• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan bahan berupa entres jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang berasal dari pohon yang sama. Entres yang diambil tersebut dipilih sesuai perlakuan dengan panjang 5 cm, 7,5 cm, dan 10 cm dengan melihat diameternya yang besar dan kambiumnya yang sedang aktif. Pengambilan entres dilakukan di kebun jambu mete milik warga Ngadirejo, Wonogiri, Jawa Tengah.

Entres yang telah diambil ujung potongannya kemudian dibungkus dengan rockwool yang telah dibahasi dengan air dan diikat setelahnya menggunakan tali raffia agar tertutup rapat. Hal ini bertujuan agar terjaga kelembabannya dan sel-sel yang terkandung didalam entres yang akan digunakan sebagai perlakuan penelitian tidak mati. Perlakuan selain menggunakan ukuran panjang entres yaitu perlakuan pencahayaan pada tanaman dengan 3 jenis, pencahayaan 100%; pencahayaan dalam paranet 20-30%; dan pencahayaan dalam paranet 10-20%. Bahan utama yang digunakan yaitu jambu mete yang telah berumur 6 bulan yang telah siap digunakan untuk perlakuan grafting. Pemeliharaan penelitian ini dilaksanakan di dekat rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tempat yang dipilih sudah dipilih dengan indikator tempat yang dekat dengan banyak vegetasi lain.

Selama penelitian, pemeliharaan dilakukan dengan menyiram air setiap pagi dan sore hari secara rutin dan juga mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman perlakuan. Selama proses pemeliharaan terjadi beberapa kasus kematian pada tunas yang membuat tidak berhasilnya grafting. Berawal dari tunas yang warna hijaunya pudar atau tunas yang warnanya tiba-tiba pucat yang berakhir mati pada tunas tersebut. Kematian pada tunas sendiri terjadi dengan waktu yang tidak bersamaan.

Setidaknya setiap minggu ada tunas yang mati sehingga berpengaruh terhadap persentase tingkat keberhasilan grafting yang dilakukan. Kondisi yang seperti beberapa hal yang terjadi seperti tidak sehatnya tanaman jambu mete yang digunakan, ketuaan tanaman sehingga akar mulai keluar dari tempat tanam (polybag) sehingga tidak menyerap secara optimal air yang ada, kesalahan grafting yang dilakukan, dan juga faktor lingkungan yang tidak mendukung dilaksanakan grafting (suhu tinggi dan kelembapan rendah). Selain itu ada gulma yang tumbuh di sekitar polybag, gulma tersebut yaitu tumbuhan borreira (kentang-kentangan) yang berdaun lebar agak memanjang dengan batang tegak mulai tumbuh di setiap polybag pada

commit to user

(2)

tanaman jambu mete. Kegiatan penelitian berlangsung selama 3 bulan dari bulan juli 2020 hingga oktober 2020.

B. Identifikasi Deskriptif

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengamati keberhasilan perlakuan sambung pucuk terhadap bibit jambu mete (Anacardium occidentale L.) Setiap bibit jambu mete yang diamati telah diberi pelakuan panjang entres dan naungannya dan diulangi sebanyak 3 kali ulangan. Identifikasi yang dilakukan meliputi identifikasi terhadap sifat kualitatif jambu mete. Identifikasi deskriptif meliputi identifikasi terhadap skoring kondisi tunas tanaman, pertambahan panjang tunas, faktor lingkungan (suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya), panjang daun, dan lebar daun. Identifikasi dilakukan pada setiap individu tanaman baik tanaman perlakuan pencahayaan 100%

maupun tanaman dengan perlakuan pencahayaan dalam paranet 20-30% dan paranet 10-20%.

1. Skoring kondisi tunas tanaman

Salah satu indikator keberhasilan dari kegiatan grafting tanaman jambu mete yang dapat diamati adalah kondisi tunas tanaman. Kondisi tunas tanaman dapat mengalami perubahan akibat pengaruh intensitas cahaya matahari. Pengamatan kondisi tunas tanaman dilakukan dengan menilai skoring 1-5. Masing-masing skor memiliki arti 1 : mati ; 2 : Pucat ; 3 : Agak hijau ; 4 : Hijau ; dan 5 : Sangat Hijau. Hasil identifikasi kondisi tunas tanaman disajikan pada gambar 1.

