• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAN Maha e-issn : Vol. 4 No. 6, Juni 2022 p-issn :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JAN Maha e-issn : Vol. 4 No. 6, Juni 2022 p-issn :"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

102

PENGARUH ETIKA KOMUNIKASI TERHADAP PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR CAMAT DEPATI TUJUH KABUPATEN KERINCI

EKA SEPTIANI

STIA NUSANTARA SAKTI SUNGAI PENUH

Email:

ekayani1809@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian tentang Pengaruh Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci. Metode Penelitian yang dipakai adalah Metode Deskriptif Kuantitatif. Pemilihan para responden dalam Penelitian ini berjumlah 25 orang berasal dari masyarakat penerima pelayanan pada Kantor Camat Depati Tujuh.

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan pengumpulan data melalui kuisioner. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Alat Analisis Regresi Linear Sederhana, Koefesien Determinan dan Uji Hipotesis dengan menggunakan Program Aplikasi SPSS Versi 16. Pengaruh Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh mencakup yang terdiri dari variabel bebas (X) Etika Komunikasi dan variabel terikat (Y) Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh. Kesimpulan dari penelitian adalah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh dan besarnya pengaruh adalah 49,7%

sedangkan sisanya 50,3% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel penelitian.

Kata Kunci : Etika Komunikasi, dan Pelayanan Publik

(2)

103

I. PENDAHULUAN

Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 pasal 4 tentang pelayanan publik dan badan layanan umum juga mengamanatkan untuk membanguna kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik. Disamping itu sebagai upaya mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan pengaturan hukum yang mendukungnya.

Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut bisa disebabkan oleh ketidaksiapan untuk menanggapi terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai masalah pembangunan yang kompleks. Sementara itu, tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada harapan dan tantangan global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.

Di Indonesia, upaya memperbaiki pelayanan yang sebenarnya juga telah sejak lama dilaksanakan oleh pemerintah, antara lain melalui Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993 tentang pedoman TatalaksanaPelayanan Umum. Untuk lebih mendorong komitmen aparatur pemerintah terhadap peningkatan mutu pelayanan, maka telah diterbitkan pula Inpres No. 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat.

Pada perkembangan terakhir telah diterbitkan pula Permenpan nomor 36 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

Upaya meningkatkan kualitas pelayanan tidak hanya ditempat melalui keputusan sebagaimana tersebut diatas, tetapi juga melalui peningkatan kemampuan aparat dalam memberikan pelayanan. Upaya ini dilakukan dengan cara memberikan berbagai materi mengenai manajemen pelayanan dalam diklar-diklat struktural pada berbagai tingkatan.

Etika komunikasi dalam reformasi pelayanan sipil dan publik merupakan kajian yang patut dilakukan dalam rangka menciptakan para aparatur negara yang memiliki etika komunikasi dalam menyelenggarakan reformasi pelayanan sipil dan publik. Sejauh ini aparat birokrasi belum menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal dalam melayani hak-hak sipil masyarakat umum terutama dalam hal berkomunikasi dengan masyarakat umum tersebut selama proses penyelenggaraan pelayanan berlangsung.

Pelayanan sipil dan publik yang dilakukan oleh para aparat birokrat pemerintah masih kurang maksimal dan masih jauh dari harapan para warga negara dan masyarakat umum.

Selama ini aparat birokrat cenderung melakukan pelayanan sesuai dengan jalan pemikirannya

(3)

104

sendiri bukan mengutamakan kepentingan dan kepuasan warga negara dan masyarakat.

Masalah birokrasi yang sangat berbelit serta rendahnya tingkat etika para aparat dalam melakukan komunikasi yang komunikatif, sugestif dan persuasif selama menyelenggarakan pelayanan membuat permasalahan ini semakin meluas dan kompleks.

Banyak keluhan yang muncul terkait pelayanan yang dilakukan para aparat birokrat misalnya mereka suka memperlambat proses penyelesaian pemberi izin tanpa ada alasan yang jelas seperti pengurusan KTP, Pasport, Sertifikat Tanah, dan lain-lain dengan penyampaian informasi yang sangat tidak komunikatif, tidak sugestif dan tidak persuasif. Hal ini berakibat dengan kekecawaan dari para warga negara dan masyarakat karena mereka sengaja ditarik ulur tanpa kejelasan yang pasti. Para aparat birokrat tersebut cenderung melakukan komunikasi dengan para warga negara dan masyarakat tersebut secara tidak jelas sehingga komunikasi yang timbul cenderung dinilai masyarakat sangat berbelit, tidak komunikati, tidak sugestif dan tidak persuasif. Jelas hal ini sangat tidak sesuai dengan konsep human relation, dimana sangat memperhatikan pentingnya hubungan manusiawi dilakukan melalui praktek untuk memberikan kepuasan atau kebahagiaan hati bagi kedua belah pihak yang sedang berkomunikasi.

Kantor Camat Depati Tujuh merupakan salah satu Institusi di Pemerintahan Daerah Kabupaten Kerinci yang memiliki pegawai dengan berbagai karakter dan prinsip sehingga sering terjadi kesalahan komunikasi. Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci memiliki tenaga kerja yang memiliki berbagai kemampuan dan bidang keahlian dengan tingkat pendidikan yang beragam. Sehingga lingkungan kerja yang muncul merupakan lingkungan kerja yang dinamis, dan memiliki interaksi tinggi di mana seringkali terjadi kesalah pahaman karena adanya perbedaan persepsi tentang harapan dan tujuan masing-masing pihak. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan kerja yang memicu ketidak puasan atau keluhan dan berujung pada konflik.

Fenomena yang terjadi pada Kantor Camat Depati Tujuh adalah seringkali ditemui masalah Etika dalam berkomunikasi yang mana para pegawai dalam memberkan pelayanan kepada masyarakat seperti:

1. Petugas tidak jujur dan berbohong dalam memberikan pelayanan pubik salah satu contohnya pegawai sering membohongi masyarakat tentang ketepatan waktu untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

2. Para pegawai sering tidak berlapang dada menghadapi masyarakat dalam pemberian pelayanan.

3. Tidak terjalinnya komunikasi yang kurang efektif dan efesien antara petugas pelayanan dengan masyarakat.

4. Pegawai yang mudah emosi dalam menghadapi masyarakat.

5. Pegawai kurang ramah dalam melayani masyarakat.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dalam penelitian dengan judul

“Pengaruh Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci”.

a. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis membuat rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat Pengaruh Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci?

2. Seberapa besar Pengaruh Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci?

b. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

(4)

105

1. Untuk mengetahui Pengaruh Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci

2. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Etika

Etika didefinisikan sebagai usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual, dan sosial, sehingga dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu “ethos” yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan.

Lalu masih terkait dengan etika yaitu, etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradap dalam pergaulan.

(Wijaya, 2000:187).

Aristoteles memberikan istilah Ethica yang meliputi dua pengertian yaitu etika meliputi ketersediaan dan kumpulan peraturan, dalam bahasa latin dikenal dengan mores yang artinya kesusilaan, tingkat salah satu perbuatan (lahir, tingkah laku). Lalu mores berkembang menjadi Moralitas yang artinya kesediaan jiwa akan kesusilaan (Wijaya, 2000:276). Terkait dengan topik pelayanan sipil dan publik maka moralitas ini dapat kita hubungkan dengan moralitas aparat birokrat dalam melakukan pelayanan. Moral dapat terjadi bila dikaitkan dengan masyarakat, tidak ada moral bila tidak ada masyarakat dan syogyanya tidak ada masyarakat tanpa moral (Wijaya, 2000:287).

Etika adalah instrumen dalam masyarakat untuk menuntun tindakan (perilaku) agar mampu menjalankan fungsi dengan baik dan dapat lebih bermoral (Haryanto : 2000 : 65).

Artinya etika dapat dipahami sebagai norma dan aturan yang mengatur perilaku seseorang dalam bertindak dan memainkan perannya sesuai dengan aturan main yang ada dalam masyarakat agar dapat dikatakan tindakannya bermoral (Syafhendri, 2008:127).

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas terkait dengan pengertian etika maka dapat diartikan bahwa etika terkait dengan moralitas. Morallitas itu sendiri dikaitkan dengan masyarakat, tidak ada moral jika tidak ada masyarakat dan tidak ada masyarakat tanpa moral.

Di dalam moralitas terdapat nilai-nilai normative yang kemudian dapat dilanjutkan sebagai etika.

b. Teori Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin communis atau common dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, commonness, atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya (Syafhendri, 2008:131).

