• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Univeristas Multimedia Nusantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perpustakaan Univeristas Multimedia Nusantara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work

non-commercially, as long as you credit the origin creator

and license it on your new creations under the identical

terms.

(2)

BAB III METODOLOGI

3.1. Gambaran Umum

Film pendek berjudul “Dongeng di Pagi Hari” adalah sebuah film bergenre drama berdurasi 14 menit yang diproduksi oleh Lumos film dan disutradarai oleh Wendy.

Film ini menceritakan tentang seorang anak kecil bernama Nico yang harus ikut menghadapi permasalahan rumah tangga kedua orang tuanya, yaitu perselingkuhan sang ayah. Film ini diambil dengan point of view karakter Nico, hal ini bertujuan agar penonton bisa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh karakter utama. Pada penulisan laporan skripsi penciptaan ini, penulis memiliki tujuan untuk membahas perancangan frame within a frame sebagai fungsi naratif terhadap visual storytelling.

Penelitian laporan ini menggunakan metode kualitatif, dimana menurut Neuman (dalam Semiawan, 2010, hlm.18) tahapan pertama dalam penelitian kualitatif adalah pemilihan topik utama yang akan dijadikan sebagai judul penelitian. Selanjutnya adalah pemeriksaan topik tersebut pada buku-buku atau jurnal ilmiah yang dikenal dengan istilah penelusuran literature atau kepustakaan.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data tentang sesuatu hal. Kemudian membuat analisis dan menarik kesimpulan akhir dari hasil penelitian. Pengumpulan data dalam laporan ini berdasarkan studi pustaka dengan cara mempelajari buku dan jurnal ilmiah untuk dijadikan sebagai landasan teori yang kemudian akan dibahas sesuai dengan judul penelitian yang dilakukan.

(3)

3.1.1. Sinopsis

Nico merupakan seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun. Ketika Nico pulang sekolah, ia melihat sang ayah pergi dan menitipkan amplop kepada supir jemputannya. Semenjak kejadian itu, Nico tidak pernah melihat ayahnya pulang lagi ke rumah. Sang ibu yang sedih atas kepergian sang ayah, berusaha tetap tegar dan menutupi permasalahan rumah tangganya di depan Nico. Sayangnya semenjak sang ayah meninggalkan rumah, sang ibu tidak lagi mengurus pekerjaan rumah tangganya dengan baik.

Keesokan harinya, Nico pergi ke sekolah minggu. Di sana Nico mendapatkan kabar bahwa akan diadakan sebuah acara retreat di puncak bersama dengan orang tua. Nico sangat ingin pergi bersama dengan kedua orang tuanya dan bermain mobil-mobilan bersama dengan teman-temannya. Namun sesampainya di rumah, Nico tidak melihat kehadiran sang ayah melainkan neneknya yang tiba-tiba datang berkunjung ke rumahnya. Nico tidak sengaja mendengar percakapan sang ibu dengan neneknya untuk membawa kembali sang ayah melalui bantuan paranormal.

Sehari setelah kejadian tersebut, Nico mendapati sang ayah pulang ke rumahnya. Sang ayah sedang berbicara serius dengan sang ibu. Nico yang melihat kejadian tersebut hanya bisa terdiam di kamarnya. Keesokan harinya, sang ayah dan ibu berencana untuk pindah ke Palembang untuk memperbaiki keadaan rumah tangga mereka. Nico yang mengetahui kabar tersebut merasa tidak terima dan hanya bisa melampiaskan kekesalannya terhadap mainan mobil-mobilannya.

(4)

Namun, keputusan sang ayah dan ibu sudah bulat untuk pindah ke Palembang. Nico pun hanya bisa pasrah dan mengikuti keputusan sang ayah dan ibu. Pada akhirnya Nico bersama dengan keluarganya pindah ke Palembang dengan naik kapal laut. Disana Nico hanya bisa terdiam melihat lautan dan berharap dapat melupakan kejadian yang telah menimpa keluarganya.

(Dokumen pribadi penulis)

Gambar 3.1. Poster Film "Dongeng di Pagi Hari"

(5)

3.1.2. Posisi Penulis

Posisi penulis dalam film “Dongeng di Pagi Hari” adalah sebagai sinematografer atau biasa disebut juga sebagai sinematografer. Selama pembuatan film ini, penulis memiliki tiga anggota yang terdiri dari dua asisten kamera yang bertugas untuk membantu penulis dalam mengoperasikan kamera dan satu gaffer untuk membantu proses penataan lighting. Disini penulis bertugas untuk membuat konsep utama dari penataan kamera dan pencahayaan. Hal ini menjadikan penulis sebagai penanggung jawab atas konsep penataan kamera dan pencahayaan yang akan diterapkan dalam film “Dongeng di Pagi Hari”.