Keterangan :

E1N1 : Entres 5 cm dengan pencahayaan 100%

0 2 4 6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skoring

Minggu Ke-

Kondisi Grafting

E1N1 E2N1 E3N1 E1N3 E1N2 E2N2 E1N3 E2N3 E3N3

commit to user

(3)

E2N1 : Entres 7,5 cm dengan pencahayaan 100%

E3N1 : Entres 10 cm dengan pencahayaan 100%

E1N2 : Entres 5 cm dengan pencahayaan dalam paranet 20-30%

E2N2 : Entres 7,5 cm dengan pencahayaan dalam paranet 20-30%

E3N2 : Entres 10 cm dengan pencahayaan dalam naungan 20-30%

E1N3 : Entres 5 cm dengan pencahayaan dalam naungan 10-20%

E2N3 : Entres 7,5 cm dengan pencahayaan dalam naungan 10-20%

E3N3 : Entres 10 cm dengan pencahayaan dalam naungan 10-20%

Gambar 1. Kondisi tunas tanaman jambu mete terhadap perlakuan grafting panjang entres dan naungan buatan (paranet) jambu mete

Berdasarkan hasil grafik dari identifikasi skoring kondisi tunas tanaman jambu mete perlakuan E2N1 satu-satunya perlakuan yang entresnya masih hijau dan masih hidup sedangkan perlakuan lainnya yang mengering lalu mati. Data tersebut diperoleh dari identifikasi ke setiap minggu pada tanaman sesuai perlakuan dengan melihat warna kondisi entres yang kemudian dimasukkan terhadap 5 kategori yang telah ditentukan. Perlakuan E2N1 menunjukkan kondisi entres tetap hijau dan berhasil sambung pucuknya. Perlakuan yang lain yang menggunakan panjang entres 5 cm maupun 10 cm tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan lingkungan yang ada. Persentase dari keberhasilan grafting jambu mete adalah 3,7%, terhitung dari satu-satunya perlakuan yang masih tumbuh dengan baik.

Entres jambu mete tidak sama ukurannya. Entres tersebut dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan diameter batang bawah. Menurut Hapid et al. (2020) entres merupakan batang atas yang dihasilakan dari klon yang dianjurkan. Sifat batang atas yang baik memiliki beberapa ciri-ciri seperti pernyataan dari Mertade dan Basri (2011) yaitu bebas dari serangan hama dan penyakit, memiliki sifat unggul, berproduksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta memiliki kemampuan menyesuaikan diri antara batang atas dengan batang bawah sehingga sambungan cocok.

Keberhasilan dari kegiatan sambung pucuk jambu mete pada perlakuan E2N1 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini seperti penelitian yang pernah dilakukan Ridwan dan Abdul (2015) yaitu faktor batang bawah, entres, ketelitian pada saat penyambungan dan waktu penyambungan juga menpengaruhi tingkat keberhasilan dalam penyambungan. Sel-sel yang tumbuh saat penutupan luka sangat berperan penting karena berpengaruh dalam proses pertautan sambungan. Proses pertautan sambungan secara singkat yaitu berasal dari bagian yang disambung. Alur dari proses

commit to user

(4)

tersebut yang pertama yaitu pembentukan lapisan nekrotik terhadap sel yang rusak (terpotong), lalu pemanjangan dan pembesaran sel-sel hidup pada bagian bawah lapisan nekrotik, kemudian tepat pada bagian tanaman yang dipertautkan sel-sel hidup terbelah menjadi jaringan penutup luka. Menurut Tirtawinata (2003) energi yang berbentuk nutrisi (hara) ataupun senyawa-senyawa biokimia seperti karbohidrat, protein , dan fitohormon dibutuhkan untuk mendukung pembesaran dan pembelahan sel kambium pada jaringan batang bawah yang terluka. Apabila energi terpenuhi maka seperti senyawa-senyawa biokimia tersebut, akan terjadi proses hidrolisis pada luka yang ada pada jaringan tanaman.

Terjadinya proses transpirasi diduga mempengaruhi kondisi hidup dan matinya entres. Transpirasi adalah peristiwa hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang letaknya di atas permukaan tanah melewati stomata (mulut daun), lubang kutikula dan lentisel (celah batang) oleh proses fisiologi tanaman.

Apabila transpirasi semakin cepat maka pengangkutan air dan zat hara terlarut akan semakin cepat pula, hal ini berlaku sebaliknya. Sangat berkaitan erat antara proses transpirasi dengan keberhasilan sambungan (grafting). Terjadinya transpirasi yang berlebihan dapat berdampak pada layunya entres dan kering jika graft union belum terbentuk. Laju respirasi akan meningkat jika terjadi layunya daun karena naiknya jumlah gula yang disebabkan penimbunan tepung yang berpaut pada energi sebagai keperluan aktivitas enzim. Luka yang terdapat pada bagian tanaman juga meningkatkan laju transpirasi karena sel-sel parenkim akan menyembuhkan luka pada bagian tanaman apabila kebutuhan energi cukup.

