265
UPAYA MITIGASI RISIKO TUMPAHAN MINYAK:
STUDI KASUS SUMUR EKSPLORASI SOUTH-EAST SEMBAKUNG-1
BLOK SIMENGGARIS
Sudibyo1), Sudiro, J.S1), Stefany M.2), Wikantadhi, D.A.1)
1JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris
2OSCT-Indonesia
e-mail : [email protected], [email protected]
Abstrak
Pengeboran sumur minyak tidak terlepas dari potensi risiko tumpahan minyak dari aktivitas yang dilakukan. JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris (JOB PMEPS) melakukan aktivitas pengeboran sumur eksplorasi South-East Sembakung-1 (SES-1) di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Dalam rangka mematuhi peraturan perundangan dan upaya mitigasi risiko tumpahan minyak, maka JOB PMEPS melakukan rencana mitigasi risiko tumpahan minyak di SES-1 bekerja sama dengan OSCT-Indonesia. Perencanaan upaya mitigasi risiko tumpahan minyak dilakukan dengan cara mengidentifikasi deskripsi operasi yang dilakukan, karakteristik minyak, skenario risiko tumpahan minyak, pemodelan tumpahan minyak dan analisa dampak yang terjadi.
Berdasarkan hasil pemodelan baik tumpahan minyak berupa crude oil ataupun bahan bakar diesel, terlihat bahwa pegerakan tumpahan minyak mengikuti arah pasang surut sungai dan tumpahan minyak akan mengenai bantaran Sungai Kapung dalam waktu kurang dari 1 jam, dimana terdapat area yang sensitif berupa tanaman bakau (Nipah Sp.) dan saluran air untuk tambak warga sekitar.
Dari hasil tersebut, maka diperlukan strategi penanggulangan yang responsif dan perhitungan peralatan penanggulangan tumpahan minyak yang sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dengan demikian, risiko tumpahan minyak di sumur pengeboran SES-1 dapat dimitigasi dengan rencana tindakan penanggulangan tumpahan minyak yang telah dipersiapkan.
Kata Kunci: mitigasi risiko, pengeboran, pemodelan, sumur eksplorasi, tumpahan minyak.
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan upaya peningkatan produksi minyak, perlu dilakukan adanya upaya untuk menemukan cadangan minyak dengan melakukan kegiatan pengeboran minyak. Kegiatan pengeboran minyak tidak terlepas dari potensi risiko adanya tumpahan minyak (Beyer, et al., 2016). Tumpahan minyak mempunyai dampak tidak hanya bagi lingkungan perairan, tetapi juga daratan yang menjadi zona pesisir dan zona riparian yang berpengaruh terhadap aktivitas mirobial dan keanekaragaman hayati didalamnya (King, et al., 2015).
Upaya mitigasi tumpahan minyak merupakan pengembangan upaya pengendalian risiko tumpahan minyak atau bagian dari sistem manajemen darurat yang berfokus pada penanggulangan tumpahan minyak.
Melalui pelaksanaan aktivitas pengendalian ini, perusahaan akan memastikan bahwa setiap potensi tumpahan minyak akan dikelola secara sistematis dengan tujuan untuk meminimalkan dampak lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja (Azevedo, et al., 2014). Pengendalian dampak atau risiko tumpahan minyak ke lingkungan perairan telah diatur dalam UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No.
21/2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim dan Peraturan Menteri Perhubungan No.58/2013 tentang Penanggulangan Pencemaran di Perairan.Bisa ditambahkan penjelasan oilmap, teori pengambilan keputusan didalam besaran nilai di rekomendasi, dan lainnya yang diperlukan.
JOB(Joint Operating Body) Pertamina-Medco E & P Simenggaris melakukan kegiatan pemboran sumur eksplorasi SES-1 (South East Sembakung) di darat sebagai upaya untuk menambah perolehan cadangan minyakdan gas bumi. Area pemboran sumur eksplorasi SES-1 berlokasi di bantaran Sungai Kapung, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan. Selama kegiatan persiapan lahan ,kegiatan pemboran dan kegiatan setelah pemboran terdapat beberapa risiko yang memungkinkan terjadinya tumpahan minyak baik diarea pemboran (di darat) ataupun tumpahan minyak di perairan sungai. Dengan adanya potensi risiko tumpahan minyak tersebut, rencana penanggulangan untuk mengatasi bahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, upaya mitigasi ini dibuat untuk menentukan strategi dan prioritas yang sesuai untuk kesiapsiagaan penanggulangan tumpahan
266
minyak berdasarkan kegiatan eksplorasi sumur SES-1 (South East Sembakung). Perlunya pendekatan teknologi dalam meminimalkan risiko tumpahan yang terjadi menuju pembangunan berkelanjutan (Ivshina, et al., 2015).
II. DATA DAN METODE PENULISAN
Dalam melaksanakan kajian tentang upaya mitigasi tumpahan minyak sumur eksplorasi South-East Sembakung, dimulai dengan tahapan proses sebagai berikut:
a. Identifikasi Deskripsi Operasi
Identifikasi deskripsi operasi dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan yang akan dilakukan yang mempunyai potensi risiko tumpahan minyak dan juga mengidentifikasi lokasi dan kondisi lingkungan sekitar. Lokasi sumur eksplorasi SES-1akan beroperasi di Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, berjarak ± 95km/53nm dari Tarakan dapat ditempuh menggunakan jalur perairan selama
± 2,5 jam.
b. Skenario/Kajian Risiko Tumpahan Minyak
Kegiatan pengeboran sumur eksplorasi SES-1 memiliki beberapa skenario risiko tumpahan minyak, antara lain: Risiko Kegiatan Operasi Darat (Penggunaan mesin operasional, Transfer diesel ke tangki penyimpanan, Pecahnya tangki penyimpanan diesel dan Well blow out) dan Risiko Kegiatan Operasi Jetty (transfer diesel dari kapal, pecahnya tangki bahan bakar kapal, dan pecahnya tangki kargo kapal).
c. Pemodelan Tumpahan Minyak
Tumpahan minyak berdasarkan skenario terburuk, yaitu semburan dari sumur (well blow out), dapat diprediksi masuk ke dalam saluran air dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya. Berdasarkan penilaian risiko di lokasi area pemboran sumur SES-1, tumpahan minyak akan menyebar kepermukaan tanah yang lebih rendah yaitu menuju Sungai Kapung, waktu persebaran akan tergantung dari densitas tanah dan perlu diperhatikan jika terjadi banjir, jarak antara SES-1 dengan daerah sensitif terdekat yaitu Sungai Kapung adalah 40 – 50 meter.
Pemodelan tumpahan minyak digunakan untuk mengetahui prediksi pergerakan dan lintasan tumpahan minyak yang bersumber dari kegiatan pemboran sumur eksplorasi SES-1. Pemodelan tumpahan minyak dilakukan dengan menggunakan software OILMAP.
Pemodelan dilakukan untuk memberikan pandangan secara keseluruhan dari skenario tumpahan minyak dari risiko well blow out dan tabrakan kapal. Pemodelan tumpahan minyak dilakukan untuk menunjukkan kemungkinan pergerakan dan penyebaran minyak pada saat curah hujan tinggi (debit air tinggi) d an curah hujan rendah (debit air rendah) serta pertimbangan kondisi pasang dan kondisi surut. OILMAP merupakan sistem untuk memperkirakan fate and trajectory tumpahan minyak seperti halnya PISCES 2 dan GNOME (Toz dan Buber, 2018).
Data yang digunakan untuk simulasi oilmap harap dicantumkan, apasaja parameternya dan besarannya serta jenis dan jumlah minyak yang tumpah yang digunakan untuk simulasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Analisa Risiko dan Pemodelan Tumpahan Minyak
Dalam melakukan analisa risiko deskripsi operasi, didapatkan bahwa tumpahan muatan material akibat insiden tabrakan LCT dalam aktivitas transport material bahan bakar menggunakan kapal dan Semburan sumur/Kegagalan BOP dalam aktivitas kegiatan pemboran sumur eksplorasi, merupakan aktivitas yang mempunyai risiko tinggi berdasarkan kajian risiko yang mempertimbangkan tingkat keparahan (konsekuensi terhadap objek Manusia, Aset, Lingkungan dan Reputasi Perusahaan) dan kemungkinan terjadi. Dari dua aktivitas tersebut, dilakukan pemodelan tumpahan minyak dengan menggunakan skenario risiko terburuk.
a. Skenario Tumpahan Minyak Well Blow-Out (Crude Oil)
Tumpahan minyak di tanah memiliki sifat akan menyebar ke permukaan tanah yang lebih rendah. Sifat minyak dan karakteristik tanah mempengaruhi seberapa cepat minyak menembus tanah dan seberapa banyak minyak menempel pada tanah (Albaigés, J., 2014). Pada peta kontur sumur SES-1, tumpahan minyak akan menyebar ke permukaan tanah yang lebih rendah, waktu persebaran akan tergantung dari densitas tanah dan perlu diperhatikan jika terjadi banjir, jarak antara SES-1 dengan daerah sensitif terdekat yaitu Sungai Kapung adalah 40-50 meter dan berpotensi mengarah ke Sungai Kapung (Gambar 1).