3.1.3. Peralatan

Pada tahap pra-produksi penulis sebagai kepala departemen berdiskusi dengan anggota dari departemen kamera yang terdiri dari dua asisten dan satu gaffer.

Setelah berdiskusi, penulis menentukan peralatan yang akan digunakan saat produksi. Dalam proses pemilihan peralatan, banyak hal yang perlu diperhatikan, seperti konsep sinematografer, budget, dan juga lokasi syuting. Untuk menghemat budget penulis meminjam beberapa barang, seperti kamera dan lensa. Penulis bekerja sama dengan produser untuk mencari rental alat yang ingin memberikan sponsorship maupun potongan harga.

Semua adegan pada film ini diambil menggunakan kamera panasonic GH5s karena penulis yakin bahwa kamera ini sesuai dengan kebutuhan penulis. Terdapat beberapa hal yang membuat penulis menggunakan kamera ini, pertama kemampuan dual native ISO yang membuat kamera ini mampu bekerja di keadaan low light dan

(6)

kedua kamera ini sudah mampu merekam gambar 10 bit 4:2:2, yang mampu menghasilkan warna lebih banyak. Walaupun kamera ini menggunakan sensor micro four third, penulis harus menggunakan lensa dan mengatur lensa dengan tepat sehingga kamera ini mampu menghasilkan depth of field yang hampir sama dengan kamera full frame.

Dari segi penggunaan lensa, penulis menggunakan prime lens yang artinya lensa dengan focal length yang tetap atau tidak berubah. Penulis memutuskan menggunakan lensa ini karena ringan dan dengan bukaan aperture yang besar mampu menghasilkan depth of field yang lebih baik agar dapat bekerja fleksibel sesuai dengan keadaan cahaya pada lokasi syuting. Lensa yang digunakan dalam film ini adalah Canon EF 35mm f/1.4 L USM, Canon EF 50mm f/1.2, dan Canon EF 85mm f/1.2 L II USM untuk adegan rumah dan adegan sekolah. Serta pada adegan kapal, peramal, dan sekolah minggu menggunakan Carl Zeiss 35mm Distagon F2,0 ZE/ZF.2, Carl Zeiss 50mm Planar F1,4 ZE/ZF.2, Carl Zeiss 85mm Planar F1,4 ZE/ZF.2. Berikut adalah list alat lengkap yang digunakan pada saat produksi film “Dongeng di Pagi Hari”:

(7)

Tabel 3.1. Peralatan Tanggal 13 Juli 2018 (Dokumen pribadi penulis)

Tabel 3.2. Peralatan Tanggal 14 Juli 2018 (Dokumen pribadi penulis)

(8)

Tabel 3.3. Peralatan Tanggal 15 Juli 2018 (Dokumen pribadi penulis)

Tabel 3.4. Peralatan Tanggal 25 Juli 2018 (Dokumen pribadi penulis)

(9)

Tabel 3.5. Peralatan Tanggal 28 Juli 2018 (Dokumen pribadi penulis)

Tabel 3.6. Peralatan Tanggal 29 Juli 2018 (Dokumen pribadi penulis)

(10)

3.2. Tahapan Kerja

Pada awal tahap pengerjaan film ini, penulis selaku sinematografer bersama dengan sutradara untuk membahas konsep visual pada film ini, mulai dari konsep penataan kamera dan lampu. Penulis mengerjakan film ini melalui tiga tahap yaitu pra- produksi, produksi, dan paska-produksi yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut:

3.2.1. Pra-produksi

Pada tahap pra-produksi, penulis sebagai sinematografer memiliki tanggung jawab untuk merealisasikan konsep visual yang diinginkan oleh sutradara pada film ini.

Penulis membuat daftar tahapan yang dikerjakan saat pra-produksi:

1. Penulis menerima final script yang dituliskan oleh sutradara, dan kemudian berunding dengan sutradara tentang konsep visual yang akan diterapkan dalam film ini. Dari hasil perundingan dengan sutradara, sutradara ingin menggambarkan bagaimana sudut pandang pada film ini diambil dari sudut pandang anak kecil yang sempit dan terbatas, kemudian anak kecil yang merasa terisolasi dengan masalah yang terjadi di dalam keluarganya dan bagaimana penonton bisa melihat perasaan sedih yang dialami tokoh Nico.

