• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.)

Mahoni tergolong ke dalam family Meliaceae dan terdapat dua jenis spesies yang cukup dikenal yaitu Swietenia macrophylla (mahoni daun lebar) dan Swietenia mahagoni (mahoni daun sempit). Mahoni adalah salah satu jenis tumbuhan atau tanaman yang berasal dari daerah tropis, Hindia Barat.

Tumbuhan ini biasanya dapat tumbuh dengan liar di berbagai hutan jati, pinggir pantai dan pinggiran jalan sebagai pohon peneduh. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan dengan ketinggian mencapai 5-25 m, berakar tunggang, berbatang bulat, percabangan banyak dan berkayu serta memiliki getah. Tanaman mahoni termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup ditanah gersang sekalipun. Walapun tidak disirami selama berbulan- bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup (Ahmad, 2019).

2.1.1 Klasifikasi Mahoni

Klasifikasi tanaman mahoni sebagai berikut.

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Sapindales Suku : Meliaceae Marga : Swietenia

Jenis : Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

2.1.2 Morfologi Mahoni

Tinggi tanaman Mahoni dapat mencapai hingga 40 m dengan diameter batang mencapai lebih dari 100 cm. Daun berwarna hijau muda hingga hijau tua dengan panjang daun 10-30 cm. Bunga diproduksi di

(2)

5

tangkai bunga dan ukuran tiap bunganya kecil. Buah mahoni berbentuk kapsul dengan panjang buah mencapai 8-20 cm, benihnya bersayap dengan panjang 5-9 cm yang terdapat di dalam buah.

Daunnya majemuk menyirip genap, jelaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing dan tulang daunnya menyirip. Daun muda berwarna merah setelah tua akan berwarna hijau (Ahmad, 2019). Morfologi mahoni disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut.

Gambar 2.1 Daun Mahoni Sumber : Foto langsung

2.1.3 Ekologi Mahoni

Tanaman mahoni ini merupakan tanaman tropis dan banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai. Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai. Tanaman ini menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung (tidak ternaungi). Genus Swietenia juga dikenal sebagai mahoni daun lebar, merupakan jenis pohon tropis endemik Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang memiliki persebaran alami yang luas, terbentang dari Mesiko sampai Bolivia dan Brazil Tengah. Spesies mahoni ini juga ditanam di Asia Tenggara dan Pasifik yaitu India, Indonesia, Filipina dan Sri Lanka.

Perkembangan alami optimum swietenia adalah pada kondisi hutan Daun Mahoni

(3)

6

tropis kering dengan curah hujan tahunan 1000-2000 mm, suhu tahunan rata-rata 240C dan rasio evapotranspirasi potensi dari 1-2. Di Indonesia Swietenia tumbuh pada ketinggian dari 0-1500 mdpl, di daerah dengan suhu rata-rata tahunan dari 20-280C (Ahmad, 2019).

2.1.4 Manfaat Mahoni

Menurut Hasan (2017) mahoni memiliki manfaat seperti :

a. Kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan sifatnya tidak mudah berubah. Kualitas kayunya keras dan sangat baik untuk meubel, fornitur, barang-barang ukiran dan kerajinan.

b. Ekstraknya dapat digunakan sebagai pestisida nabati yang ramah lingkungan untuk mengendalikan hama pada pertanaman kubis, yaitu Plutella xylostella dan Crocidolomia binolalis khusunya pada saat hama berada pada stadia larva.

c. Kulit batang pohon mahoni dapat dijadikan pewarna alami untuk mewarnai benang bahan kain dan tidak mudah luntur.

d. Getah pohon mahoni disebut blendok dapat digunakan sebagai bahan baku perekat atau lem.

e. Pohon mahoni dapat dijadikan pohon hias yang ditanam di tepi jalan sebagai peneduh terutama di sepanjang jalan utama tau jalan raya karena pohon mahoni merupakan salah satu jenis pohon yang bisa mengurangi polusi udara sekitar 47%-69% sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara karena daunnya dapat menyerap polutan-polutan di sekitarnya.

