www.parlemen.net
N PERWAKILAN DAERAH DEWA
REPUBLIK INDONESIA
PANDANGAN DAN PENDAPAT
DEWAN PERWAKIL SIA
ATAS RANCANGAN
TENTAN
PEMERINTAHAN ACEH
JAKARTA 2006
AN DAERAH REPUBLIK INDONE
UNDANG-UNDANG G
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
PANDANGAN DAN PENDAPA
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBL NESIA
RANCANGAN UNDANG-UN TENTANG PEMERINTAH
---
I. PENDAHULUAN
Kesepakatan dama dalam Nota Kesepahaman (Memorandum of
Understanding) antara P ditandatangani pada ta masyarakat Aceh, raky Indonesia untuk menye senjata melainkan lewa bermartabat.
Patut disadari bahwa Undang-Undang Dasar menjunjung tinggi harka hanya peduli kepada
perdamaian internal. Pe Pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka tersebut patut kekuatankekuatan politik, termasuk Dewan Perwakilan Daerah Republik Indone
nasional. Karena perda Indonesia.
Di samping itu, kesepa terlibat konflik dapat sat Aceh sebagai satuan istimewa telah mempun Nomor 44 Tahun 1999 t dan Undang-Undang Darussalam. Sepanjang
Papua yang mendapat khusus, daerah
istimewa, atau gabungan daerah istimewa dengan daerah otonomi khusus. Status tersebut tidak diiringi dengan perbaikan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Aceh. Selain daerah istimewa dan daerah dengan status otonomi khusus, Aceh juga dikenal sebagai daerah konflik, kemudian menjadi daerah bencana paling besar pada awal abad ke-21 ini.
Dengan situasi yang paradoks itu, diperlukan kesadaran semua pihak untuk mengembalikan Aceh kepada situasi normal, tetapi tetap dengan keistimewaan dan kekhususannya.
T IK INDO ATAS
DANG AN ACEH
i yang dituangkan
emerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang nggal 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia disambut hangat oleh at Indonesia, dan dunia internasional. Hal ini menunjukkan komitmen lesaikan berbagai sengketa tidak lagi menggunakan kekerasan dan t berbagai kesepakatan, negosiasi dan jabat tangan secara adil dan
perdamaian abadi dan keadilan sosial adalah amanat Pembukaan Negara Republik Indonesia (UUD) Tahun 1945 sebagai negara yang t dan martabat kemanusiaan secara adil dan beradab. Indonesia tidak perdamaian di negara-negara lain melainkan juga peduli kepada rdamaian antara
didukung oleh
sia (DPD RI) yang merupakan lembaga perwakilan daerah di tingkat maian tersebut merupakan perwujudan dari keinginan seluruh rakyat
katan damai hanya dapat tercapai apabila masing-masing pihak yang ing mendukung dan membangun rasa saling percaya.
pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan sekaligus bersifat yai pengaturan pemerintahan daerah sendiri berupa Undang-Undang entang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Provinsi Nanggroe Aceh
usia Republik Indonesia, hanya Aceh, DKI Jakarta, Yogyakarta dan kan status sebagai provinsi otonomi khusus, daerah
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
Berdasarkan No Merdeka akan pemerintahan A
kembali secara -Undang Pemerintahan Aceh (UU PA) sangat diperlukan dalam upaya m
demokratis dan a DPD RI sebag
Indonesia sanga alahan dan perkembangan Aceh. Berbagai Iangkah telah dilakukan o
Badan Rehabilita menangani benc Aceh terlebih dalam memperhatikan atas kepentingan
II. PANDANGAN DAN PENDAPAT DPD DPD RI telah me
memberikan pan masyarakat Ace kerja. DPD RI t berbagai disiplin substansi akade Pandangan dan pe Pemerintah dan yang terdapat da sangat krusial un
Secara urnum, d ti secara komprehensif
meliputi aspek f dan prinsip Nega berbagai Dihak,
secara tertulis m I. Aspek yuridis yaitu 1) kesesuaian
substansi unda perundang-unda Iainnya gang be dan otonomi k memperhatikan daerah lain, nasi unsur terobosan membuka pelu kewenangan ya tugas pembantua
Secara filosofis berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia denga
dasar negara d perbedaan bent adalah demi terc Perumusan RUU
• UU PA ha rtabat
dan berke
• Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
ta Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh segera dikeluarkan undang-undang baru tentang penyelenggaraan ceh. Oleh karena itu, UndangUndang Nomor 18 Tahun 2001 perlu ditelaah menyeluruh. Undang
enciptakan kondisi penyelenggaraan pemerintahan Aceh ke arah yang dil.