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian pribadi manusia berbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam proses penyelenggaraan pelayanan sipil dan publik menyangkut dengan kepuasan sipil dan publik, yang terdiri dari sipil dan publik dengan aparat birokrat di antara kedua belah pihak harus ada two waycommunications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan.

(5)

106 c. Komunikasi Sipil dan Publik

Terkait dengan masalah komunikasi antara sipil dan publik dengan aparat birokrat dalam memberikan pelayanan atas arus komunikasi berlangsung secara vertikal dan horizontal. Arus komunikasi vertikal terjadi ketika pimpinan aparat birokrat memberikan informasi instruksi kerja kepada petugas pelaksana agar melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi, arahan, dan penjelasan yang diberikannya dan selanjutnya bawahan menyampaikan informasi terkait dengan pekerjaan yang sudah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan hak-hak sipil dari para warga negara dan masyarakat. Arus komunikasi horizontal juga terjadi ketika para petugas aparat birokrat berhadapan berkomunikasi secara langsung dengan para sipil dan publik dalam rangka pemenuhan hak-hak sipil dan hak-hak publik mereka (Wijaya, 2000:204).

Arus komunikasi yang seharusnya terjadi jelas tidak hanya pada pertemuan antara sipil dan publik dengan petugas aparat yang berada di front liner saja tetapi mengalir secara sistematis baik secara vertikal dan horizontal sehingga informasi yang disampaikan dapat disampaikan secara lebih baik, akurat, jelas, dan dapat dipertanggung jawabkan satu sama lain.

d. Etika Komunikasi

Menurut Wijaya (2000:184) Etika Komunikasi aparat birokrat yang hendaknya bertugas memberikan pelayanan kepada sipil dan publik dalam rangka pemenuhan hak-haknya sudah seharusnya menerapkan etika berkomunikasi sesuai. Aparat birokrat dalam melayani sipil dan publik selama penyelenggaraan pelayanan harus mampu lebih dahulu berinisiatif sebagai pembuka dialog misalnya melalui sapaan-sapaan sederhana Selamat Pagi, atau Ada yang bisa kami bantu?. Berbahasa dengan baik , ramah, sopan, tidak emosional serta jujur apa adanya dalam menyampaikan informasi akan memberikan kesan atau efek yang menyenangkan bagi siapa saja. Bertingkah laku baik sebagai cerminan moral yang beretika akan menunjang tercapainya kualitas pelayanan yang baik pula.

Berdasarkan pandangan diatas, Standar etika bisa saja mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan karena itu administrator harus mampu memahami perkembangan dan bertindak sesuai standar perilaku tersebut. Hal ini berarti seorang aparat birokrat atau administrator harus bertanggung jawab untuk memperhatikan aspek etika dalam menyelenggarakan pelayanan sipil dan publik yang tidak saja melekat pada aspek efisiensi, aspek ekonomi dan prinsip-prinsip administrasi.

e. Indikator Etika Komunikasi

Menurut Onong (2001:167) berikut dibawah ini adalah beberapa indikator etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari:

1. Jujur dan tidak berbohong

2. Bersikap Dewasa dan tidak kekanak-kanakan 3. Lapang dada dalam berkomunikasi

4. Menggunakan panggilan atau sebutan orang yang baik 5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien 6. Tidak mudah emosi atau emosional

7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog 8. Berbahasa yang baik

9. Ramah dan sopan

10. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan 11. Bertingkah laku yang baik.

f. Pengertian Pelayanan Publik

Taliziduhu (2000:59-60) menyatakan bahwa layanan dapat diartikan sebagai produk dan dapat juga diartikan sebagai cara atau alat yang digunakan oleh provider (penyedia layanan) dalam memasarkan atau mendistribusikan produknya. Jika barang dan jasa dianggap sebagai produk (komoditi), maka perdagangannya dapat disertai dengan layanan sebagai cara atau alat.

(6)

107

Yang dimaksud dengan layanan dalam pengertian di atas adalah layanan sebagai produk.

Kemudian, bagaimana halnya dengan layanan jasa pubik? Dari segi konseptual, pengertian pelayanan publik dapat ditelusuri melalui istilah layanan civil. Istilah civil berasal dari kata Latin civil (kata sifat), yaitu segala sesuatu yang menyangkut kehidupan sehari-hari warga negara di luar urusan militer dan ibadah.

Adapun yang dimaksud Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, sementara penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata- mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan masyarakat yang sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memilik fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sedangkan hakekat dari pelayanan publik itu sendiri adalah pemberian pemenuhan pelayanan kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban pemerintah sebagai abdi masyarakat. Pemberian pelayanan publik ini terutama diberikan untuk hal-hal yang sifatnya mendasar seperti pendidikan, kesehatan, sosial, keamanan dan ketertiban, lingkungan, perekonomian, kependudukan, ketenaga kerrjaan dan pertanahan. Boediono (2003:203).

Konsepsi pelayanan publik dari perspektif administrasi negara, dipahami sebagai segala kegiatan layanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah sebagai upaya pemenuhan orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perandung-undangan.

Selanjutnya pengertian pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pengertian pelayanan publik menurut hasil kajian Komisi Hukum Nasional (KHN), diartikan sebagai suatu kewajiban yang diberikan oleh konstitusi atau undang-undang kepada pemerintah untuk memenuhi hak-hak dasar warga negara atau penduduk atas suatu layanan (publik).

Pengertian menurut KHN ini secara tegas menekankan bahwa pelayanan publik merupakan kewajiban pemerintah (negara). Batasan ini berbeda dengan batasan yang diberikan oleh Menpan yang mendefinisikan pelayanan publik hanya seabgai kegiatan instansi pemerintah.

Dari beberapa pengertian pelayanan publik di atas maka dapat disimpulkan pengertian Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Standar Pelayanan Publik

Menurut Permenpan nomor 36 tahun 2012 Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

Setiap penyelenggara pelayanan publik harus memilik standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar dalam pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan.

(7)

108

Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang pedoman umum pelayanan publik, standar pelayanan sekurang-kurangnya harus meliputi:

1. Transparan (bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti);

2. Akuntabilitas (dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kebutuhan perundangan);

3. Kondisional (sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi serta penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efesiensi dan efektivitas);

4. Partisipatif (mendorong peranserta masyarakat dalam pelaksanaan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat);

5. Keseimbangan hak dan kewajiban (pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak).

h. Indikator Pelayanan Publik

Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2009, menyatakan bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

Berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2009 di atas, maka untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut:

1. Dasar hukum 2. Persyaratan

3. Sistem, mekanisme dan prosedur 4. Jangka waktu penyelesaian 5. Biaya/tarif produk pelayanan 6. Sarana, prasarana dan/atau fasilitas 7. Kompetensi pelaksana

8. Pengawasan internal

9. Penanganan pengaduan, saran dan masukan 10. Jumlah pelaksana

11. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan sesuai dengan standar pelaksana

12. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu-raguan; dan Evaluasi kinerja pelaksana.

III. PEMBAHASAN

a. Analisis Regresi Sederhana

Tabel 3.1

Hasil Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 27.978 7.198 3.887 .001

Etika Komunikasi

(X) .718 .151 .705 4.769 .000

a. Dependent Variable: Pelayanan Publik (Y)

Dari Tabel yang tertera diatas maka dapat dibuat persamaan model regresi sebagai berikut:

Y = 27.978 + 0,718

(8)

109

Nilai Konstanta positif 27.978. Begitu juga nilai koefisien Motivasi positif 0,718 maka dapat diartikan bahwa etika komunikasi berpengaruh positif terhadap pelayanan publik. Jika etika komunikasi ditingkatkan maka pelayanan publik pada Kantor Camatan Depati Tujuh Kabupaten Kerinci akan meningkat.

b. Uji T

Tabel 3.1 Diatas juga menggambarkan bahwa nilai t-hitung untuk variabel Etika Komunikasi (X) adalah 4.769, maka t-hitung 4.769 > t-tabel 2.069, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci.

c. Koefisien Determinasi

Tabel 3.2

Hasil Koefesien Determinasi Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .705a .497 .475 3.73650

a. Predictors: (Constant), Etika Komunikasi (X)

Nilai R square diatas akan dirubah dalam bentuk persen guna mengetahui seberapa besar sumbangan Etika Komunikasi terhadap Pelayanan publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci. Nilai R2 sebesar 0.497 jika dipersenkan akan menjadi 49,7% artinya besar pengaruh Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci adalah 49,7% persen sedangkan sisanya 50,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

IV. SIMPULAN

1. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat dibuat persamaan model regresi sebagai berikut:

Y = 27.978 + 0,718

Nilai Konstanta positif 27.978. Begitu juga nilai koefisien Motivasi positif 0,718 maka dapat diartikan bahwa etika komunikasi berpengaruh positif terhadap pelayanan publik.

Jika etika komunikasi ditingkatkan maka pelayanan publik pada Kantor Camatan Depati Tujuh Kabupaten Kerinci akan meningkat.

2. berdasarkan output SPSS tampak bahwa dari hasil perhitungan nilai Koefisien determinasi (KD) R Square sebesar 0,497. dengan kata lain hal ini menunjukkan bahwa besar persentase variabel Prestasi Kerja pegawai yang bisa dijelaskan variabel bebas yaitu Etika Komunikasi sebesar 49,7% artinya besar pengaruh Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci adalah 49,7% persen sedangkan sisanya 50,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

3. Nilai t-hitung untuk variabel Etika Komunikasi (X) adalah 4.769, maka t-hitung 4.769 >

t-tabel 2.069, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Etika Komunikasi terhadap Pelayanan Publik pada Kantor Camat Depati Tujuh Kabupaten Kerinci.

VI. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2004. Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta

(9)

110

Boediono, 2003. Manajemen Pelayanan umum di Indonesia. Jakarta. Bumi Aksara.

Dede Oetomo, 2003. Human Communication, Jakarta. LP3ES.

Dwiyanto, 2005. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan. Yogyakarya. UGM

Haryanto, 2002. Etika Administrasi Negara. Jakarta. Rajawali Pers Keraf, 2001. Etika Administrasi Negara. Jakarta. Rajawali Pers

Keputusan Menpan No. 63/Kep./M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Komisi Hukum Nasional (KHN) Hasil Kajian Tentang Pelayanan Publik, Jakarta, tth.

Michael Dugget, 2005. Public Administration: Challenges, Choices, Consequences, Illions.

Jakarta; Universitas Gunadarma.

Moenir, 2000. Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat Kendala dan Peluang Menuju Demokrasi, LP3ES: Jakarta

Oentarto, 2004. Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha.

Jakarta. Pustaka Publik

Onong, 2001. Dimensi-dimensi Komunikasi. Jakarta. Rajawali Pers

Ridwan, 2004, 2002, 1997, Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-ilmu Kemanusiaan dan Budaya.

Jakarta: Universitas Gunadarma

Talizuduhu, 2000. Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Jakarta. Alfabet.

Sugiono, 2003, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Penerbit PT Rineka Cipta

Spradly, 2005 Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat Kendala dan Peluang Menuju Demokrasi. Jakarta LP3ES

Syafhendri, 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta. Bumi Aksara

Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Pelayanan Publik

Wijaya, 2000. Pelayanan yang Akuntanbel dan Bebas dari KKN, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukan bahwa penilaian kelayakan investasi penggunaan motor induksi dengan standard IEC ditinjau dari NPV, PI, dan IRR apabila penghematan yang diterima

Sebanyak 6 dari 9 artikel yang dipilih memiliki karakteristik subyek penelitian yang hamper sama (tidak berbeda secara signifikan) dari segi jenis kelamin, usia,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh temperatur sinter terhadap diameter kristallit, kerapatan dislokasi, regangan mikro dan struktur mikro pada

4,300 > t tabel 1,985. iii) berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa fasilitas ruang tunggu keberangkatan domestik dan kualitas pelayanan passenger handling

Penggunaan media-media tersebut sangat membantu proses pembelajaran maharah kalam selama masa pandemi karena masing-masing media memiliki banyak fitur yang

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai instansi yang mempunyai fungsi memberi pelayanan administrasi kepegawaian secara efektif dan efisien dan

Dalam tahap ini dijabarkan menganai permodealn arsitektur terhadap proses bisnis dari lima aktivitas utama dan 4 aktivitas pendukung yang tengah berjalan pada SMK

Berdasarkan uji pada tabel diatas tentang uji ANOVA atau F tes diperoleh nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Mutasi (X)