Keberhasilan sambungan tanaman jambu mete juga dipengaruhi oleh kandungan cadangan makanan yang terdapat pada entres yang memadai, selain agar terjadinya proses pembentukan kalus hingga jaringan pembuluh juga sebagai penunjang kelangsungan hidup sampai ada aliran hara dari batang bawah. Menurut Maulana et al. (2020) entres yang panjang akan memiliki ketersediaan cadangan makanan yang lebih banyak sehingga transformasi cadangan makanan, unsur hara, dan air akan optimal dan memacu pertumbuhan auksin dan sitokinin. Apabila ketersediaan cadangan makanan cukup di dalam entres maka sangat memungkinkan terjadinya pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel dapat berjalan secara seimbang, terutama entres yang sedang berada di pohon induknya. Hal ini ada keterkaitannya dengan kegiatan metabolism yang berlangsung dan memberi dampak akan suplai karbohidrat dari pohon induk ke entres akan terus berlangsung sebelum dilakukan

commit to user

(5)

pemotongan entres. Menurut Lakitan (2001) zona pembelahan dan pembesaran sel yang aktif tumbuh terdapat di dalam batang sehingga jika ketersediaan kandungan karbohidrat tercukupi dan seimbang akan memacu meningkatnya proses pembelahan dan pembesaran sel pada batang.

Kurang sempurnanya proses persambungan antara batang atas dengan batang bawah jambu mete berdampak terhadap proses translokasi hara dari akar menuju daun kemudian dilanjutkan ke seluruh bagian tanaman, dan setelah itu dapat menyebabkan tanaman mati. Seperti pada sampel tanaman yang diamati hanya perlakuan E2N1 pada pencahayaan 100% yang mampu bertahan, sedangkan untuk sampel-sampel yang lainnya mati, selain itu juga tanaman yang masih baru disambung belum mampu beradaptasi di lingkungan baru untuk tumbuhnya (kelembaban, suhu udara, intensitas cahaya) terutama juga saat dilakukan pembukaan sungkup, sehingga menyebabkan tanaman dapat mati.

2. Pertambahan Panjang Tunas

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengamati pertambahan panjang tunas pada entres yang digunakan sebagai perlakuan terhadap keberhasilan sambung pucuk bibit jambu mete. Setiap minggu pengamatan tunas pada bibit jambu mete dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai keberhasilan grafting. Identifikasi dilakukan dengan mengukur pertambahan panjang tunas dengan menggunakan alat ukur (penggaris) yang mana hasil data tersebut menjadi acuan keberhasilan grafting pada setiap perlakuan individu tanaman dan dirata-rata sesuai jumlah total setiap ulangannya.

Keterangan :

E1N1 : Entres 5cm dengan pencahayaan 100%

E2N1 : Entres 7,5cm dengan pencahayaan 100%

0 0 0 0 0.0834 0.1667 0.25 0.3333 0.4167 0.5

0 0.2 0.4 0.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Panjang (cm)

Minggu Ke-

Pertambahan Panjang Tunas

E1N1 E1N2` E1N3 E2N1 E2N2 E2N3 E3N1 E3N2 E3N3

commit to user

(6)

E3N1 : Entres 10cm dengan pencahayaan 100%

E1N2 : Entres 5cm dengan pencahayaan dalam paranet 20-30%

E2N2 : Entres 7,5cm dengan pencahayaan dalam paranet 20-30%

E3N2 : Entres 10cm dengan pencahayaan dalam paranet 20-30%

E1N3 : Entres 5cm dengan pencahayaan dalam paranet 10-20%

E2N3 : Entres 7,5cm dengan pencahayaan dalam paranet 10-20%

E3N3 : Entres 10cm dengan pencahayaan dalam paranet 10-20%

Gambar 2. Pertambahan panjang tunas hasil grafting tanaman jambu mete terhadap perlakuan panjang entres dan naungan buatan (paranet) jambu mete

Berdasarkan hasil grafik dari identifikasi pertambahan panjang tunas tanaman jambu mete data yang berhasil yaitu perlakuan E2N1. Data tersebut diperoleh dari identifikasi ke setiap tanaman setiap minggunya sesuai perlakuan dengan mengukur menggunakan penggaris pada panjang entres yang setiap perlakuan dan dilaksanakan setiap minggunya. Perlakuan E2N1 menunjukkan bahwa panjang entres 7,5cm berpengaruh terhadap pengaruh lingkungan pencahayaan 100% karena satu- satunya perlakuan yang berhasil terdapat data pertambahan panjang tunasnya.

Perlakuan yang lain yang menggunakan panjang entres 5cm maupun 10cm tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan lingkungan yang ada karena tunas dari perlakuannya mati. Pertambahan panjang tunas jambu mete pada perlakuan E2N1 terjadi mulai minggu ke-5 hingga dengan minggu ke- 10 dan setiap minggunya mengalami pertambahan panjang tunas.