ai lembaga negara yang merupakan representasi dari seluruh daerah di t peduli dengan permas
leh DPD RI, termasuk sebelumnya memberikan pertimbangan atas kedudukan si dan Rekonstruksi (BRR) Aceh dan Nias, serta membentuk tim khusus dalam ana alam di Aceh dan Nias. DPD RI memberikan perhatian penuh kepada
perannya sebagai lembaga negara yang ditugaskan konstitusi untuk dan memperjuangkan kepentingan daerah, tanpa harus kehilangan kepedulian
bangsa dan negara.
lakukan pembahasan secara intensif terarah, Komprehensif, dan holistik guna dangan dan pendapat terhadap RUU PA dengan tetap memperhatikan aspirasi h yang berkembang dengan melihat langsung kondisi Aceh melalui kunjungan elah mengundang para tokoh dari berbagai kalangan dan narasumber dari
ilmu untuk memberikan koreksi serta saran sehingga RUU PA secara mis dan aspiratif dapat dipertanggung jawabkan.
ndapat tersebut disusun dengan didasarkan pada RUU PA yang berasal dari DPRD NAD dengan mengkaji latar belakang dan perumusan muatan mated lam pasal-pasal, Khususnya menyangkut pasal-pasal yang secara substansial tuk dikritisi bersama.
alam mengkaji dan menyikapi RUU PA perlu dicerma
ilosofis, aspiratif, dan yuridis. Aspek filosofis yaitu tetap dalam koridor sistem ra Kesatuan Republik Indonesia. Aspek aspiratif yaitu masukan dan saran dari termasuk pakar dan kelompok masyarakat Iainnya baik yang isampaikan
aupun melalui kunjungan kerja DPD R
ng-undang dengan UUD Tahun 1945, 2) kesesuaian dengan peraturan ngan yang mengatur tentang pemerintahan daerah dan undang-undang terkait
rlaku nasional, 3) kesesuaian dengan undang-undang tentang keistimewaan husus bagi Aceh, 4) mempertimbangkan kepentingan khusus Aceh dan
butir-butir Nota Kesepahaman, dengan melihat dampaknya bagi kepentingan onal dan internasional. Tetapi. aspek komprehensif itu juga harus mengandung -terobosan politik baru, karena Perubahan UUD 1945 telah secara nyata ang bagi dibentuknya daerah-daerah khusus dan lain-lainnya dengan
ng berbeda antardaerah melalui prinsip desentralisasi, dekonsentrasi, dan n.
dan legalistik RUU PA
n landasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila adalah engan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Dengan prinsip itu, pada dasarnya uk pemerintahan di daerah tidak menjadi persoalan, selama tujuan akhirnya
apainya tujuan bangsa dan negara.
PA harus tetap mengindahkan dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
rus bersifat visioner, menyongsong masa depan yang lebih adil, berma sinambungan.
www.parlemen.net
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 merupakan pemenuhan aspirasi rakyat Aceh di pemerintah, sehingga undangundang ini merupakan motivasi untuk yariat Islam seperti yang tertuang dalam semangat RUU PA mengenai
h Syari'ah.
g Nomor 18 Tahun 20
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net
masa lalu oleh pelaksanaan s
Kewenangan Mahkama
• Undang-Undan 01 tentang Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Undang-undang ini mengandung makna komitmen Pemerintah atas tuntutan keadilan
bagi rakyat apatan Sumber Daya Alam
antara Pusat d Pada saat Und maka substans telah dilimpahk boleh berkura Selain itu pasa ke dalam UU dengan pemeri
• Undang-Undan Undang-undan otonomi daera pemerintahan namun juga menyelenggar perspektif pe dinamika mas
• Undang-Undan 0 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Und
dan Pelabuhan Undang-uncan pembangunan Nanggroe Ace Tata Niaga Pe dan Pelabuhan dalam pelaksa pelaksanaan un Qanun dengan
• Undang-Undan Undang-undan untuk menjam yang berdasa dilaksanakan d kekuatan Perta kesejahteraan u
dan kebiasaan bagai
wilayah paling ngga,
seyogyanya jug
melibatkan seluruh elemen pertahanan negara.
• Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 perlu ditambahkan dalam konsideran karena undang-undang ini mengatur soal-soal internal anggota TNI, termasuk hak dan kewajibannya. Sebagai bagian penting dari unsur pertahanan negara, TNI telah menunjukkan sumbangsihnya kepada bangsa dan negara Indonesia.
• Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Aceh khususnya dalam pembagian hasil pend an Daerah.
ang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 dicabut karena berlakunya UU PA, i esensial berupa hak dan wewenang otonomi khusus yang selama ini an oleh Pemerintah kepada Pemerintah Provinsi NAD, seyogyanya tidak ng bahkan perlu diperjelas dan dipertegas kembali.
l-pasal penting dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 dimasukkan PA, sehingga terbangun rangkaian kesinambungan yang tidak putus ntahan sebelumnya.
g Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daarah.
g ini dapat menjadi rujukan inovatif dalam kerangka penyelenggaraan h di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Yaitu, pembagian urusan tidak hanya terbatas sampai di tingkat provinsi, kabupaten dan kota sampai kepada gampong (setingkat desa) yang berhak untuk akan urusan rumah tangganya. Serta dapat dijadikan landasan untuk mekaran daerah yang disesuaikan dengan tingkat prioritas dan yarakat di masa depan.
g Nomor 37 Tahun 200
ang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas Bebas Sabang
g ini hendaknya segera dilaksanakan untuk mengejar ketertinggalan dan pengembangan daerah. Dalam kaitan ini Pemda Provinsi h Darussalam telah menoeluarkan Qanun Nomor 4 Tahun 2004 tentang masukan dan Pengeluaran Barang Melalui Kawasan Perdagangan Bebas Bebas Sabang dari dan ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tetapi naannya diabaikan oleh pemerintah. Oleh karenanya, peraturan
tuk undang-undang ini perlu secara konsisten dilimpahkan kepada memperhatikan norma-norma hukum internasional.
g Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
g ini bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia in keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia rkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Usaha pertahanan
engan membangun, memelihara, mengembangkan dan menggunakan hanan Negara berdasarkan prinsipprinsip demokrasi, hak asasi manusia,
mum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai. Se barat yang berbatasan langsung dengan negara-negara teta
a dipikirkan tentang strategi pertahanan Aceh yang juga bisa
www.parlemen.net
Undang-undang ini memungkinkan Kepolisian Negara Republik Indonesia di Aceh aksanakan fungsi-fungsi kepolisian lain, misalnya dapat membentuk Khusus seperti Polisi Syari'ah. Namun, syarat-syarat bagi anggota dalam mel
Kepolisian kepolisian sy dan kurikulu
• BAB XL, Ke Undang-und
wewenang RUU PA, serta PA. Penyes
sehingga U undang sek Berdasarkan pert
memberikan pan PA sebagai bahan
pertimbangan bag nyusun, membahas, dan mengesahkan RUU PA menjadi undang-undang, s
a Konsideran
Undang-Undan perlu dicantumkan dalam
Konsideran sistem perta Indonesia (NKR
Di samping itu, Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pengaturan Dasar Pokok-Pokok
mempertegas konsisten sesu sebagaimana y
b BAB II, Pembagian Aceh dan Ka Pasal 5 men
kabupaten/kota , dan gampong/kelurahan sesuai peraturan perundang-u
Terhadap rumu ng bahwa rumusan tersebut
sangat diperluka rakat Aceh untuk pemekaran
daerah.
c BAB IV, Kewe
Dalam RUU P n yang
menjadi urusan ng oleh
peraturan peru ayat (3)]. Apa y Pemerintah k menyangkut se Dalam konteks status keistim
kebijakan Pem g-
Undang Pemerintahan Aceh sekaligus mengakomodir esensi penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana tertuang dalam Nota Kesepahaman.
d BAB X, Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota.
Pasal 61 ayat (1) telah mengatur bahwa "Pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota,Wakil Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik dan/atau partai politik lokal".
ari'ah yang akan ditugaskan di Aceh memerlukan s~sterrr rekrutrnen khusus m khusus.
tentuan Penutup, Pasal 202
ang sektoral jangan sampai memangkas atau mengurangi makna dan harus dihindari tumpang tindih atau berbenturan dengan RUU uaian undang-undang sektoral secara rinci harus dimuat dalam UU PA, U PA nantinya diberlakukan sebagai lex specialis. Dengan demikian undang-
toral tunduk kepada UU PA.
imbangan tersebut, DPD RI sesuai dengan fungsi dan kewenangannya dangan dan pendapat atas muatan materi RUU
i DPR RI dalam me ebagai berikut:
Mengingat
g Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI
Mengingat untuk mempertegas pengertian bahwa fungsi, tugas serta hanan dan keamanan negara dalam koridor Negara Kesatuan Republik
I) diatur secara konstitusional.