2.2 Deskripsi Tumbuhan Babandotan (Ageratum conyzoides L.)

Babadotan (Ageratum conyzoides L) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Babadotan dianggap sebagai tanaman gulma (penganggu) dan sering kali pertumbuhannya sulit dikendalikan. Tumbuhan berasal dari wilayah sekitar Amerika Serikat Tenggara sampai Amerika Tengah, tetapi pusat asalnya adalah Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia. Kebanyakan

(4)

7

tanaman babadotan ditemukan di Meksiko, Amerika Tengah, Kepulauan Karibia dan Florida. Namun kini babadotan juga ditemukan di beberapa sub-tropis dan tropis termasuk Indonesia. Babandotan sering tumbuh di pekarangan, pinggir jalan, lading, sawah yang telah mongering, pinggir sungai dan daerah yang banyak semak belukar. Ageratum conyzoides diduga kuat mempunyai alelopati, keadaan dimana suatu gulma atau bahan tanaman mengeluarkan eksudat kimia yang dapat menekan pertumbuhan tanaman (Hafsah, 2012).

Ageratum conyzoides dapat tumbuh baik di lingkungan yang kering maupun lembab menjadikan salah satu gulma yang dapat ditemui dimana saja bahkan babadotan mampu hidup di ketinggian 3000 Mdpl. Ageratum conyzoides berkembang biak dengan cara biji atau dikotil, perkembangbiakan gulma ini sangat cepat sedikitnya 2 bulan Ageratum conyzoides sudah mulai berkembangbiak dan siklus hidup Ageratum conyzoides bisa mencapai tahunan. Biji Ageratum conyzoides dapat tumbuh sekitar 50% ketika terkena sinar matahari dikarenakan biji sangat memerlukan sinar matahari untu berkecambah (Kamboj dan Saluja, 2010).

Nama-nama umum Ageratum conyzoides dari berbagai daerah yaitu, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumput tahi ayam (Sumatra), babadotan leutik, babandotan, babadotan beureum, babadotan hejo, jukut bau, ki bau, bandotan, berokan, wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak (Jawa), dawet, lawet, rukut manooe, rukut weru, sopi (Sulawesi ) nama asing : Sheng hong ji (C), bulak manok (Tag.), bastard agrimony (I), celestine, eupatoire bleue.

2.2.1 Klasifikasi Babandotan

Menurut Natural Resources and Conservation Service, USDA (2018) klasifikasi Ageratum conyzoides adalah sebagai berikut:

Regnum : Plantae

(5)

8 Sub Regnum : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Bangsa : Asterales Suku : Asteraceae Marga : Ageratum L.

Jenis : Ageratum conyzoides L.

2.2.2 Morfologi Babandotan

Ageratum conyzoides memiliki batang tegak, bulat bercabang berbulu pada buku-bukunya dan ketinggian saat berbunga 60-120 cm.

Memiliki akar tunggang, perakarannya dangkal dan tidak kuat sehingga mudah dicabut, akarnya berwarna putih kekuning-kuningan.

Daunnya bertangkai cukup panjang, bentuk bulat, tepi bergerigi, berbulu dan letak daunnya berhadapan. Gulma ini memiliki bunga berwarna biru muda, putih dan violet (Gambar 2.2) Buah berwarna putih, keras bersegi lima dengan ukuran 2-3,5 cm (Singh, 2012).

Babaotan (Ageratum conycoides L) merupakan tumbuhan yang banyak hidup di daerah tropis dan berasal dari Amerika tropis.

Tumbuhan babadotan termasuk gulma atau tumbuhan liar yang mempunyai karakteristik berdaun lebar, batang babadotan berbentuk bulat yang ditumbuhi rambut panjang dan memiliki cabang. Apabila bagian batang menyentuh tanah maka mengeluarkan akar dan tumbuh menjadi baru (Nurhadiman 2017).