Sehingga penulis menawarkan teknik frame within a frame karena teknik ini memiliki fungsi yang sesuai dengan konsep dari sutradara dalam menyampaikan pesan melalui visual. Dalam beberapa shot film ini penerapan teknik frame within a frame digunakan untuk mengisolasi

(11)

karakter, memfokuskan subjek utama di dalam frame, membuat gambar dalam film menjadi terbatas, dan terakhir untuk mengintip personal space.

2. Kemudian penulis memberikan beberapa referensi visual dan masukan contoh dari penggunaan teknik frame within a frame yang akan diterapkan dalam film ini.

3. Setelah sutradara menyetujui konsep visual yang ditawarkan, penulis berunding dengan production designer untuk membuat moodboard yang cocok dan sesuai dengan konsep visual yang diinginkan sutradara.

4. Penulis kemudian membuat shot list dan storyboard yang akan dipresentasikan kepada sutradara.

5. Setelah shot list dan storyboard disetujui oleh sutradara, penulis akan berembuk dengan tim departemen kamera untuk membahas peralatan yang akan digunakan pada saat produksi dan membuat list alat untuk diserahkan kepada produser.

6. Kemudian penulis akan bertemu dengan produser untuk membahas masalah budget, setelah produser menyetujui list alat penulis bersama dengan anggota departemen kamera akan melakukan scouting di lokasi syuting, hal ini bertujuan untuk mempermudah proses syuting nantinya.

7. Penulis melakukan recce dan test cam secara bersamaan untuk menghemat budget yang dikeluarkan. Dari hasil recce dan test cam, penulis membuat storyboard berupa foto dengan adanya tokoh sebagai standpoint.

(12)

8. Setelah semua dokumen shot list, storyboard, floor plan dan peralatan sudah lengkap, penulis dan anggota departemen kamera tinggal menunggu tanggal produksi.

3.2.2. Produksi

Pada tahap produksi, penulis sebagai kepala departemen memimpin anggota dari departemen kamera. Di tahap ini, penulis akan mengambil gambar yang sesuai dengan shot list dan storyboard yang telah dibuat pada tahap pra-produksi.

Umumnya di tahap ini terjadi penambahan shot untuk memperkuat visual maupun pengurangan shot akibat kurangnya waktu.

3.2.3. Paska-produksi

Pada tahap paska-produksi, penulis berunding dengan sutradara dan editor tentang konsep visual yang diterapkan dari awal. Kemudian penulis selaku sinematografer akan menemani editor pada saat proses colour grading, hal ini berguna untuk membuat warna pada film sesuai dengan konsep moodboard yang telah diterapkan dari tahap pra-produksi.

3.3. Acuan

Pada proses tahapan pra-produksi, penulis mulai memikirkan konsep visual yang tepat dan sesuai dengan makna film yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada penontonnya. Sutradara ingin menggambarkan bagaimana film ini diambil dari sudut pandang mata anak kecil yang sempit dan terbatas. Maka penulis memilih beberapa acuan film yang bisa dijadikan referensi, yaitu Wonder (2017) karya Stephen Chbosky. Film ini menceritakan bagaimana seorang anak yang terlahir

(13)

dengan wajah yang cacat, dan ingin diterima oleh lingkungan sekitarnya. Film ini diambil menggunakan sudut pandang anak kecil, sehingga kebanyakan shot pada film ini diambil dengan point of view tokoh utama anak kecil tersebut.

Gambar 3.2. Film Wonder (Hasil screenshot film wonder)

Film ini dijadikan sebagai acuan penulis karena memiliki sudut pandang yang sama. Selain itu, salah satu shot membuat penulis ingin mendalami pengetahuan tentang penggunaan teknik frame within a frame. Shot tersebut memperlihatkan tokoh utama sedang melihat langsung kejadian dimana ayah dan ibunya berdebat tentang tokoh utama apakah dapat masuk ke sekolah dan bertemu dengan anak-anak lainnya. Shot ini diambil menggunakan teknik frame within a frame, dimana ibunya terlihat di celah pintu, sedangkan ayahnya tidak terlihat, hanya gerakan tangannya yang terlihat.