Pertambahan Panjang tunas dapat tumbuh karena sempurnanya grafting dan kompatibelnya bahan untuk kegiatan grafting, apabila tidak kompatibel bahan graftingnya maka tidak terjadi pertambahan panjang tunas karena belum tentu antara entres (batang atas) dan batang bawah menyatu sel-selnya. Keberhasilan tumbuh sambungan akan memberi dampak pada pertumbuhan panjang tunas yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim, kesesuaian antar scion dan root stock, temperature, kelembaban, kelembaban media, umur tanaman baik scion maupun bibit root stock, kontak antara scion dan root stock dan kegiatan pemeliharaan persemaian. Secara umum pertumbuhan Panjang tunas dihasilkan dari keberhasilan tumbuh sambungan yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain musim, kesesuaian antar scion dan root stock, temperature, kelembaban, media, umur tanaman baik scion maupun bibit root stock, kontak antara scion dan root stock dan kegiatan pemeliharaan di persemaian (Mng’omba et al. 2010).

commit to user

(7)

Graft union batang atas dan batang bawah jambu mete dapat terbentuk karena pengaruh kalus yang terbentuk dari membelahnya sel-sel kumpulan. Beberapa dampak dari kompatibilitasnya (entres) batang atas dan batang bawah dapat berpengaruh pada presentase hidup tanaman, jumlah daun, pertambahan panjang tunas, dan jumlah tunas pada tanaman yang dilakukan sambung pucuk.

Kompatibelnyanya dari penyambungan tanaman yaitu adanya lignifikasi sel yang dapat menyatukan sel-sel lain di sekitar (berdekatan) pada gabungan yang tidak kompatibel maka lignin tidak dihasilkan dan hanya terhubung oleh serat selulosa (Hartmann dan Kesters, 1997). Menurut Setiyanto dan Munir (2017) adanya peningkatan tinggi tunas terjadi karena masa pertumbuhan pada tanaman dipengaruhi oleh batang bawah yang menyerap unsur hara dan air.

Proses awal dalam melakukan sambung pucuk dilakukan dengan memotong daun-daun yang terdapat pada entres bertujuan untuk menurunkan kandungan hormon auksin didalamnya dan untuk meningkatkan hormon sitokinin. Perlakuan tersebut dilakukan terutama untuk memacu cepatnya pertambahan panjang tunas tanaman jambu mete yang disambungkan. Meningkatnya kandungan hormon sitokinin memacu pertambahan jumlah dan ukuran sel juga differensiasi sel guna pembentukan organ tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury dan Ross (1995) bahwa peran sitokinin dapat memacu pembelahan sel dan pembesaran sel untuk pembentukan organ tanaman seperti daun.

3. Faktor lingkungan a. Suhu

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan grafting pada bibit jambu mete ini adalah suhu udara. Suhu dapat berubah sewaktu-waktu sesuai sudut datangnya matahari, letak lintang yang berbeda dan keadaan bumi

.

Ketika matahari naik suhu akan semakin tinggi, dan ketika matahari tenggelam maka suhu akan menurun. Suhu udara dapat diketahui menggunakan thermometer.

commit to user

(8)

Gambar 3. Suhu udara pada lingkungan tanaman jambu mete terhadap perlakuan grafting panjang entres dan naungan buatan (paranet) jambu mete

Selama penelitian berlangsung rata-rata suhu harian pada pagi hari 25,3 ºC; siang hari 30,5 ºC; dan sore hari 27,6 ºC. Pengamatan yang dilakukan setiap minggu menunjukkan bahwa suhu pada siang hari cenderung panas sehingga mempengaruhi tanaman yang disambungkan. Menurut Suharjono (2003) suhu yang dikehendakki saat grafting berkisar antara 15 – 25 ºC dan kelembapan tetap tinggi kurang lebih 80%.

Rendah tingginya suhu akan berpengaruh pada fisiologi tanaman karena secara langsung dapat mempengaruhi fotosintesis, respirasi, penyerapan air dan unsur hara serta translokasi yang dampaknya pada pertumbuhan tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1995) bahwa perubahan suhu walaupun beberapa derajat saja dapat menyebabkan perubahan yang nyata pada laju pertumbuhan tanaman. Hal serupa sesuai pernyataan Jumin (1994) suhu udara akan berpengaruh pada proses fisiologi tanaman terutama saat pertumbuhan tanaman, jika suhu sangat tinggi dan kelembaban rendah maka akan terjadi terhambatnya unsur hara yang terserap karena transpirasi meningkat dan fotosintesis terhambat .

Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pada proses sambung pucuk. Selama berjalannya penelitian kondisi lingkungan kurang mendukung untuk dilakukan sambung pucuk karena setelah musim hujan berakhir setelahnya musim kemarau yang cukup panjang, menurut Putri (2016) akibatnya pada saat dilakukan grafting tanaman pertautan antara entres (batang atas) dan batang bawah belum menyatu dengan sempurna karena sel-sel mati sehingga belum terjadi

25.1

30.7 27.67

25.3

30.6 27.6

25.4 30.5

27.55

0 10 20 30 40

pagi siang sore

°C

Waktu

Suhu

tanpa paranet paranet 20-30% paranet 10-20%

commit to user

(9)

pembentukkan kalus dan menyebabkan entres kekeringan lalu mati. Menurut Soegondo (1996) berhasil tidaknya penyambungan bibit tidak lepas dari kondisi tanaman yang akan disambungkan (umur, besar, kesegaran, dan pertumbuhan) batang bawah dan entres (batang atas), curah hujan, dan kelembaban lingkungan tempat dilakukan penyambungan tanaman.

b. Kelembapan

Kelembapan udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang diamati sebagai parameter keberhasilan grafting tanaman jambu mete.

Kelembapan merupakan konsentrasi uap air di udara. Untuk mengukur kelembapan udara menggunakan hygrometer.

Gambar 4. Rata-rata kelembapan harian pada lingkungan tanaman jambu mete terhadap perlakuan grafting panjang entres dan naungan buatan (paranet) jambu mete

Kelembapan lingkungan sangat mempengaruhi keberlangsungan pertumbuhan tanaman. Data yang dihasilkan setiap minggu rata-rata untuk kelembapan pada perlakuan pencahayaan 100% pagi hari 75,2%; siang hari 64,8%; dan sore hari 73,1%, perlakuan pencahayaan dalam paranet 20-30% pagi hari 76,1%; siang hari 67,4%; dan sore hari 73,4%, dan perlakuan pencahayaan dalam paranet 10-20% pagi hari 75,2%; siang hari 64,8%; dan sore hari 73,1% Setiap perlakuan grafting dilakukan penyungkupan pada entres (batang atas) hal tersebut bertujuan agar kelembaban tetap tinggi serta untuk mengurangi penguapan yang terlalu tinggi di sekitar sambungan. Pemilihan tempat untuk penelitian juga diutamakan yang teduh walaupun ada perlakuan yang menggunakan naungan sehingga tanaman tidak langsung terkena terik atau panas matahari secara langsung.

75.2

64.8 73.167

76.1 67.43 73.43

78.43

68.1 74.467

0 20 40 60 80 100

Pagi Siang Sore

RH (%)

Waktu

Kelembapan

Tanpa Paranet Paranet 20-30% Paranet 10-20%

commit to user

(10)

Kelembapan udara memiliki pengaruh terhadap penguapan pada permukaan tanah dan daun. Apabila terjadi kelembapan udara yang tinggi maka pertumbuhan tanaman akan terganggu karena tidak seimbang antara air dan cahaya. Namun, kelembaban tinggi sangat berpengaruh terhadap tumbuhnya organ vegetatif pada tanaman. Adanya laju penguapan atau transpirasi merupakan pengaruh dari kelembaban udara. Apabila kelembaban udara rendah, maka laju transpirasi meningkat sehingga air dan mineral yang diserap meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada peningkatkan ketesediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.

Jika kelembaban udara tinggi, maka penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah akibat laju transpirasi yang rendah sehingga terjadi berkurangnya ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman dan pertumbuhannya akan terhambat.

Suhu dan kelembapan adalah dua hal yang sangat keterkaitan. Cuaca sangat berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan sambung pucuk, curah hujan yang cukup dapat membantu pertumbuhan baik pada tanaman yang sedang dilakukan penyambungan. Apabila curah hujan terlalu tinggi maka tingkat keberhasilan sambung pucuk kurang optimal (Ariani et al. 2018). Pendugaan ini karena apabila terlalu tingginya curah hujan maka menyebabkan basahnya sambungan, air dapat menembus sungkup dan berpengaruh pada lilitan plastik apabila kurang rapat yang mengelilingi bagian tanaman yang disambung sehingga secara langsung dapat mengganggu bahkan membuat ketidakberhasilan bagian tanaman yang disambung, membuat tidak rapatnya pertautan kambium antara entres (batang atas) dan batang bawah yang terkena derasnya air hujan. Menurut Arianto et al. (2018) sungkup yang digunakan pada tanaman yang disambung digunakan agar menjaga kelembaban di sekitar bagian tanaman yang disambung karena transpirasi dan respirasi dari tanaman. Namun apabila disertai dengan curah hujan yang tinggi dapat membuat sambungan busuk karena jamur bahkan mengering kemudian mati pada sambungan.

c. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang diamati sebagai parameter keberhasilan grafting tanaman jambu mete. Sinar matahari merupakan sumber intensitas cahaya yang mengarah pada tanaman. Intensitas cahaya dapat diukur menggunakan luxmeter.

commit to user

(11)

Gambar 5. Rata-rata intensitas cahaya pada lingkungan tanaman jambu mete terhadap perlakuan grafting panjang entres dan naungan buatan (paranet) jambu mete

Intensitas cahaya padi pagi, siang, dan sore berbeda. Pengamatan pada pagi hari kisaran jam 7.30 WIB, siang pada 12.30 WIB, dan sore pada 17.00 WIB. Rata- rata intensitas cahaya pada pagi hari perlakuan pencahayaan 100% yaitu 33 %, pencahayaan dalam paranet 20-30% yaitu 21 %, dan pencahayaan paranet 20-30%

yaitu 10 %. Pada siang hari intensitas cahaya perlakuan pencahayaan 100% yaitu 69