Undang-Undang
Agraria perlu dicantumkan dalam Konsideran Mengingat untuk dan memperjelas pengaturan dan pengeloiaan pertanahan secara ai dengan norma, standar dan prosedur yang berlaku secara nasional ang tercantum dalam Bab XXIX tentang Pertanahan dalam RUU PA.
wasan Khusus
egaskan bahwa pembentukan, penghapusan, dan penggabungan , kecamatan, mukim
ndangan.
san Pasal 5 tersebut, DPD RI memanda n untuk mengakomodir keinginan masya
nangan Aceh dan Kewenangan Kabupaten/Kota
emerintahan Aceh disebutkan bahwa selain ada 6 kewenanga pemerintah [Pasal 7 ayat (2)], ada urusan pemerintahan lain ya
ndang-undangan ditetapkan sebagai kewenangan Pemerintah [Pasal 7 ang dimaksud "urusan pemerintahan lain" sehingga menjadi kewenangan arena d,tafsirkan ada tumpang tindih dengan kewenangan Aceh
ktor publik diluar 6 (enam) kewenangan pemerintah.
pelaksanaan otonomi seluas-luasnya bagi daerah yang menyandang ewaan seperti NAD, DPD RI mengharapkan adanya ketegasan dari
erintah yang secara eksplisit dan jelas dapat terakomodir dalam Undan
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
Dalam mewujudkan demokratisasi, DPD RI berpendapat bahwa perlu memberikan ta
kesem Kepal daerah ya terbuka haruslah merupak kabupate bupati da Sehubun perseor e BAB XI, Partai
Pasal 67 meng Sesuai dengan politik loka politik rakyat memberikan pe
tujuan yang dap rta
tetap mempertahan f BAB XVII, Mah
Pasal 101 aya dari sistem pe pengaruh pihak man Mengenai Mah berikut
Mahkam menjadi ba
"Badan-b dalam U yang lepas akan m
mengatu gan Syari'at Islam seperti Syakhsiyah,
Muamala
Qanun y Mahkam terhadap demikian dari ketentua Nomor 3 g BAB XXIV, Ke
Pasal 142 aya 139 huruf c meru
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pendanaan pendidikan, sosial dan kesehatan yang besarnya 1 % (satu persen) dari plafon dana alokasi umum nasional selama 5 (lima) tahun".
Melihat dari ketidakadilan yang selama ini dirasakan oleh hampir semua masyarakat Aceh ditambah dengan kondisi akibat bencana tsunami, terutama dilihat dari jumlah penduduk miskin, berpendidikan rendah dan kesehatan yang buruk, hendaknya dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua untuk dapat bertindak bijaksana dan obyektif atas kondisi tersebut. Untuk itu, pembangunan Aceh ke depan selayaknya mengutamakan Indeks Pembangunan Manusia berdasarkan standar kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja. Parameter-parameter yang objektif selayaknya diberikan, berikut pa n kepada calon perseorangan untuk ikut serta dalam pemilihan a Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Aceh. Figur-figur calon kepala ng tidak terakomodasi melalui partai po:itik atau gabungan partai politik kesempatan sebagai calon perseorangan. Syarat calon perseorangan didukung oleh minimal 1% (satu persen) dari jumlah pemilih serta an akumulasi dari paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah n/kota untuk gubernur/wakil gubernur dan kecamatan untuk bupati/wakil n walikota/wakil walikota.
gan dengan hal tersebut, DPD RI merekomendasikan, calon angan Iangsung diakomodir oleh Komite Independen Pemilihan (KIP).
Politik Lokal
atur mengenai pembentukan partai politik lokal oleh penduduk Aceh.
Pasal 28 UUD 1945, DPD RI mendukung konsep pembentukan partai l di Aceh. Partai politik lokal diharapkan dapat menjadi sarana pendidikan yang efektif dan merupakan representasi dari partisipasi politik rakyat untuk ran sertanya dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah dengan at diwujudkan secara konsisten, konsekuen dan bertanggungjawab, se
kan keutuhan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
kamah Syariah
t (1) menyebutkan bahwa "Peradilan Syari'at Islam di Aceh sebagai bagian radilan nasional dilakukan oleh Mahkamah Syari'ah yang bebas dari
apun".