267
Gambar 1. Ringkasan Hasil Pemodelan Skenario Tumpahan Minyak di Darat
Berdasarkan hasil pemodelan tumpahan minyak dari skenario terburuk well blow out dimana 500bbls (79,5 m3) diasumsikan masuk ke badan perairan Sungai Kapung, didapatkan bahwadalam waktu kurang dari 1 jam tumpahan minyak akan mengenai sensitive area di bantaran. Sungai Kapung yaitu Bakau (Nipah Sp.). Arah pergerakan tumpahan minyak dipengaruhi oleh pasang surut sehingga ketika pasang minyak akan mengarah ke hulu sedangkan ketika surut tumpahan minyak akan mengalir ke hilir.
Tumpahan minyak akan mengenai bantaran sungai sampai dengan 1,14 km ke arah hulu dan 1,86 km akan mengenai bantaran sungai ke arah hilir (JOB PMEPS dan OSCT-Indonesia, 2017).
b. Skenario Tumpahan Minyak Tabrakan Kapal (Diesel Oil)
Berdasarkanhasilpemodelantumpahandieseloildariskenarioterburuktabrakankapaldimana 120 m3diesel oil tumpah ke perairan Sungai Kapung, didapatkan bahwa tumpahanminyak akanmengenai bantaransungai danmengenaiarea sensitif Bakau(Nipah Sp.).Darihasil pemodelan diketahui bahwa tumpahan minyak akan mengenai bantaran Sungai Kapungsepanjang 1,95 ke arah hulu dan mengai bantaran sungai sepanjang 1,85 km ke arah hilirSungai Kapung.
Hasil pemodelan tumpahan minyak baik tumpahan minyak berupa crude oil maupun bahan bakar diesel, dapat dilihat minyak akan mengenai bantaran Sungai Kapung dalam waktu kurang dari 1 jam, dimana terdapat sensitif area di Sungai Kapung berupa Tumbuhan Bakau (Nipah Sp.) dan water intake untuk Tambak Penduduk (Gambar 2).
268
Gambar 2. Ringkasan Hasil Pemodelan Skenario Tumpahan Minyak di Sungai
3.2 Upaya Mitigasi Tumpahan Minyak
Terdapat beberapa macam strategi yang dapat digunakan untuk penanggulangan tumpahanminyak di perairan. Strategi-strategi dibawah ini merujuk pada IMO Manual on Oil Pollution, Section IV dan IPIECA Guide to Contingency Planning for Oil Spills on Water(IPIECA, 2015). Upaya mitigasi skenario tumpahan minyak yang disebabkan Well Blow out di lokasi Drilling area – Sumur SES-1, dimana tumpahan minyak berada di darat, dilakukan dengan cara peralatan Penanggulangan Tumpahan Minyak (PTM) dan personil menuju lokasi tumpahan minyak, selanjutnya personil menggelar oil boom di kolam darurat untuk mencegah persebaran minyak dan menggunakan pressure washer untuk mengarahkan minyak ke kolam darurat serta personil tambahan/bantuan mengumpulkan limbah minyak ke tangki penyimpanan, drum, kantong plastik besar dan mentransfernya ke kontraktor waste management.
Berkaitan dengan skenario tumpahan minyak di perairan/sungai, upaya mitigasi skenario tumpahan minyak akibat kebocoran tangki bahan bakar/muatan kapal dankegagalan sambungan ketika transferdi Sungai Kapung, dilakukan dengan cara Peralatan PTM dan personil akan dimobilisasi ke lokasi penggelaran Peralatan PTM (oil boom), personil akan menggelar oil boom, dibantu oleh speedboat untuk melokalisir minyak (450 meter oil boom diperlukan untuk melokalisir tumpahan minyak di sungai Kapung, dan bila diperlukan dibutuhkan), personil akan mengambil tumpahan minyak dengan oil skimmer, personil menggunakan absorbent dan peralatan manual untuk membersihkan tanah dan limbah yang terkontaminasi minyak dan personil tambahan/bantuan mengumpulkan limbah minyak ke dalam temporary storage tank, drum, heavy duty plastic bag dan dipindahtangankan ke kontraktor pengelolaan limbah.
Adapun analisis hasil perhitungan kebutuhan peralatan Penanggulangan Tumpahan Minyak (PTM)sebagai upaya mitigasi pengendalian risiko tumpahan minyak adalah sebagai berikut:
269 a. Rekomendasi Peralatan PTM di Jetty
No Peralatan Jumlah
Rekomendasi Keterangan
1 Nearshore Inflatable
Boom 200 meter
Penanggulangan di Jetty
Untuk melindungi kapal selama aktivitas loading dan unloading di jetty.
Jumlah oil boom yang dibutuhkan berdasarkan PERMENHUBNo. 58/2013 adalah 1,5 x LoA kapal.
Oil Boom yang dibutuhkan = 1,5 x 100 m = 150 m ≈ 200 m
2
Interchangeable Disc skimmer complete with hydraulic power pack (kap. 10 m3/jam)
1 set Untuk menghisap minyak ringan – medium
3.
Temporary floating storage tank (kapasitas 5 m3/jam)
2 set
Untuk menampung minyak sementara. Berdasarkan
PERMENHUB 58 Th. 2013, kapasitas storage tank minimum dapat menampung 10 jam operasi skimmer.
Skimmer yang digunakan adalah Disc/brush Skimmer : 10 m3/jam
Rekomendasi storage tank 10 jam x (10) m3/jam = 100 m3 2 unit Temporary Storage Tank = 2 x 5 m3 = 10 m3 Kebutuhan storage tank: 100 – 10 = 90 m3
*Sisa 90 m3dapatdipenuhidengan drum, tanki, barge, ataupenampunglainnya
4. Absorbent pad 3 kotak
Untuk menyerap lapisan minyak (tetesan/ceceran) dan diesel.
Berdasarkan PERMENHUB 58 Th. 2013, oil absorbent dapat menyerap 10 % dari total volume minyak yang tumpah = 10 % x 10 m3 = 1 m3Potensi tumpahan minyak 10 m3
1 box absorbent pad dapatmenyerap 111 kg minyak.
1 box absorbent boom dapatmenyerap 168 kg minyak.
Asumsi 1 m3 = 1000 kg
Rekomendasi absorbent di masing-masinglokasi:
3 box absorbent boom = 3 x 168 kg = 504 kg 4 box absorbent pad = 4 x 111 kg = 444 kg
Rekomendasi penempatan absorbent di Jetty dan Area pemboran di darat
5. Absorbent boom 4 kotak
6. Rigid Inflatable Boat
(RIB) 1 unit Digunakan dalam membantu proses penanggulangan
tumpahan minyak
b. Rekomendasi Peralatan PTM di Kolam Darurat dan Sungai
No Peralatan JumlahRekomendasi Keterangan
1. Solid Floatation
Boom 450 meter
Penanggulangan di Darat
Untuk melokalisir tumpaha nminyak di kolam darurat.
Berdasarkan PTK-005 Rev-01 SKK Migas (Hal. 23-24 dari 61), Panjang oil boom yang dibutuhkanadalah 2 x panjang kolam darurat.
4 kolam darurat = (2 x 30 m) x 4 = 240 m Penanggulangan di Sungai
Berdasarkan panduan IMO, untuk melokalisir tumpahan minyak di Sungai membutuhkan oil boom sebanyak 3 x lebarsungai. Lebar Sungai Kapung = 3 x 150 m = 450 m
270
No Peralatan JumlahRekomendasi Keterangan
2
Interchangeable Disc skimmer complete with hydraulic power pack(kapasitas 10 m3/jam)
1 set Untuk menghisap minyak ringan – medium
3.
Vacuum skimmer for on land complete with transfer pump (kapasitas 30 m3/jam)
1 set Untuk menghisap minyak ringan – medium di darat / perairan dangkal
4.
Temporary on-land storage tank (kapasitas 5 m3/jam)
2 set
Untuk menampung minyak sementara. Berdasarkan PERMENHUB 58 Th. 2013, kapasitas storage tank minimum dapat menampung 10 jam operasi skimmer.