%, pencahayaan dalam paranet 20-30% yaitu 29%, dan pencahayaan dalam paranet 20-30% yaitu 17 %. Pada sore hari perlakuan pencahayaan 100% yaitu 39%, pencahayaan dalam paranet 20-30% yaitu 21%, dan pencahayaan dalam paranet 20- 30% yaitu 12%. Sesuai hasil pengukuran intensitas cahaya menggunakan luxmeter, data pagi hari, siang hari, dan sore hari antar setiap perlakuan cenderung menunjukkan grafik yang sama yaitu pada siang hari menjadi titik puncak banyaknya cahaya yang masuk. Terlihat adanya pengaruh dari perlakuan pemberian naungan pada grafting jambu mete, perlakuan pencahayaan 100% tanpa naungan satu- satunya yang berhasil karena grafting tanaman jambu mete perlakuan tersebut berhasil sambung pucuknya hingga tumbuh pertambahan tunas dan tumbuh daun pada entresnya sedangkan untuk perlakuan pencahayaan dalam paranet 1 lapis maupun pencahayaan dalam paranet 2 lapis tidak berhasil. Namun dengan berhasilnya perlakuan pencahayaan 100% tidak dapat dijadikan patokan yang terbaik karena perlakuan pencahayaan yang lain entres tanamannya mati sehingga tidak berbeda nyata. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiatno dan Hamim (2010) bahwa hasil tanaman yang disambung persentase keberhasilan

33.133

68.73

39.366 20.73

29.4 20.8

9.9 17.13 12.43

0 20 40 60 80

pagi siang sore

%

Waktu

Intensitas Cahaya

Tanpa Paranet paranet 20-30% paranet 10-20%

commit to user

(12)

tertinggi pada tanaman yang tanpa diberikan naungan dibandingkan dengan perlakuan naungan lain seperti naungan ringan (1 lapis paranet), naungan sedang (2 lapis paranet), maupun naungan berat (3 lapis paranet) sehingga tidak ada perbedaan signifikan apabila menggunakan perlakuan naungan pada tanaman yang dilakukan penyambungan. Beberapa penelitian yang dilakukan mengenai grafting atau sambung pucuk yang ada, bahwa salah satu syaratnya yaitu tanaman yang di grafting harus diminimalisir penerimaan dari cahaya matahari yang penuh karena dapat berakibat penguapan yang berlebihan bahkan akan membuat tunas mengering lalu mati. Hal ini juga sesuai seperti pendapat Sakiroh dan Saefudin (2014) bahwa persentase dari pecah mata tunas yang terbaik pada perlakuan tanpa naungan dibandingkan yang diberi perlakuan naungan 50% dan 70% sehingga pengaruh intensitas cahaya dan suhu udara penting saat kegiatan okulasi. Tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Afandi et al. (2012) bahwa saat kondisi tanaman ternaungi maka intensitas cahaya yang masuk otomatis sedikit sehingga aktivitas auksin meningkat dan berdampak pada memanjangnya sel-sel. Sama seperti yang diungkapkan Hanif et al. (2018) Apabila diberikan perlakuan naungan sedang yakni 40% tanaman dapat tumbuh dengan baik karena kondisi lingkungan yang ekstrem dapat berkurang.

Perlakuan pada penelitian ini menggunakan naungan paranet, juga di sekeliling tempat penelitian ada banyak vegetasi alami yang meminimalisir masuknya cahaya matahari ke tanaman grafting. Tempat naungan yang dipakai penelitian berbentuk kubus berukuruan 1 meter, semua sisinya ditutup dengan paranet sesuai perlakuan.

Ukuran yang sangat pendek dari kubus yang dibuat membuat jarak paranet dengan tanaman yang di grafting juga sangat dekat, karena juga paranet menggunakan bahan plastik sehingga dapat mempengaruhi meningkatnya intensitas cahaya yang masuk dan berpengaruh terjadinya panas suhu pada lingkungan grafting tanaman.

Hasil penelitian yang dilakukan berbeda-beda mengenai penggunaan perlakuan naungan atau tanpa yang menggunakan naungan, menurut Supriadi et al. (2011) untuk mengeliminasi adanya fluktuasi suhu, lembabnya media tanam, dan pengaruh negatif terhadap bahan tanam akibat penguapan yang berlebihan. Namun perlakuan naungan yang digunakan sangat menyesuaikan terhadap kondisi agroklimat sekelilingnya. Apabila pada kondisi yang intensitas cahaya matahari dan suhu udaranya tinggi maka naungan yang digunakan akan lebih tinggi, begitu sebaliknya.

Menurut Tjitrosoepomo (2003) varietas yang panjang tunasnya mengalami peningkatan cenderung dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang ekstrem, karena

commit to user

(13)

intensitas cahaya berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama seperti fotosintesis.

Dari kegiatan grafting jambu mete perlakuan naungan tidak memberikan pengaruh nyata, bahkan hasilnya kurang bagus apabila dibandingkan dengan perlakuan pencahayaan 100% tanpa naungan. Menurut Liu et al. (2006) berkurangnya intensitas cahaya yang masuk akan merugikan tanaman sehingga setiap kegiatan pembudidayaan tanaman harus mempertimbangkan tinggi rendahnya intensitas cahaya. Pada sekitar tanaman jambu mete yang digrafting terdapat 1 jenis gulma yang tumbuh namun berjumlah banyak yaitu rumput kentang-kentang, tidak ada pengaruh terhadap perlakuan grafting karena sebelum mencapai umur dewasa sudah dicabuti agar tidak mengganggu penyerapan zat hara, mineral, maupun menutupi masuknya cahaya matahari terhadap jambu mete.

4. Muncul daun

Mulai muncul dan jumlah banyaknya daun pada perlakuan entres yang digunakan merupakan salah satu parameter pada penelitian. Banyaknya daun yang terdapat pada pertautan entres dan batang bawah salah satu indikator keberhasilan grafting yang dilakukan. Adanya daun yang mulai tumbuh pada entres menandakan grafting yang dilakukan telah berhasil karena apabila hanya berpatokan pada pertumbuhan panjang tunas dan kondisi hijaunya entres belum kuat menandakan kondisi sambungan sehat.

Gambar 6. Muncul daun tanaman jambu mete terhadap perlakuan grafting panjang entres dan naungan buatan (paranet) jambu mete

0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah

Minggu Ke-

Muncul Daun

E1N1 E2N1 E3N1 E1N2 E2N2 E3N2 E31N3 E2N3 E3N3

commit to user

(14)

Hasil pengamatan muculnya daun keberhasilan grafting diamati setiap minggu sekali. Muncul daun pada grafting yang berhasil perlakuan E2N1 yaitu mulai minggu ke-5 berawal dari 2 daun, minggu ke-6 4 daun, minggu ke-7 5 daun, minggu ke-8 6 daun, minggu ke-9 7 daun, dan minggu ke-10 ada 9 daun. Dari data muncul daun tersebut memperkuat bahwa perlakuan E2N1 merupakan satu-satunya yang berhasil dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini dapat diduga bahwa setiap varietas ada ciri dan sifat khusus yang berpengaruh antara satu dengan yang lain sehingga menunjukkan keragaman penampilan. Bibit tanaman jambu mete perlakuan E2N1 yang telah bertaut akan terus berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan disekitarnya dan tetap dilakukan pemeliharaan agar terus hidup dan dapat dipindah tanamkan pada media yang lebih besar hingga pembuahan. Pemeliharaan tanaman yang rutin dengan menyiram setiap hari tanaman agar kondisi tetap sehat sebelum dipindahkan. Selain itu apabila kondisi cukup air (tekanan turgor) tinggi pada tanaman, pertumbuhan sel berlangsung lebih baik karena status air (potensial air) tanaman bervariasi dalam sehari. Sehingga akan selalu perkembangan tanaman jika kebutuhan airnya tercukupi.

Asimilat dibutuhkan daun-daun yang telah terbentuk untuk pertumbuhannya sehingga sudah tidak dibutuhkan lagi untuk pertambahan panjang tunas, namun untuk pertumbuhan daun. Hal ini seperti pendapat Syafrison et al. (2011) yang menyatakan bahwa tunas yang baru tumbuh pada entres merupakan sink yang kuat. Apabila setelah daun mulai muncul tumbuh dan berkembang, maka daun tersebut menjadi sink yang kuat agar daun dapat bertumbuh dengan baik hingga mencapai ukuran yang maksimal. Menurut Abidin (1994) setiap pertambahan jumlah daun pada tunas karena pertumbuhan dan perkembangan tunas yang baik.

5. Panjang daun dan lebar daun

Panjang daun dan lebar daun merupakan salah satu parameter yang diamati sebagai faktor keberhasilan grafting tanaman jambu mete. Panjang daun dan lebar daun merupakan salah satu indikator yang menunjukkan keragaman morfologi tanaman. Keduanya diukur menggunakan penggaris setiap seminggu sekali hingga proses pengamatan selama 3 bulan lamanya.

