ATTACHMENT YANG TERJALIN SELAMA PANDEMI TERHADAP SELF - ESTEEM REMAJA
Khalida Zia Br. Siregar, Ratnasari Hinggardipta, Venazmi Livia Buamona Universitas Negeri Jakarta (UNJ) DKI Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara attachment dengan self- esteem remaja serta memberikan gambaran keterikatan remaja dengan ayah, ibu dan teman selama pandemic covid-19 terhadap harga diri (self esteem) remaja.
Penelitian dilakukan dengan sampel 319 siswa berusia 12 – 18. Data diperoleh Menggunakan alat ukur Parents Peer Attachment Revised (IPPA-R) dan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). Analisis data menggunakan model persamaan struktural (Structural Equation Modeling atau SEM) yang dibantu dengan program aplikasi SmartPLS. Hasil analisis menunjukan hubungan positif antara Attachment terhadap selfesteem. Pada situasi pandemic ini terlihat bahwa peer-attachment kurang signifikan terhadap attachment dan self-esteem sedangkan Father-Attachment lebih signifikan disbanding Mother attachment terhadap attachment dan pengaruhnya dengan self-esteem.
Kata Kunci: Attachment; Parent; Peer; Self-Esteem; Adolescent Abstract
The study aims to find out the relationship between attachment and adolescent self- esteem and provide an overview of adolescent attachment to fathers, mothers and friends during the covid-19 pandemic to adolescent self-esteem. The study was conducted with a sample of 319 students aged 12 – 18. The data was obtained using the Parents Peer Attachment Revised (IPPA-R) and Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) measurement tools. Data analysis uses structural equation modeling (SEM) models assisted by smartpls application programs. The results of the analysis showed a positive relationship between attachments to selfesteem. In this pandemic situation it is seen that peer-attachment is less significant to attachment and self-esteem while Father-Attachment is more significant than Mother attachment to attachment and its effect with self-esteem.
Keywords: Attachment; Parent; Peer; Self-Esteem; Adolescent
Received: 2021-12-10; Accepted: 2021-12-25; Published: 2022-01-08
Pendahuluan
Individu berusaha untuk membentuk dan mempertahankan citra diri yang positif di seluruh rentang hidup. Dalam hal ini, peran penting dimainkan oleh hubungan antar pribadi. Hubungan dekat individu dengan dirinya mempengaruhi cara individu berpikir dan merasa tentang diri mereka sendiri. Namun faktanya, individu memperoleh harga diri mereka dari umpan balik yang mereka terima dari orang lain (Gorrese & Ruggieri, 2013).
Pandemic covid-19 yang sudah berlangsung selama 2 tahun dan selama itu pula pemerintah menerapkan banyak kebijakan tuntuk memutus rantai penyebaran virus, salah satunya yaitu perlakuan pembatasan kegiatan masyarakat sampai men-non aktifkan sekolah dan ranah pekerjaan non essnsial untuk bekerja dan bersekolah dirumah. Perubahan ini tentu saja menyebabkan terputusnya hubungan sosial atau kontak langsung reaja dengan teman-teman nya diluar keluarga.
Interaksi antara keluarga, teman sebaya, sekolah dan keterikatan komunitas, dan dukungan sosial lainnya telah ditemukan terkait dengan kesejahteraan diri & Harga diri (Gerard & Buehler, 2004), (Crespo, Jose, Kielpikowski, & Pryor, 2013), (McGrath, Brennan, Dolan, & Barnett, 2009). (Armsden & Greenberg, 1987), menemukan bahwa baik kelekatan antara teman sebaya dan orangtua adalah prediktor signifikan dari harga diri dan kepuasan hidup. Namun, Kelekatan teman sebaya tampaknya lebih terkait dengan harga diri daripada kepuasan hidup dan keterikatan orang tua, tampaknya sama- sama terkait dengan 2 hal tersebut.
