juga hidupnya penuh dengan tekanan dan ancaman sehingga membuat dirinya menjadi anak yang berkepribadian seperti anak idiot. Pernikahan antara ibunya, Paule dengan ayahnya Galéas, merupakan perkawinan “jual-beli”, yaitu perkawinan yang didasarkan pada harta. Di dalam cerita dikatakan bahwa Galéas de Cernès, seorang

(18)

18 pria yang memiliki kekurangan (cacat mental), namun dia adalah seseorang yang memiliki darah bangsawan yaitu dari keluarga bangsawan “asli” serta memiliki harta yang banyak. Status sosial dan ekonomi inilah yang dilihat menarik oleh Paule, ibu dari Guillaume, yang bukan berasal keluarga bangsawan.

Kepribadian yang dimiliki Guillaume mengakibatkan tidak ada sekolah yang menerimanya, sehingga ibunya, Paule, sendiri yang mengajar Guillaume. Namun, keterbatasan Guillaume berpikir menyebabkan ia tidak dapat mengikuti pelajaran melalui metode yang diterapkan ibunya. Akhirnya Paule menemukan seorang guru privat yaitu Robert de Bordas, agar Guillaume mau belajar. Dengan bantuan guru tersebut akhirnya Guillaume menjadi sangat rajin, karena metode pengajaranya sangat disukai oleh Guillaume. Namun, karena Paule mempunyai hubungan yang tidak harmonis dengan nenek Guillaume, yaitu Barone de Cernés, maka penunjukan Robert de Bordas sebagai guru, ini menjadi permasalahan antara ibu dengan neneknya, dengan alasan nenek tidak senang kalau cucunya Guillaume diajar oleh Robert de Bordas karena alasan politik.

Ayah Guillaume yaitu Galéas yang sangat dekat dengan anaknya Guillaume, melihat anaknya menjadi korban dari pertikaian tersebut tampaknya ingin mengakhiri derita anaknya yang juga deritanya. Galéas mengajak Guillaume berjalan–jalan ke hutan untuk memberikan ketenangan terhadap Guillaume yang mengalami banyak masalah dan ketika di tepi sungai Guillaume berhenti teringat perlakuan ibunya yang kejam. Ayahnya melihat anaknya tidak ada di belakangnya dan dia segera mencari kembali ke jalan yang dia lalui, lalu dia menemukan Guillaume di pinggir sungai.

(19)

19 Lalu ayahnya menghampiri Guillaume lalu dia menjauh dan membuang topi kecilnya kemudian Guillaume jatuh dan masuk dalam sungai dan mengalami pendarahan dan ayahnya yakin untuk menyusulnya dengan bunuh diri dengan menjatuhkan diri ke sungai. Dilain sisi Paule tetap tidak sedih atas kematian anaknya, Guillaume dan ayahnya Galeas mereka dikebumikan di pemakaman keluarga Cernès.

Setelah membaca roman Le Sagouin karya François Mauriac penulis tertarik mengkaji tentang tokoh Guillaume dalam roman Le Sagouin karya François Mauriac.

B. Identifikasi Masalah

Setelah membaca roman le Sagouin karya Francois Mauriac ditemukan banyak kemungkinan masalah yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

Masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Deskripsi tokoh utama

2. Diskriminasi dalam kelas sosial 3. Perasaan frustasi pada tokoh 4. Pencarian proteksi-diri C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang terdapat pada roman Le Sagouin karya Francois Mauriac penulis membatasi masalah objek kajian yang akan dianalisis yaitu tokoh Guillaume dalam roman Le Sagouin karya François Mauriac.

(20)

20 D. Rumusan Masalah

Setelah membatasi masalah yang akan dibahas maka penulis menyusun rumusan masalah agar tidak keluar dari lingkup pembahasan, maka rumusan masalah yang dibahas disusun daam bentuk pertanyaan berikut:

1. Bagaimana gambaran tokoh Guillaume dalam roman le Sagouin ? 2. Bagaimana hubungan antara tokoh Guillaume dengan tokoh lainnya ? 3. Bagaimana intelegensi tokoh Guillaume dalam roman Le Sagouin ? E. Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Menjelaskan gambaran tokoh Guillaume

2. Menjelaskan hubungan antara tokoh Guillaume dengan tokoh lain 3. Menjelaskan bagaimana intelegensi tokoh Guillaume

F. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian dikatakan berhasil jika bermanfaat terhadap penulis, ilmu pengetahuan, dan masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Menambah pengetahuan pembaca dan penulis tentang gambaran penokohan dalam roman Le Sagouin.