Skimmer yang digunakanadalah Disc/brush Skimmer : 10 m3/jam Vacuum Skimmer : 20 m3/jam
Rekomendasi storage tank: 10 jam x (10+20) m3/jam = 300 m3
2 unit Temporary Storage Tank = 2 x 5 m3 = 10 m3 Kebutuhan storage tank: 300 – 10 = 290 m3
*Sisa 290 m3dapat dipenuhi dengan drum, tanki, barge, atau penampung lainnya
5. Absorbent pad 3 kotak
Untuk menyerap lapisan minyak (tetesan/ceceran) dan diesel.
Berdasarkan PERMENHUB 58 Th. 2013, oil absorbent dapat menyerap 10 % dari total volume minyak yang tumpah = 10 % x 10 m3 = 1 m3.
1 box absorbent pad dapat menyerap 111 kg minyak.
1 box absorbent boom dapat menyerap 168 kg minyak.
Asumsi 1 m3 = 1000 kg
Rekomendasi absorbent di masing-masing lokasi:
3 box absorbent boom = 3 x 168 kg = 504 kg 4 box absorbent pad = 4 x 111 kg = 444 kg
Rekomendasi penempatan absorbent di Jetty dan Area pemboran di darat
6. Absorbent boom 4 kotak
7. PeralatanManual
Clean-up 5 sets Untuk membersihkan minyak secara manual seperti cangkul, sekopdll.
IV. KESIMPULANDAN SARAN
JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris, telah melakukan upaya mitigasi risiko tumpahan minyak di pengeboran sumur eksplorasi SES-1 di Kalimantan Utara dengan melakukan kajian risiko dan pemodelan arah sebaran tumpahan minyak dengan skenario well blowout dan tumpahan minyak dari tabrakan kapal. Strategi penanggulangan yang responsif baik di darat dan di perairandan perhitungan peralatan penanggulangan tumpahan minyak telah sesuai dengan skenario risiko terburuk yang kemungkinan terjadi. Dengan demikian, risiko tumpahan minyak di sumur pengeboran SES-1 dapat dimitigasi dengan rencana tindakan penanggulangan tumpahan minyak dan peralatan penanggulangan tumpahan minyak yang memadai dan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No.58/2013.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh jajaran manajemen JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris yang telah memberikan dukungan dalam bentuk moral dan material, sehingga penulisan makalah ini bisa diselesaikan dengan baik.
271
DAFTAR PUSTAKA
Albaigés, J. (2014). The basics of oil spill cleanup. International Journal of Environmental Analytical Chemistry, 94(14-15), 1512-1514.
Azevedo, A., Oliveira, A., Fortunato, A. B., Zhang, J., & Baptista, A. M. (2014). A cross-scale numerical modeling system for management support of oil spill accidents. Marine pollution bulletin, 80(1-2), 132- 147.
Beyer, J., Trannum, H. C., Bakke, T., Hodson, P. V., & Collier, T. K. (2016). Environmental effects of the Deepwater Horizon oil spill: a review. Marine Pollution Bulletin, 110(1), 28-51.
IPIECA, 2015. A guide to contingency planning for oil spills on water, IPIECA Report Series, Vol. 2, 3nd Edition, London.
IMO, 2014. Pollution Prevention, www.imo.org.
Ivshina, I. B., Kuyukina, M. S., Krivoruchko, A. V., Elkin, A. A., Makarov, S. O., Cunningham, C. J., Philp, J.
C. (2015). Oil spill problems and sustainable response strategies through new technologies. Environmental Science: Processes & Impacts, 17(7), 1201-1219.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia. Nomor 58 Tahun 2013 tentang tentang Penanggulangan Pencemaran di Perairan.
King, G. M., Kostka, J. E., Hazen, T. C., & Sobecky, P. A. (2015). Microbial responses to the Deepwater Horizon oil spill: from coastal wetlands to the deep sea. Annual review of marine science, 7, 377-401.
JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris dan OSCT-Indonesia. 2017. Laporan Rencana Penanggulangan Tumpahan Minyak Sumur Eksplorasi SES-1, Buku 1-Bagian Strategi.
Toz, A. C., & Buber, M. (2018). Performance evaluation of oil spill software systems in early fate and trajectory of oil spill: comparison analysis of OILMAP and PISCES 2 in Mersin bay spill. Environmental monitoring and assessment, 190(9), 551.