Menurut (Verschueren, 2020) Memeriksa keterikatan orangtua bagi perkembangan anak dan menemukan dominan keterikatan pada ibu hal ini dipengaruhi oleh social dan budaya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Wilkinson, 2004) menyatakan bahwa hubungan keterkaitan remaja dengan orang tua memainkan peran tambahan dan pelengkap dalam kesejahteraan psikologis selama masa remaja. Efek utama dari keterikatan orang tua dan teman sebaya akan tampak pada harga diri remaja.
Penelitian lain yang telah dilaksanakan oleh (Gorrese & Ruggieri, 2013) mendeskripsikan bahwa tingkat penerimaan individu terhadap harga diri pribadi dirasakan melalui penerimaan yang dirasakan dari orang lain. Keterikatan teman sebaya bisa menjadi faktor protektif dalam fluktuasi (naik turun). Temuan yang serupa dikemukakan oleh (Paterson, Pryor, & Field, 1995).
Attachment pada remaja sering dikaitkan pada kepercayaan pada ketersediaan, aksesibilitas, dan daya tanggap orangtua mereka. Agar berfungsi secara memadai, remaja harus mampu mengatasi waktu yang semakin lama tanpa dasar yang aman seperti telah dikonseptualisasikan dalam penelitian masa kanak-kanak. Maka demikian, seorang remaja mungkin merasa aman dalam pengetahuan bahwa orang tuanya mendukung dan tersedia jika diperlukan tetapi tidak selalu diminta dukungan ini karena sejumlah alasan. Ketika seorang remaja merasa itu adalah keputusannya untuk tidak menggunakan dukungan yang tersedia maka pemanfaatan yang rendah mungkin tidak terlalu mempengaruhi harga diri, tetapi ketika dukungan orang tua tidak tersedia maka
pemanfaatan yang rendah akan memiliki arti yang berbeda dan dengan demikian dapat mempengaruhi diri sendiri, menghargai dengan cara yang berbeda.
Berdasarkan paparan diatas, remaja memiliki kelekatan dekat dipengaruhi oleh sosial dan budaya disekitarnya. Dengan demikian, peneliti ingin melihat bagaimana kelekatan orang tua dan teman terhadap self – esteem remaja selama masa pandemi.
Penelitian yang disajikan disini berusaha untuk mengetahui hubungan antara attachment dan self-esteem serta menggambarkan keterikatan ayah, ibu dan teman dekat remaja di masa pandemi terhadap self esteem.
Gambar 1 Kerangka Penelitian 1. Attachment
Istilah kelekatan untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Ia menjabarkan konsep kelekatan sebagai sebuah kecenderungan manusia untuk menciptakan ikatan afeksi yang kuat dengan orang tertentu. Menurutnya, keletatan merupakan ikatan emosional sebagai bentuk perilaku individu dalam mencapai atau menjaga kedekatan dengan individu lain yang diidentifikasikan sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan lebih baik dalam menghadapi hidup.
Teori Keterikatan berpendapat bahwa keterikatan pada orang lain yang signifikan (significant others) dan model kerja internal (internal working model) dari hubungan ini memiliki peran mendasar tidak hanya dalam mempengaruhi pemrosesan informasi dengan membimbing kognisi, memori, perhatian, tetapi juga mempengaruhi dan sifat hubungan sosial berikutnya pada seseorang (Bowlby, 1988). Menurut Bowlby, model kerja internal adalah kerangka kerja kognitif yang terdiri dari representasi mental untuk memahami dunia, diri sendiri dan orang lain, dan didasarkan pada hubungan dengan pengasuh utama. Ini menjadi prototipe untuk semua hubungan sosial di masa depan dan memungkinkan individu untuk memprediksi, mengontrol, dan memanipulasi interaksi dengan orang lain.