0

9.853

0 0 0 0 0 0 0

0 5 10 15

E1N1 E2N1 E3N1 E1N2 E2N2 E3N2 E1N3 E2N3 E3N3

Panjang (cm)

Perlakuan

Panjang Daun

commit to user

(15)

Gambar 8. Panjang daun hasil grafting tanaman jambu mete terhadap perlakuan panjang entres dan naungan buatan (paranet) jambu mete

Gambar 9. Panjang daun hasil grafting tanaman jambu mete terhadap perlakuan panjang entres dan naungan buatan (paranet) jambu mete

Berdasarkan grafik diatas panjang daun dari hasil keberhasilan grafting bibit jambu mete diukur diukur dari daun yang tumbuh paling bawah hingga paling atas yang dekat dengan tunas. Satu-satunya perlakuan yang berhasil yaitu E2N1 dengan jumlah 9 daun yang tumbuh. Rata-rata Panjang daun pada interaksi E2N1 yaitu 9,85 cm dan rata-rata lebar daunnya 4,25 cm.Panjang daun dan lebar daun adalah bagian dari parameter keberhasilan grafting jambu mete, data yang diperoleh terlihat lambat pertumbuhan dari salah satu parameter yang diamati karena dalam jangka waktu 3 bulan apabila kondisi pertumbuhan normal bisa lebih besar ukuran panjang dan lebar daunnya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi panjang entres yang kurang baik sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan bagian tanaman hasil grafting seperti daun.

Perlakuan panjang entres terlihat tidak berpengaruh pada pertambahan panjang tunas bahkan tidak sampai tumbuh daun pada entres yang digunakan Sebagian besar kering lalu mati. Parsaulin et al. (2012) entres yang baik untuk siap dilakukan sambung pucuk setidaknya cadangan makanan yang terkandung didalam

0

4.25

0 0 0 0 0 0 0

0 2 4 6

E1N1 E2N1 E3N1 E1N2 E2N2 E3N2 E1N3 E2N3 E3N3

Lebar (cm)

Perlakuan

Lebar Daun

commit to user

(16)

entres pada tiap perlakuan dalam keadaan seimbang sehingga pembelahan, pembesaran, dan diferensiasi sel berjalan secara seimbang. Pengaruh dari kurang optimalnya keberhasilan perlakuan-perlakuan yang lain adalah akibat kondisi lingkungan yang sekitar area pertautan karena penguapan yang tetap tersimpan di dalam sungkup. Menurut Yanti et al. (2013) pada sambung pucuk, bidang yang disambung terutama batang bawah yang dibelah harus langsung diselipkan batang atas sehingga peluang untuk terjadinya keringnya kambium sangat kecil, dan mendorong percepatan proses pembelahan sel. Waktu yang relatif lama saat menyelipkan antara entres dengan batang bawah juga merupakan salah satu faktor kegagalan proses sambung pucuk yang dilakukan. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Rosmiati dan Saputra (2019) yang menyatakan bahwa untuk ukuran dari lebar daun tidak seluruhnya terpengaruh dengan tipe penyambungan, tetapi yang sangat mempengaruhi adalah faktor eksternal lingkungan seperti kandungan unsur hara dan air yang tersedia dalam tanah. Pertambahan panjang dan lebar daun juga dapat dikaitkan pula dengan pertambahan luas daun, menurut Roselina (2007) sebagian besar aktivitas tersebut dipengaruhi dari hormon giberelin.

commit to user

Gambar

Gambar 1. Kondisi tunas tanaman jambu mete terhadap perlakuan grafting panjang entres dan  naungan  buatan (paranet) jambu mete
Gambar 2. Pertambahan panjang tunas hasil grafting tanaman jambu mete terhadap perlakuan  panjang entres dan naungan  buatan (paranet) jambu mete
Gambar  3.  Suhu  udara  pada  lingkungan  tanaman  jambu  mete  terhadap  perlakuan  grafting  panjang entres dan naungan  buatan (paranet) jambu mete
Gambar  4.  Rata-rata  kelembapan  harian  pada  lingkungan  tanaman  jambu  mete  terhadap  perlakuan grafting panjang entres dan naungan  buatan (paranet) jambu mete
+3

Referensi

Dokumen terkait

Keluhan MSDs merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur, dimana tulang mencapai kematangan optimum (puncak massa tulang) pada umur antara 25 – 30 tahun, tetapi

dan penyimpanan akan menjadi studi kasus dalam penelitian ini, perlu dilakukan penataan ulang proses bisnis perusahaan dalam pengadaan dan penyimpanan dengan tujuan

Tabel 4.2.5 Distribusi Frekuensi Terapi pada Tumor Ganas THT-KL Tabel 4.3.1 Frekuensi Kelompok Umur berdasarkan Stadium Klinis Tabel 4.3.2 Frekuensi kelompok lokasi tumor

Berdasarkan hasil Descriminant Fisher’s terhadap data yang telah dinormalkan dengan interval tertentu dari nilai beberapa mata kuliah, kemampuan public speaking dan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan PkM pembangunan jaringan internet di UMKM Total Reklame dan Gali Kreatifitas Fiber, meliputi (1) jaringan internet dibangun dengan

Keputusan-keputusan dibuat untuk memecahkan masalah. Dalam usaha memecahkan suatu masalah mungkin membuat banyak keputusan. Keputusan merupakan rangkaian tindakan yang

Ovaj rad bavi se problematikom odnosa između komunikacije i kulture, odnosno bavi se odnosom poslovnih ljudi koji pripadaju različitim kulturama.. Globalizacija je

Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model Project Based Learning (PjBL) terhadap keterampilan