(6)

9

Gambar 2.2 Gulma Babandotan Sumber : Foto langsung

2.2.3 Alelopati

Menurut Yanti, dkk (2016) alelopati atau racun pada tanaman merupakan senyawa kimia berupa zat tosik yang dihasilkan tanaman sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri tumbuhan untuk bersaing dengan tanaman lain dalam hal perebutan nutrisi. Alelopati sifatnya merusak tanaman lain dan keberadaannya dapat menimbulkan kerusakan yang berat pada tanaman, namun tidak terlihat dengan kasat mata, sehingga proses pencegahan yang dapat dilakukan masih belum bisa maksimal. Dalam dunia pertanian keberadaan alelopati selalu ada dengan bentuk yang beragam, namun biasanya alelopati ditemukan pada senyawa dari gulma atau tanaman liar yang hidup dan pengaruhnya baru terlihat dengan jelas jika mengalami kompetisi dengan tanaman lainnya.

Letak alelopati pada tumbuhan sangat beragam dan menyebar.

Sebagian besar zat alelopati ini ditemukan pada hampir seluruh tubuh dari gulma tersebut, mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah.

Keberadaan zat alelopati dapat mempengaruhi besar kecilnya kerusakan dan tingkat kerusakan pada tanaman lainnya bergantung pada mekanisme gejala yang ditimbulkan (Siregar, dkk. 2017).

Bunga

Batang

Daun

(7)

10

Menurut Mushtaq., et all (2017) cara kerja alelopati yang berada pada bagian akar dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman utama dengan mengeluarkan zat racun yang dinetrasi dengan tanah, sehingga akar tanaman inang menjadi lemah, biasanya cara menginfeksi melalui tanah terjadi juga dengan cara bantuan air hujan yang turun melalui daun dan membawa zat alelopati turun dan terhisap dalam tanah, sehingga proses infeksi melalui dalam tanah dengan menyerap zat hara tersebut dengan bantuan akar.

Pengaruh alelopati pada tanaman budidaya adalah menghambat proses pertumbuhan, perkecambahan dan proses perkembangbiakan pada tanaman lainnya. Hal ini karena senyawa alelopati dapat menyebabkan busuk biji pada proses perkecambahan dan mempengaruhi proses disfungsi jaringan pada bagian tumbuhan, sehingga tumbuhan tidak bisa menjalankan proses pertumbuhannya dengan maksimal. Hal tersebut berakibat pada pertumbuhan tanaman menjadi terganggu dan kerdil, bahkan dapat mengalami kematian (Mardiani., et all, 2016).

Ageratum conyzoides merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya dan bersifat merugikan yang diketahui mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, terpena, kromen, kromon, benzofuran, kumarin, minyak atsiri, sterol dan tannin (Kamboj dan Saluja, 2010).

Gulma jenis daun lebar yang digunakan dan diambil ekstraknya yaitu gulma babandotan. Gulma jenis ini memiliki bau yang sedikit menyengat dan tidak enak. Gulma babandotan dalam beberapa kasus banyak mengganggu pertumbuhan tanaman pangan jenis kedelai, selain karena daun dari babandotan ini lebar, juga karena kandungan atau zat di dalam babandotan yang mengandung zat alelopati, yang menyebabkan gulma ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman

(8)

11

disekitarnya dengan zat alelopati tersebut. Gulma babandotan mempunyai zat alelopati yang tersebar dalam tubuhnya, mulai dari akar, batang, daun dan bunganya. Hampir sebagian besar tumbuhan ini mengandung zat alelopati (Diana., dkk 2019).

2.2.4 Habitat dan Penyebaran

Habitat Ageratum conyzoides paling banyak ditemukan pada lahan yang cenderung kering dan tidak terlalu basah, sebagian besar kandungan pada batangnya adalah air, sehingga babadotan jenis ini mudah untuk dihancurkan. Tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika bahkan hingga subtropika. Gulma ini telah menyebar luas di Indonesia. Babandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah yang mongering, lading, perkarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air dan wilayah bersemak belukar. Gulma ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan (Diana., dkk 2019).

2.2.5 Pengendalian Gulma Babadotan (Ageratum conyzoides L.)

Pengendalian gulma menggunakan bioherbisida. Bioherbisida adalah suatu jenis herbisida yang bahan aktifnya berasal dari makhluk hidup.

Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma yaitu tumbuhan mahoni (Swietenia mahagoni L.). Daun mahoni senyawa alelokimia yang dapat menghambat pertumbuhan gulma.

2.3 Herbisida

Herbisida berasal dari senyawa kimia organic maupun anorganik atau berasal dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu organisme. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian tumbuhan. Namun pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya.

(9)

12

Berdasarkan cara kerjanya herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma secara kimia pada lahan perkebunan dibedakan menjadi :

1. Herbisida Kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan- jaringan atau bagian gulma yang terkena langsung (kontak) larutan herbisida, terutama bagiangulma yang berwarna hijau.

2. Herbisida Sistemik adalah herbisida yang mematikan gulma dengan cara bahan aktifnya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya (Adnyana, 2017).

2.4 Penelitian Terdahulu

Dalam jurnal penelitian Kurniawan, dkk (2019) dengan judul uji potensi bioherbisida ekstrak daun mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) terhadap pertumbuhan gulma maman ungu (Cleome rutidosperma D.C.) hasil penelitian ini bahwa ekstrak daun mahoni dapat menghambat pertumbuhan tinggi, berat basah, dan jumlah helai daun gulma maman ungu serta ekstrak daun mahoni tidak mempengaruhi jumlah klorofil gulma maman ungu sedangkan konsentrasi 10% efektif untuk menghambat pertumbuhan tinggi, berat basah dan jumlah helai daun maman ungu. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin efektif ekstrak daun mahoni untuk menghambat pertumbuhan gulma maman ungu. Persamaan pada jurnal penelitian ini sama pada uji bioherbisida ekstrak daun mahoni sedangkan perbedaannya peneliti terhadap pertumbuhan gulma maman ungu.

Menurut Heviyanti (2016) efektifitas ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) terhadap mortalitas dan rata-rata waktu kematian larva Plutella xylostella pada tanaman sawi hasil penelitian ini aplikasi ekstrak biji mahoni memberikan pengaruh terhadap mortalitas larva dan rata-rata waktu kematian larva Plutella xylostella. Semakin meningkat konsentrasi ekstrak yang diberikan, maka akan semakin tinggi pula mortalitas larva.

Fakta tersebut memperlihatkan bahwa ekstrak biji mahoni efektif dalam

(10)

13

mengendalikan atau menurunkan populasi hama Plutella xylostella.

Persamaan pada peneliti sama menggunakan ekstrak mahoni sedangkan perbedaannya peneliti terhadap mortalitas dan rata-rata waktu kematian larva.

Gambar

Gambar 2.1 Daun Mahoni                       Sumber : Foto langsung
Gambar 2.2 Gulma Babandotan  Sumber : Foto langsung

Referensi

Dokumen terkait

Potensi masyarakat Desa Ceringin asri, terletak pada semangat belajar baik dari kalangan anak-anak maupun remaja dengan diadakannya pengabdian berwujud Kuliah

Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran pembiayaan oleh nasabah

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kepada seluruh jajaran Dosen serta para Staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang yang banyak memberikan pengetahuan, ilmu, dan memberi pelajaran

Perbedaan unsafe action antar shift kerja berupa bekerja dengan kecepatan yang salah juga dilandasi karena pengawasan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja hanya

Beberapa jenis hijauan dapat dijadikan alternatif pilihan bagi peternak untuk menjamin ketersediaan hijauan pakan ternak baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas yang

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Tafakur merupakan salah satu dari bentuk ibadah seorang hamba kepada Allah SWT. Dimana seorang hamba dituntut untuk merenung dan berpikir akan segala ciptaan-Nya,