Model kerja internal ini dapat dianggap berfungsi untuk membimbing keyakinan individu sehubungan dengan isu-isu penting seperti: (a) ketersediaan sosok yang penting sebagai sumber dukungan dan keamanan, (b) penilaian tentang harga diri dan kelayakan mereka sendiri dalam kelekatan hubungan, dan (c) cara
Mother Attachment
Father
Attachment Attachment
Peer attachment
Self- Esteem
terbaik untuk menangani kesulitan di dalam lingkungan mereka sendiri (Duchesne
& Larose, 2007).
Gambar 2
Internal Working Model of Attachment
Secure Attachment memastikan bahwa seorang akan merasa aman, dipahami, dan tenang. Perasaan ini mengoptimalkan perkembangan otak dalam sistem saraf individu. Perasaan-perasaan ini membantu memberi seorang individu landasan yang mendorong perasaan aman, yang menghasilkan kesadaran diri yang sehat, empati, kepercayaan, dan keinginan untuk belajar. Mereka yang memiliki secure attachment cenderung menjadi individu sosial yang memiliki kepercayaan, hubungan yang langgeng, dan harga diri yang baik. Avoidant attachment merupakan kulaitas kelekatan yang dikembangkan seorang anak ketika orang tua atau pengasuh utama mereka tidak menunjukkan perhatian atau respons setelah memberikan hal-hal penting seperti makanan dan tempat tinggal. Anak mengabaikan perjuangan dan kebutuhan mereka sendiri untuk menjaga perdamaian dan menjaga pengasuh mereka tetap dekat. Mereka masih berjuang dan merasakan kecemasan atau kesedihan, tetapi melakukannya sendirian, dan menyangkal pentingnya perasaan itu. Resistant Attachment adalah bentuk lain dari keterikatan yang tidak aman (Insecure Attachment). Mereka yang mengembangkan keterikatan seperti ini menjadi sangat marah ketika orang tua pergi. Namun, ketika pengasuh kembali, perilaku mereka akan menjadi tidak konsisten. Mereka mungkin awalnya tampak senang melihat pengasuh hanya menjadi resisten jika pengasuh mencoba untuk menjemput mereka. Anak-anak ini sering menanggapi pengasuh dengan marah; namun, mereka juga menampilkan momen penghindaran.
2. Self Esteem
Harga diri umumnya didefinisikan sebagai seperangkat pemikiran sendiri dan perasaan tentang pentingnya dan nilainya. Harga diri mengacu pada evaluasi positif individu secara keseluruhan terhadap diri sendiri (Lumei, 2006). Sedikides dan (Smith et al., 2003) dengan hal yang sama menyatakan bahwa harga diri mengacu pada persepsi individu atau penilaian subjektif harga diri sendiri, perasaan
seseorang dan kepercayaan diri dan sejauh mana individu memegang positif atau negatif tentang diri sendiri.
Di masa remaja, Self Esteem cenderung mengalami penurunan, terutama bagi remaja perempuan (Febrina, Suharso, & Saleh, 2018) terjadinya penurunan self- esteem ini dipengaruhi oleh proses pembentukan identitas diri, yang merupakan tugas perkembangan remaja (Morris, 2001). Pada masa ini, remaja diharapkan dapat mengembangkan penilaian yang positif mengenai diri mereka. Sayangnya, remaja cenderung memiliki persepsi yang negatif terhadap penilaian orang lain terhadap diri mereka sehingga kerap berakibat pada rendahnya self-esteem (Leyton- Brown & Shoham, 2008).
Maka dari itu, Orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan harga diri anak-anak mereka. Hubungan keterikatan orang tua-anak yang berkualitas tinggi sangat terkait dengan perubahan positif dalam harga diri. Individu dengan keterikatan orang tua yang aman lebih cenderung menganggap diri mereka kompeten dan berharga. Ketika anak-anak tumbuh menjadi remaja, dukungan orang tua penting bagi remaja untuk mendapatkan harga diri yang positif (Thompson, Wojciak, & Cooley, 2016).