kamah Syari'ah ini, DPD RI merekomendasikan beberapa hal sebagai
ah Syari'ah di Aceh merupakan salah satu bentuk peradilan khusus dan gian dari peradilan nasional sesuai UUD Tahun 1945 Pasal 24 ayat (3) adan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman di atur ndang-undang". Peradilan Syari'ah mempunyai sifat berdiri sendiri
dari peradilan umum. Dengan demikian Mahkamah Syari'ah juga engemban fungsi-fungsi peradilan agama. la mempunyai fungsi r hal-hal yang berkaitan den
h dan Jinayah.
ang antara lain mengatur pelaksanaan ketentuan pidana dalam ah Syari'ah memiliki tafsir lex spesialis derogate lex generalis penetapan sanksi dalam pelaksanaan Syariat Islam di Aceh. Dengan sanksi yang akan dicantumkan dalam Qanun merupakan pengecualian n pada Pasal 143 ayat (2) dan Pasal 145 ayat (2) Undang-Undang 2 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
uangan
t (1) menyatakan, "dana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal pakan penerimaan Pemerintah Aceh yang dtujukan untuk pembiayaan
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
tahapan-tahapannya, tidak sekadar kebijakan yang bersifat tambal sulam. Tersedia mpatan yang sangat luas untuk mencapai Indeks Pembangunan di Aceh, terutama karena banyaknya bantuan masyarakat sunami. Berangkat dari pemikiran tersebut dikaitkan dengan usulan Pemerintah sebesar 1 % dari Dana Afokasi Umum Nasional maka dan dikaji kembali. Sedangkan tuntutan masyarakat Aceh untuk
ersen) dana tambahan yang bersifat permanen dapat dipahami.
ngan pertimbangan kemampuan keuangan negara dan mengingat daerah-daerah lainnya
momentum dan kese Manusia yang baik internasional pasca-t dana tambahan oleh patut untuk ditinjau meminta 5% (lima p Namun demikian de
solidaritas terhadap , maka DPD RI mengusulkan dana tambahan terseb s
15 (lima belas) pembangunan yang h BAB XXIX, Pertanah Pasal 161 ayat (1) m dengan peraturan pe DPD RI merekomend
alam perlu merujuk Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-po memperhatikan h h
III. KESIMPULAN
Berdasarkan pertimbangan Pemerintah untuk seg Pemerintahan Aceh men sungguh pandangan dan pe Berkenaan dengan pasal-p tidak dikritisi oleh DPD, sec disampaikan oleh Pemerinta
DPD RI menyadari walaupun keikutsertaan DPD RI dalam pembahasan RUU hanya pada awal
Pembicaraan Tingkat I, m tuk dilibatkan dalam
pembahasan lanjutan guna Berkenaan dengan pandan tugas pengawalan terhada sebagai bentuk tanggung ja UUD 1945 dan Undang-Un sebagai lembaga yang mem Republik Indonesia.
IV. PENUTUP
Pertimbangan DPD RI undang-undang baru in masyarakat yang adil, seja
ut ebesar 3% (tiga persen) dari plafon dana alokasi umum selama tahun dalam rangka mendorong proses percepatan pemulihan
tertinggal selama tiga dekade.
an
engatur bahwa Rakyat Aceh memiliki hak-hak atas tanah sesuai rundang-undangan.
asikan bahwa masalah pertanahan dan pengelolaan sumber daya undang-undang Republik Indonesia
kok Agraria Pasal 2 ayat (4), yaitu hak-hak atas tanah tetap ak- ak masyarakat adat dan prinsip otonomi daerah.
dan telaah pasal demi pasal, DPD memandang perlu agar DPR dan era mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang
jadi Undang-Undang dengan memperhatikan secara sungguh- ndapat DPD atas rancangan undang-undang dimaksud.
asal lain dari RUU Pemerintahan Aceh yang secara substansial ara prinsip DPD sepaham dengan RUU Pemerintahan Aceh yang h.
na un bila diperlukan DPD masih bersedia un
memperjelas pandangan dan pendapat DPD yang telah sampaikan.
gan ini, perlu kami sampaikan pula bahwa DPD akan melakukan p implementasi undang-undang tentang Pemerintahan Aceh ini
wab dalam menjalankan kewajiban konstitusionalnya berdasarkan dang Nomor 22 Tahun 2003. DPD akan mengoptimalkan perannya perjuangkan kepentingan daerah dalam koridor Negara Kesatuan
atas RUU PA untuk dapat ditelaah dengan bijak karena kehadiran i merupakan momentum bersejarah untuk mengantarkan Aceh menuju
htera clan bermartabat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
Jakarta, 15 Maret 2006
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
PIMPINAN
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net