Selanjutnya adalah film Sebelum Pagi Terulang Kembali (2014) karya Lasja Fauzia Susatyo. Film ini menceritakan kisah tentang sebuah keluarga. Yan

(14)

(55), seorang pejabat pemerintah yang jujur dan istrinya Ratna (55) yang bekerja sebagai seorang dosen filsafat. Mereka memiliki tiga orang anak yang memiliki kepribadian yang sangat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Film ini tidak diambil dari sudut pandang anak kecil, namun penulis terinspirasi dari beberapa komposisi shot pada shot wide dalam film ini. Penulis juga menganalisis sebuah shot yang diambil pada film ini. Shot ini menggunakan teknik frame within a frame yang berfungsi untuk mengisolasi tokoh utama dalam film ini.

Gambar 3.3. Film Sebelum Pagi Terulang Kembali

(Hasil screenshot Sebelum Pagi Terulang Kembali)

3.4. Kendala

Kendala utama bagi saat melakukan teknik frame within a frame, pertama adalah ketika menentukan bentuk dari objek yang akan digunakan sebagai second frame dan seberapa besar bentuk akan berada di dalam frame. Kedua adalah menentukan peletakkan subjek di dalam frame, apakah subjek akan berada di dalam atau di luar second frame, apa subjek akan terlihat semua atau hanya sebagian. Hal ini membuat

(15)

penulis harus meriset dan mengusai penggunaan teknik frame within a frame untuk digunakan sebagai visual storytelling.

3.5. Temuan

Pada saat produksi, penulis selaku kepala departemen kamera menemukan beberapa kesulitan dalam menerapkan teknik frame within a frame dan juga pengetahuan baru sebagai berikut:

1. Pada saat menerapkan teknik frame within a frame, penulis ingin meletakkan aktor utama di dalam second frame pintu. Namun, aktor utama anak kecil ini cukup sulit untuk fokus, sehingga terkadang aktor utama ini tidak benar-benar di tengah frame, sesuai dengan keinginan sutradara, sehingga banyak terjadi retake di beberapa shot dalam film ini.

2. Pada saat menentukan blocking aktris yang sudah tua di dalam frame.

Dikarenakan aktris orang tua ini adalah aktris non-professional. Sehingga pada saat pengambilan gambar, aktris ini sangat suka melihat ke kamera secara tidak sadar. Hal ini menyebabkan retake di beberapa shot dalam film ini.

3. Teknik frame within a frame tidak hanya terbuat dari bentuk geometric seperti persegi, segitiga dan lingkaran, melainkan dapat juga terbentuk dari bentuk organic, seperti cairan maupun bentuk-bentuk abstrak.

Pembentukan teknik frame within a frame juga dapat digunakan dengan lampu, seperti bayangan yang membentuk sebuah frame baru.

Gambar

Gambar 3.1. Poster Film "Dongeng di Pagi Hari"
Tabel 3.2. Peralatan Tanggal 14 Juli 2018   (Dokumen pribadi penulis)
Tabel 3.3. Peralatan Tanggal  15 Juli 2018  (Dokumen pribadi penulis)
Tabel 3.5. Peralatan Tanggal  28 Juli 2018  (Dokumen pribadi penulis)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang diminta ketika melaporkan berita yang berfokus pada solusi adalah menambahkan elemen spesifik dalam artikel tersebut, seperti: bukti hasil solusi sementara,

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan kerja magang dengan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut CEDAW (The Convention on The Elimination of All Forms Discrimination Againts Women) 1993 adalah segala bentuk tindak kekerasan baik

Tidak hanya pintu, jendela juga dapat menjadi sebuah frame dan pada umumnya memiliki fungsi untuk melihat dari dalam ruangan ke pemandangan luar.. Jendela juga

Layout Ambrose dan Harris (2005) adalah susunan dari keseluruhan elemen desain pada suatu tempat atau ruang yang bertujuan untuk komunikasi dengan audiens agar suatu desain

Pada kerja praktik ini, peserta memiliki tugas untuk membandingkan dan menghitung efisiensi energi bahan bakar, biaya dan emisi Carbon Dioxide (CO 2 ) pesawat terbang

Pada perancangan sistem sensor ini memiliki fungsi untuk dapat memberikan data yang sesuai dengan keinginan user.. Data yang diinginkan user adalah berupa sensor yang

Setelah melakukan filter integrated data pada tahun 2018 terdapat 184 penerbangan menggunakan pesawat A332 dan 290 penerbangan menggunakan pesawat B738 dari