Menurut (Lumei, 2006) menunjukkan hubungan yang stabil antara keterikatan hubungan hangat dengan orang tua dan harga diri sepanjang masa remaja. Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa kualitas keterikatan orang tua yang lebih tinggi berkontribusi positif untuk memprediksi harga diri remaja (Chen et al., 2017), (Keizer, Helmerhorst, & van Rijn-van Gelderen, 2019), (Wilkinson, 2004).
Metode Penelitian 1. Partisipan
Penelitian melibatkan responden sebanyak 319 remaja yang tersebar di pulau jawa dan sumatera yang berusia 12-18 tahun, sebanyak 33,5% usia antara 12-14 tahun, 45,2% usia antara 15-16 tahun dan 22,2% usia 17-18 tahun.
‘
Tabel 1
Karakteristik Partisipan
Frequency Percent Valid Percent
Umur 12 Tahun 12 3.0 3.0
Umur 13 Tahun 79 19,9 19,9
Umur 14 Tahun Umur 15 Tahun
42 92
10,6 23,2
10,6 23,2
Umur 16 Tahun 87 22,0 22,0
Umur 17 Tahun 73 18,4 18,4
Frequency Percent Valid Percent
Umur 18 Tahun 11 2,8 2,8
Laki - Laki 137 34,6 34,6
Perempuan 259 65,4 65,4
2. Procedure
Peneliti mendapat kesediaan oleh Guru BK untuk menyebarkan instrumen kepada siswa. Para peserta mengisi informed consent tentang kesediaan mengisi Instrumen Parents Peer Attachment-Revised dan Rosenberg Self-Esteem Scale.
Bagian pertama Instrumen Parents Peer Attachment (IPPA-R) untuk mengukur tingkat kelekatan remaja dengan ayah, ibu dan teman dan bagian 2 Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) untuk mengukur tingkat harga diri. Skala dibagikan kepada responden melalu Google Form oleh guru BK.
3. Measures
IPPA-R (Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised) terdiri dari 3 sub skala (skala untuk aitem ibu, ayah dan teman dekat) masing-masing sub terdiri dari 25 aitem pernyataan dengan 3 dimensi pada setiap sub-skala nya, yaitu Trust, Communication dan Alienation. RSES (Rosenberg Self Esteem Scale) terdiri dari 10 item pernyataan yang mewakili 2 dimensi yaitu self-liking dan self-competence.
Penulis melakukan adaptasi terstruktur terhadap IPPA-R yang telah diujikan kepada sample yang berbeda terhadap 396 remaja dengan menghasilkan nilai Cronbach's Alpha pada Mother attachment sebesar 0,909, father attachment 0,918 dan peer attachment sebesar 0,899. Untuk mengukur self-esteem menggunakan skala RESES yang sudah di adaptasi oleh Azwar dengan koefisien korelasi sebesar 0,8587 (Azwar, 1999).
Penulis melakukan Uji Outer Loading Factor pada 3 variabel yang digunakan dan menemukan: (1) Nilai Loading Factor Mother Attachment > 0,60 sehingga diperoleh faktor-faktor yang memenuhi syarat keeratan dan Mother Attachment memperoleh 13 factor yang dinyatakan valid. (2) Nilai Loading Factor Father Attachment > 0,60 sehingga diperoleh faktor-faktor yang memenuhi syarat keeratan dan Mother Attachment memiliki 16 factor yang dinyatakan valid. (3) Nilai Loading Factor Peer Attachment > 0,60 sehingga diperoleh faktor-faktor yang memenuhi syarat keeratan dan Peer Attachment 15 factor yang dinyatakan valid.
Hasil dan Pembahasan
Analisis SEM dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Pertama, terdapat hubungan yang positif antara attachment dan self esteem. Berdasarkan tabel 4 diperoleh nilai P Value Attachment → Self Esteem sebesar 0,012 < 0,05 sehingga dikatakn terdapat pengaruh, untuk melihat arah pengaruhnya diperoleh nilai Original Sample sebesar 0,051, sehingga dikatakan arah pengaruhnya adalah positif, dengan demikian disimpulkan bahwa Attachment berpengaruh atau berhubungan positif terhadap Self- Esteem, H1 diterima.