(21)

21 2. Menambah pengetahuan tentang intelegensi

3. Menambah koleksi kepustakaan ilmiah yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan bagi pihak lembaga fakultas maupun jurusan dan universitas.

G. Metodologi Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan bahan – bahan yang akan dibahas digunakan metode Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengutip beberapa bahan materi yang diuraikan dalam buku – buku yang ada kaitannya dengan pembahasan ini.

Dalam mengolah dan menganalisis bahan materi yang telah terkumpul, digunakan pengumpulan data-data berupa:

a. Data primer yang terdapat di dalam roman Le Sagouin karya François Mauriac, yang diterbitkan pada tahun 1951(éditions de la Table Ronde.), terdiri dari 140 halaman. Data diperoleh melalui pembacaan novel secara teliti, mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan tema penelitian, dalam hal ini semua yang keterkaitan dengan tokoh Guillaume

b. Data sekunder, yaitu mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan tema penelitian, segala referensi yang dianggap relevan dan dapat mendukung

(22)

22 penelitian ini, berupa buku teori cinta dan artikel-artikel dari situs-situs internet.

2. Metode Analisis Data

Penulis akan menggunakan pendekatan intrinsik sebagai salah satu pendekatan dalam menganalisis karya sastra atas unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Dalam hal ini penulis mencoba memahami novel dan mengkaji aspek penokohan setelah itu digunakan teknik penulisan deskriptif dalam menggambarkan suatu objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya dari hasil analisis tersebut.

H. Prosedur Kerja

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan langkah – langkah sebagai berikut:

1. Membaca keseluruhan roman Le Sagouin.

2. Mengumpulkan data – data yang berkaitan dengan tokoh Guillaume 3. Menganalisis data – data yang berkaitan dengan tokoh yang sesuai dengan

permasalahan yang telah diangkat di rumusan masalah.

4. Menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.

I. Komposisi Bab

Untuk mempermudah memahami skripsi ini, maka penulis menyusun skripsi ini berdasarkan sistematika sebagai berikut:

(23)

23 Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atau latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, komposisi bab.

Bab II merupakan landasan teori yang dipakai dan tinjauan pustaka yang dilihat sebagai bahan rujukan penulisan.

Bab III merupakan pembahasan dan analisis – analisis data yang sudah diperoleh.

Bab IV merupakan simpulan yang berisi bab penutup yang memaparkan hasil yang telah diperoleh penulis dari penelitian ini.

(24)

24 BAB II

LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

Pada bab ini, penulis akan mengarahkan pembicaraan pada pemaparan tentang dasar – dasar teori yang akan dijadikan landasan dalam menganalisis masalah yang diperoleh yang terdapat dalam roman Le Sagouin karya François Mauriac. Analisis karya sastra yang berupa novel secara ilmiah tidak terlepas dari sejumlah teori. Teori – teori tersebut berperan sebagai landasan untuk menilai, mengukur dan membantu penulis dalam menganalisis karya sastra. Adapun teori yang diterapkan untuk membantu analisis dan memperkuat pembahasan serta rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu tokoh dan penokohan.

1. Tokoh

Tokoh merupakan hal yang paling vital dalam sebuah karya sastra sebab tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita. Adanya tokoh dalam sebuah cerita berkaitan dengan terciptanya sebuah konflik. Dalam hal ini tokoh memiliki peranan penting dalam membangun konflik

A. Viala dan M.P. Scmhitt dalam Savoir Lire (1982) mengungkapkan bahwa tokoh menunjuk pada orangnya dalam bentuk lainnya. Seperti yang tampak dalam kutipan di bawah ini :

(25)

25 Les participants de l’action sont ordinairement les personnages du récit. Il s’agit très souvent d’humains ; mais une chose, un animal ou une entité (la justice, la mort etc) peuvent être personifiés et considérés alors comme des personages. (M.P. Schmitt-A. Viala, 1982:69)

Yang ikut berpartisipasi pada suatu tindakan biasanya disebut tokoh cerita.Ia sering berupa manusia tapi biasa pula seekor binatang atau suatu entitas (keadilan, kematian dan sebagainya) yang berikutnya dapat dipersonifikasi dan dipertimbngkan sebagai seorang tokoh.

Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampaian pesan, amanat,moral, atau sesuatu yang disengaja ingin disampaikan kepada pembaca.

a. Gambaran tokoh

Setiap tokoh adalah kumpulan fisik, moral, sosial karena tokoh dalam novel mempunyai fisik yang digambarkan oleh novel seperti tubuh kurus, kepala besar, dan lain – lain. Begitupun dengan moral, di dalam tokoh ada moral yang diceritakan untuk menggambarkan sesuatu hal atau peristiwa yang berhubungan kaidah, norma yang mengatur perilaku setiap tokoh dalam berhubungan dengan tokoh lainnya.

Sedangkan sifat tokoh untuk menggambarkan perilaku tokoh dalam cerita apakah protagonist ataupun antagonis (bahasapedia.com). Kombinasi dari sifat tersebut dan cara mempresentasikannya dibangun menjadi potret tokoh.

Novel realis menggunakan potret untuk menyiapkan dan mengakui sikap dan tindakan tokoh: ciri – ciri fisik mereka, psikologi, social kemudian menjadikannya terlihat masuk akal dan nyata, menurut potret mereka.

(26)

26 Pada prinsipnya, variasi yang mungkin saja terjadi adalah gabungan ciri – ciri psikologi, fisik, sosial bisa saja beragam jenis. Potret mungkin melibatkan penampilan karakter atau juga proses tindakan. Akan tetapi, adanya nama dalam suatu cerita sudah cukup menandakan adanya tokoh.

b. Tindakan Tokoh

Tindakan tokoh merupakan penggambaran perwatakan tokoh yang dilakukan dengan gambaran perbuatan yang dilakukan oleh tokoh,

Membangun tokoh tidak selamanya hanya di era kontempoer, dengan semua indikasi yang dibeikan padanya dalam teks apa yang dilakukan dan dikatakan.

Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita, Tanpa tokoh alur tidak akan pernah sampai pada bagian akhir cerita. ( http://onjimarnazira.blogspot.com)

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, tokoh dibagi menjadi:

1) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita, tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian.

2) Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan

(27)

27 tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita.

Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari – hari, selalu memiliki watak - watak tertentu. Berdasakan perwatakannya, tokoh ceita dapat dibedakan menjadi:

1) Tokoh sederhana adalah tokoh yang memiliki satu kualitas pibadi tertentu atau sifat watak yang tertentu saja, bersifat dasar dan monoton.

2) Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai aspek baik buruknya, berlebihan dan kelemahanmya. Jadi, ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini.

Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh – tokoh cerita dalam sebuah novel, tokoh dibedakan menjadi:

1. Tokoh statis adalah tokoh yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa – peistiwa yang terjadi.

2. Tokoh bekembang adalah tokoh yang cenderung akan menjadi tokoh yang kompleks. Hal itu disebabkan adanya bebagai perubahan dan perkembangan sikap, watak dan tingkah lakunya itu dimungkinkan sekali dapat terungkapnya berbagai isi kejiwaannya.

(28)

28 2. Penokohan

Secara umum penokohan merupakan ciri fisik, moral dan social ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

Un personage est toujors une collection de traits: physiques, moraux, sociaux. La combination de ces traits et la manière de les présenter, constituent le portrait du personage. Le portrait relève de la description, mais il peut intégrer des elements proprement narratives (Viala &Schmitt(1982 :70)

Penokohan adalah kumpulan dari sifat – sifat: fisik, moral,dan social.

Penggabungan dari sifat – sifat ini merupakan cara untuk membangun potret dari tokoh. Gambaran tersebut membangun deskripsi dan juga dan dapat menyatukan element cerita itu sendiri. (Viala &Schmitt(1982 :70)

Dengan demikian jelas bagi kita perbedaan antara tokoh dan penokohan.Tokoh menunjuk pada pelaku cerita.Sedangkan penokohan itu sendiri ditampilkan untuk mengetahui rupa dan watak pelaku cerita. Melalui penokohan akan tampak suatu peran yang mencerminkan pikiran dan perasaan para tokoh. Di dalam tokoh ditampilkan dengan ciri – ciri tertentu yang membuat pembaca tertarik karena mempunyai sifat bawaan dan fisik kesehatan yang tidak memadai.

Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1988:22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain.

(29)

29 Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan.Penokohan dan perwatakan sangat erat kaitannya. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokohnya serta memberi nama tokoh tersebut, sedangkan perwatakan berhubungan dengan bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan adalah penggambaran atau pelukisan mengenai tokoh cerita baik lahirnya maupun batinnya oleh seorang pengarang.

Seorang pengarang seringkali memberikan penjelasan kepada pembaca secara langsung tentang macam tokoh yang ditampilkannya. Adapun beberapa cara yang dapat digunakan pengarang untuk menggambarkan rupa, watak tokoh/pelaku:

a) Melukiskan bentuk lahir pelaku; seperti bentuk fisik pelaku sejak lahir mengalami ketidak sempurnaan.

b) Melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas dalam pikirannya;

c) Melukiskan bagaimana reaksi pelaku terhadap kejadian – kejdian yang dialaminya;

d) Pengarang secara langsung menganalisis watak pelaku;

e) Pengarang melukiskan bagaimana pandangan – pandangan pelaku lain dalam cerita terhadap pelaku utama;

f) Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku;

(30)

30 g) Para pelaku lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelaku utama, sehingga secara tidak langsung pembaca dapat menangkap kesan segala sesuatu tentang pelaku utama.

Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional).

Penggambaran ini berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan sosial (fisiologis, psikologis, dan sosiologis). Keadaan fisik biasanya dilukiskan paling dulu, baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak pemain dapat langsung pada dialog yang mewujud dari perkembangan lakon, tetapi banyak juga kita jumpai dalam catatan samping (catatan teknis) (Waluyo, 2002:17-19).

Menurut Minderop (2005:3) karakterisasi tokoh dapat ditelaah dengan lima metode yakni, metode langsung (telling), metode tidak langsung (showing), metode sudut pandang (point of view), metode telaah gaya bahasa (figurative language).

Namun yang akan dibahas adalah metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing).

a. Metode langsung (telling)

Metode ini mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan komentar langsung dari pengarang. Biasanya metode ini digunakan oleh para penulis fiksi jaman dahulu bukan fiksi modern. Melalui metode ini keikutsertaan atau turut campurnya pengarang dalam penyajikan perwatakan tokoh sangat terasa, sehingga para pembaca memahami dan menghayati perwatakan tokoh berdasarkan paparan

(31)

31 pengarang (Minderop, 2005:6). Karakterisasi melalui tuturan pengarang memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narrator dalam menentukan kisahnya.

Metode telling terdiri atas tiga bagian, yaitu:

a. Karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh (characterization through the use of names), penggunaan nama tokoh digunakan untuk

memperjelas dan mempertajam perwatakan tokoh serta melukiskan kualitas karakteristik yang membedakan dengan tokoh lain.

b. Karakterisasi melalui penampilan tokoh (Characterization through appearance). Dalam hal ini tokoh ditampilkan melalui pakaian dan

ekspresi untuk mempertajam penampilan tokoh.

c. Karakterisasi melalui tuturan pengarang (characterization by the author), yaitu memberikan tempat yang luas dan bebas kepada

pengarang dalam menentukan kisahnya serta memberikan komentar tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran, perasaan dan gejolak batin sang tokoh. Dengan demikian, pengarang terus menerus mengawasi karakterisasi tokoh.

b. Metode tidak langsung (showing)

Metode ini memperlihatkan pengarang menempatkan diri di luar kisahan dengan memberikan kesempatan kepada para tokoh untuk menampilkan perwatakan

(32)

32 mereka melalui dialog dan action. Namun demikian, bukan tidak mungkin, bahkan banyak pengarang masa kini (era modern) yang memandukan kedua metode ini dalam satu karya sastra. Jadi, tidak mutlak bahwa pengarang “harus” menggunakan atau memilih salah satu metode (Minderop, 2005:6-7). Metode showing mencakup:

dialog dan tingkah laku, karakterisasi melalui dialog – apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur , lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialek, dan kosa kata para tokoh (Minderop, 2005: 38)

3. Psikologi intelegensi

Kita sering menemukan ada orang yang cepat cekatan dan terampil dalam waktu yang relatif singkat dapat menyelesaikan tugas, pekerjaan yang dihadapinya.

Begitu pula sebaliknya, ada orang dalam menyelesaikan tugas, masalah yang dihadapinya membutuhkan waktu yang relatif lama. Bahkan ada pula yang lamban dan tak dapat menyelesaikan pekerjaannya. Salah satu faktor yang menentukan hal tersebut adalah taraf intelegensi orang tersebut.

Intelegensi berasal dari bahasa Perancis “intelligence” yang juga berasal dari bahasa latin yaitu “intellectus dan intellegentia” yang berarti kecerdasan, intelijen, atau keterangan – keterangan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sering diucapkan bahwa intelijen adalah orang yang bertugas mencari (meng-amat-amati) seorang;

badan rahasia.

(33)

33 Teori tentang inteligensi pertama kali ditemukan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai sesuatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous” sedangkan penggunaan kekuatan disebut “noeseis”.

Berbagai tingkat keparahan yang diakui: tingkat IQ 50/55-70 adalah ringan, tingkat IQ 35/40- 50/55 adalah moderat; tingkat IQ 20/25-35/40 berat; tingkat IQ di bawah 20/25 adalah sangat berat.http://kamuskesehatan.com/arti/keterbelakangan- mental/

a. Pengertian intelegensi

Perngertian intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari – hari.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental ataupun rohani yang melibatkan proses berpikir secara rasional untuk menyesuaikan diri kepada situasi yang baru.

b. Tingkat-tingkat Inteegensi

a) Intelegensi Anak – anak.

Yang dimaksudkan anak – anak di sini adalah anak – anak kecil lebih kurang umur 1 tahun dan belum dapat berbahasa. Kecerdasan anak – anak dipelajari terutama berdasarkan percobaan yang telah dipraktekkan dalam menyelidiki kecerdasan

(34)

34 binatang. Usaha – usaha memperandingkan perbuatan kera dengan anak – anak kecil membantu para ahli dalam mengadakan penyelidikan terhadap kecerdasan anak.

b) Intelegensi manusia

Sesudah anak dapat berbahasa tingkat kecerdasan anak lebih tinggi dari pada kera. Tingkat kecerdsan manusia (bukan anak – anak) tidak sama dengan kera dan anak – anak. Beberapa hal yang merupakan ciri kecerdasan manusia anatara lain :

Penggunaan Bahasa

Kemampuan berbahasa mempunyai faedah yang besar terhadap perkembangan pribadi.

a. Dengan bahasa manusia dapat menyatakan isi jiwanya (fantasi, pendapat, perasaan dan sebagainya).

b. Dengan bahasa, manusia dapat berhubungan satu sama lain, tingkat hubungannya selalu maju dan masalahnya selalu meningkat.

c. Dengan bahasa, manusia dapat memberikan segala sesuatu, baik yang lalu, yang sedang dialami, dan yang belum terjadi, baik mengenai barang – barang yang kongkret maupun hal – hal yang absrak.

d. Dengan bahasa, manusia dapat membangun kebudayaan.

c. Jenis-jenis Intelegensi

a) Intelegensi terikat dan bebas.

(35)

35 Intelegensi terikat adalah intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi – situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan dengan kebutuhan vital yang harus segera diputuskan. Misalnya intelegensi binatang dan anak – anak yang belum berbahasa. Intelegensi bebas terdapat pada manusia yang berbudaya dan berbahasa. Dengan integensinya orang selalu ingin mengadakan perubahan – perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau tujuan sudah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih maju.

b) Intelegensi menciptakan (Kreatif) dan meniru (Eksekutif)

Intelegensi mencipta iala kesanggupan menciptakan tujuan – tujuan baru dan mencari alat – alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Intelegensi kreatif menghasilkan pendapat – pendapat baru seperti : kereta api, radio, listri, dan kapal terbang. Intelegensi meniru ialah kemampuan menggunakan dan mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain baik yang dibuat, diucapkan maupun yang ditulis.

d. Fakto – faktor yang Menentukan Intelegensi Manusia.

Para ahli belum sepenuhnya sependapat mengenai faktor – faktor apa saja yang terdapat dalam intelegensi itu sendiri. Sebuah pendapat mengatakan bahwa factor yang menentukan intelegensi seseorang antara lain :

a) Faktor Bawaan atau Keturunan

(36)

36 Faktor ditentukan oleh sifat – sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.

b) Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas.

Faktor minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diamati oleh manusia dapat di memberi dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

Intelegensi bekerja dalam situasi yang berlain – lainan tingkat kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan oleh pembawaan.

c) Faktor Kematangan.

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh dan berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing – masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak – anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal matematikadi kelas empat sekolah dasar. Karena soal itu masi terlampau sukar untuk anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masi belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.

(37)

37 Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi cepat tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan dengan perkembangan jasmani, umur dan kemampuan – kemampuan yang telah dicapai (kematangannya).

d) Faktor Pembentukan kepribadian atau lingkungan.

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. Walaupun ada ciri – ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir , ternyata lingkungan sanggup menimbulkan peruahan – perubahan yang berarti.

Intelegensi tentunya tidak terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan – rangsangan yang bersifat kognitif emosional dan lingkungan juga memegang peran yang amat penting.

e) Faktor kebebasan.

Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Selain itu, gejala – gejala jiwa dan fungsi – fungsi jiwa sangatlah mempengaruhi tindakan intelegen seseorang. Misalnya:

(38)

38 i. Pengamatan, yakni kalau seseorang berada satu situasi yang harus mengambil

tindakan yang intelegen maka dia harus memiliki fungsi pengamatan yang baik.

ii. Tanggapan dan daya ingat, yakni bahwa seseorang yang memiliki tanggapan daya ingatan yang baik akan lebih mudah memecahkan persoalan.

iii. Fantasi, yakni seseorang yang kaya fantasi akan dapat melihat lebih banyak kemungkinan pemecahan masalah yang tidak terlihat oleh orang lain.

iv. Berfikir

v. Kehendak dan perasaan vi. Perhatian, dan

vii. Sugesti yakni bahwa seseorang yang beruat intelegen haruslah membebaskan diri dari pengaruh ataupun sugesti orang lain.

c. TINJAUAN PUSTAKA

(39)

39 1. Pengarang dan Karyanya

François Mauriac adalah Novelis, penyair dan dramawan Perancis, yang meraih Nobel Sastra tahun 1952.Mauriac tergolong dalam tradisi penulis Katolik Roma Perancis yang mengkaji persoalan kebaikan dan kejahatan di dalam sifat manusia di dunia.François Charles Mauriac lahir pada 11 Oktober 1885 di Bordeaux, putra termuda dari Jean-Paul Mauriac.Ibunya adalah penganut Katolik yang taat, yang terpengaruh oleh ajaran Jansen. Sejak usia 7 tahun Mauriac dididik di sekolah yang dikelola oleh Ordo Marianite, kemudian di St Marie, dan diteruskan ke Universitas Bordeaux dan meraih gelar M.A. pada 1905. Tahun berikutnya dia ke Paris untuk mempersiapkan diri masuk ke École des Chartes, dan diterima pada 1908. Tetapi dia hanya bertahan sebentar sebelum akhirnya mengabdikan diri pada kesusastraan.

Selama Perang Dunia II dia bertugas di Balkan di unit Palang Merah. Sejak 1930-an dia menulis untuk koran Le Figaro, di mana dia mengecam fasisme. Pada akhir 1930- an dia mulai menulis drama, meski tak sesukses novelnya. Walau demikian salah satu dramanya, yakni Asmodée, dipentaskan 100 kali dari 1937-1938 di Comédie Française.Selama pendudukan Jerman pada Perang Dunia II Mauriac terpaksa bersembunyi. Pada 1950-an dia mendukung Jenderal de Gaulle dan kebijakan antikolonialnya di Maroko. Sejak pertengahan 1950-an Mauriac menulis kolom untuk koran Bloc-Notes, yang banyak dibaca orang. Dia juga mempublikasikan serial memoir personal dan biografi de Gaulle.Mauriac meninggal pada 1 September 1970

(40)

40 di Paris.http://www.kompasiana.com/embahnyutz1/world-writers-300-francois- mauriac_5510a1df8133117e3cbc6642

Karya François Mauriac

Romans

- L’Enfant Chargé de Chaînes. - Le Mystère de Frontenac

- La Robe Prétexte. - Les Anges Noirs.

- La Chair et Le Sang. - Plongées.

- Préséances. - Les Chemins de la Nuit.

- La Baiser au Lépreux. - La Pharisienne.

- Le Fleuve de Feu - Le Sagouin

- Thérèse Desqueyroux - Galigai

- Destins. - L’Agneau.

- Trois Recits (nouvelles). - Un Adolescent D’Autrefois

- Ce Qui Était Perdu. - Maltaverne.

- Le nœud de Vipères. - Génitrix

- Le Desert de L’Amour

(41)

41

Penelitian yang Relevan

Sejauh ini belum ada yang mengangkat skipsi mengenai Le Sagouin karya François Mauriac, tetapi penulis menemukan beberapa skripsi yang menggunakan teori tentang tokoh dan penokohan di antaranya:

a) Ratna Kumalasari (2014), Jurusan Sastra Perancis, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, dengan judul skripsi Tokoh Aku dalam Mémoires d’Hadrien karya Marguerite Yourcenar

b) Arham Sumar (2014), Jurusan Sastra Perancis, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, dengan judul skripsi Perkembangan Kepribadian Anak pada Tokoh Malek dalam Roman Malek Par Janine Boissard karya Janine Boissard.

c) Karya François Mauriac yang dibahas oleh penulis belum pernah dijadikan pembahasan skripsi, tetapi sejumlah cerita lain dari pengarang yang sama sudah cukup banyak dilakukan yaitu :

1. Surya Nugraha (1998), Jurusan Sastra Perancis, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, dengan judul skripsi Tokoh Utama roman Therese Desqueroux karya François Mauriac

2. Nirmala (2015), Jurusan Sastra Perancis, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, judul skripsi Pemenuhan Hasrat

(42)

42 Tokoh Raymond dalam roman Le Désert De L’Amour karya François Mauriac.

Referensi

Dokumen terkait

Segala pujian dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas penyertaan dan kasih karunia-Nya hingga saya dapat menyelesaikan seluruh rangkaian p enulisan skripsi

Pada hari ini SENIN, Tanggal LIMA BELAS Bulan JULI Tahun DUA RIBU TIGA BELAS, kami yang bertandatangan dibawah ini, Berdasarkan proses evaluasi dokumen kualifikasi,

Ketiga faktor di atas saling terkait dan saling mempengaruhi, sehingga intervensi terhadap ketiganya harus dijalankan serempak (simultaneously), baik dari segi

Sekretaris ULP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dijabat oleh Kepala Biro atau Perwira Tinggi Polri pada Ssarpras Polri yang ditetapkan dengan

Hasil uji serologi pada tabel 3 menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan L2 (pemberian sarang semut dengan dosis 10 mg/kg BB) dan L3 (pemberian sarang semut dengan dosis

Perancangan meliputi beberapa tahapan, diantarnya rancangan desain alternatif (sketsa). Dari beberapa sketsa tersebut dipilih beberapa sketsa yang terbaik dijadikan sebagai

Menurut Fleming dan Mills mengatakan bahwa “Gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung

phase the studentst were to use any approach they like for their writing. Finished with that, the writer started to execute the lesson plans. At the end of the lessons,