Kedua, Semakin tinggi attachment antara teman sebaya semakin tinggi pula self esteem yang dimiliki remaja. Berdasarkan tabel 4 diperoleh nilai P Value Peer- Attachment -> Self Esteem sebesar 0,194 > 0,05 sehingga dikatakan tidak terdapat pengaruh dengan demikian disimpulkan bahwa Peer-Attachment tidak berpengaruh terhadap Self-Esteem, H2 ditolak.
Ketiga, Tingkat kelekatan remaja yang dimiliki remaja saat pandemic cenderung lebih tinggi kepada orang tua. Berdasarkan tabel 4 diperoleh nilai P Value Peer- Attachment -> Self Esteem sebesar 0,000 > 0,05 dan Original Sample sebesar 0,989 lebih tinggi dibanding variabel lainnya, sehingga dikatakan bahwa Father-Attachment lebih tinggi dibanding Mother attachment atau Peer-Attachment, sehingga disimpulkan H3 diterima.
Tabel 2 Uji Hipotesis
Original Sample
(O)
Sample Mean
(M)
Standard Deviation (STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values Peer-Attachment -> Attachment -0,008 -0,008 0,005 1,595 0,111 Father-Attachment -> Attachment 0,989 0,990 0,005 218,647 0,000 Mother-Attachment -> Attachment 0,015 0,015 0,006 2,293 0,022 Attachment -> Self-Esteem 0,051 0,051 0,020 2,524 0,012 Father-Attachment -> Self-Esteem 0,050 0,050 0,020 2,521 0,012 Mother-Attachment -> Self-Esteem 0,001 0,001 0,000 1,764 0,078 Peer-Attachment -> Self-Esteem 0,000 0,000 0,000 1,301 0,194 Attachment -> Self-Esteem 0,051 0,051 0,020 2,524 0,012
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terputusnya hubungan sosial antara remaja dan teman dekatnya terlihat dari kurangnya kontribusi peer-attachment terhadap attachment dan self-esteem (P values 0,111 & 0,194). Sedangkan Kelekatan Ayah dengan remaja mempunyai signifikansi paling besar terhadap attachment dan hubungannya dengan Self-esteem dibandingan kelekatan remaja degan ibunya. Hal ini cukup mengejutkan karena umumnya kelekatan sangat identik dengan pengasuh utama, yaitu ibu. Namun kondisi pandemik ternyata menyebabkan beberapa dinamika yang terjadi terhadap kelekatan remaja.
Terkait kurangnya kelekatan antara remaja dengan ibu mungkin dapat dikaitkan dengan adanya stress yang terjadi kepada masing-masing orangtua selama pandemic.
Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa terjadi peningkatan stress dengan mengalami kecemasan klinis hingga depresi tinggi tehadap orangtua yang bekerja selama pandemic. Parenting Stress cenderung di alami oleh ibu dibanding ayah karena persentase pekerjaan rumah tangga yang dirasa tidak seimbang dalam mengasuh anak . Hal tersebut mungkin menjadi salahsatu renggang nya kelekatan yang terjadi antara ibu dan remaja saat masa pandemic
BIBLIOGRAFI
Armsden, Gay C., & Greenberg, Mark T. (1987). The inventory of parent and peer attachment: Individual differences and their relationship to psychological well- being in adolescence. Journal of Youth and Adolescence, 16(5), 427–454. Google Scholar
Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan skala psikologi. Pustaka pelajar. Google Scholar Bowlby, John. (1988). Developmental psychiatry comes of age. The American Journal
of Psychiatry. Google Scholar
Chen, Wanfen, Zhang, Dajun, Pan, Yangu, Hu, Tianqiang, Liu, Guangzeng, & Luo, Shilan. (2017). Perceived social support and self-esteem as mediators of the relationship between parental attachment and life satisfaction among Chinese adolescents. Personality and Individual Differences, 108, 98–102. Google Scholar Crespo, Carla, Jose, Paul E., Kielpikowski, Magdalena, & Pryor, Jan. (2013). “On solid
ground”: Family and school connectedness promotes adolescents’ future orientation. Journal of Adolescence, 36(5), 993–1002. Google Scholar
Duchesne, Stéphane, & Larose, Simon. (2007). Adolescent parental attachment and academic motivation and performance in early adolescence 1. Journal of Applied Social Psychology, 37(7), 1501–1521. Google Scholar
Febrina, Dilla Tria, Suharso, Puji Lestari, & Saleh, Airin Yustikarini. (2018). Self- esteem remaja awal: Temuan baseline dari rencana program self-instructional training kompetensi diri. Jurnal Psikologi Insight, 2(1), 43–56. Google Scholar Gerard, Jean M., & Buehler, Cheryl. (2004). Cumulative environmental risk and youth
maladjustment: The role of youth attributes. Child Development, 75(6), 1832–
1849. Google Scholar
Gorrese, Anna, & Ruggieri, Ruggero. (2013). Peer attachment and self-esteem: A meta- analytic review. Personality and Individual Differences, 55(5), 559–568. Google Scholar
Keizer, Renske, Helmerhorst, Katrien O. W., & van Rijn-van Gelderen, Loes. (2019).
Perceived quality of the mother–adolescent and father–adolescent attachment relationship and adolescents’ self-esteem. Journal of Youth and Adolescence, 48(6), 1203–1217. Google Scholar
Leyton-Brown, Kevin, & Shoham, Yoav. (2008). Essentials of game theory: A concise multidisciplinary introduction. Synthesis Lectures on Artificial Intelligence and Machine Learning, 2(1), 1–88. Google Scholar
Lumei, Tian. (2006). Shortcoming and merits of chinese version of rosenberg (1965)
self-esteem scale [j]. Psychological Exploration, 2, 88–91. Google Scholar
McGrath, Brian, Brennan, M. A., Dolan, Pat, & Barnett, Rosemary. (2009). Adolescent well‐being and supporting contexts: A comparison of adolescents in Ireland and Florida. Journal of Community & Applied Social Psychology, 19(4), 299–320.
Google Scholar
Morris, Alan S. (2001). Measurement and instrumentation principles. IOP Publishing.
Google Scholar
Paterson, Janis, Pryor, Jan, & Field, Jeff. (1995). Adolescent attachment to parents and friends in relation to aspects of self-esteem. Journal of Youth and Adolescence, 24(3), 365–376. Google Scholar
Smith, Wade S., Johnston, S. C., Skalabrin, E. J., Weaver, M., Azari, P., Albers, G. W.,
& Gress, D. R. (2003). Spinal manipulative therapy is an independent risk factor for vertebral artery dissection. Neurology, 60(9), 1424–1428. Google Scholar Thompson, Heather M., Wojciak, Armeda Stevenson, & Cooley, Morgan E. (2016).
Self-esteem: A mediator between peer relationships and behaviors of adolescents in foster care. Children and Youth Services Review, 66, 109–116. Google Scholar Verschueren, Karine. (2020). Attachment, self-esteem, and socio-emotional adjustment:
There is more than just the mother. Attachment & Human Development, 22(1), 105–109. Google Scholar
Wilkinson, Ross B. (2004). The role of parental and peer attachment in the psychological health and self-esteem of adolescents. Journal of Youth and Adolescence, 33(6), 479–493. Google Scholar
Copyright holder:
Khalida Zia Br. Siregar, Ratnasari Hinggardipta, Venazmi Livia Buamona (2022) First publication right:
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia This article is licensed under: